• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil penelitian menunjukkan teori yang digunakan dalam menganalisis Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat (SWOT) mampu merepresentasikan penanganan anak jalanan yang saat ini dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Hasil penelitian menunjukkan teori yang digunakan dalam menganalisis Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat (SWOT) mampu merepresentasikan penanganan anak jalanan yang saat ini dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Bogor"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

20

ANALISIS STRATEGI KOMUNIKASI DINAS SOSIAL KOTA BOGOR DALAM MENANGGULANGI ANAK JALANAN DI KOTA

BOGOR

Arie Ardiwijaya1, Wiranta Yudha Ginting2*), Layung Paramesti Martha3

1, 2, 3Universitas Pakuan, Bogor, Indonesia

*) Surel Korespondensi: wirantayudha@gmail.com

Kronologi Naskah: diterima 16 Maret 2020; direvisi 19 Maret 2020; diputuskan 28 Maret 2020

Asbtrak. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis strategi komunikasi Dinas Sosial Bogor dalam menjalin komunikasi dengan anak jalanan di Bogor. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk mengungkap situasi dan masalah Dinas Sosial Bogor dalam menerapkan strategi komunikasi dalam menangani anak jalanan. Penelitian ini berlangsung di Dinas Sosial Bogor yang terletak di Jalan Raya Merdeka No. 142, Ciwaringin, Bogor Tengah, pada bulan November 2018 sampai dengan April 2019. Subjek dalam penelitian ini ada dua yaitu dua informan kunci dan dua informan biasa. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Teknik validitas data menggunakan triangulasi sumber untuk membandingkan data yang dikumpulkan dari observasi dan data yang dikumpulkan dari wawancara mendalam. Triangulasi sumber dalam penelitian ini adalah Rumah Merah Putih, salah satu yayasan sosial di Bogor. Hasil penelitian menunjukkan teori yang digunakan dalam menganalisis Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat (SWOT) mampu merepresentasikan penanganan anak jalanan yang saat ini dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Bogor.

Kata kunci: anak jalanan; analisis SWOT; strategi komunikasi

Abstract. The purpose of this research is to analyze communication strategy of Bogor Social Office on establishing communication with street children in Bogor. This research used qualitative descriptive method to reveal Bogor Social Office’s situation and problem in implementing communication strategy in dealing with street children.

This research took place in Bogor Social Office located in Jalan Raya Merdeka No.

142, Ciwaringin, Central Bogor, on November 2018 until April 2019. There are two subjects on this research, two key informants and two ordinary informants. Data collection technique used in this research includes depth interviews, observation, and documentation. Data validity technique was using source triangulation to compare both data collected from observation and data collected from depth interview. Source triangulation in this research is Rumah Merah Putih, one of the social foundation in Bogor. Results showes theory that been used in analyzing Strength, Weakness, Opportunity, and Threat (SWOT) are able to represent street children handling which currently done by Bogor Social Office.

Keywords: communication strategy; tramp; SWOT analysis.

(2)

21 Pendahuluan

Anak jalanan atau yang sering dikenal sebagai “Anjal” adalah seorang anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari di jalanan, baik untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalan dan tempat-tempat umum, dalam rentang usia 5 sampai 18 Tahun. Dinas Sosial Kota Bogor menyebutkan bahwa anak jalanan mempunyai ciri-ciri yaitu melakukan kegiatan atau berkeliaran di jalanan, berpenampilan kusam dan mobilitasnya tinggi. Keberadaan anak jalanan ini menjadi fenomena dalam keseharian di kota-kota besar di Indonesia. Fenomena ini selain berdampak pada derasnya arus urbanisasi dan perkembangan lingkungan perkotaan (Suyanto, 2010:34), yang menawarkan mimpi kepada masyarakat, terutama pada golongan masyarakat yang tingkat ekonominya lemah, mengakibatkan jumlah anak jalanan meningkat drastis khususnya di Kota Bogor. Jumlah anak jalanan di Kota Bogor pada Tahun 2016 berjumlah 90 orang, jumlah tersebut meningkat pada Tahun 2017 yaitu berjumlah 140 orang.

Pemerintah Kota Bogor tengah gencar melakukan razia terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial, penyisiran ini dilakukan terhadap anak jalanan di beberapa titik di Kota Bogor, dengan mendapatkan laporan dari warga yang mengeluhkan tentang kehadiran anak jalanan serta keberadaan mereka yang sangat meresahkan (AyoBogor.com, 16 Oktober 2017)1.

1https://www.ayobogor.com/read/2017/10/16/

812/pemkot-bogor-gencar-razia-anak-jalanan (diakses pada tanggal 04 Desember 2018 pukul 21.25)

Tim gabungan Polresta Bogor Kota, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan Dinas Sosial (Dinsos) Kota Bogor menjaring 100 pengamen dan anak jalanan dalam operasi cipta kondisi, tujuannya, menjaga agar anak jalanan dan pengamen yang terjaring tidak melakukan tindakan kriminal, operasi cipta kondisi akan terus diselenggarakan. Meski belum bisa memastikan waktu pasti dan jangka waktunya (Republika.co.id, 11 Desember 2017)2.

Berdasarkan peraturan tersebut, Dinas Sosial Kota Bogor mempunyai tugas pokok dan fungsi merumuskan kebijakan operasional di bidang sosial.

Dinas Sosial Kota Bogor memiliki tugas untuk melakukan kegiatan pembinaan dan pemeliharaan dalam memulihkan serta mengembangkan kesejahteraan sosial.

Dinas Sosial Kota Bogor dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh Pemerintah Kota Bogor, harus memiliki strategi komunikasi yang tepat dan bertujuan untuk kepentingan bersama dalam menanggulangi anak jalanan, sehingga diharapkan strategi yang dilakukan Dinas Sosial Kota Bogor dapat dirasakan dan tidak sia-sia.

Strategi-strategi yang dilakukan dalam menanggulangi anak jalanan ini dibutuhkan waktu dan persiapan yang matang sehingga mendapatkan hasil yang maksimal. Oleh karena itu, strategi komunikasi tersebut harus dipikirkan secara matang, agar pesan yang disampaikan Dinas Sosial Kota Bogor

2https://nasional.republika.co.id/berita/nasiona l/jabodetabek-nasional/p0spwc280/tim- gabungan-jaring-100-anak-jalanan-di-kota- bogor (diakses pada tanggal 04 Desember 2018 pukul 21.21)

(3)

22 kepada anak jalanan dapat diterima

dengan baik sehingga strategi yang dibuat oleh Dinas Sosial Kota Bogor dapat terwujud dan terlaksana dengan baik.

Dinas Sosial Kota Bogor mempunyai strategi dalam menanggulangi anak jalanan di Kota Bogor, pertama Dinas Sosial Kota Bogor melakukan tahap penjangkauan terlebih dahulu, setelah melihat efek dari penjangkauan tersebut barulah Dinas Sosial Kota Bogor melakukan tahap razia yang melibatkan tim dari Detasemen Polisi Militer (Denpom), Polisi Sektor (Polsek), Polisi Resor (Polres), Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), dan Dinas Kesehatan. Dari kegiatan razia anak jalanan yang dilakukan nantinya setiap anak yang terjaring razia akan dibawa oleh Dinas Sosial Kota Bogor ke kantor Dinas Sosial Kota Bogor untuk diberikan pembinaan.

Perda Nomor 08 Tahun 2009 tersebut, dalam proses komunikasi tersebut Dinas Sosial Kota Bogor mengajak para anak jalanan yang terjaring razia untuk diberikan pembinaan, pelatihan keterampilan maupun rohani. Pembinaan, pelatihan keterampilan maupun rohani tersebut dimaksudkan agar para anak jalanan memiliki bekal secara profesi maupun kesiapan mental untuk mencari profesi yang lebih baik. Namun kenyataan pada hasil kegiatan razia yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial Kota Bogor dari 100 anak jalanan yang terjaring razia hanya 1 orang yang bersedia mengikuti pembinaan dan keterampilan dari Dinas Sosial Kota Bogor (TribunnewsBogor, 11 Desember 2017)3.

3 http://bogor.tribunnews.com/2017/12/11/dari-

puluhan-anak-jalanan-yang-terjaring-cuma-1- orang-yang-berminat-ikut-pelatihan-dinsos (diakses pada tanggal 12 desember 2018 pukul 20.45)

Maka dari itu, berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai strategi komunikasi yang dilakukan Dinas Sosial Kota Bogor dalam menanggulangi permasalahan anak jalanan di Kota Bogor agar dapat meminimalisir keberadaan mereka di jalanan. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Analisis Strategi Komunikasi Dinas Sosial Kota Bogor dalam Menanggulangi Anak Jalanan Di Kota Bogor”

Berikut ini adalah konsep-konsep rujukan yang mendasari penelitian ini.

Dalam strategi terdapat prinsip yang harus dicamkan, yakni “Tidak ada sesuatu yang berarti dari segalanya kecuali mengetahui apa yang akan dikerjakan oleh musuh, sebelum mereka mengerjakannya”.

Menurut Effendy (2009:33), pada strategi komunikasi, segala sesuatunya harus dipertautkan dengan komponen-komponen yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan dalam rumus Lasswell tersebut :

1. Siapakah komunikatornya (Who) Komunikator adalah orang yang menyampaikan pesan kepada komunikan.

2. Pesan apa yang dinyatakannya (Says What)

Pesan adalah imformasi yang diberikan atau disampaikan komunikator pada komunikannya.

Baik berupa verbal maupun non verbal.

3. Media apa yang digunakannya (In Which Channel)

Media adalah perantara atau alat yang digunakan komunikator dalam menyampaikan pesan kepada komunikan.

4. Siapa komunikannya (To Whom) Komunikan adalah orang yang menerima pesan dari komunikator.

Komunikan merupakan hal yang

(4)

23 sangat penting, sebab semua aktivitas

komunikasi diarahkan kepada komunikan, komunikan yang menentukan berhasil tidaknya suatu kegiatan atau program.

5. Efek apa yang diharapkan (With What Effect)

Efek adalah hal yang ditimbulkan setelah dilakukan penyampain informasi, ada empat macam efek yang bisa ditimbulkan, pertama perubahan yang begitu cepat dan luas dalam lingkungan yang memerlukan perencanaan jangka pendek, yakni antara 1-2 tahun (turbulent). Kedua yaitu, cepat tapi perubahaannya kecil sehingga penanganannya memerlukan perencanaan untuk 2-3 tahun (unstable). Ketiga yaitu, lambat tetapi perubahaannya luas sehingga diperlukan perencanaan untuk jangka waktu 3-5 tahun. Terakhir, stable, lambat dan perubahaan yang ditimbulkan kecil sehingga perencanaan diperlukan untuk jangka waktu 5-20 tahun (transitional).

Konsep SWOT penelitian ini merujuk pada Rangkuti (2014:19), yang mengidentifikasi beberapa faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Kaitan antara ke empat elemen analisis sebagati berikut:

1. Kuadran I

Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.

2. Kuadran II

Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memliki kekuatan dari segi internal.

Strategi yang harus diterapkan

adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi.

3. Kuadran III

Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar tetapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala atau kelemahan internal.

Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang besar yang lebih baik.

4. Kuadran IV

Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

Dari empat komponen yang digunakan dalam analisis SWOT, maka komponen kekuatan dan kelemahan berada dalam ranah internal organisasi.

Kedua komponen ini erat hubungannya dengan sumber daya dan manajemen organisasi, karena itu disebut Assessment Internal Organization, sedangkan komponen peluang dan ancaman ini terjadi karena hasil dinamika yang terjadi dalam masyarakat. Kedua komponen ini banyak ditentukan oleh kemampuan komunikasi, jaringan dan kerjasama dengan orang lain.

Perda Nomor 8 Tahun 2009, pasal 4 ayat 1 dan 2 menyebutkan bahwa penyelenggaraan kesejahteran sosial ditujukan kepada perorangan, keluarga, kelompok, dan atau masyarakat.

Dalam pasal 5 menyebutkan bahwa ada 26 macam yang termasuk ke ruang lingkup kesejahteraan sosial, diantaranya : anak balita terlantar, anak terlantar, anak yang berhadapan dengan hukum, anak jalanan, anak dengan kedisabilitasan (ADK), anak yang menjadi korban tindak kekerasaan atau diperlakukan salah, anak yang memerlukan perlindungan khusus, lanjut

(5)

24 usia terlantar, penyandang disabilitas,

tuna susila, gelandangan, pengemis, pemulung, kelompok minoritas, bekas warga binaan lembaga pemasyarakatan (BWBLP), orang dengan HIV/AIDS (ODHA), korban penyalahgunaan NAPZA, korban trafficking, korban tindak kekerasaan, pekerja migran bermasalah social (PMBS), korban bencana alam, korban bencana sosial, perempuan rawan sosial ekonomi, fakir miskin, keluarga bermasalah sosial psikologis, dan komunitas adat terpencil.

.

Dalam pasal 7 ayat 1 dan 2 menyebutkan bahwa penanganan terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial di daerah, wajib dilakukan Pemerintah Daerah bersama- sama dengan masyarakat melalui program terpadu dan lintas sektoral dengan pendekatan menyeluruh. Usaha penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial.

Dalam Pasal 9 ayat 1 menjelaskan tentang usaha preventif, yaitu usaha preventif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) dapat dilakukan antara lain melalui usaha: penyuluhan, bimbingan sosial, bantuan sosial, peningkatan derajat kesehatan, peningkatan aksesibilitas terhadap sumber, asistensi sosial, jaminan sosial, dan pemberdayaan. Pasal 10 ayat 1 dan 2 menjelaskan tentang usaha represif, yaitu usaha represif.

Pasal 12 ayat 1 dan 2 menjelaskan tentang usaha perlindungan yaitu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), diarahkan untuk mencegah dan menangani resiko dari guncangan dan kerentanan sosial, seseorang, keluarga, kelompok, dan masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar minimal.

Usaha perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui : bantuan sosial, advokasi sosial, dan bantuan hukum. Pasal 13

menjelaskan tentang usaha penunjang yaitu usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) berupa penyediaan sarana dan prasarana oleh Pemerintah Daerah.

Tujuan dibentuknya Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2009 adalah meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kelangsungan hidup, memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian, meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan menangani masalah kesejahteraan sosial, meningkatkan kemampuan, kepedulian, tanggungjawab sosial dunia usaha dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan, meningkatkan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan, meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Disamping hal di atas, untuk mewujudkan fungsi pemerintah di dalam negara hukum yang demokratis, yaitu mewujudkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Maka salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bogor adalah menerbitkan Peraturan Daerah tentang penyelenggaraan dan penanganan kesejahteran social (Lembaran Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 8 Tahun 2009).

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.

Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2010:4), adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, tulisan, atau lisan dari orang- orang perilaku yang diamati. Data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif deskriptif ini adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Selain

(6)

25 itu, semua yang dikumpulkan

berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang di teliti.

Lokasi yang akan diteliti ini adalah Dinas Sosial Kota Bogor. Alamat dari lokasi penelitian berada di Jalan Raya Merdeka No.142, Ciwaringin, Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat 16125. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2018 sampai dengan bulan April 2019 untuk mengambil dan pengumpulan data serta wawancara mendalam.

Adapun beberapa informan kunci maupun informan yang dipilih peneliti sebagai orang yang dapat dipercaya untuk memberikan informasi atau data dalam melaksanakan penelitian yang berkaitan dengan penanggulangan anak jalanan, sebagai berikut :

1. Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial pemilihan sebagai informan kunci dalam merupakan penanggungjawab di Bidang Rehabilitasi Sosial.

2. Kepala Seksi Rehabilitas Tuna Sosial dan Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial pemilihan sebagai informan kunci yang mengetahui strategi dalam menanggulangi anak jalanan dan yang membuat perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi.

3. Anak jalanan yang kini bekerja untuk membantu di kantor Dinas Sosial Kota Bogor, pemilihan sebagai informan yang merupakan salah satu anak jalanan yang menerima pembinaan dari Dinas Sosial Kota Bogor dan kini bekerja untuk membantu tugas-tugas yang ada di kantor Dinas Sosial Kota Bogor.

4. Anak jalanan, pemilihan Iwan sebagai informan dalam penelitian ini karena Iwan merupakan anak jalanan yang menolak untuk mengikuti program pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Bogor.

Lofland dalam Moleong (2010:157), sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumentasi dan lain- lain. Oleh sebab itu, sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer yang didapatkan dari informan kunci yaitu Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial dan Kepala Seksi Rehabilitas Tuna Sosial dan Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial.

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan mengutip dari sumber lain yang bertujuan untuk melengkapi data primer, seperti literatur, dokumentasi perusahaan dan kliping berita media massa.

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dapat dilakukan pada natural settings (kondisi yang alamiah), sumber data primer dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi (Sugiyono,2010:63), adapun beberapa teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah :

1. Wawancara informan kunci dan informan.

2. Observasi

Peneliti melakukan observasi pada saat Dinas Sosial Kota Bogor melakukan penanggulangan dan pembinaan terhadap anak jalanan.

3. Dokumentasi

Bentuk dokumentasi yang dilakukan peneliti berupa foto proses penangulanan dan pembinaan anak jalanan.

Menurut Moleong (2010:330), triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.

Langkah yang digunakan dalam teknik triangulasi data ini adalah triangulasi sumber, karena peniliti menggunakan beberapa pengumpulan data diantaranya wawancara dan observasi. Triangulasi

(7)

26 sumber ini memenuhi beberapa syarat,

karena triangulasi sumber dapat dicapai dengan salah satunya membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. Triangulasi sumber dalam penelitian ini adalah Rumah Merah Putih.

Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2010:91), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data adalah reduksi data, data display dan penarikan kesimpulan verifikasi.

1. Reduksi Data

Mereduksi data dengan cara merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

2. Data Display

Bentuk yang digunakan dalam display data penelitian ini adalah teks naratif yang digunakan melalui matriks, dengan memaparkan terbentuknya strategi komunikasi yang digunakan oleh Dinas Sosial Kota Bogor.

3. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi) Kesimpulan ini awal yang dikemukan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Hasil dan Pembahasan

Strategi Komunikasi Penanggulangan Anak Jalanan Di Kota Bogor

Dinas Sosial Kota Bogor memiliki strategi komunikasi untuk menanggulangi anak jalanan, menurut Effendy (2009:33), dalam strategi komunikasi segala sesuatunya harus dipertautkan dengan komponen-

komponen yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan dalam rumus Lasswell tersebut :

1. Komunikator

Komunikator yang dipilih dalam penyampaian pesan atau informasi dalam menanggulani anak jalanan adalah Kepala Seksi Rehabilitas Tuna Sosial dan Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial.

2. Sasaran

Target sasaran nya adalah anak jalanan, yang berada di Tugu Kujang, Terminal Baranangsiang, Mall BTM, Ciomas, Jalan Padjajaran, dan daerah Yasmin, anak jalanan yang berada dikawasan tersebutlah yang menjadi komunikan.

3. Pesan dan Informasi

Teknik penyusunan pesan dalam bentuk one side issue, yaitu teknik penyampaian pesan yang menonjolkan sisi kebaikan atau keburukan sesuatu. Artinya seorang komunikator dalam menyampaikan pesan harus memberikan tekanan pada kebaikan atau keburukannya.

Sifat pesan informatif, persuasif, dan edukatif dalam penyampaian pesan terhadap anak jalanan. Dinas Sosial Kota Bogor menyampaikan pesan mengenai Perda Nomor 8 tahun 2009 yang didalamnya berisikan hal- hal yang menjadi larangan beraktivitas di jalanan.

4. Media.

Media yang digunakan yaitu billboard, spanduk, dan brosur.

Dalam memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada anak jalanan dan masyarakat, Dinas Sosial Kota Bogor mengupayakan dan dapat mengoptimalkan sosialisasi kepada anak jalanan dan khususnya kepada masyarakat melalui media komunikasi.

(8)

27 5. Efek

Efek yang ditimbulkan pada proses penanggulangan anak jalanan ini mulai mengalami perubahan di beberapa titik lokasi. Berkurangnya jumlah anak jalan di beberapa titik menjadi salah satu efek yang sangat terasa dari program yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Bogor.

Analisis SWOT Penanggulangan Anak Jalanan Di Kota Bogor

Dinas Sosial Kota Bogor untuk melakukan kegiatan penanggulangan anak jalanan agar dapat memberikan pemahaman dan pembinaan terhadap anak jalanan. Setalah menganalisis faktor tersebut, kemudian dilakukan wawancara serta mengumpulkan informasi lainnya seperti dokumen- dokumen agar hasil yang sudah dikumpulkan dapat diolah menggunakan metode SWOT :

1. Kekuatan (Strength)

Unsur komunikator, yaitu Dinas Sosial Kota Bogor telah melakukan sosialisasi kepada anak jalanan, dalam sosialisasi ini Dinas Sosial Kota Bogor menerjunkan tim yang terdiri dari Dinas Sosial Kota Bogor itu sendiri.

Unsur sasaran, Dinas Sosial Kota Bogor memiliki data terkait titik-titik mana saja yang menjadi titik vital banyaknya anak jalanan di Kota Bogor.

Unsur pesan dan informasi, pemberitahuan informasi kepada anak jalanan terkait aturan yang melarang anak jalanan, dilakukan secara langsung oleh Dinas Sosial Kota Bogor kepada anak jalanan.

Unsur media, Dinas Sosial Kota Bogor melakukan sosialisasi Perda kepada masyarakat melalui billboard, spanduk dan brosur.

Unsur efek, diadakannya program pembinaan oleh Dinas Sosial Kota Bogor kepada anak jalanan, tentunya

untun menumbuhkan rasa keinginan para anak jalanan untuk tidak beraktivitas kembali di jalanan,

2. Kelemahan (Weakness)

Unsur komunikator, kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM) atau Personil Dinas Sosial Kota Bogor saat melakukan sosialisasi di lapangan.

Unsur sasaran, Pada kenyataannya, sasaran sosialisasi peraturan ataupun pembinaan yang dilakukan di beberapa titik lokasi, para anak jalanan cukup banyak yang bukan merupakan warga asli Kota Bogor, mereka berasal dari luar Kota Bogor.

Unsur pesan dan informasi, kmunikasi pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Bogor kepada anak jalanan bersifat satu arah, yakni para anak jalanan tidak diberi kesempatan untuk mengemukakan atau turut menyampaikan pendapat mengenai program pembinaan.

Unsur sasaran, komunikasi yang bersifat persuasif merupakan sebuah kelemahan dari Dinas Sosial Kota Bogor, mayoritas anak jalan di Kota Bogor bekerja di jalanan bukan waktu yang sebentar, melainkan tahunan.

Serta penghasilan yang dirasa cukup oleh anak jalanan menjadi alasan mengapa anak jalanan di Kota Bogor memilih untuk tetap beraktivitas mencari uang di jalanan. Rendahnya tingkat pendidikan anak jalanan di Kota Bogor membuat komunikasi persuasif dirasa kurang efektif.

Unsur media, dalam program ini kurang efektif, dikarenakan minat membaca menjadi kendala. Sehingga sosialisasi dilakukan lebih banyak secara tatap muka.

Unsur efek, para anak jalanan merasa kurang nyaman ketika mengikuti program pembinaan, karena para anak jalanan akan dilatih beberapa bidang profesi yang dimana

(9)

28 menuntut para anak jalanan untuk

hidup lebih disiplin.

3. Peluang (Opportunity)

Unsur komunikator, dalam hal ini, komunikator yakni Dinas Sosial Kota Bogor memiliki peluang untuk datang langsung kepada anak jalanan memberikan sosialisasi ataupun bahkan pelatihan untuk membuat para anak jalan memiliki keterampilan dalam bidang-bidang tertentu selain di jalanan.

Unsur sasaran, target sasaran sosialisasi merupakan para anak jalanan yang berusia paling tua 18 tahun. Pada usia ini diharapkan para anak jalanan masih dapat diberikan masukan dan dengan sosialisasi dan adanya program pelatihan.

Unsur pesan dan informasi, keinginan anak jalanan untuk ikut langsung berkontribusi khususnya dalam penyusunan kegiatan pembinaan merupakan peluang bagi Dinas Sosial Kota Bogor.

Unsur media, pemilihan lokasi pemasangan ataupun penyebaran informasi melalui media billboard, sponsor dan brosur dirasa sangat tepat guna mengedukasi masyarakat tentang peraturan larangan untuk memberi uang kepada anak jalanan.

Unsur Efek, anak jalanan tidak ingin mengikuti pembinaan yang sifatnya terlalu “kaku”, mereka menginginkan pembinaan dengan cara yang berbeda dengan apa yang dibuat oleh Dinas Sosial Kota Bogor, yakni anak jalanan ingin program pembinaan berupa pelatihan musik ataupun saluran kreatif dari kemampuan mereka.

4. Ancaman (Threat)

Unsur komunikator, pandangan anak jalanan menganggap bahwa Dinas Sosial Kota Bogor tidak lebih hanyalah “tukang razia” yang tugasnya hanya menjaring mereka

(anak jalanan) secara paksa dengan kekerasan.

Unsur Sasaran, usia anak jalanan yang akan dibina adalah usia maksimal 18 tahun, dimana pada setiap-setiap keputusan yang diambil oleh anak tersebut bergantung pada keputusan orang tua.

Unsur pesan dan infromasi, imbas dari tidak dilibatkannya para anak jalanan sehingga dirasa perlu pelibatan dari anak jalanan tehadap pendapat mereka.

Unsur media, penyebaran informasi melalui media billboard, spanduk dan brosur dapat membuat anak jalanan merasa didiskriminasi oleh pemerintah, seolah mereka merupakan biang masalah di Kota Bogor.

Unsur efek, penentuan terkait apa saja program yang akan dilakukan saat pembinaan berlangsung, semua dirancang oleh Dinas Sosial Kota Bogor tanpa melibatkan opini atau pandangan dari para anak jalanan

Simpulan dan Saran Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang telah dilakukan peneliti secara keseluruhan, peneliti memberi kesimpulan, diantaranya : 1. Kekuatan (Strength) yang dimiliki

oleh Dinas Sosial Kota Bogor adalah sosialisasi tentang pemberitahuan informasi kepada anak jalanan terkait peraturan yang ada, pembinaan dengan mengajarkan dan memberikan modal usaha kepada anak jalanan ketika telah menyelesaikan program pembinaan yang bertempat di Panti Pangudi Luhu, Bekasi. Dinas Sosial Kota Bogor juga memiliki landasan hukum yang kuat guna meanggulangi anak jalanan.

(10)

29 2. Kelemahan (Weakness) yang

dimiliki oleh Dinas Sosial Kota Bogor bersifat satu arah karena dalam tahap proses perencanaan program pembinaan, para anak jalanan tidak dilibatkan oleh Dinas Sosial Kota Bogor. Selain itu, kelemahan SDM atau personil yang dianggap tidak memadai menjadi kendala yang sangat dirasakan oleh Dinas Sosial Kota Bogor, dan tidak adanya panti asuhan, membuat Dinas Sosial Kota Bogor harus bekerja sama dengan instansi lain.

3. Peluang (Opportunity) para anak jalanan menginginkan untuk kembali bersekolah, mengenyam pendidikan guna meningkatkan kualitas Pendidikan serta ekonomi bagi keluarga mereka kelak. Adanya dukungan dari pemerintah maupun dari Instansi lain dirasa penting, 4. Ancaman (Threat) yang dihadapi

yakni adanya stereotype “tukang razia” dari anak jalanan tentang Dinas Sosial Kota Bogor, hanya menjaring mereka (anak jalanan) secara paksa tanpa memberikan solusi. Pandangan ini yang membuat anak jalanan bahkan enggan untuk berhadapan langsung dengan dinas terkait. Faktor ancaman adalah masyarakat yang tetap memberikan uang kepada para anak jalanan,

Saran

1. Melakukan pendekatan persuasif tidak hanya kepada anak jalanan

tersebut, melainkan orang tua dari anak jalanan. Dengan berkomunikasi dengan keluarga anak jalanan, dapat melakukan pembinaan yang meliputi pelatihan kerja maupun edukasi akademis.

2. Melibatkan para anak jalanan untuk ikut berperan aktif dalam penyusunan program pembinaan.

3. Melibatkan anak jalanan didalam kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah Kota Bogor, sedikit demi sedikit, dapat mempererat hubungan antara anak jalanan dengan pemerintah. Ketika sudah melakukan pendekatan, barulah komunikasi yang bersifat persuasi mengenai norma ataupun larangan beraktifitas di jalanan melalui program pembinaan dapat lebih diterima oleh para anak jalanan.

Daftar Pustaka

Effendy, Onong Uchjana. 2009.

Komunikasi Teori dan Praktik.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

Rangkuti, Freddy. 2014. Analisis SWOT:

Teknik Membedah Kasus Bisnis.

Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Referensi

Dokumen terkait

Kazé 100 Days by Juliane Okot Bitek Zach Linge either, Orpheus by Dan Disney Heather Taylor Johnson Breaking the Days by Jill Jones; Hoard by Tracy Ryan Heather Taylor Johnson

Komunikasi lanskap kota sebagai salah satu bentuk komunikasi primer yang sudah dilakukan pemerintah Kota Bogor dan secara umum dinilai cukup baik adalah berupa penataan ruang terbuka