• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN KARAKTER GENERASI MUKMIN BERBASIS INTEGRASI AL QUR’AN DAN SUNNAH DI SDIT AL HASAN TAPUNG - KAMPAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PENDIDIKAN KARAKTER GENERASI MUKMIN BERBASIS INTEGRASI AL QUR’AN DAN SUNNAH DI SDIT AL HASAN TAPUNG - KAMPAR"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN KARAKTER GENERASI MUKMIN BERBASIS INTEGRASI AL QUR’AN DAN SUNNAH DI SDIT AL HASAN TAPUNG - KAMPAR

Wismanto

Dosen Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Universitas Muhammadiyah Riau

g-mail:wismanto29@umri.ac.id Yupidus

Dosen Pendidikan Bahasa arab STAI AL MUJTAHADAH g-mail:yupidus0439@gmail.commailto:dzuah@yahoo.com

Efni Ramli

Dosen PAI – STAI HUBBUL WATHAN g-mail:Efniramli70@gmail.com

Ridwan

Dosen Sastra Daerah – UNIVERSITAS LANCANG KUNING g-mail:ridwan@unilah.ac.id

Elbina Mamla Saidah

Dosen PAI – STAI HUBBUL WATHAN g-mail:elbina1987@satihubbulwathan.id

ABSTRACT

This research was raised in general that education in public schools has not succeeded in instilling character values in students. The presence of non-formal educational institutions such as the Integrated Islamic Elementary School (SDIT) which is able to collaborate the values of national character with the values of religious character adopted from the ministry of religion helps to shape the character of students. This study aims to develop a character education model for the Generation of Believers based on the Integration of the Qur'an and Sunnah in the Al Hasan Integrated Islamic Elementary School. This research uses a case study approach.

Analysis of the validity of the data using source triangulation. The results showed that the integration of the Qur'an and Sunnah in the context of character education at the Al-Hasan Integrated Islamic Elementary School includes (1) "Religious" character education, (2)

"Nationalist" character education, (3) "Independent" character education. ”, (4) “gotong royong” character education, and (5) “Integrity” character education.

Keywords: Integration, character education, Integrated Islamic Elementary School (SDIT)

(2)

ABSTRAK

Penelitian ini diangkat karenasecara umum pendidikan di sekolah-sekolah negeri terlihat belum berhasil menanamkan nilai-nilai karakter kepada peserta didik. Hadirnya Lembaga pendidikan swastaseperti Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) yang mampu mengkolaborasikan nilai-nilai karakter berbangsa dengan nilai-nilai karakter religious yang diadopsi dari kementrian agama ikut membantu pembentukan karakter peserta didik. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pendidikan karakter Generasi Mukmin berbasis Integrasi al-Qur’an dan Sunnah di Sekolah Dasar Islam Terpadu al Hasan. Penelitian ini menggunakan jenis kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Analisis keabsahan data menggunakan triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukan bahwa integrasi al-Qur’an dan sunnahdalam kontek pendidikan karakter di Sekolah Dasar Islam terpadu al-Hasan meliputi (1) Pendidikan karakter “Religius”, (2) Pendidikan karakter “Nasionalis”, (3) Pendidikan karakter “Mandiri”, (4) Pendidikan karakter

“gotong royong”, dan (5) Pendidikan karakter “Integritas”.

Kata Kunci: Integrasi, pendidikan karakter, Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT)

A. PENDAHULUAN

Pendidikan selalu berada digarda terdepan dalam membentuk dan mendidik generasi bangsa. Bukan hanya sisi pengetahuan saja, aspek moral (akhlak) bahkan menjadi garapan utama dunia pendidikan. Imam Darul Hijrah, Imam Malik Rahimahullah pernah berkata kepada seorang pemuda Quraisy; “Pelajari Adab sebelum mempelajari ilmu.”1 Menurut Binti2buruknya moralitas peserta didik dewasa ini menunjukkan bahwa tujuan pendidikan Indonesia belum tercapai. Dalam upaya menanamkan dan membangun kembali nilai-nilai moralitas, adab, dan akhlak yang berjiwa santun, maka pendidikan kita mencanangkan sekaligus memposisikan pendidikan karakter sebagai harga mati yang mesti ditanamkan dalam diri peserta didik.

Pendidikan Karakter merupakan pilar utama pembangunan bangsa, Bangsa ini harus dibangun dengan mendahulukan pembangunan karakter (character building). Character building inilah yang akan membuat Indonesia menjadi bangsa yang besar, maju dan jaya serta bermartabat.3

1Noer, M. A., & Sarumpaet, A. (2017). Konsep Adab Peserta Didik dalam Pembelajaran menurut Az-Zarnuji dan Implikasinya terhadap Pendidikan karakter di Indonesia. Al-Hikmah: Jurnal Agama Dan Ilmu Pengetahuan, 14(2), 181–208. https://doi.org/10.25299/al- hikmah:jaip.2017.vol14(2).1028

2Maunah, B. (2016). Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembentukan Kepribadian Holistik Siswa.Jurnal Pendidikan Karakter, 1, 90–101. https://doi.org/10.21831/jpk.v0i1.8615

3Soedarsono, Soemarno. 2009. Karakter Mengantar Bangsa, dari Gelap Menuju Terang. Jakarta: Elex Media Komputindo, Kompas Gramedia.

