• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENEGAKAN HUKUM HAK ASASI MANUSIA BAGI ANAK PENDERITA STUNTING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENEGAKAN HUKUM HAK ASASI MANUSIA BAGI ANAK PENDERITA STUNTING "

Copied!
35
0
0

Teks penuh

Dari fenomena tersebut maka fokus kajian dalam penelitian ini adalah pada perlindungan dan penegakan hukum hak asasi manusia terhadap anak yang mengalami stunting. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi pandangan hak asasi manusia terhadap anak-anak yang menderita stunting dan menganalisis bagaimana hak asasi manusia ditegakkan terhadap stunting. Kebijakan program pemerintah dalam penanggulangan stunting merupakan wujud perlindungan hak anak yang merupakan tatanan konstitusi dimana perlindungan anak merupakan bagian dari hak asasi manusia.

Pemerintah telah melaksanakan beberapa program pencegahan dan penanganan stunting dalam upaya melindungi hak asasi anak, namun implementasinya belum optimal. Perlindungan hak asasi anak harus ditegaskan kembali dalam Konstitusi dan undang-undang serta peraturan yang lebih spesifik, yang pertama adalah hak dan kewajiban anak yang mengalami hambatan pertumbuhan; kedua, tanggung jawab pemerintah; ketiga, hak dan kewajiban orang tua;

KOSONG

PENEGAKAN HUKUM HAK ASASI MANUSIA BAGI ANAK PENDERITA STUNTING

ABSTRACT

ABSTRAK

Menurut Damayanti Rusli, salah satu faktor utama penyebab utama permasalahan stunting di Indonesia adalah buruknya asupan gizi sejak dalam kandungan hingga lahir hingga usia dua tahun. Dengan demikian, gizi buruk tidak hanya mengancam tumbuh kembang dan kesehatan fisik anak, tetapi juga dapat menimbulkan kemiskinan karena kerusakan otak dapat mempengaruhi kecerdasan sehingga menyebabkan anak dengan keterlambatan perkembangan kesulitan mencari pekerjaan.3 Anak yang belum matang mempunyai kecerdasan intelektual (IQ) yang bernilai. sebelas poin lebih rendah dari rata-rata skor IQ anak normal. Gangguan tumbuh kembang pada anak akibat gizi buruk akan berlanjut hingga dewasa jika tidak mendapat intervensi sejak dini.

4 Eko Setiawan dan Rizanda Machmud, “Artikel Penelitian Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Prevalensi Stunting Pada Anak Usia 24-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun 2018” 7, No. Indonesia termasuk dalam negara ketiga dengan prevalensi anak menderita stunting tertinggi di dunia6 dan merupakan negara kelima dengan jumlah anak balita yang mengalami stunting tertinggi di kawasan Asia Tenggara/South East Asia Regional (SEAR). Permasalahan gizi buruk (stunting) bukanlah hal yang baru karena pemerintah telah lama mengupayakan kebijakan melalui program-program untuk mengatasi masalah stunting di Indonesia.

Selain itu, pemerintah telah melindungi hak-hak anak seperti hak untuk hidup, hak atas kesehatan, hak untuk tumbuh dan berkembang sebagaimana manusia pada umumnya sebagaimana diatur dalam konstitusi Pasal 28 B ayat (2) UUD 1945. Negara Republik Indonesia (UUD NRI) ditegaskan bahwa: “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh kembang, dan berhak atas perlindungan terhadap kekerasan dan diskriminasi”, di samping itu dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur hak hidup anak seperti mis. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, bahkan diatur dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Faktanya, penderita stunting tergolong tinggi atau masih di bawah standar yang ditetapkan WHO sebesar 20%.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut: bagaimana memandang hak asasi manusia terhadap anak yang mengalami stunting dan bagaimana penegakan hak asasi manusia terhadap masalah stunting.

METODE PENELITIAN

Kajian tentang kehamilan patut menjadi perhatian pemerintah, mengingat dampaknya yang serius terhadap anak dan implikasinya bagi masa depan negara.

