journal.umbjm.ac.id/index.php/jcps 657
PENENTUAN NILAI SPF PADA SEDIAAN CLAY MASK EKSTRAK KULIT KAYU BANGKAL SEBAGAI TABIR SURYA
(Determination of SPF Value on Clay Mask of Bangkal Wood Skin Ekstract as Sunscreen)
(Submited : 06 November 2022, Accepted : 30 September 2023)
Hayatus Sa’adah1, Nor Latifah1, Savitri Kamariah1, Elma Nazirah1
Program Studi S1 Farmasi Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Email: [email protected]
ABSTRAK
Tanaman Bangkal (Nauclea subdita (Korth.) Steud.) merupakan salah satu jenis tanaman yang dimanfaatkan sebagai bahan aktif kosmetik oleh masyarakat lokal di Kalimantan Selatan. Kandungan antioksidan pada kulit kayu bangkal tersebar dari bagian atas, tengah, dan bawah batang, dengan konsentrasi tertinggi pada bagian atas. Ekstrak kulit kayu bangkal juga memiliki kemampuan sebagai tabir surya. Penelitian ini bertujuan membuat formulasi clay mask dari ekstrak kulit kayu bangkal sebagai bahan aktif yang memiliki aktivitas tabir surya serta kaolin dan bentonit sebagai basis clay. Formulasi meliputi clay mask tanpa bahan aktif sebagai kontrol (F0) dan clay mask yang mengandung berbagai konsentrasi ekstrak kulit kayu bangkal (F1:0,1%, F2:1% dan F3:10%), Formulasi selanjutnya dilakukan evaluasi mutu fisik (organoleptik, homogenitas dan pH) dan uji potensi tabir surya secara In Vitro menggunakan Spektrofotometer UV-Vis. Hasil penelitian membuktikan bahwa ekstrak kulit kayu bangkal dapat di formulasikan menjadi clay mask yang memenuhi persyaratan mutu fisik sediaan. Clay mask juga terbukti memiliki potensi tabir surya pada F2 dan F3, masing-masing memiliki potensi tabir surya sebesar 2,664 (proteksi minimal) dan 3,682 (proteksi minimal).
Kata kunci : Clay Mask, Kulit Kayu Bangkal, Tabir Surya ABSTRACT
Bangkal plant (Nauclea subdita (Korth.) Steud.) is one type of plant that is used as an active cosmetic ingredient by local people in South Kalimantan. The antioxidant content in the bangkal wood skin is spread from the top, middle, and bottom of the stem, with the highest concentration at the top. Bangkal wood skin extract also has the ability as a sunscreen. This study aims to make a clay mask formulation from bangkal wood skin extract as an active ingredient that has sunscreen activity and kaolin and bentonite as clay bases.
The formulations included clay masks without active ingredients as control (F0) and clay masks containing various concentrations of bangkal wood skin extract (F1:0,1%, F2:1% and F3:10%), The formulation was then evaluated for physical quality (organoleptic, homogenity and pH) and sunscreen potency test. The results showed that the bangkal wood skin extract could be formulated into a clay mask that met the physical quality requirements of the preparation. Clay mask was also proven to have sunscreen potential at F2 and F3, respectively containing 1% and 10% bangkal wood skin extract.
Keywords : Clay Mask, Bangkal Wood Skin, Sunscreen
journal.umbjm.ac.id/index.php/jcps 658 PENDAHULUAN
Kebutuhan produk kosmetik terus meningkat setiap tahunnya seiring bertambahnya jumlah penduduk dan perubahan gaya hidup (Kemenperin, 2020). Industri kosmetik diprediksi akan mengalami pertumbuhan pada tahun 2022.
Prediksi tersebut muncul mengingat kebutuhan produk perawatan kulit meningkat karena tidak hanya dibutuhkan oleh perempuan tetapi juga dibutuhkan oleh laki-laki (Ridwan & Aminah, 2022).
Penggunaan kosmetik berbahan alami semakin diminati seiring pola pikir masyarakat bahwa risiko kesehatan yang ditimbulkan lebih rendah dibandingkan dengan kosmetik berbahan kimia.