(3)

Jika character building tidak terpatri kedalam jiwa putra-putri bangsa, maka Indonesia akan menjadi bangsa kuli. Oleh karena itu setiap lembaga pendidikan baik formal maupun non formal mesti memiliki perhatian khusus untuk melaksanakan pendidikan karakter dalam rangka membentuk manusia yang berpotensi positif dalam orientasi kehidupannya kearah yang lebih baik.4

Istarani dalam5berpendapat bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk menanamkan nilai-nilai yang baik agar peserta didik terdorong untuk menerapkan sikap dan prilaku yang baik. Rusmin6menambahkan bahwa; pendidikan karakter ini sudah seharusnya masuk kedalam semua lini mata pelajaran yang di ajarkan di semua lembaga pendidikan, dan guru harus mampu memberikan contoh dan teladan yang baik dalam hal ini.

Mengingat pentingnya pendidikan karakter ini diajarkan di semua lembaga pendidikan, sudah seharusnya pemerintah bersinergi dengan semua pelaku pendidikan baik lembaga resmi pemerintah maupun swasta untuk saling berjabattangan dalam mewujudkan pendidikan karakter tersebut. Apalagi jika nilai-nilai karakter keislaman dapat di kedepankan, maka dapat dipastikan akan mudah dalam pembentukan generasi mukmin berbasis al-Qur’an dan Sunnah.

Untuk membekali dan menghimpun nilai-nilai baik dalam jiwa peserta didik serta mampu mengaplikasikannya dalam dunia nyata, maka menurut7pendidikan karakter harus menjadi basis utama dalam pelaksanaan pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Sebaliknya ketika kita melihat dilapangan tentang lemahnya moral putra-putri bangsa yang tiada henti maka di Lembaga Pendidikan perlu untuk ditanamkan Pendidikan karakter sebagai usaha nyata dan terstruktur.

Lemahnya moral peserta didik yang tercermin dariburuknya akhlak menandakan bahwa mereka orang yang tidak berkarakter. Sebaliknya orang yang dipenuhi dengan perbuatan baik, tutur kata yang sopan, tidak berseberangan dengan nilai-nilai al-Qur’an dan Sunnah, memiliki akhlakul karimah, maka mereka termasuk peserta didik yang berkarakter.

Dalam konsep ini pendidikan karakter termasuk bagian dari prinsip nilai luhur tersebut8. Maka dari itu pendidikan karakter berbasis al-qur’an dan Sunnah sangat perlu untuk segera ditanamkan kepada peserta didik mengingat tujuan nasional pendidikan adalah dalam rangka membentuk peserta didik yang berkarakter.

4Rachman, F., & Maimun, A. (2016). Madrasah diniyah takmiliyah (mdt) sebagai pusat pengetahuan agama masyarakat pedesaan (Studi tentang Peran MDT Di Desa Gapura Timur Gapura Sumenep).’Anil Islam,9(1), 55–94.

5Marzuqi, A. (2022). Internalisasi Pendidikan Karakter di Madrasah Diniyah Takmiliyah. 7(1). https://doi.org/10.25299/al- thariqah.2022.vol7(1).8351

6Rasmuin, & Ilmi, S. (2021). Strategi Implementasi Pendidikan Karakter di Masa Pandemi Covid-19; Studi Kasus di MAN 2 Banyuwangi.Indonesian Journal of Islamic Education Studies (IJIES),4(1), 17–36. https://doi.org/10.33367/ijies.v4i1.1629

7Haibah, M., Basri, H., Eri Hadiana, M., & Tarsono, T. (2020). Pembiasaan Membentuk Karaktek Peserta Didik Madrasah Miftahul Huda Musi Rawas Utara.Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah,5(2), 23–32. https://doi.org/10.25299/al-thariqah.2020.vol5(2).5341

8Syahraini Tambak, (2017).Jurnal Cooveratipe Learning 1.14(113).

(4)

Penelitian Hendriana9yang meneliti tentang implementasi Pendidikan karakter di sekolah menemukan bahwa pendidikan karakter disekolah sangat dibutuhkan dalam rangka membangun peradaban bangsa melalui pendidikan keteladanan dan pembiasaan.

Penelitian Yahya10di Pondok Pesantren Sulawesi Tenggara terkait dengan model, nilali- nilai karakter dan implikasi Pendidikan karakter di Pondok Pesantrenmenemukan hasil penelitian yang menunjukan bahwa setiap rangkaian kegiatan di pondok pesanten tersebut mampu menanamkan pendidikan karakter. Karakter yang terbentuk meliputi disiplin, mandiri, toleransi, peduli sosial dan lingkungan.

Di lain sisi model yang diterapkan dapat meningkatkan prestasi santri. Selanjutnya Penelitian Redhana,11 yang mengangkat tema penelitian seputar Pendidikan karakter pada pembelajaran daring, menemukan hasil penelitian yang menunjukan bahwa meskipun dalam pembelajaran daring pendidik selalu memperhatikan pendidikan karakter peserta didik melalui strategi pembelajaran multiple intelligences berbasis portofolio.

Pendidikan karakter yang menjadi salah satu bentuk cara untuk menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai positif anak supaya berkepribadian sesuai dengan norma sosial yang mana Pendidikan karakter berfungsi sebagai pembentuk, penguat dan perbaikan pendidikan ditunjukkan oleh hasil penelitian.12

Sedangkan Penelitian13 di Ngawi. Yang mengkaji pendidikan karakter selama pandemi menyebutkan bahwa kunci utama dalam membentuk kepribadian anak adalah melalui terpenuhinya Pendidikan karakter. Implementasi Pendidikan karakter di masa pandemi covid-19 dibutuhkan keselarasan antara lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.

Rasdi Ekosiswoyo14 dan Endang Komara15 menyatakan bahwa Karakter merupakan aspek kepribadian yang melahirkan akuntabilitas, yaitu tanggung jawab di dalam menghadapi tantangan dan mengendalikan impuls. Mengutip pendapat Rasdi dan Endang Komara melalui tulisan mereka, terdapat 9 pilar karakter: 1). Cinta Tuhan dan segenap ciptaanNya, 2).

Kemandirian, disiplin dan tanggung jawab, 3). Kejujuran/amanah dan diplomatis, 4). Hormat dan santun, 5). Dermawan, suka menolong dan kerjasama, 6). Percaya diri, kreatif dan pantang

9Hendriana. (2017). Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah Melalui Kegiatan Pembiasaan Dan Keteladanan.Tarbawi: Jurnal Keilmuan Manajemen Pendidikan,3(02), 249. https://doi.org/10.32678/tarbawi.v3i02.1952

10Yahya, Safarudin Model Pendidikan Karakter Di Pondok Pesantren (Studi Kasus Di Pondok Modern Al-Syaikh Abdul Wahid Koya Baubau Sulawesi Tenggara), Tesis UIN Maulana Malik Ibrahim Malang .2016.

11Redhana, I. W. (2019). Mengembangkan Keterampilan Abad Ke-21 Dalam Pembelajaran Kimia.Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 13(1).

12Mubin, M. S. (2020). Pendidikan Karakter Menurut Ibnu Miskawaih Dan Implementasinya Terhadap Pembelajaran Masa Pandemi.

Jurnal Reforma,9(2), 114. https://doi.org/10.30736/rf.v9i2.319

13Sukarno, S., Sularmi, S., Suharno, S., & Surya, A. (2021). Implementasi Pendidikan Karakter Masa Pandemi COVID-19 di Sekolah Dasar: Kajian Praksis.DWIJA CENDEKIA: Jurnal Riset Pedagogik,5(1), 167. https://doi.org/10.20961/jdc.v5i1.53132

14Rasdi Ekosiswoyo, Tri Joko, dan Tri Suminar,Potensi keluarga dalam pendidikan holistik berbasis karakter pada anak usia dini, Jurnal Edukasi, Vol 13, No. 1 tahun 2019

15Komara, E. (2018). Penguatan Pendidikan Karakter dan Pembelajaran Abad 21.SIPATAHOENAN: South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education,4(1), 17–26.

(5)

menyerah, 7). Keadilan dan kepemimpinan, 8) Baik dan rendah hati, 9).Toleransi, kedamaian dan kesatuan.

Kebutuhan akan Pendidikan karakter akan dapat terpenuhi jika seorang anak melengkapi jenjang Pendidikan formal dengan mengikuti Madrsah Diniyah.16Dewasa ini selain pendidikan madrasah ada Sekolah Dasar Islam atau Sekolah Dasar Islam Terpadu yang mengkolaborasikan pendidikan nasional kemendikbud dengan pendidikan nasional kementrian agama dan kepontrenan yang dipastikan akan dapat memberikan nilai-nilai karakter yang baik seperti yang diterapkan di SDIT al Hasan Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar, Riau.

Melalui pendidikan karakter berbasis islam ini anak akan selalu dinaungi dengan ajaran nilai-nilai luhur sekaligus pengetahuan tentang makna kehidupan akan terbiasakan melalui Sekolah Dasar Islam terpadu al Hasan.

Berangkat dari landasan fenomena dan fakta teoritik di atas maka perlu adanya kajian khusus mengenai Pendidikan Karakter Generasi Mukmin Berbasis al-Qur’an dan Sunnah di SDIT al-Hasan Desa Kota Bangun Kecamatan TapungKabupaten Kampar, Riau. Adapun fokus dalam penelitian ini yaitu; Model Pendidikan Karakter Berbasis Islam untuk Generasi Mukmin di SDIT al-Hasan. Tujuan penelitian ini menghasilkan model Pendidikan Karakter di lingkungan lembaga pendidikan.

LANDASAN TEORI

Pentingnya Pendidikan Karakter tidak dapat dipisahkan dengan kenyamanan kita saat melihat putra-putri bangsa ini berada dalam tuntunan akhlakul karimah, sebaliknya ketika akhlak mereka buruk, sopan santun hilang, tata krama tidak ada, perkataan kotor mengalir seperti anak sungai dari mulutnya, merokok, mencuri, berdusta dan lain sebagainya, maka kita semua dipastikan kecewa dengan sikap mereka yang tidak berkarakter tersebut, biasanya ketika itulah kita sadar bahwa pendidikan agama sejak dini itu sangat penting.

Pada tahun 2017, Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, mengidentifkasi lima nilai utama karakter yang saling berkaitan dalam membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan sebagai prioritas, kelimanya telah merangkum kesembilan bentuk karakter yang ditawarkan Rasdi dan Endang yaitu: Karakter Religius, Karakter Nasionalis, Karakter Mandiri, Karakter Gotong- royong, dan Integritas.17,18,19

16Rasmuin, & Ilmi, S. (2021). Strategi Implementasi Pendidikan Karakter di Masa Pandemi Covid-19; Studi Kasus di MAN 2 Banyuwangi.Indonesian Journal of Islamic Education Studies (IJIES),4(1), 17–36. https://doi.org/10.33367/ijies.v4i1.1629

17Kemendiknas RI [Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia]. (2010). Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran di Sekolah. Jakarta: Direktorat PSMP

18Asmani, Jamal Ma’mur. (2011). Buku Panduan Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Diva Press.

19Komalasari, Kokom & Didin Saripudin. (2017). Pendidikan Karakter: Konsep dan Aplikasi Living Values Education. Bandung: Refika Aditama.

(6)

Pendidikan “Karakter Religius” tercermin melalui karakter “cinta tuhan dan segenap ciptaanNya”,” jujur/amanah dan diplomatis”,”hormat dan santun”,”baik dan rendah hati“ serta ”toleransi, kedamaian dan kesatuan”.20,21Pendidikan “karakter Nasionalis” tercermin melalui pendidikan pendidikan karakter ”Keadilan dan kepemimpinan”.22

Pendidikan “karakter mandiri” tercermin melalui pendidikan “Kemandirian, disiplin dan tanggung jawab” dan tidak bergantung pada orang lain.”23Pendidikan “karakter gotong royong”

tercermin dari pendidikan ”Dermawan, suka menolong dan kerjasama”, sedangkan pendidikan

“karakter integritas melalui pendidikan “Percaya diri, kreatif dan pantang menyerah”.

Karakter merupakan penciri utama manusia berkualitas. Jika seseorang jatuh miskin, sesungguhnya tidak ada yang hilang padanya jika dia masih memiliki karakter budireligius. Jika seseorang sakit, sesungguhnya tidak ada yang hilang padanya jika dia masih memiliki karakter jiwa yang sehat, tetapi jika karakter baik yang melekat pada dirinya yang telah hilang, maka ia seperti seseorang yang telah kehilangan roh dari jasadnya.

Orang-orang yang sudah tidak lagi memiliki karakter baik, maka dapat dipastikan padanya akan terjadi perubahan nilai-nilai moral yang bermuara pada dekadensi moral.

Dekadensi Moral merupakan penyakit masyarakat yang sangat meresahkan kita semua, seakan-akan hal ini menjadi simbol ketidak berhasilan pendidikan kita, setiap unsur masyarakat memiliki keresahan tersendiri, orang tua terhadap anak-anak mereka, masyarakat terhadap anak- anak dan remaja dilingkungannya, guru terhadap murid-muridnya, KPK terhadap pegawai pemerintah dan swastanya, keresahan mereka semua berkisar pada buruknya moral (kemerosotan akhlak) yang sudah sampai pada tingkat paling rendah, bahkan mungkin lebih rendah daripada binatang.24

Bukti rusaknya moral anak-anak bangsa dewasa ini terlihat dengan banyaknya kasus pencurian, penjarahan, perampokan, perzinahan, pemerkosaan, pelecehan seksual, nikah dengan saudara kandung, ayah memperkosa anaknya, ayah menikah dengan anaknya, perjudian, pembunuhan dan masih banyak lagi. Jika sudah sampai pada tingkat ini, mereka sudah sangat

20Nurlaily, W. P. K. (2020). Peran Kepala Sekolah Sebagai Edukator dalam Menanamkan Pendidikan Karakter Religius di SMP Ma’arif 5 Ponorogo.November. http://etheses.iainponorogo.ac.id/12539/1/SKRIPSI 211216003 WAHYU PUTRI K.N.pdf

21Ningsih, tutuk. (2015). Implementasi pendidikan karakter. Purwokerto: penerbit stain [sekolah tinggi agama islam negeri] purwokerto.

Tersedia secara online juga di: http://repository. Iainpurwokerto.ac.id/2464/1/buku%20 implementasi%20pendidikan%20 karakter.pdf

22Syahraini Tambak, Ahmad, M. Y., Siregar, E. L., Sukenti, D., Sabdin, M., & Rohimah, R. B. (2022). Cakrawala Pendidikan Discussion method accuracy in Islamic higher education : The influence of gender and teaching duration.41(2), 507–520.

23Yusuf, M. (2016). High Concept and High Tought Senses in the Conceptual Age . Ini adalah konsep kunci.Inovasi Pendidikan,2(4), 9–16.

24Wismanto, Pembentukan awal generasi mukmin dalam al-qur’an hadits dan implikasinya pada siswa sekolah dasar islam terpadu imam asy-syafii pekanbaru. Magistra, Vol. 12 No 1. DOI. 10.31942/mgs.

(7)

hina dimata Allah Subhanahu wataala. Bahkan Allah Subhanahu wataala menyebut mereka tidak lebih mulia dari binatang ternak.25

Beberapa kalangan menilai bahwa pendidikan agama Islam di sekolah belum berhasil dalam membentuk karakter, sikap dan moral anak bangsa ini hingga jatuh pada dekadensi moral yang rendah. Bahkan dianggap pendidikan agama yang diajarkan di sekolah-sekolah telah gagal dalam menanamkan nilai-nilai Islam yang semestinya membentuk karakter generasi mukmin dalam menyelesaikan problematika bangsa ini. Bahkan sebagian lagi memvonis bahwa buruknya moral anak-anak bangsa dewasa ini sebagai akibat gagalnya pendidikan agama di sekolah- sekolah.

Realita ini menjadi alasan kuat bagi beberapa tokoh untuk menghapus materi Pendidikan Agama Islam dari sekolah-sekolah. Di sisi lain terdapat fakta bahwa alokasi waktu pembelajaran yang diberikan untuk Pendidikan Agama Islam di sekolah-sekolah Negeri maupun swasta yang masih kurang. Bisa dilihat bahwa dengan durasi waktu 2 jam perminggu tentu bukan perkara yang mudah untuk mengatasi permasalahan dekadensi moral apalagi bila Pendidikan Agama Islam memang benar-benar dihapuskan.

Satu hal yang membuat kita sedikit bergairah dewasa ini, munculnya sekolah-sekolah Islam terpadu yang merupakan bentuk transformasi pendidikan berkolaborasi dengan integrasi keilmuan Islam dan sains dengan format memadukan pendidikan umum yang ditawarkan oleh dinas pendidikan dengan pendidikan agama Islam yang diadopsi dari kementrian agama yang lebih mengedepankan nilai-nilai syariat keislaman.

Melihat kondisi dekadensi moral yang sangat buruk dewasa ini, maka dirasa perlu untuk meninjau, menelaah, mengamati dan meneliti tentang pola pendidikan agama di sekolah, terutama di Sekolah Dasar.

Dengan menitikberatkan penelitian pada pendidikan karakter generasi mukmin berbasis integrasi Al-Quran dan Sunnah tentu berkaitan dengan beberapa alasan, diantaranya pendidikan yang berintegrasi dengan al-Qur’an dan sunnah telah berhasil diterapkan oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya. Meminjam pendapat Abuddin Nata, diantara alasannya adalah: Pertama,

“bahwa Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam disebutkan di dalam Al-Qur`an sebagai suri tauladan yang baik bagi umatnya”.Kedua, “zaman Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam adalah zaman emas keberhasilan yang telah melahirkan generasi yang memiliki keunggulan di bidang moral, sikap keagamaan, kepribadian, intelektual dan sosial”. Ketiga, “baik di dalam Al-Qur`an

25Tafsir (Q.S. al A’raf, 7 : 179)

(8)

maupun kitab-kitab Hadits Nabi Muhammad Sallallahu ‘alaihi wasallam dinyatakan sebagai pendidik. Hal tersebut sesuai dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 129. 4 Keempat, “bahwa kehadiran Nabi Muhammad Sallallahu ‘alaihi wasallam di muka bumi ini adalah untuk memperbaiki akhlak manusia kepada yang lebih baik”. Kelima, “Meski Rasulullah Sallallahu

‘alaihi wasallam sudah meninggal 14 abad yang lalu, tanpa twiter, tanpa facebook, tanpa instagram, tetapi fakta membuktikan bahwa Nabi Muhammad diikuti dan diteladani oleh lebih dari 1.5 miliar manusia”.

Berdasarkan pemikiran di atas, maka kajian terhadap pola pembentukan generasi mukmin yang sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Sallallahu ‘alaihi wasallam menjadi sesuatu yang urgen bagi perbaikan akhlak dan karakter anak bangsa ini.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian dengan data-data yang diperoleh bukan data-data angka dan digunakan untuk menelaah realita empirik di balik realita dan fenomena secara mendalam dan terinci,26deskriptif memiliki tujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan yang terjadi di lokasi penelitian dengan melihat permasalahan secara objektif. Titik fokus dalam penelitian ini adalah upaya yang dilakukan dalam pembentukan karakter generasi mukmin berbasis Integrasi Al-quran dan Sunnah di SDIT al Hasan Tapung.

Adapun lokasi penelitian dilaksanakan di SDIT al Hasan yang terletak di Desa Kota Bangun, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Teknik pengumpulan data melalui observasi, dokumentasi dan wawancara.

Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dengan informan yaitu:

Ust. Mukhtar Arif Ramadhan (Pengurus Yayasan), Ust Muhammad Amin Rais (Kepala Sekolah SDIT al Hasan), Zuhriyatul Jannah (Guru SDIT al Hasan) . Ketiga informan tersebut merupakan lulusan DIII Lipia Jakartadan sedang menyelesaikan pendidikan S1 di Perguruan tinggi swasta Pekanbaru.

Adapun informan tambahan yaitu santri dan guru-guru bidangstudi lainnya. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan beberapa langkah, menurut Saldana yaitu; pertama kondensasi data yang bertitik tolak pada proses filtrasi, rumusan, meringkas serta perubahan data yang diperlukan dalam catatan penelitian, transkrip wawancara, dokumen maupun data lapangan;

kedua, penyajian data yaitu proses penyajian dari berbagai informasi dalam rangka mempernudah dalam memahami atau memaknai fenomena kejadian secara terstruktur dan logis;

26Fitria Martanti, Metode Struktural Analitik Sintetik dalam Pembelajaran Anak Dislikesia.Al-Bidayah,vol.10 No.1, 2018, hlm.22

(9)

ketiga, verifikasi data untuk mencari kesimpulan dari beberapa permasalahan yang diteliti.

Adapun keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber data.

Dengan rancangan tersebut akan didapat data yang mendalam serta didapat data untuk mengenai bentuk dan pendekatan internalisasi Pendidikan karakter di madrasah diniyah.

C. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian di SDIT al Hasan Desa Kota Bangun Kec. Tapung telah tampak integrasi al Qur’an dan Sunnah kedalam prilaku siswa yang terealisasi kedalam bentuk karakter siswa, terutama dalam hal pembentukan karakter generasi mukmin berbasis integrasi al- Qur’an dan Sunnah. Untuk mewujudkan tujuan ini, SDIT al Hasan Desa Kota Bangun Kec.

Tapung menerapkan pendidikan berkarakter :

1. Pendidikan karakter “Religius”ditanamkan kepada peserta didik melalui “pendidikan tauhid salafus sholeh.”

Salah satu bentuk pendidikan yang dilakukan di SDIT al Hasan Desa Kota Bangun Kec. Tapung dengan mengajarkan tauhid yang lurus berbasis integrasi al-Qur’an dan Sunnah.

Pendidikan ini menjadi pendidikan dasar yang diwajibkan agar siswa-siswi memahami konsep keimanan yang benar sehingga mampu menerapkan rukun iman dan Islam dengan baik.

Cara yang dilakukan selain melalui pembelajaran agama yang masuk dalam proses pembelajaran, juga melalui pembiasaan yang dilakukan di sekolah berbasis integrasi al- Qur’an dan Sunnah. Pemahaman tauhid yang benar tentu akan menjaga iman seseorang dari kemaksiatan dan dosa, sedangkan dosa adalah sumber bencana dan malapetaka. Fakta sejarah menjawab bahwa ummat-ummat terdahulu dibinasakan oleh Allah juga karena dosa- dosa dan maksiat yang mereka lakukan.

Maka dengan lurusnya tauhid, iman akan berada di puncak tertinggi (al-Hadits), amal ibadahnya akan diberi pahala oleh Allah SWT27dan masih banyak ayat-ayat yang lain yang menjelaskan keutamaan dalam pendidikan tauhid terutama dalam mengajarkan sejak usia dini.

2. Pendidikan karakter “Nasionalis” ditanamkan kepada peserta didik melalui “Pendidikan disiplin dalam sholat”dan“Pendidikan pemberian reward and punishment”.

Salah satu cara untuk mendidik siswa-siswi di SDIT al Hasan Desa Kota Bangun Kec.

Tapung dalam pembentukan karakter“nasional” dengan mendisplinkan sholat terutama bagi siswa-siswi yang telah berusia 7 tahun. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan Dari

27(Q.S Al An’am, 6 : 88)

(10)

Ibnu Abbas, Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Perintahkanlah anak kalian untuk shalat ketika mereka berusia 7 tahun. Dan pukullah mereka untuk dipaksa shalat, ketika mereka berusia 10 tahun.28

Berpijak dari hadits diatas dipahami bahwa siswa-siswi yang sudah mencapai usia 7 tahun sudah harus diajarkan sholat tepat waktu. Dengan pembiasaan sholat tepat waktu maka siswa-siswi akan terbiasa untuk mendirikan sholat dengan disiplin.

Hukum shalat memang tidak wajib bagi anak-anak, akan tetapi, ketika seorang anak meninggalkan shalat, sementara orang tuanya tidak memerintahkannya atau memaksanya maka si anak tidak berdosa, namun orang tuanya telah melanggar kewajiban. Orang tua wajib untuk memerintahkan anaknya agar melaksanakan shalat. Faedah lain adalah perintah tersebut untuk membiasakan anak mengerjakan sholat.

Sholat adalah syariat yang diwajibkan kepada seluruh manusia. Jika syariat ini ditegakkan dengan baik dan benar serta sesuai dengan tuntunan dan sunnah Rasul-Nya yang mulia, maka Allah juga menjamin melalui dalilnya yang agung, bahwa sholat yang baik dan benar, maksudnya sesuai dengan sunnah Rasulullah Sallallahu‘alaihi wasallam, karena rasul bersabda “Sholatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku sholat” (al-Hadits), maka sungguh Allah menjamin bahwa sholat itu mampu mencegah dia dari perbuatan keji dan mungkar.29

Upaya mendisiplinkan anak-anak mendirikan sholat, seluruh peserta didik diwajibkan sudah berada di masjid 15 menit sebelum azan, sambil mengajarkan kepada mereka keutamaan sholat di awal waktu. Selama berada didalam masjid siswa-siswi SDIT al Hasan Desa Kota Bangun Kec. Tapung diperintahkan untuk sholat sunnah dan membiasakan murajaah hafalan Al-Qur’an 10 menit sebelum sholat. Hal ini dilakukan untuk menanamkan pendidikan karakter generasi mukmin yang taat sholat dan membiasakan diri membaca dan memahami ayat-ayat Al-Quran sehingga tidak ada waktu yang sia-sia bagi mereka kecuali diisi dengan kegiatan yang bermanfaat.

Sedangkan cara untuk mendidik siswa-siswi di SDIT al Hasan Desa Kota Bangun Kec.

