• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DI MIN PECABEAN KABUPATEN TEGAL - Repository UIN Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DI MIN PECABEAN KABUPATEN TEGAL - Repository UIN Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

LatarBelakangMasalah

Di dunia, telah tercipta jaringan kerja sama antar negara untuk memperkenalkan program pendidikan antikorupsi. Pendidikan antikorupsi harus diberikan kepada anak-anak sejak Sekolah Dasar (SD/MI). Berdasarkan hal diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul : “Pendidikan Anti Korupsi di MIN Pecabean Kabupaten Tegal”.

RumusanMasalah

Untuk itu perlu diperkenalkan nilai-nilai konkrit yang diyakini mampu memberantas korupsi; Upaya pencegahan persaingan tidak sehat dalam pergaulan di sekolah dapat dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai budaya di sekolah seperti saling menghargai, rendah hati, dan tidak menyombongkan diri. Untuk itu perlu dikembangkan pembelajaran afektif yang aplikatif dengan model pembelajaran yang dikendalikan guru agar pembelajaran kognitif dapat terarah untuk mencapai tujuan pendidikan di MIN Pecabean.

TujuandanSignifikansiPenelitian

SistematikaLaporan

Bab ketiga berisi tentang metode penelitian yang meliputi jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, teknik pengolahan data, dan teknik analisis data. Bab keempat merupakan temuan/hasil penelitian yang berisi tentang pendidikan anti korupsi di MI MIN Pecabean Kabupaten Tegal, pembahasan hasil penelitian dan analisis hasil penelitian.

LANDASAN TEORI

DeskripsiTeori

  • KonsepPendidikan
  • KonsepKorupsidan Anti Korupsi
  • KonsepPendidikan Anti Korupsi
  • KonsepSekolahDasar/Madrasah Ibtidaiyah

Pendidikan antikorupsi secara umum dikatakan sebagai pendidikan budaya korektif yang bertujuan untuk memperkenalkan cara berpikir dan nilai baru kepada peserta didik. Pendidikan antikorupsi harus mengintegrasikan tiga bidang, yaitu bidang pengetahuan (kognitif), sikap dan perilaku (cinta kasih) dan keterampilan (psikomotorik). Wibowo (2013:38) menyatakan bahwa pendidikan antikorupsi adalah upaya sadar dan terencana untuk mewujudkan proses belajar mengajar yang kritis terhadap nilai-nilai antikorupsi.

Menurut Nuh (dalam Wibowo, 2013: 38) menjelaskan bahwa tujuan pendidikan antikorupsi adalah untuk menciptakan generasi muda yang berakhlak mulia dan berperilaku antikorupsi. Sementara itu, Umar (dalam Wibowo, 2013: 38) berpendapat bahwa tujuan pendidikan anti korupsi tidak lain adalah membangun karakter keteladanan agar anak tidak melakukan korupsi sejak dini. Dapat disimpulkan dari pernyataan di atas bahwa tujuan pendidikan antikorupsi adalah untuk mencetak generasi muda yang berakhlak mulia dan membangun karakter untuk tidak melakukan korupsi sejak dini.

Hamalik (dalam Wibowo) mengemukakan bahwa guru akan mampu melaksanakan tanggung jawabnya terutama dalam perolehan pendidikan antikorupsi apabila memiliki berbagai kompetensi yang relevan.Dalam Pendidikan Antikorupsi terdapat dua komponen penting yaitu: (a) kemampuan menguasai pengetahuan korupsi yang meliputi pengertian korupsi, bentuk – bentuk korupsi, faktor penyebab korupsi, dampak korupsi, pelaksanaan dan pemberantasan korupsi, lembaga anti korupsi dan (b) kemampuan membawa keluarkan sikap antikorupsi, misalnya tidak telat sekolah dan tidak menyontek.Elwina & Riyanto (dalam Yaramadani, Februari : 2012) mengemukakan bahwa dalam memperkenalkan nilai-nilai antikorupsi sebaiknya menggunakan cara-cara sebagai berikut.

Memahami konsep, mengenali konteks, reaksi dan tindakan karenanya merupakan bagian penting dari semua metode pendidikan tentang nilai-nilai antikorupsi. Cara atau cara penyampaian nilai-nilai antikorupsi ini juga penting karena dengan salah menyampaikannya maka tujuan yang ingin dicapai juga sulit tercapai. Menurut Azumardi Azra, pembelajaran aktif merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pendidikan antikorupsi yang menjadi acuan dasar proses pembelajaran pendidikan antikorupsi.

Telaah Pustaka

METODE PENELITIAN

  • JenisPenilitian
  • Setting Penelitian
  • Unit AnalisisPenelitian
  • Sumber Data
  • TeknikdanInstrumenPengumpulan Data
  • KeabsahanData
  • Analisis Data

Berdasarkan pemikiran di atas, khususnya yang berkaitan dengan pendidikan antikorupsi di madrasah ibtidaiyah. Catatan lapangan digunakan untuk mencatat peristiwa, kejadian, gejala atau fenomena yang berkaitan dengan pendidikan antikorupsi di MIN Pecabean. Data yang dianggap relevan dan penting sehubungan dengan pelatihan antikorupsi di MIN Pecabean.

Manajemen Pendidikan Anti Korupsi di MIN Pecabean Kabupaten Tegal MIN Pecabean merupakan salah satu dari 3 SDN yang ada di Kabupaten Tegal. Sugiarto (Wawancara 06 Juli 2016), bahwa pendidikan antikorupsi sangat penting bagi perkembangan psikologis siswa MIN Pecabean. Penanaman nilai-nilai antikorupsi di MIN Pecabean dilakukan melalui kegiatan di luar ekstrakurikuler pembelajaran atau kegiatan santai.

Evaluasi Pendidikan Anti Korupsi di MIN Pecabean Kabupaten Tegal Secara umum penilaian terdiri dari penilaian eksternal dan penilaian internal. Pengelolaan pendidikan anti korupsi di MIN Pecabean tidak lepas dari visi, misi dan tujuannya. Pendidikan antikorupsi di MIN Pecabean diajarkan secara terpadu dengan mata pelajaran dan bukan merupakan mata pelajaran tersendiri.

Implementasi nilai-nilai antikorupsi di MIN Pecabean juga ditanamkan melalui pembudayaan di semua kegiatan dan suasana madrasah.

HASIL PENELITIAN

Deskripsi Data Penelitian

Sekolah Dasar Islam Negeri (MIN) Pecabean terletak di Jalan Purwitasari, Desa Pecabean, Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal. Visi Sekolah Dasar Islam Negeri (MIN) Pekaba adalah Terwujudnya Madrasah Ibtidaiyah yang Islami Unggul dan Berkarakter. Sedangkan misinya adalah: 1) pengenalan nilai-nilai Islam di Madrasah; 2) meningkatkan prestasi akademik dan non akademik; 3) Pengembangan nilai budaya karakter; 4) Penyediaan layanan pendidikan bagi masyarakat secara optimal; 5) Meningkatkan apresiasi dan partisipasi masyarakat. Sedangkan tujuan Sekolah Dasar Islam Negeri (MIN) Pekabe adalah: a) mendidik peserta didik menjadi pribadi muslim yang siap menjalani kehidupan dunia dan akhirat dengan sukses dan kemenangan; b) melatih suasana dan membekali peserta didik dengan iman yang lurus, akhlak mulia, rajin beribadah, senang membantu orang tua, senang membantu sesama, menjunjung tinggi nilai kebenaran, mencintai kelestarian lingkungan, bekerja keras dan belajar serta optimis dalam hidup; c) menyiapkan peserta didik menjadi generasi muslim seutuhnya, yaitu generasi yang senantiasa memadukan keimanan, ilmu dan amal yang nyata dan mulia dalam segala aspek kehidupan sebagai perwujudan hamba Allah yang juga khalifah-Nya di bumi (Dokumentasi MIN Pecabean Kab. Tegal).

Pada tahun pelajaran 2015/2016, jumlah siswa Sekolah Dasar Negeri (MIN) Pecabean dari kelas I – kelas VI sebanyak 334 siswa. Sementara itu, jumlah SDM Sekolah Dasar Islam Negeri (MIN) Pecabean sebanyak 23 orang dengan status guru PNS 18 orang, guru honorer (GTT) 5 orang dan pegawai 3 orang.

DeskripsiHasilPenelitian

Proses pendidikan antikorupsi di MIN Pecabean Tegal diawali dengan sosialisasi oleh kepala MIN Pecabean kepada dewan guru, tenaga kependidikan dan siswa dalam upacara bendera setiap hari Senin. Shofar Sholahudin, S.ag., M.Pd selaku ketua MIN Pecabean Tegal menyampaikan bahwa pendidikan antikorupsi di MIN Pecabean dilakukan secara terintegrasi dengan mata pelajaran dan bukan merupakan mata pelajaran tersendiri. Penanaman nilai-nilai antikorupsi dalam pendidikan antikorupsi disampaikan secara terpadu pada semua mata pelajaran.

-Nilai-nilai antikorupsi dapat ditanamkan melalui berbagai poin atau subtopik yang berkaitan dengan nilai-nilai kehidupan. Pemahaman nilai-nilai kehidupan antikorupsi pada siswa tidak hanya bersifat informasional-kognitif, tetapi diterapkan pada mata pelajaran apapun. Pada prinsipnya, semua kegiatan kemahasiswaan mengandung kadar nilai dan perilaku antikorupsi yang berbeda-beda.

Untuk mendukung praktik antikorupsi, juga ditanamkan nilai-nilai antikorupsi melalui budaya di seluruh kegiatan dan suasana sekolah. Dalam rangka memupuk budaya antikorupsi, madrasah harus merencanakan kegiatan pembudayaan dan sosialisasi dengan lima prasetya siswa. Dengan membaca teks komitmen ini akan memungkinkan terciptanya kondisi yang mendorong pengenalan perilaku antikorupsi.

Inilah prinsip dasar pendidikan anti korupsi di madrasah (Hasil wawancara dengan Bapak Asep Hermansyah, S.Pd.I., 14 Juli 2016).

PembahasanHasilPenelitian

Proses pendidikan antikorupsi di MIN Pecabean Tegal diawali dengan silaturahmi saat upacara bendera setiap hari Senin dan rapat dewan guru setiap Rabu sore. Ada tiga model dan pendekatan pendidikan antikorupsi yang diterapkan di MIN Pecabean, yaitu: model terpadu dalam mata pelajaran, model di luar pembelajaran melalui kegiatan ekstrakurikuler dan model pembudayaan, penanaman nilai dalam segala kegiatan dan suasana di madrasah. Penanaman nilai-nilai antikorupsi di MIN Pecabean dilakukan melalui kegiatan ekstra kurikuler melalui kegiatan ekstra kurikuler atau ekstra kurikuler.

Penilaian pendidikan antikorupsi di atas sebenarnya masih memiliki sudut kuratif-negatif, pendidikan antikorupsi dalam arti tertentu. Proses pendidikan antikorupsi di MIN Pecabean Tegal diawali dengan sosialisasi pada Upacara Bendera setiap hari Senin dan Rapat Pembinaan Dewan Guru setiap Rabu sore serta melalui budaya disiplin madrasah. Tiga model dan pendekatan pendidikan antikorupsi telah diterapkan di MIN Pecabean, yaitu: model terintegrasi dalam mata pelajaran, model di luar pembelajaran melalui kegiatan ekstrakurikuler, dan model pembudayaan, pembiasaan nilai pada semua kegiatan dan suasana di lingkungan. madrasah.

Strategi pembiasaan yang diterapkan dalam pendidikan antikorupsi di MIN Pecabean Kabupaten Tegal yaitu: menyampaikan komitmen antikorupsi dalam upacara, mendapatkan uang tunai dari kelas sosial, dan mendapatkan barang yang hilang dan tidak terpakai. Guru harus mampu melaksanakan pendidikan antikorupsi yang dapat menginternalisasikan nilai-nilai dalam jiwa siswa, terutama guru. Memfasilitasi madrasah ibtidaiyah negeri dalam penyelenggaraan pendidikan antikorupsi terkait pengelolaan, proses dan evaluasinya.

Bagaimana pelatihan guru di madrasah ibtidaiyah negeri ini dalam kaitannya dengan pelaksanaan pelatihan antikorupsi.

PENUTUP

Kesimpulan

Kelima mahasiswa prasetya tersebut merupakan sumpah setia kepada mahasiswa MIN Pecabean untuk mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan madrasah maupun di masyarakat. Nilai-nilai antikorupsi yang ditanamkan pada siswa MIN Pecabean adalah: jujur, disiplin, tanggung jawab, pekerja keras, sederhana, mandiri, adil, berani dan peduli. Penilaian kelas merupakan bagian dari penilaian internal (internal assessment) untuk mengetahui hasil belajar siswa mengenai penguasaan kompetensi yang diajarkan oleh guru.

Saran-saran

Evaluasi kelas merupakan bagian dari evaluasi internal (internal evaluation) untuk mengetahui hasil belajar siswa berdasarkan penguasaan kompetensi yang diajarkan oleh guru. Sedangkan penilaian pendidikan antikorupsi pada aspek kejujuran, disiplin, kepedulian, tanggung jawab, kejujuran, kesederhanaan, keberanian, kerja keras dan kemandirian dilakukan melalui penilaian kehadiran siswa secara objektif. dampak pendidikan antikorupsi pada setiap individu, juga dijadikan bahan evaluasi untuk peningkatan mutu madrasah. Sebagai pengawas pendidikan MIN, diharapkan dapat segera memberikan dukungan dan pendidikan antikorupsi di Kabupaten Tegal, baik di tingkat MI, MT dan MA, baik negeri maupun swasta. Untuk penelitian lebih lanjut lembaga pendidikan lain yang dapat mengungkapkan lebih banyak tentang implementasi pendidikan anti korupsi di lembaga pendidikan, baik sekolah maupun madrasah.

Rekomendasi

Siswa tidak perlu takut, ragu dan malu untuk berpartisipasi aktif dalam proses pendidikan antikorupsi, karena setiap siswa berpotensi memiliki jiwa antikorupsi.

Penutup

Haruskah siswa memenuhi tujuan sekolah dasar negeri atau tidak?

Referensi

Dokumen terkait

*Corresponding Author: meythi@eco.maranatha.edu Abstract This study examines whether ownership structure type of listed banks of Indonesia Stock Exchanges IDX, especially State of