Oleh karena itu, negara Indonesia harus memulai mengeksplorasi kekayaan bahan alam sebagai bahan baku industri kosmetik (Raharjo et al., 2021).
Tanaman Bangkal (Nauclea subdita (Korth.) Steud.) merupakan salah satu jenis tanaman yang dimanfaatkan sebagai bahan aktif kosmetik oleh masyarakat lokal di Kalimantan Selatan (Soendjoto & Riefani, 2013).Bangkal tumbuh pada kondisi lahan basah, seperti rawa dan tepi sungai.
Bagian batang pohon bangkal terdiri dari selulosa 50,5%, hemiselulosa 16%, lignin 30%, dan ekstraktif 3% (Herlina et al., 2018). Kulit kayu bangkal memiliki kandungan flavonoid yang tinggi, yaitu sebesar 44,728±2,525 ekuivalen kuersetin (mg kuersetin/g ekstrak) (Sari & Triyasmono, 2017). Kandungan antioksidan pada kulit kayu bangkal tersebar dari bagian atas, tengah, dan bawah batang, dengan konsentrasi tertinggi pada bagian atas (Fatin et al., 2012). Ekstrak kulit kayu bangkal juga memiliki kemampuan sebagai tabir surya yaitu pada konsentrasi 250 ppm memiliki nilai SPF 10, konsentrasi 500 ppm memiliki nilai SPF 15, konsentrasi 1000 ppm memiliki nilai SPF 29 (Rahmawanty et al., 2017). Kulit kayu bangkal, oleh masyarakat Kalimantan Selatan dimanfaatkan sebagai bahan aktif kosmetik, produk kosmetik yang terbuat dari bahan aktif tersebut dikenal dengan nama bedak dingin atau pupur bangkal, digunakan menyerupai masker wajah. Fungsi utama bedak dingin adalah melindungi kulit wajah dari udara panas atau ultraviolet cahaya matahari. Fungsi lainnya adalah menghaluskan permukaan kulit, memberi kesan putih atau kekuningan, menghilangkan flek-flek hitam, mencegah jerawat, dan membersihkan sel- sel mati pada kulit wajah (Soendjoto & Riefani, 2013).
Masker wajah adalah kosmetik yang dapat berbentuk pasta/krim/gel yang mengandung mineral dan vitamin, digunakan satu atau dua kali seminggu. Bentuk sediaan masker wajah yang sangat populer adalah tipe wash off dengan basis clay, sering disebut dengan clay mask. Masker ini tidak membutuhkan waktu yang lama untuk pengeringan, mampu membersihkan hingga ke pori, memiliki daya penyerapan yang baik dan tidak mengiritasi kulit normal (Fauzi & Nurmalina, 2012; Pulomulo, 2015). Faktor utama yang membentuk clay adalah mineral clay seperti kaolin dan bentonit. Kaolin dapat mencegah timbulnya jerawat, membersihkan kulit wajah, melancarkan peredaran darah serta membuat kulit halus dan lembut. Sedangkan bentonit memiliki keunggulan sebagai absorben dengan tingkat plastisitas lebih tinggi dari kaolin sehingga memberikan rasa kencang dan tidak mudah pecah ketika mengering (Pulomulo, 2015).
Tujuan penelitian ini adalah membuat formulasi clay mask dari membuat formulasi clay mask dari ekstrak kulit kayu bangkal sebagai bahan aktif yang memiliki aktivitas tabir surya serta kaolin dan bentonit sebagai basis clay. Pengujian potensi tabir surya dapat dilakukan melalui penentuan nilai Sun Protection Factor (SPF) (Febriani et al., 2021).
Sejauh ini produk yang dibuat dari tanaman tersebut hanya berupa bedak dingin dan lulur dari serbuk kulit kayu bangkal. Clay mask ekstrak kulit kayu bangkal sangat perlu diformulasikan karena merupakan bentuk sediaan yang inovatif dan praktis, selain itu perpaduan komponen pada clay mask serta kandungan senyawa di dalam ekstrak kulit kayu bangkal diharapkan dapat mengurangi efek yang ditimbulkan oleh radikal bebas.