PEMBAHASAN

Anak Penderita Stunting Perspektif HAM

Namun faktor penyebab stunting yang paling dominan adalah rendahnya asupan makanan pada ibu dan anak. Negara harus bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat, khususnya keluarga yang berkekurangan, sebagaimana diamanatkan dalam konstitusi, Pasal 34 UUD 1945 yang menyatakan bahwa anak-anak miskin dan terlantar diurus oleh negara. Postur tubuh tidak maksimal saat dewasa (secara fisik anak terlihat lebih pendek dari pada umumnya);

Dalam hal ini negara mempunyai kewajiban untuk melakukan tindakan-tindakan yang menghambat terpenuhinya seluruh hak asasi anak yang menderita kehamilan. Artinya negara wajib mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya pelanggaran seluruh hak asasi anak yang dilakukan oleh para pihak. Negara berkewajiban mengambil tindakan legislatif, administratif, hukum dan lainnya untuk mewujudkan hak asasi anak secara utuh.

Kebijakan program pemerintah terkait penanganan stunting merupakan wujud perlindungan hak anak yang merupakan tatanan konstitusi bahwa perlindungan anak merupakan bagian dari hak asasi manusia. Oleh karena itu, menjadi tanggung jawab negara untuk mengeluarkan anak dari stunting, agar anak dapat hidup sehat dan mempunyai kehidupan yang layak. Setiap anak berhak atas pelayanan kesehatan yang baik, hak atas pangan (asupan gizi), hak atas kesejahteraan.

Hak tersebut diakui dalam peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. 3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak, UU Pangan, bahkan diatur dalam UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Penegakan Hak Asasi Manusia terhadap Stunting

Penyaluran umum bantuan pemerintah di lingkungan Kementerian Kesehatan dengan memberikan makanan tambahan kepada ibu hamil dan bayi serta memberikan pendidikan gizi dengan memberikan makanan tambahan lokal kepada ibu hamil dan bayi. Aspek materiilnya adalah hak-hak anak adalah hak asasi manusia, dan demi kepentingan mereka hak-hak anak diakui dan dilindungi undang-undang30. Berdasarkan pertimbangan tersebut, negara menetapkan beberapa peraturan perundang-undangan yang substansi hukumnya menjamin hak asasi anak yang merupakan hak asasi yang bersifat kodrati.

Peraturan perundang-undangan nasional menjamin terlaksananya hak-hak anak secara umum, namun hal tersebut tidak cukup karena belum adanya peraturan perundang-undangan yang secara tegas mengatur hak-hak anak penyandang disabilitas. Berdasarkan permasalahan tersebut, sebenarnya yang diperlukan untuk menegakkan hak asasi anak penderita stunting adalah sinergi, komitmen yang berkeadilan antara pemerintah, orang tua, keluarga, dan masyarakat dalam melaksanakan hak anak sebagaimana disyaratkan hak asasi manusia dalam suatu negara yang berdaulat. Kebijakan dan strategi yang mengatur pola asuh ini terdapat dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal 128, Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang ASI dan Keputusan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan.

Hal ini terbukti dengan banyaknya pemberitaan terkait pelayanan yang masih belum maksimal dan adanya perlakuan yang bersifat diskriminatif terhadap sebagian masyarakat. 36 Pasien miskin (anak usia 5 tahun) mendapatkan pelayanan kesehatan yang bersifat diskriminatif 37 Tindakan yang mendiskriminasi hak anak merupakan pelanggaran hak konstitusional sebagaimana ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 itu. Faktor ini disebabkan oleh kurangnya kepedulian keluarga terhadap pemenuhan gizi 39 Ibu yang tidak peduli terhadap hak anaknya untuk mendapatkan ASI Eksklusif, karena penampilan ibu yang tidak modis, merupakan tindakan pelanggaran hak asasi anak40. Tindakan ini menunjukkan tidak seriusnya (kemauan politik) pemerintah untuk melindungi hak-hak anak, khususnya penyandang disabilitas.

Pemulihan kesehatan anak akibat stunting harus menjadi fokus pemerintah agar anak menjadi sehat kembali.42 Penegakan hak asasi anak akan lebih efektif dengan meningkatkan pengawasan dalam pelaksanaan pencegahan dan penanganan stunting.

KESIMPULAN

Segala upaya yang dilakukan pemerintah hendaknya didasari oleh semangat bahwa keberadaan negara hukum harus mampu membahagiakan rakyatnya sesuai dengan tujuan bernegara yang didasari oleh semangat kepekaan, komitmen, keteguhan hati dan komitmen yang tinggi. Idealnya, bukan hanya pemerintah saja yang wajib melindungi hak asasi manusia, tapi juga masyarakat umum, khususnya orang tua dan keluarga. Namun yang perlu diingat adalah perlunya profesionalisme agar pengembangan, implementasi dan pemajuan hak asasi manusia tidak sembarangan. Implementasi dan pemajuan hak asasi manusia yang diharapkan sesuai dengan koridor hukum karena Indonesia adalah negara hukum yang demokratis.44.