Tapung dalam pembentukan karakter “tanggungjawab” dengan memberikan pendidikan

“reward and punishment”

Pemberian reward and punishment juga diterapkan di SDIT al Hasan Desa Kota Bangun Kec. Tapung. Pemberian reward diberikan kepada siswa-siswi berpreatasi dan atau melakukan kebaikan yang sangat terpuji. Sebaliknya punishment diberikan agar siswa-siswi tidak melakukan perbuatan yang terlarang oleh agama. Pemberian sanksi tidak dalam bentuk

28(H.R. Tirmidzi No.372)

29(Q.S. Al Ankabut, 29 : 45)

(11)

sanksi fisik yang dapat mencederainya, tetapi sanksinya bisa berupa pemantapan hafalam al- Qur’an (murajaah) yang telah dihafalnya supaya lebih kokoh lagi.

Pemberian sanksi inipun disesuaikan dengan tingkat kesalahan yang dilakukan oleh siswa-siswi. Selain itu pemberian sanksi ini juga telah dikomunikasikan dengan orang tua sehingga sudah menjadi kesepakatan antar kedua belah pihak (orang tua dan sekolah).

3. Pendidikan karakter “Mandiri”, ditanamkan kepada peserta didik melalui “pendidikan kejujuran”

Pemegang kunci kehidupan kita saat ini adalah “karakter jujur”. Mendidik kejujuran harus dilakukan sedini mungkin supaya melekat dalam diri anak.30Dengan begitu, anak bisa memiliki sifat rendah hati, menerima, dan berperilaku baik. Di samping menjaga kejujuran, anak juga harus memiliki sikap amanah. Artinya, setiap anak yang mampu bersikap amanah pasti mempunyai tanggung jawab tinggi. Untuk menguatkan karakter ini, anak perlu diberikan tugas di sekolah. Contoh, pihak sekolah mewajibkan program tabungan hari Jumat bagi semua murid.

Karena mendapatkan tugas tersebut, otomatis orang tua murid akan menitipkan sejumlah uang kepada anaknya. Jika sikap amanah sudah terbentuk dalam diri anak, ia pasti menyerahkan uang tersebut ke pihak sekolah untuk ditabung.

4. Pendidikan karakter “gotong royong” ditanamkan kepada peserta didik melalui “pendidikan kedermawanan peserta didik”

Sikap santun dan saling menghormati menjadikan hidup kita lebih harmonis. Bersikap santun berarti berperilaku halus, baik, sabar, dan tenang. Jika menyatu dengan sikap sopan, terbentuklah rasa hormat yang diwujudkan melalui budi pekerti, tata krama, dan peradaban.

Penghormatan perlu dilakukan supaya anak bisa mengetahui cara memperlakukan orang yang lebih tua, lebih muda, maupun sebaya. Membiasakan sikap hormat pada anak juga membentuk dirinya menjadi pribadi yang patuh pada guru dan orang tua.

Pendidikan karakter “Dermawan, suka menolong dan bekerjasama” dengan mengajarkan kepada peserta didik “pendidikan sedekah” juga termasuk pendidikan karakter

“Gotong royong”.

Misalnya Siswa-siswi di SDIT al Hasan diajarkan untuk berinfak sukarela disetiap pagi jum’at sebelum jam pelajaran pertama dilakukan, hasilnya akan di infakkan untuk pembangunan masjid yang berada di lingkungan sekolah atau untuk kas anak yang yang juga berada dalam satu wadah DKM di masjid sekolah tersebut.

30Elbina Saidah Mamla, W. (2021). Tafsir Maudhu’i Tentang Konsep Pendidikan Karakter Jujur Dalam al-Qur’an.At-Thullab,1(2), 16.

(12)

Setiap kelas mulai dari kelas satu sampai kelas enam melakukan hal yang sama, hasilnya diumumkan di pagi senin saat upacara bendera, hal ini untuk memicu kelas lain untuk berlomba berinfak lebih banyak lagi, namun tetap tidak menghilangkan pendidikan nilai-nilai keikhlasan.

5. Pendidikan karakter “Integritas” ditanamkan kepada peserta didik melalui Percaya diri, kreatif dan pantang menyerah” dengan mengajarkan kepada peserta didik “pendidikan Muhadasah, dan lainnya”.

Pendidikan karakter percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah termasuk penentu masa depan anak. Membangunnya tentu tidak mudah, salah satu caranya dengan mengadakan kegiatan latihan pidato setiap pagi jum’at sebelum masuk kelas, diminggu- minggu selesai ujian menjelangpembagian rapor dilakukan lomba antar kelas yang akan melatih mental untuk lebih percaya diri lagi. Selain memunculkan sikap percaya diri, pendidikan karakter ini juga dilakukan sambil mengasah kreativitas anak.

D. KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa “di SDIT al Hasan Kec. Tapung dalam upaya membentuk karakter generasi mukmin dilaksanakan dengan berbagai cara.” Beberapa cara yang dilakukan diantaranya “Pendidikan karakter “Religius” ditanamkan kepada peserta didik melalui

pendidikan tauhid salafus sholeh.” Pendidikan karakter “Nasionalis” ditanamkan kepada peserta didik melalui “Pendidikan disiplin dalam sholat” dan “Pendidikan pemberian reward and punishment”. Pendidikan karakter “Mandiri”, ditanamkan kepada peserta didik melalui

“pendidikan kejujuran”. Pendidikan karakter “gotong royong” ditanamkan kepada peserta didik melalui “pendidikan kedermawanan peserta didik”. Pendidikan karakter “Integritas” ditanamkan kepada peserta didik melalui Percaya diri, kreatif dan pantang menyerah” dengan mengajarkan kepada peserta didik “pendidikan muhadasah, muhadharah dan lainnya”.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Asmani, Jamal Ma’mur. (2011). Buku Panduan Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta:

Diva Press.

Elbina Saidah Mamla, W. (2021). Tafsir Maudhu’i Tentang Konsep Pendidikan Karakter Jujur Dalam al-Qur’an.At-Thullab,1(2)

Fitria Martanti, Metode Struktural Analitik Sintetik dalam Pembelajaran Anak Dislikesia.Al- Bidayah,vol.10 No.1, 2018

Haibah, M., Basri, H., Eri Hadiana, M., & Tarsono, T. (2020). Pembiasaan Membentuk Karaktek Peserta Didik Madrasah Miftahul Huda Musi Rawas Utara. Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah,5(2),

Hendriana. (2017). Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah Melalui Kegiatan Pembiasaan Dan Keteladanan.Tarbawi: Jurnal Keilmuan Manajemen Pendidikan,3(02),

Kemendiknas RI [Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia]. (2010). Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran di Sekolah. Jakarta: Direktorat PSMP

Komalasari, Kokom & Didin Saripudin. (2017). Pendidikan Karakter: Konsep dan Aplikasi Living Values Education. Bandung:

Refika Aditama.

Komara, E. (2018). Penguatan Pendidikan Karakter dan Pembelajaran Abad 21.

SIPATAHOENAN: South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education,4(1) Marzuqi, A. (2022).Internalisasi Pendidikan Karakter di Madrasah Diniyah Takmiliyah.7(1).

Maunah, B. (2016). Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembentukan Kepribadian Holistik Siswa.Jurnal Pendidikan Karakter,1,

Mubin, M. S. (2020). Pendidikan Karakter Menurut Ibnu Miskawaih Dan Implementasinya Terhadap Pembelajaran Masa Pandemi.Jurnal Reforma,9(2),

Ningsih, tutuk. (2015). Implementasi pendidikan karakter. Purwokerto: penerbit stain [sekolah tinggi agama islam negeri]

purwokerto. Tersedia secara online juga di:http://repository.

Noer, M. A., & Sarumpaet, A. (2017). Konsep Adab Peserta Didik dalam Pembelajaran menurut Az-Zarnuji dan Implikasinya terhadap Pendidikan karakter di Indonesia. Al-Hikmah:

Jurnal Agama Dan Ilmu Pengetahuan,14(2),

Nurlaily, W. P. K. (2020). Peran Kepala Sekolah Sebagai Edukator dalam Menanamkan Pendidikan Karakter Religius di SMP Ma’arif 5 Ponorogo.

Rachman, F., & Maimun, A. (2016). Madrasah diniyah takmiliyah (mdt) sebagai pusat pengetahuan agama masyarakat pedesaan (Studi tentang Peran MDT Di Desa Gapura Timur Gapura Sumenep).’Anil Islam, 9

Rasdi Ekosiswoyo, Tri Joko, dan Tri Suminar, Potensi keluarga dalam pendidikan holistik berbasis karakter pada anak usia dini,Jurnal Edukasi, Vol 13, No. 1 tahun 2019

(14)

Rasmuin, & Ilmi, S. (2021). Strategi Implementasi Pendidikan Karakter di Masa Pandemi Covid- 19; Studi Kasus di MAN 2 Banyuwangi. Indonesian Journal of Islamic Education Studies (IJIES),4(1),

Rasmuin, & Ilmi, S. (2021). Strategi Implementasi Pendidikan Karakter di Masa Pandemi Covid- 19; Studi Kasus di MAN 2 Banyuwangi. Indonesian Journal of Islamic Education Studies (IJIES),4(1)

Redhana, I. W. (2019). Mengembangkan Keterampilan Abad Ke-21 Dalam Pembelajaran Kimia.

Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia,13(1).

Soedarsono, Soemarno. 2009. Karakter Mengantar Bangsa, dari Gelap Menuju Terang. Jakarta:

Elex Media Komputindo, Kompas Gramedia.

Sukarno, S., Sularmi, S., Suharno, S., & Surya, A. (2021). Implementasi Pendidikan Karakter Masa Pandemi COVID-19 di Sekolah Dasar: Kajian Praksis. DWIJA CENDEKIA: Jurnal Riset Pedagogik,5(1),

Syahraini Tambak, (2017).Jurnal Cooveratipe Learning 1.

Syahraini Tambak, Ahmad, M. Y., Siregar, E. L., Sukenti, D., Sabdin, M., & Rohimah, R. B.

(2022). Cakrawala Pendidikan Discussion method accuracy in Islamic higher education : The influence of gender and teaching duration.41(2)

Wismanto, Pembentukan awal generasi mukmin dalam al-qur’an hadits dan implikasinya pada siswa sekolah dasar islam terpadu imam asy-syafii pekanbaru. Magistra, Vol. 12 No 1.

2021 DOI. 10.31942/mgs.

Yahya, Safarudin Model Pendidikan Karakter Di Pondok Pesantren (Studi Kasus Di Pondok Modern Al-Syaikh Abdul Wahid Koya Baubau Sulawesi Tenggara), Tesis UIN Maulana Malik Ibrahim Malang .2016.

Yusuf, M. (2016). High Concept and High Tought Senses in the Conceptual Age. Ini adalah konsep kunci.Inovasi Pendidikan,2(4)

Referensi

Dokumen terkait