Saintifikasi Kulit Kayu Bangkal yang selama ini khasiatnya dikenal secara empiris perlu dilakukan untuk memperluas kemanfaatan dan meningkatkan nilai ekonominya melalui pengembangan produk inovatif seperti produk kosmetik yang aman, bekhasiat dan berkualitas.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2022 sampai dengan bulan Agustus 2022.
Tempat penelitian meliputi Laboratorium Formulasi dan Teknologi, Laboratorium Fitokimia dan Laboratorium Instrumen Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.
journal.umbjm.ac.id/index.php/jcps 659 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah seperangkat alat gelas (pyrex), timbangan digital (Ohaus PA214), mechanichal stirrer (IKA RW 20 digital), hot plate (Maspion S-301), oven (Memmert UNB 400), kulkas (Panasonic), pH meter (Senz pH Pro), spektrofotometer uv-vis (Genesys 10S UV- Vis), cuvettes disposable 1,5 mL (Serena B1022).
Bahan yang digunakan dalam penelitian, yaitu kulit kayu bangkal (pohon bangkal yang diambil kulit kayunya berumur ±5-7 tahun, diperoleh dari hutan Meratus-Desa Batu Tangga-Batang Alai Timur, tidak ada waktu spesifik dalam pengumpulan), etanol 96%, aquadest, kaolin, bentonit, titanium dioksida, minyak zaitun, asam stearat, setil alkohol, propil paraben, trietanolamin, propilenglikol, metil paraben, vitamin C, aromaterapi.
Prosedur Penelitian
a. Pembuatan Ekstrak Kulit Kayu Bangkal Simplisia kulit kayu bangkal dilakukan dengan cara metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Pada metode maserasi ini digunakan perbandingan berat/volume (1:10) membutuhkan berat simplisia 1500 gram serbuk simplisia kemudian dimasukan kedalam toples kaca, ditambahkan etanol 96% sebanyak 15000 ml, didiamkan selama 3x24 jam sambil sesekali diaduk, kemudian dilakukan penyaringan (Rahmawanty et al., 2017). Maserat yang sudah terkumpul kemudian diuapkan sampai mengental pada suhu ruangan, setelah ekstrak mengental dilakukan perhitungan rendemen ekstrak.
b. Formulasi Clay Mask Ekstrak Kulit Kayu Bangkal
Formulasi sediaan dapat dilihat pada Tabel 1, formula meliputi clay mask tanpa bahan aktif sebagai kontrol, clay mask yang mengandung berbagai konsentrasi ekstrak kulit kayu bangkal (Sa’adah, 2022).
Tabel 1. Formulasi Clay Mask Ekstrak Kulit Kayu Bangkal
Bahan Formula (%)
F0 F1 F2 F3
Ekstrak Kulit Kayu
Bangkal - 0,1 1 10
Kaolin 34,00 34,00 34,00 34,00
Bentonit 1,00 1,00 1,00 1,00
Titanium Dioksida 0,50 0,50 0,50 0,50
Aquadest 32,25 32,15 31,25 22,25
Minyak Zaitun 1,61 1,61 1,61 1,61
Asam Stearat 4,19 4,19 4,19 4,19
Setil Alkohol 0,97 0,97 0,97 0,97
Propil Paraben 0,03 0,03 0,03 0,03
Trietanolamin 1,29 1,29 1,29 1,29
Propilen Glikol 2,26 2,26 2,26 2,26
Metil Paraben 0,03 0,03 0,03 0,03
Aquadest 21,8 21,8 21,8 21,8
c. Evaluasi Mutu Fisik Clay Mask Ekstrak Kulit Kayu Bangkal
Evaluasi mutu fisik yang dilakukan meliputi uji organoleptik, uji homogenitas dan uji pH. Uji organoleptic dilakukan dengan mengamati parameter bentuk/tekstur, warna dan bau clay mask. Uji homogenitas dilakukan pada sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar. Uji pH sediaan dilakukan dengan alat pH meter digital, sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam aquadest hingga 100 mL. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut dibiarkan alat menunjukkan nilai pH sampai konstan, angka yang ditunjukan pH meter digital merupakan pH clay mask (Febriani et al., 2021).
d. Uji Potensi Tabir Surya Clay Mask Ekstrak Kulit Kayu Bangkal
Pengujian potensi tabir surya dapat dilakukan melalui penentuan nilai Sun Protection Factor (SPF). 1 gram sediaan dilarutkan dengan etanol 96% di dalam labu ukur 50 mL kemudian ditambahkan etanol 96% sampai tanda batas (Anugrah et al., 2016; Pratiwi et al., 2016). Larutan sampel diukur absorbansinya pada Panjang gelombang 290-320 nm tiap interval 5 nm. Panjang gelombang tersebut merupakan panjang gelombang sinar UV-B yang dapat menyebabkan eritema pada kulit. Alat ukur yang digunakan adalah Spektrofotometer UV-Vis. Perhitungan nilai SPF menggunakan persamaan berikut (Pratiwi et al., 2016):
Nilai SPF=CF.∑Abs.EE.I
320
290
Keterangan:
CF : Faktor koreksi (10) Abs : Absorban sampel
EE : Efektivitas eritema yang disebabkan sinar UV pada λ (nm)
I : Intensitas sinar UV pada λ (nm)
Tabel 2. Nilai EE x I adalah suatu konstanta pada λ 290-320 nm
λ (nm) EE x I
290 0,015
295 0,0817
300 0,2874
305 0,3278
310 0,1864
315 0,839
320 0,018
journal.umbjm.ac.id/index.php/jcps 660 e. Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah One Way Anova dan Kruskal Wallis. Data yang dianalisis menggunakan metode tersebut adalah data uji pH dan penentuan nilai SPF.
HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi Kulit Kayu Bangkal
Proses ekstraksi simplisia kulit kayu bangkal dilakukan dengan cara metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Pemilihan etanol 96% sebagai pelarut karena pelarut universal yang mudah didapat, mudah menguap sehingga baik digunakan untuk ekstraksi, bersifat polar sehingga maksimal dalam manarik senyawa- senyawa polar, menghasilkan rendemen senyawa polar seperti flavonid lebih banyak dibandingkan etanol 30%, 50% dan 70% (Sari & Triyasmono, 2017). Berikut gambar dan tabel hasil rendemen dan pemeriksaan makroskopik ektrak kulit kayu bangkal.
Gambar 1. Ekstrak Kulit Kayu Bangkal
Tabel 3. Hasil Rendemen dan Pemeriksaan Makroskopik Ektrak Kulit Kayu Bangkal
Bobot simplisia
(gram)
Bobot ekstrak
(gram)
Rendemen (%)
Pemeriksaan makroskopik Bentuk/
tekstur Warna Bau
1500 189,62 12,64 Kental Coklat
kekuningan
Khas kulit kayu bangkal Perhitungan: Rendemen Ekstrak=89,62 gram
1500 gram×100%=5,97%
Berdasarkan Tabel 3. hasil ekstrak diperoleh sebanyak 189,62 gram, didapat hasil rendemen sebesar 12,64%. Proses ekstraksi dikatakan tidak optimal apabila ekstrak tidak tersari dengan baik dan diperoleh rendemen ≤10% dan dikatakan optimal apabila ekstrak tersari dengan baik dan diperoleh rendemen ≥10%. Hasil tersebut didukung penelitian lain yang juga memperoleh hasil rendemen ekstrak kulit kayu bangkal ≥10 %, yaitu pada penelitian Rahmawanty (2017) sebesar 13,89 %(Rahmawanty et al., 2017). Perbedaan randeman ekstrak dapat disebabkan oleh perbedaan tempat pengambilan sampel dan jumlah pelarut yang digunakan. Perbedaan jumlah rendemen ekstrak dapat disebabkan oleh
perbedaan tumbuh masing-masing sampel dan hasil rendemen menunjukkan kemungkinan jumlah senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak (Raharjo et al., 2021).
Formulasi Clay Mask Ekstrak Kulit Kayu Bangkal
Formulasi dilakukan dengan membuat beberapa formula dengan variasi konsentrasi ekstrak kulit kayu bangkal, dapat dilihat pada Tabel 1., formulasi clay mask terdiri dari 2 bagian basis.
Basis pertama adalah basis clay yang terdiri dari kaolin, bentonit, titanium dioksida, dan aquadest (Febriani et al., 2021; M. Ginting et al., 2020;
Syamsidi et al., 2021). Basis kedua adalah basis krim yang terdiri minyak zaitun, asam stearat, setil alkohol, propil paraben, trietanolamin, propilen glikol, metil paraben, dan aquadest (Arifin et al., 2022). Penambahan basis krim pada clay mask ini bertujuan untuk memperbaiki tekstur karena basis krim memiliki kemampuan untuk melembutkan (Badwaik et al., 2022). Basis clay dibuat dengan cara kaolin, bentonite dan titanium dioksida digerus bersama sampai homogen tambahkan aquadest sampai terbentuk clay (Ginting & Siregar, 2022). Basis krim dibuat dengan cara meleburkan fase minyak yaitu minyak zaitun, asam stearat, setil alkohol dan propil paraben kemudian melarutkan fase air yaitu trietanolamin, propilen glikol, metil paraben, dan aquadest. Fase minyak dan fase air dicampur dalam keadaan panas (suhu
± 70°C) di dalam gelas beker menggunakan mechanical stirrer (300 rpm) sampai terbentuk konsistensi basis krim yang baik (Arifin et al., 2022). Basis krim ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam basis clay digerus sampai homogen kemudian ditambahkan ekstrak kulit kayu bangkal digerus sampai homogen. Clay mask yang sudah terbentuk selanjutnya dilakukan evaluasi mutu fisik.
Gambar 2. Clay Mask Ekstrak Kulit Kayu Bangkal
journal.umbjm.ac.id/index.php/jcps 661 Mutu Fisik Clay Mask Ekstrak Kulit Kayu
Bangkal
Tabel 4. Hasil Evaluasi Mutu Fisik Clay Mask Ektrak Kulit Kayu Bangkal
Formula Replikasi
Parameter
Organoleptik Homogenitas pH
Bentuk/tekstur Warna Bau
F0
A Semi solid/Lembut Kuning Muda Khas Bangkal Homogen 7,95
B Semi solid/Lembut Kuning Muda Khas Bangkal Homogen 7,69
C Semi solid/Lembut Kuning Muda Khas Bangkal Homogen 7,62
7,75 ± 0,17
F1
A Semi solid/Lembut Kuning Muda Khas Bangkal Homogen 7,65
B Semi solid/Lembut Kuning Muda Khas Bangkal Homogen 7,66
C Semi solid/Lembut Kuning Muda Khas Bangkal Homogen 7,69
7,66± 0,02
F2
A Semi solid/Lembut Kuning Muda Khas Bangkal Homogen 7,72
B Semi solid/Lembut Kuning Muda Khas Bangkal Homogen 7,72
C Semi solid/Lembut Kuning Muda Khas Bangkal Homogen 7,65
7,69 ± 0,04
F3
A Semi solid/Sedikit Kasar Kuning Muda Khas Bangkal Homogen 7,54
B Semi solid/Sedikit Kasar Kuning Muda Khas Bangkal Homogen 7,58
C Semi solid/Sedikit Kasar Kuning Muda Khas Bangkal Homogen 7,57
7,56 ± 0,01
Pengamatan organoleptik dilakukan secara visual menggunakan alat indera manusia untuk mengamati karakteristik clay mask ekstrak kulit kayu bangkal (bentuk/tekstur, warna dan bau).
Tujuan pengamatan organoleptik adalah untuk mengetahui penampilan sediaan telah memenuhi syarat estetika atau tidak. Ketiga formula clay mask ekstrak kulit kayu bangkal pada Tabel 4.
Menerangkan karakteristiknya memiliki konsistensi semi solid dengan tekstur lembut kecuali F3 memiliki tekstur sedikit kasar, warna kuning muda dan berbau khas. Hasil pengamatan organoleptik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tekstur pada F3, hal ini disebabkan pengaruh jumlah ekstrak yang lebih banyak.
Tekstur ekstrak kental kulit kayu bangkal memiliki tekstur kental bergranul sehingga semakin banyak kandungan ekstrak di dalam clay mask ekstrak kulit kayu bangkal semakin terasa tekstur granulnya tetapi tidak merubah bentuk sediaan yaitu tetap berbentuk semi solid.
Pengamatan homogenitas dilakukan secara visual menggunakan alat indera manusia.
Berdasarkan hasil pengamatan homogenitas terhadap clay mask ekstrak kulit kayu bangkal pada Tabel 4. menunjukkan bahwa semua formula tidak memperlihatkan adanya butir-butir kasar pada saat sediaan dioleskan pada kaca transparan. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat memiliki susunan yang homogen.
Pengujian pH dilakukan dengan tujuan untuk memastikan bahwa pH sediaan emulgel yang dibuat sama dengan pH fisiologis kulit agar tidak
menimbulkan iritasi pada saat penggunaan (Sa’adah et al., 2018). Hasil pengujian pH menunjukkan bahwa pH pada semua formula clay mask ekstrak kulit kayu bangkal tidak terdapat perbedaan pH yang signifikan seiring peningkatan konsentrasi ekstrak (Hasil analisis statistik Kruskal Wallis, Asymp Sig. 0,082 > 0,05). pH semua sediaan berada pada rentang pH yang diizinkan sehingga aman untuk digunakan, hasil pengujian pH dapat dilihat pada Tabel 4. Persyaratan pH yang diizinkan adalah 4,5-8,0 (Jumain et al., 2021).
Kestabilan pH merupakan salah satu parameter penting yang menentukan stabil atau tidaknya suatu sediaan. Derajat keasaman (pH) merupakan pengukuran aktivitas hydrogen dalam lingkungan air. Nilai pH tidak boleh terlalu asam karena itu dapat menyebabkan iritasi pada kulit sedangkan nilai pH terlalu basa dapat menyebabkan kulit bersisik (Ginting & Siregar, 2022).
Pengujian potensi tabir surya dari clay mask ekstrak kulit kayu bangkal secara in vitro menggunakan instrumen spektrofotometer UV-Vis bertujuan untuk mengetahui nilai faktor perlindungan matahari atau dikenal Sun Protection Factor (SPF). kategori proteksi berdasarkan nilai SPF yaitu nilai SPF 2-4 kategori proteksi minimal,4-6 kategori proteksi sedang, 6-8 kategori proteksi ekstra, 8-15 kategori proteksi maksimal dan ≥15 kategori proteksi ultra (Salsabila et al., 2021).
journal.umbjm.ac.id/index.php/jcps 662 Potensi Tabir Surya Clay Mask Ekstrak Kulit
Kayu Bangkal
Tabel 5. Hasil Uji Potensi Tabir Surya Clay Mask Ekstrak Kulit Kayu Bangkal
Formula Replikasi Potensi Tabir Surya
SPF Kategori Potensi Tabir Surya
F0
A 0,647
B 0,687 -
C 0,678
0,670 ± 0,020
F1
A 0,652
B 0,658 -
C 0,679
0,663 ± 0,014
F2
A 2,642
Proteksi Minimal
B 2,665
C 2,686
2,664 ± 0,022
F3
A 3,680
Proteksi Minimal
B 3,670
C 3,696
3,682 ± 0,013
Hasil pengujian nilai SPF dapat dilihat pada Tabel 5, hasil pengujian dan perhitungan menunjukkan bahwa pada F0 yang Merupakan formula kontrol atau basis tanpa kandungan ekstrak menunjukkan nilai SPF sebesar rata-rata 0,670 tidak termasuk dalam kategori yang memiliki proteksi, hasil ini sesuai karena F0 tidak mengandung ekstrak kulit kayu bangkal yang berperan sebagai tabir surya. F1 mengandung 0,1% ekstrak kulit kayu bangkal menunjukkan nilai SPF sebesar rata-rata 0,663 tidak termasuk dalam kategori yang tidak memiliki proteksi, kandungan ekstrak yang sangat sedikit di dalam F1 tidak memberikan hasil yang berpotensi sebagai tabir surya. F2 mengandung 1% ekstrak kulit kayu bangkal menunjukkan nilai SPF sebesar rata-rata 2,664 termasuk dalam kategori proteksi minimal, sehingga F2 berpotensi sebagai tabir surya. F3 mengandung 10% ekstrak kulit kayu bangkal menunjukkan nilai SPF sebesar rata-rata 3,682 termasuk dalam kategori proteksi minimal, sehingga F3 berpotensi sebagai tabir surya. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai SPF seiring peningkatan konsentrasi ekstrak, dibuktikan secara analisis statistik menggunakan One Way Anova dengan nilai Sig. 0,000 < 0,05 (Terdapat perbedaan nilai SPF).
KESIMPULAN
Hasil penelitian membuktikan bahwa ekstrak kulit kayu bangkal (Nauclea subdita (Korth.) Steud.) dapat di formulasikan menjadi clay mask yang memenuhi persyaratan mutu fisik sediaan.
clay mask juga terbukti memiliki potensi tabir surya
pada F2 dan F3 yang masing-masing mengandung 1% dan 10% ekstrak kulit kayu bangkal.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada KEMENDIKBUD atas dukungan dana untuk penelitian ini dari program Hibah Penelitian KEMENDIKBUD Pendanaan tahun 2022.
DAFTAR PUSTAKA
Anugrah, P. D., Budiman, S., & Hadisubroto, G.
(2016). Analisis Kadar Nilai SPF (Sun Protection Factor) pada Kosmetik Krim Pencerah Wajah yang Beredar di Pasar Tradisional/Swalayan Kota Sukabumi dengan Spektrofotometri Uv-Vis. Prosiding Seminar Nasional Kimia UNJANI-HKI 2016, Desember, 9–14.
Arifin, A., Jummah, N., & Arifuddin, M. (2022).
Formulasi dan Evaluasi Krim Daun Teh Hijau (Camellia sinensis (L.) Kuntze) dengan Kombinasi Emulgator. PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia, 19(1), 56–65.
https://doi.org/10.30595/pharmacy.v19i1.108 41
Badwaik, C. B., Lade, U. B., Agarwal, T., Bargasade, P., Nandgave, M., & Gaddamwar, N. (2022). Formulation and Evaluation of Herbal Face Pack. International Journal of Pharmaceutical Research and Applications, 7(1), 955–960. https://doi.org/10.5958/2231- 5691.2021.00003.4
Fatin, R. ., Wahab, R., Daud, J. ., Sudin, M., Rasat, M. ., & Sulaiman, O. (2012). eud. Heartwood Parts for the Total Phenolic Contents and Free Radical Scavenging Activities. Current Research Journal of Biological Sciences, 4(5), 600–607.
Fauzi, A. R., & Nurmalina, R. (2012). Merawat Kulit dan Wajah. PT Elex Media Komputindo.
https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&i d=94VKDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&dq=k ulit+adalah&ots=4_70KdUw4W&sig=nDBbzq n086XJS67UsJyWpiCBzLw&redir_esc=y#v=
onepage&q=kulit adalah&f=false
Febriani, Y., Sudewi, & Sembiring, R. (2021).
Formulation And Antioxcidant Activity Test of Clay Mask Extracted Ethanol Tamarillo (Solanum betaceum Cav.). Indonesian
journal.umbjm.ac.id/index.php/jcps 663 Journal of Pharmaceutical Science and
Technology, 1(1), 22–30.
https://doi.org/10.24198/ijpst.v1i1.36432 Ginting, M., Fitri, K., Leny, L., & Lubis, B. K. (2020).
Formulasi dan Uji Eektivitas Anti-Aging dari Masker Clay Ekstrak Etanol Kentang Kuning (Solanum tuberosum L.). Jurnal Dunia
Farmasi, 4(2), 68–75.
https://doi.org/10.33085/dunia
Ginting, O. S. B., & Siregar, S. S. (2022). Formulasi dan Evaluasi Sediaan Masker Clay Dari Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carita papaya L.) dan Labu Kuning (Cucurbita moschata). Forte Journal, 2(1), 22–31.
Herlina, Istikowati, W. T., & Fatriani. (2018).
Analisis Kimia dari Serat Kayu Bangkal (Nauclea officinalis) sebagai Alternatif Bahan Baku Pulp Kertas. Jurnal Riset Industri Hasil
Hutan, 10(1), 21–32.
http://ejournal.kemenperin.go.id/jrihh/article/v iew/4076
Jumain, Abdullah, T., & Asmawati. (2021).
Penentuan Nilai “Sun Protection Factor”
(SPF) Sediaan Lotion yang Mengandung Kombinasi Ekstrak Daun Kelor dengan Rimpang Bangle sebagai Tabir Surya. Media
Farmasi, 17(1), 90.
https://doi.org/10.32382/mf.v17i1.2001 Kemenperin, R. . (2020). Perubahan Gaya Hidup
Dorong Industri Kosmetik. Kementerian Perindustrian Republik Indonesia.
https://kemenperin.go.id/artikel/21460/Perub ahan-Gaya-Hidup-Dorong-Industri-Kosmetik Pratiwi, R. R., Budiman, S., & Hadisoebroto, G.
(2016). Penetapan Kadar Nilai SPF (Sun Protection Factor) dengan Menggunakan Spektrofotometri Uv-Vis pada Krim Pencerah Wajah yang Mengandung Tabir Surya yang beredar di Kota Bandung. Prosiding Seminar Nasional Kimia UNJANI-HKI 2016, Desember, 15–23.
Pulomulo, N. I. . (2015). Formulasi dan Evaluasi Masker Sari Ketimun (Cucumis sativus L.) dengan Menggunakan Basis Kaolin dan Bentonit. Universitas Negeri Gorontalo.
Raharjo, M. L., Rahmi, N., Khairiah, N., Salim, R., Rufida, R., & Cahyana, B. T. (2021).
Standarisasi Ekstrak Kulit Kayu Bangkal (Nauclea subdita (Korth.) Steud.) sebagai
Bahan Baku Sediaan Kosmetika. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 39(1), 55–64.
http://ejournal.forda-mof.org/ejournal- litbang/index.php/JPHH/article/view/5853 Rahmawanty, D., Maulina, R., & Fadlilaturrahmah.
(2017). Penentuan Nilai Sun Protection Factor (SPF) dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Batang Bangkal (Nauclea subdita) secara In Vitro. Media Farmasi, 14(2), 139–150.
Ridwan, M. F., & Aminah, A. N. (2022). Pelaku UMKM Didorong Terjun ke Bisnis Kosmetik.
Republica.Co.Id.
https://republika.co.id/berita/r5t8rh384/pelaku -umkm-didorong-terjun-ke-bisnis-kosmetik Sa’adah, H. (2022). Formulasi Clay Mask Ekstrak
Kulit Kayu Bangkal (Nauclea subdita (Korth.) Steud.) (Patent No. EC00202278592).
Sa’adah, H., Najihudin, A., & Handayani, R.
(2018). Formulasi dan Evaluasi Emulgel Ekstrak Etanol Buah Karamunting (Melastoma polyanthum) sebagai Antioksidan. Jurnal Ilmiah Farmako Bahari, 9(1), 1–12.
Salsabila, S., Rahmiyani, I., & Zustika, D. S.
(2021). Nilai Sun Protection Factor (SPF) pada Sediaan Lotion Ekstrak Etanol Daun Jambu Air (Syzygium aqueum). Majalah Farmasetika, 6(1), 123–132.
https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v6i0.3 6664
Sari, D. I., & Triyasmono, L. (2017). Rendemen dan Flavonoid Total Ekstrak Etanol Kulit Batang Bangkal (Nauclea subdita) dengan Metode Maserasi Ultrasonikasi. Jurnal Pharmascience, 4(1), 48–53.
https://doi.org/10.20527/jps.v4i1.5755
Soendjoto, M. A., & Riefani, M. K. (2013). Bangkal (Nauclea sp.), Tumbuhan Lahan Basah, Bahan Bedak Dingin. Warta Konservasi Lahan Basah, 21(4), 13–18.
Syamsidi, A., Syamsuddin, A. M., & Sulastri, E.
(2021). Formulation and Antioxidant Activity of Mask Clay Extract Lycopene Tomato (Solanum lycopersicum L.) with Variation of Concentrate Combination Kaoline and Bentonite Bases. Jurnal Farmasi Galenika (Galenika Journal of Pharmacy), 7(1), 77–90.
https://doi.org/10.22487/j24428744.2021.v7.i 1.15462
journal.umbjm.ac.id/index.php/jcps 664