Kegagalan negara dalam memenuhi kewajibannya dapat dijadikan dasar penuntutan di pengadilan dalam rangka perlindungan hak asasi manusia. Meskipun terdapat penolakan terhadap tanggung jawab negara, sebagaimana dikemukakan dalam teori kedaulatan negara, namun kekuasaan negara bersifat tertinggi dan tidak terbatas, sehingga negara dapat memaksakan kehendaknya tanpa memperhatikan pihak lain, sehingga tidak mungkin dapat dituntut di pengadilan45. Namun sebagai negara hukum (rechstaat), bukan tidak mungkin negara tidak dapat dituntut di pengadilan.

Negara telah melanggar hak yang paling mendasar, yaitu hak untuk hidup yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa, dan hak atas pelayanan kesehatan yang merupakan hak yang diakui dalam konstitusi dan berasal dari negara.

SARAN

UCAPAN TERIMA KASIH

Peraturan hukum mengenai kehamilan diperlukan sebagai wujud tanggung jawab negara dalam melindungi hak asasi anak. Selain itu, pemerintah telah melindungi hak-hak anak seperti hak untuk hidup, hak atas kesehatan, hak untuk tumbuh dan berkembang sebagai manusia pada umumnya sebagaimana diatur dalam UUD pasal 28 B ayat (2) UUD 1945. tahun 1945. Negara Republik Indonesia (UUD NRI) menegaskan bahwa: “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh kembang, dan berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”, di samping itu, dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang hak hidup anak seperti seperti UU No 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, bahkan diatur dalam UU No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif untuk mengetahui dan menganalisis proses penerapan hukum hak asasi manusia terhadap anak yang menderita kehamilan.

Memenuhi kewajiban dan tanggung jawab Negara untuk mengambil tindakan aktif agar seluruh warga negara dapat memenuhi hak-haknya, termasuk hak anak yang mengalami stunting. Jika anak-anak yang mengalami stunting tidak direhabilitasi maka akan merugikan masa depan anak dan bangsa bahkan berakibat pada kematian. Berdasarkan pertimbangan tersebut, negara telah menetapkan berbagai peraturan perundang-undangan yang muatan hukumnya menjamin hak asasi anak. Ini adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri anak dan harus dilindungi, dihormati, dan dipertahankan oleh setiap orang.

Faktor tersebut disebabkan oleh kurangnya kepedulian keluarga terhadap pemenuhan gizi.39 Ibu yang tidak memperdulikan hak anaknya untuk mendapatkan ASI eksklusif karena penampilan ibu yang tidak modis merupakan pelanggaran hak asasi anak40. Kegagalan tersebut merupakan bentuk pelanggaran HAM yang dilakukan negara terhadap anak penyandang disabilitas karena tidak mampu melindungi dan memenuhi hak-hak dasar anak. Pemerintah, orang tua, keluarga, dan masyarakat belum serius dalam melindungi hak anak penyandang disabilitas (politik kemauan).

Perlindungan hak asasi anak harus ditegaskan dalam konstitusi dan peraturan perundang-undangan yang lebih spesifik, yang muatan pertamanya adalah hak dan kewajiban anak penyandang disabilitas; kedua, tanggung jawab pemerintah; ketiga, hak dan kewajiban orang tua; keempat, profesionalisme sistem pelayanan kesehatan dalam pencegahan dan penanganan stunting; kelima, partisipasi masyarakat; Implementasi pencegahan dan penanganan stunting belum optimal sehingga harus ada aturan khusus terhadap stunting dan pemerintah harus melakukan pengawasan secara efektif dan efisien terhadap pelaksanaan kebijakan program pemerintah sebagai upaya menjaga hak asasi anak. Penegakan hukum terhadap anak penderita stunting perlu dilakukan secara holistik di berbagai sektor dengan komitmen tinggi dan sinergi antara pemerintah, orang tua, keluarga dan masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

Selain pengaturan mengenai hak beragama sebagai bagian dari hak asasi manusia dalam konstitusi sebagaimana disebutkan diatas yaitu dalam ketentuan pasal 28E ayat 1 2, dan pasal 28 I

Pasal 28I berbunyi sebagai berikut: 1 Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui