• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Status Mutu Air Dan Status Trofik Embung Ciseupan Kota Cimahi

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Penentuan Status Mutu Air Dan Status Trofik Embung Ciseupan Kota Cimahi"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Penentuan Status Mutu Air Dan Status Trofik Embung Ciseupan Kota Cimahi

Eka Wardhani1 , Virgy Vania Gary Apsari2

1,2Jurusan Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Nasional (Itenas), Bandung Indonesia

*Koresponden email:ekawardhani08@gmail.com, virgyvaniaa12@mhs.itenas.ac.id

Diterima: 29 Desember 2022 Disetujui: 4 Februari 2023

Abstract

The Cimahi City has experienced a decrease in the quality of raw water caused by flooding in several places, especially during the rainy season, therefore it is necessary to anticipate this by constructing infiltration wells, ponds, or lakes. Cimahi City has 5 lakes, one of which is the Ciseupan Lake. This lake can be one of the options for raw water sources in Cimahi City. Based on this, it is necessary to identify the water quality and trophic status of the lake so that it can be utilized optimally by local residents. This research aims to describe the status of water quality and trophic status of the Ciseupan Lake by analyzing the parameters of pollutant sources. The method for determining the status of water quality is the Pollution Index based on Decree of the Ministry of Environment Number 115 of 2002 concerning “Pedoman Penentuan Status Mutu Air”. Quality status can be determined according to the pollutant index classification, the greater the value, then the worse the water quality. The method for determining trophic status uses the UNEP-ILEC method. Based on the results of calculating the water quality status, the pollutant index value at the Ciseupan Embung in 2021 is 9.5 while in 2022 it is 8.9 which according to Minister of Environment Decree Number 115 of 2003, in both years the water quality status of the lake was included in the moderately polluted category. The trophic status of the Ciseupan Lake is classified as hypertrophic, this indicates that the lake water has been heavily polluted by nutrients.

Keywords: Ciseupan, Cimahi, lake, pollutant index, trophic status

Abstrak

Kota Cimahi mengalami penurunan kualitas air baku disebabkan oleh banjir di beberapa tempat terutama saat musim hujan, maka dari itu perlu upaya mengantisipasi hal tersebut dengan cara membuat sumur resapan, embung atau situ. Kota Cimahi memiliki 5 embung, salah satunya adalah Embung Ciseupan.

Embung ini dapat menjadi salah satu pilihan untuk sumber air baku. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan identifikasi kualitas air dan status trofik pada embung agar dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh warga sekitar. Penelitian ini bertujuan menggambarkan status mutu air dan status trofik dari embung dengan menganalisis parameter sumber pencemar. Metode untuk penentuan status mutu air yaitu Indeks Pencemaran berdasarkan Kepmen LH No. 115 Tahun 2003 Tentang “Pedoman Penentuan Status Mutu Air”. Status mutu dapat ditentukan sesuai dengan klasifikasi indeks pencemar, semakin besar nilainya maka semakin buruk kualitas airnya. Metode penentuan status trofik menggunakan metode UNEP-ILEC.

Berdasarkan hasil perhitungan status mutu air, nilai indeks pencemar pada Embung Ciseupan tahun 2021 yaitu 9,5 sedangkan pada tahun 2022 sebesar 8,9 menurut Kepmen LH No. 115 Tahun 2003, pada kedua tahun tersebut status mutu air embung termasuk kedalam kategori tercemar sedang. Status trofik Embung Ciseupan termasuk kedalam hipertrofik, hal tersebut menunjukkan bahwa air embung sudah tercemar berat oleh unsur hara.

Kata Kunci:.Ciseupan, Cimahi, embung, indeks pencemaran, status trofik

1. Pendahuluan

Kota Cimahi saat ini mengalami penurunan kualitas air baku terutama pada segi kualitas dan kuantitas dari air sungai. Terdapat 5 sungai di Kota Cimahi yaitu Sungai Cisangkan, Sungai Cimahi, Sungai Cibabat dan Sungai Cibaligo. Status mutu air dari masing-masing sungai tersebut pada 3 musim yaitu pancaroba, hujan dan kemarau adalah tercemar sedang sampai tercemar berat pada bagian hulu, tengah dan hilir [3] [4] [11] [22] [24]. Pada musim hujan di Kota Cimahi sering terjadi banjir dibeberapa tempat, terutama di Kecamatan Cimahi Selatan yang merupakan daerah rawan banjir [14]. Maka dari itu, hal yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya banjir yaitu melakukan upaya-upaya untuk meresapkan air dengan cara membuat sumur resapan, embung atau situ [4].

(2)

Embung Ciseupan merupakan salah satu embung yang terdapat di Kota Cimahi, Kelurahan Leuwigajah Kecamatan Cimahi Selatan. Embung ini memiliki luas sebesar 1,8 Ha, volume 130.000 m serta kedalaman 7,2 m [7]. Berdasarkan hasil pemetaan, kondisi disekitar embung yaitu terdapat bangunan sebesar 1,26 Ha, kebun seluas 5,59 Ha, sawah seluas 0,41 Ha, dan pemukiman sebesar 1,63 Ha.

Embung Ciseupan dapat menjadi salah satu pilihan untuk sumber air baku dan menampung air hujan untuk mengurangi debit banjir di Kota Cimahi karena luas embung cukup besar. Embung Ciseupan berada di sekitar sawah dan pemukiman hal yang dikhawatirkan yaitu embung tercemar oleh zat pencemar yang bersumber dari sawah dan domestik. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan penentuan status mutu air Embung Ciseupan menggunakan metode indeks pencemar (IP) dan status trofik agar dapat menentukan upaya pengelolaan serta perbaikan embung sehingga dapat dipergunakan sebagai sumber air baku di Kota Cimahi.

Penelitian sejenis pernah dilakukan sebelumnya di Danau Air Asin Gili Meno, Gili Nusa Tenggara Barat menggunakan metode indeks pencemar dengan hasil tercemar sedang [1]. Penelitian terdahulu tentang status trofik dilakukan di Danau Rawapening berstatus eutrofik-hipertrofik [34]. Manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai dasar untuk melakukan upaya pengelolaan embung agar dapat digunakan sebagai sumber air baku. Penelitian ini bertujuan menggambarkan status mutu air dan status trofik dari Embung Ciseupan dengan menganalisis parameter sumber pencemar.

2. Metode Penelitian Metode Pengambilan Data

Data yang digunakan yaitu data sekunder dan data primer. Data sekunder yang digunakan pada penelitian adalah data kualitas air Embung Ciseupan pada tahun 2021 dan 2022 yang diperoleh dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Cimahi. Pengambilan sampel air tahun 2021 dilakukan pada tanggal 06 Oktober 2021, pukul 10.48 WIB hingga 11.00 WIB dengan pengujian pada tanggal 06 Oktober 2021 hingga 18 Oktober 2021. Sampel air tahun 2022 diambil pada tanggal 13 April 2022, pukul 09.45 WIB hingga 09.50 WIB dan pengujian pada tanggal 13 April 2022 hingga 25 April 2022. Titik koordinat pengambilan sampel tahun 2021 berada di S: 6°53’37,0” E: 107°30’54,9” dan pada 2022 berada pada titik koordinat S:

6°53’36,9” E: 107°30’54,6” dengan metode pengambilan contoh uji menggunakan SNI 6989.57:2008 tentang Metoda Pengambilan Sampel Air Permukaan.

Data primer yang digunakan ialah data Total Phospat, Total Nitrogen, Klorofil-a dan kecerahan yang dilakukan pengambilan sampel pada tanggal 9 September 2022 pukul 09.22 WIB, dengan 1 titik sampling karena kedalaman embung kurang dari 10 meter yaitu 7,2 meter. Untuk parameter Total Phospat dan Total Nitrogen diuji di Laboratorium Kualitas Air Institut Teknologi Bandung (ITB) menggunakan metode Standard Methods for The Examination of Water and Wastewater 23rd Edition 2017 (APHA). Parameter Klorofil-a dan alga diuji di Laboratorium Ekologi Universitas Pajajaran dan parameter kecerahan diukur menggunakan secchi disk dengan cara memasukkan secchi disk ke dalam air menggunakan tali, lalu saat pola yang terdapat pada secchi disk tidak tampak maka diperoleh hasil analisis tingkat ukuran kecerahan.

Setelah data diperoleh, tingkat kecerahan dihitung menggunakan rumus seperti pada rumus 1.

𝐾 =𝑑1+𝑑2

2 ………..………(1)

Keterangan:

K = Kecerahan

d1 = Kedalaman secchi disk saat tidak terlihat

d2 = Kedalaman secchi disk saat mulai tampak kembali

Pengumpulan data primer untuk daerah tangkapan air (DTA) dan sempadan danau dilakukan dengan pemantauan jarak jauh menggunakan drone. Alat yang digunakan yaitu DJI Phantom Pro 4, hasil dari pemotretan drone dengan tinggi 70 mdpl dilakukan proses orthofoto dengan menggunakan software ArcGis yang kemudian diolah menjadi format peta [12].

Metode Analisa

Metode untuk menentukan status mutu air Embung Ciseupan mengacu pada Keputusan Mentri Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003, untuk menghitung status mutu air dapat menggunakan metode indeks pencemar (IP) dengan kategori nilai mutu dapat dilihat pada Tabel 1.

(3)

Tabel 1. Penentuan klasifikasi status mutu air

Indeks Penilaian

0 ≤ Pij ≤ 1 Memenuhi baku mutu (Kondisi baik) 1< Pij ≤ 5 Tercemar ringan

5 < Pij ≤ 10 Tercemar sedang Pij > 10 Tercemar berat

Sumber: [13]

Menurut Kementrian Negara Lingkungan Hidup tahun 2008 pada buku Pedoman Pengelolaan Ekosistem Danau, metode untuk menentukan status trofik Embung Ciseupan yaitu menggunakan metode UNEP-ILEC, kategori status trofik danau menggunakan metode UNEP-ILEC dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kategori status trofik danau metode UNEP-ILEC Status Trofik Kadar Rata-rata

Total N (µg/l) Kadar Rata-rata

Total P (µg/l) Kadar Rata-rata

Khlorofil-a (µg/l) Kecerahan Rata- rata (m)

Oligotrofik ≤650 <10 <2.0 ≥10

Mesotrofik ≤750 <30 <5.0 ≥4

Eutrofik ≤1.900 <100 <15 ≥2.5

Hyperetrofik >1.900 ≥100 ≥200 <2.5

Sumber: [10]

3. Hasil dan Pembahasan

Embung Ciseupan memiliki luas sebesar 1,8 ha yang dikelilingi oleh perkebunan, sawah, pemukiman dan tegalan. Berdasarkan hasil pemantauan secara langsung dengan foto udara menggunakan drone pada tahun 2022 yang dapat dilihat pada Gambar 1, Embung Ciseupan didominasi oleh tegalan sebesar 39,54 ha dan pemukiman seluas 40,62 ha.

Gambar 1. Peta DTA Embung Ciseupan Tahun 2022 Sumber: Esri Land Cover, 2018

(4)

Gambar 2. Peta DTA Embung Ciseupan Tahun 2018 Sumber: DJI Phantom 4 Pro, 2022

a. Analisa Status Mutu Air

Hasil perhitungan status mutu menggunakan metode IP, status mutu air di Embung Ciseupan pada Tahun 2021 sebesar 9,5 sedangkan pada tahun 2022 sebesar 8,9 dimana menurut Kepmen LH No. 115 Tahun 2003, pada kedua tahun tersebut status mutu air embung termasuk kedalam kategori tercemar sedang. Perbedaan hasil perhitungan status mutu air pada Tahun 2021 dengan 2022 disebabkan oleh berkurangnya parameter yang tidak memenuhi baku mutu pada Tahun 2022 yaitu sebanyak 7 parameter sedangkan pada tahun 2021 terdapat 8 parameter yang tidak memenuhi yaitu TSS, Klorin Bebas, Total Phospat, Sulfida, BOD, COD, Minyak lemak dan Fenol. Selain itu, perbedaan musim pada saat pengambilan sampel air, pada Tahun 2021 musim hujan sedangkan pada 2022 musim kemarau.

Penelitian terdahulu menggunakan metode indeks pencemar (IP) pernah dilakukan pada beberapa danau yang dapat dilihat pada Tabel 3, jika dibandingkan dengan status mutu Embung Ciseupan hasilnya tidak berbeda jauh dengan penelitian sejenis yaitu tercemar sedang.

Tabel 3. Penelitian terdahulu metode Indeks Pencemaran

Nama Status Mutu Sumber

Waduk Riam Kanan, Kabupaten Banjar Kondisi Baik [18]

Danau Air Asin Gili Meno, Gili Nusa Tenggara Barat Tercemar Sedang [1]

Danau Lut Tawar, Kabupaten Aceh Tengah Tercemar Sedang [30]

Waduk Solorejo, Kabupaten Malang Tercemar Ringan [27]

Situ Parigi, Kota Tangerang Selatan Tercemar Sedang [33]

Nilai TSS dari hasil pengukuran pada tahun 2021 yaitu sebesar 32,7 mg/L sedangkan pada tahun 2022 sebesar 1,4 mg/L. Nilai TSS jika dibandingkan dengan baku mutu, nilai pada tahun 2021 tidak memenuhi baku mutu yang sudah ditentukan yaitu sebesar 25 mg/L (Gambar 3). Tingginya nilai TSS dapat disebabkan oleh zat padat (pasir, lumpur dan tanah liat) atau partikel-partikel tersuspensi dalam air yang dapat berupa biotik dan abiotik [19]. Berdasarkan hasil pengamatan dan kondisi eksisting, tingginya nilai TSS disebabkan oleh lumpur yang terkikis dari tepi embung akibat musim hujan. Selain itu, pertanian dapat menjadi salah satu penyebab tingginya TSS. Tingginya kadar TSS dapat menyebabkan kekeruhan sehingga menimbulkan bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air [3].

(5)

Kadar Klorin Bebas dari hasil pengukuran pada tahun 2021 sebesar 0,71 mg/L dan pada tahun 2022 sebesar 0,56. Hasil dari pengukuran tahun 2021 dan 2022 tidak memenuhi baku mutu adalah 0,03 mg/L (Gambar 4). Tingginya kadar klorin bebas pada Embung Ciseupan bersumber dari sawah di sekitar embung yang berasal dari aktivitas pemupukan dan penggunaan pestisida. Secara alami klorin tidak dapat ditemukan didalam badan air, klorin biasanya bersumber dari kegiatan industri [22].

Kadar total phospat yang diperbolehkan berada di air yaitu sebesar 0,01 mg/L, berdasarkan hasil pengukuran, kadar phospat pada tahun 2021 sebesar 0,03 mg/L dan tahun 2022 sebesar 0,545 mg/L (Gambar 5). Berdasarkan hasil pengamatan, tingginya kadar total phospat disebabkan oleh pupuk tanaman karena di sekitar embung merupakan lahan pertanian dan perkebunan, karena di daerah pedesaan sumber utama tingginya kadar phospat bersumber dari aktivitas pertanian yang menggunakan pupuk dalam jumlah besar [31].

Hidrogen Sulfida (H2S) merupakan gas berbau busuk yang dihasilkan dari proses penguraian senyawa belerang dari bahan organik oleh bakteri anaerob yang terjadi pada air tercemar yang tidak mengandung oksigen terlarut. Kadar konsentrasi sulfida di Embung Ciseupan pada tahun 2021 sebesar 0,052 mg/L dan pada tahun 2022 sebesar 0,01 mg/L telah melebihi baku mutu (Gambar 6). Meningkatnya kadar sulfida di dalam air sangat berkaitan dengan kadar BOD pada air tersebut, karena sulfida merupakan senyawa yang termasuk kedalam total organik yang dapat teroksidasi [22].

Kadar BOD yang diperbolehkan berada pada air yaitu sebesar 2 mg/L, berdasarkan hasil pengukuran BOD di Embung Ciseupan pada tahun 2021 sebesar 29,4 mg/L dan mengalami kenaikan pada tahun 2022 sebesar 55,2 mg/L (Gambar 7). BOD bersumber dari senyawa organik yang terurai secara hayati yang dapat menyebabkan permasalahan kualitas air seperti kematian biota air. Kenaikan kadar BOD diprediksi akibat musim hujan sehingga menyebabkan erosi. Selain itu, limbah domestik yang masuk ke perairan menjadi salah satu penyebab nilai BOD yang tinggi [22].

Kadar COD yang diperbolehkan ada pada air yaitu sebesar 10 mg/L. Hasil pengukuran COD tahun 2021 sebesar 73,6 mg/L dan tahun 2022 sebesar 151 mg/L (Gambar 8), maka hasil dari pengukuran tersebut menyatakan kadar COD di Embung Ciseupan melebihi baku mutu. Tingginya kadar COD di perairan dapat disebabkan oleh masuknya limbah domestik karena bahan organik yang terdapat di perairan sukar didegradasi secara biologis [23].

Konsentrasi minyak dan lemak di Embung Ciseupan pada tahun 2021 sebesar 14,8 mg/L lalu mengalami penurunan pada tahun 2022 yaitu sebesar 6,72 mg/L (Gambar 9). Konsentrasi pada kedua tahun tersebut tidak memenuhi baku mutu, tingginya minyak dan lemak pada Embung Ciseupan mengindikasikan terdapat aktivitas buangan limbah domestik langsung pada embung. Selain itu, adanya minyak dan lemak diduga dari sektor domestik. Kandungan minyak & lemak dalam perairan dapat mengganggu penetrasi cahaya matahari sehingga mengurangi laju fotosintesis di dalam air. Selain itu, minyak merupakan zat organik yang sulit untuk didegradasi oleh mikroorganisme dan pada kondisi kurang oksigen terlarut, dapat menyebabkan penguraian tidak sempurna dan menimbulkan bau tengik [29].

Baku mutu yang digunakan untuk fenol yaitu sebesar 0,002 mg/L, berdasarkan hasil pengukuran fenol di Embung Ciseupan hasil pada tahun 2021 yaitu 0,434 mg/L sedangkan pada tahun 2022 sebesar 0,375 mg/L (Gambar 10). Tingginya kadar fenol mengindikasikan adanya pembuangan limbah domestik secara langsung ke dalam badan air [3].

Gambar 3. Konsentrasi TSS Sumber: [7] dan [8]

Gambar 4. Konsentrasi Klorin Bebas Sumber: [7] dan [8]

32,7

14,4 25

0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0 35,0

Tahun 2021 Tahun 2022

mg/L

TSS Baku Mutu

0,71

0,56

0,00 0,03 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80

Tahun 2021 Tahun 2022

mg/L

Klorin Bebas Baku Mutu

(6)

Gambar 5. Konsentrasi Total Phospat Gambar 8. Konsentrasi COD Sumber: [7] dan [8] Sumber: [7] dan [8]

Gambar 6. Konsentrasi Sulfida Gambar 9. Konsentrasi Minyak dan Lemak Sumber: [7] dan [8] Sumber: [7] dan [8]

Gambar 7. Konsentrasi BOD Gambar 10. Konsentrasi Fenol Sumber: [7] dan [8] Sumber: [7] dan [8]

a. Analisa Status Trofik

Penentuan status trofik menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Menunjukkan. 28 Tahun 2009, kondisi kualitas air danau dan/atau waduk diklasifikasikan berdasarkan eutrofikasi yang disebabkan oleh peningkatan unsur hara. Faktor yang dapat menentukan eutrofikasi adalah total phospat, total nitrogen, klorofil-a dan kecerahan. Berdasarkan hasil pengukuran, kadar Total Phospat dalam embung yaitu 144 µg/L, Total Nitrogen 8.510 µg/L, Klorofil-a 572 µg/L dan Kecerahan 0,3 m.

Tabel 4. Penelitian terdahulu Status Trofik

Nama Status Trofik Sumber

Danau Laut Tawar, Aceh Tengah Mesotrofik [1]

Danau Rawapening Eutrofik-hipertrofik [34]

Status trofik Embung Ciseupan berdasarkan PerMenLHK Menunjukkan.28 Tahun 2009 termasuk kedalam kategori hiperetrofik. Perairan hipertrofik menunjukkan bahwa danau/waduk tersebut sudah tercemar berat oleh unsur hara yaitu Total N dan Total P. Berdasarkan pemantauan langsung dengan foto udara menggunakan drone pada Gambar 1 dan data sekunder tahun 2018 pada Gambar 2, terjadi alih fungsi lahan seperti pada Tabel 5.

Tabel 5. Alih fungsi lahan

No. Tata Guna Lahan Tahun 2018 Tahun 2022 Satuan

1. Pemukiman 27,4 40,62 Ha

2. Sawah 7,63 5,26 Ha

3. Kebun 20,6 5,50 Ha

4. Bangunan 0,63 3,71 Ha

Sumber: DJI Phantom 4 Pro, 2022; Esri Land Cover, 2018

Total Nitrogen

Kandungan total nitrogen berdasarkan hasil analisa sebesar 8.510 µg/L, kandungan total nitrogen tergolong tinggi jika di bandingkan dengan penelitian sebelumnya di Danau Rawapening yaitu 1.380-2.180

0,03 0,545

0,00 0,01 0,20 0,40 0,60

Tahun 2021Tahun 2022

mg/L

Total Phospat Baku Mutu

0,052

0,01 0,002 0,000

0,020 0,040 0,060

Tahun 2021Tahun 2022

mg/L

Sulfida Baku Mutu

29,4 55,2

2 0,0

50,0 100,0

Tahun 2021Tahun 2022

mg/L

BOD Baku Mutu

73,6 151

0,0 10 200,0

Tahun 2021Tahun 2022

mg/L

COD Baku Mutu

14,8 6,72

1

0,0 10,0 20,0

Tahun 2021Tahun 2022

mg/L

Minyak dan Lemak Baku Mutu

0,434 0,375

0,002 0,000

0,200 0,400 0,600

Tahun 2021Tahun 2022

mg/L

Fenol Baku Mutu

(7)

µg/L [34]. Berdasarkan hasil pengamatan, tingginya kandungan total nitrogen dalam air dikarenakan daerah sekitar embung merupakan daerah persawahan dan perkebunan, sehingga kemungkinan mengandung senyawa nitrogen yang berasal dari sisa-sisa pemupukan. Selain itu, limbah rumah tangga yang berasal dari pemukiman merupakan salah satu penyebab tingginya kandungan total nitrogen dalam perairan [21].

Total Phospat

Kandungan total phospat yang terkandung dalam embung yaitu 144 µg/L, hal tersebut berkaitan dengan status trofik embung. Sumber dari tingginya kadar total phospat dalam perairan diduga berasal dari limbah domestik terutama detergen, pertanian dan perkebunan yang terdapat disekitar embung lalu masuk ke badan air karena phospat memiliki sifat mudah larut dalam air [31]. Berdasarkan Tabel 5, besarnya pemukiman di sekitar embung bertambah 13,22 Ha sehingga limbah domestik yang masuk ke dalam embung semakin bertambah.

Klorofil-a

Klorofil-a yang terkandung yaitu 572 µg/L, kandungan tersebut tidak berbeda jauh jika dibandingkan dengan kadar klorofil-a pada penelitian sebelumnya di Danau Rawapening yaitu 467-722 µg/L [34].

Tingginya klorofil-a disebabkan oleh kadar total phospat dan total nitrogen yang tinggi dalam air karena nitrogen dan fosfat sebagai sumber nutrisi untuk pertumbuhan klorofil-a dan alga [18].

Kecerahan

Hasil pengukuran kecerahan di Embung Ciseupan yaitu 0,3 m. Cahaya matahari yang masuk ke dalam air sangat penting untuk pertumbuhan fitoplankton dan fotosintesis dalam air. Berdasarkan analisa status trofik embung termasuk ke dalam perairan hiperetrofik, perairan hiperetrofik juga terjadi di Danau Limboto dengan nilai kecerahan 0,1-0,9 m [34]. Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya dengan status trofik yang sama yaitu hiperetrofik, nilai kecerahan pada embung tidak jauh berbeda.

Alga

Berdasarkan hasil pengujian menggunakan metode mikroskopik, pada Embung Ciseupan tidak terdapat fitoplankton berjenis Microcysis, jenis fitoplankton yang terdapat pada embung yaitu Peridinium, Pediastrum, Klorella, Synedra, Melosira, Euglena, Skeletonema, dan Skredesmus. Jenis fitoplankton yang dominan atau banyak yaitu Pediastrum, Chlorella, Skredesmus dan Euglena. Fitoplankton-fitoplankton tersebut biasa hidup di perairan air tawar yang pasif dan selalu mengikuti arus perairan [26]. Banyaknya jenis fitoplankton tersebut pada embung disebabkan oleh keberadaan fosfat yang berlebih sehingga menyebabkan pertumbuhan alga pada perairan dapat membentuk lapisan pada permukaan air, dan dapat menghambat penetrasi oksigen serta cahaya matahari yang masuk ke dalam perairan [9].

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penilitan dapat disimpulkan status mutu air Embung Ciseupan termasuk ke dalam kategori tercemar sedang dengan nilai indeks pencemar pada Tahun 2021 sebesar 9,5 dan pada tahun 2022 sebesar 8,9. Parameter-parameter yang tidak memenuhi baku mutu yaitu, klorin bebas, total phospat, sulfida, BOD, COD, minyak lemak dan fenol. Status mutu air dan status trofik dipengaruhi oleh adanya alih fungsi lahan, yang semula luas embung 1,91 Ha pada Tahun 2018 menjadi 1,8 Ha pada tahun 2022.

Status trofik Embung Ciseupan adalah hypereutrof yang menunjukkan bahwa air embung sudah tercemar berat oleh unsur hara yaitu nitrogen dan fosfat yang berasal dari pertanian dan aktivitas nitrogen. Tidak terdapat microcysis pada embung melainkan Peridinium, Pediastrum, Klorella, Synedra, Melosira, Euglena, Skeletonema, dan Skredesmus.

5. Daftar Pustaka

[1] Abdullah, “Penentuan Status Mutu Air Danau Air Asin Gili Meno Menggunakan Metode Indeks Pencemaran,” Jurnal Sanitasi dan Lingkungan, Vol. 2, No. 2, Hal. 199-208, 2021.

[2] Adhar, Erlangga, R. Rusydi, Mainisa, M. Khalil, Muliani, E. Ayuzar, and M. Hatta, “Pemodelan Status Trofik Danau Laut Tawar Aceh Tengah,” Jurnal Serambi Engineering, Vol. 7, No. 2, Hal.

2841-2851, 2022.

[3] Alfaroby, M. A. R., dan Wardhani, E. Perhitungan Beban Pencemaran Air Sungai Cibabat Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat. Jurnal Serambi Engineering, 6(2). 2021.

[4] Anggraini, Y., dan Wardhani, E. Studi Mutu Air Sungai Cibaligo Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat dengan Metode Indeks Pencemar. Jurnal Serambi Engineering, 6(1). 2021.

[5] BPS. (2022). Kecamatan Cimahi Selatan Dalam Angka 2022.

[6] Wen, Z., Shang, Y., Song, K., Liu, G., Hou, J., Lyu, L., ... & He, D. Composition of dissolved organic matter (DOM) in lakes responds to the trophic state and phytoplankton community succession. Water Research, 224, 119073. 2022.

(8)

[7] DLH. Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kota Cimahi. Kota Cimahi. 2021.

[8] DLH. Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kota Cimahi. Kota Cimahi. 2022.

[9] Hakim, M. S. Kualitas Air Sub DAS Kalikonto DAS Brantas (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Malang). 2021.

[10] Ayele, H. S., & Atlabachew, M. Review of characterization, factors, impacts, and solutions of Lake eutrophication: lesson for lake Tana, Ethiopia. Environmental Science and Pollution Research, 28(12), 14233-14252. 2021.

[11] Hermawan, Y. I., dan Wardhani, E. Status Mutu Air Sungai Cibeureum, Kota Cimahi. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan, 8(1), 28-41. 2021.

[12] Hernina, R., Putera, R., Rosyidy, M., Ramadhan, M., dan Putra, T. Analisis Tinggi Terbang Drone dan Resolusi Untuk Pemetaan Penggunaan Lahan Menggunakan DJI Phantom 4 Pro (Studi Kasus Kampus UI). 2019.

[13] Kementerian Lingkungan Hidup. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Kementrian Lingkungan Hidup. Jakarta. 2003 [14] Ibrahim, I. F., dan Wardhani, E. Identifikasi Penyebab Banjir Di Kecamatan Cimahi Selatan. Paper

presented at the Seminar Nasional Cendekiawan ke 5 Tahun 2019. 2019.

[15] Indonesia, P. (2009). Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun 2009 tentang Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau dan/atau Waduk. Jakarta (ID): Sekretariat Negara.

[16] Irianto, E. W., dan Triweko, R. W. Eutrofikasi waduk dan danau: permasalahan, pemodelan, dan upaya pengendalian: ITB Press. 2019.

[17] Lim, J., dan Choi, M. Assessment of water quality based on Landsat 8 operational land imager associated with human activities in Korea. Environmental monitoring and assessment, 187(6), 1-17.

2015.

[18] Nida, N., Rahman, M., dan Rahman, A. Hubungan Status Mutu Air Metode Indeks Pencemaran Dengan Kegiatan Keramba Jaring Apung Di Waduk Riam Kanan Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan. Fish Scientiae, 7(1), 1-17. 2017.

[19] Nicola, F. Hubungan Antara Konduktivitas, TDS (Total Dissolved Solid) dan TSS (Total Suspended Solid) dengan Kadar Fe2+ dan Fe Total Pada Air Sumur Gali. 2015.

[20] Nomor, P. P. R. I. Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta, Indonesia.

[21] Prabowo, R. Kadar Nitrit Pada Sumber Air Sumur Di Kelurahan Meteseh, Kec. Tembalang, Kota Semarang. CENDEKIA EKSAKTA, 1(2). 2017.

[22] Rafianto, M. V., & Wardhani, E. Peningkatan Status Mutu Sungai Cimahi dengan Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik. Serambi Engineering, 4(2), 1917-1925.

(2021).

[23] Ridoan, R., Muhtadi, A., dan Patana, P. Morfometri Danau Kelapa Gading Kota Kisaran, Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara. Depik, 5(2). 2016.

[24] Rosmeiliyana, R., dan Wardhani, E. Perhitungan Status Mutu Air Sungai Cisangkan Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat. 2021.

[25] Samuel, S., Suryati, N. K., dan Adiansyah, V. Limnological condition and estimation of potential fish production of Kerinci Lake Jambi, Sumatra. Indonesian Fisheries Research Journal, 21(1), 9-18.

2015.

[26] Sari Devi, P. Keanekaragaman Plankton di Danau Lut Tawar Sebagai Media Pendukung Keanekaragaman Hayati di MAN 2 Aceh Tengah. Banda Aceh: Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam. 2018.

[27] Sayekti, R. W., Yuliani, E., Bisri, M., Juwono, P. T., Prasetyorini, L., Sonia, F., dan Putri, A. P. Studi evaluasi kualitas dan status trofik air Waduk Selorejo akibat erupsi Gunung Kelud untuk budidaya perikanan. Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering, 6(1), 133-145. 2015.

[28] Sulastri, S., Hartoto, D. I., dan Yuniarti, I. Environmental Condition, Fish Resources and Management of Maninjau Lake of West Sumatera. Indonesian Fisheries Research Journal, 18(1), 1-12. 2012.

[29] Sulistia, S., dan Septisya, A. C. Analisis Kualitas Air Limbah Domestik Perkantoran. Jurnal Rekayasa Lingkungan, 12(1). 2019.

[30] Tamara, R., Barus, T. A., dan Wahyuni, H. Analisis Kualitas Air Danau Lut Tawar Kabupaten Aceh Tengah Aceh. Jurnal Serambi Engineering, 7(4). 2022.

[31] Wardhani, E., dan Sugiarti, Z. A. Jatiluhur Water Quality at Various Depth. Jurnal Presipitasi: Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan, 18(3), 400-411. 2021.

(9)

[32] Wijaya, D., Samuel, S., dan Masak, P. R. P. Kajian Kualitas Air Dan Potensi Produksi Sumber Daya Ikan Di Danau Towuti, Sulawesi Selatan. BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap, 2(6), 291-297.

2017.

[33] Zharifa, A., Fachrul, M. F., dan Hendrawan, D. I. Evaluasi Kualitas Air Situ Parigi, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Paper presented at the Seminar Nasional Pembangunan Wilayah dan Kota Berkelanjutan. 2019.

[34] Zulfiah, N., dan Aisyah, A. Status trofik perairan rawa pening ditinjau dari kandungan unsur hara (No3 Dan Po4) serta Klorofil-A. BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap, 5(3), 189-199. 2016.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian untuk mengetahui konsentrasi variabel kualitas air utama dan pendukung Sungai Elo Kabupaten Magelang, mengetahui status pencemaran sungai berdasarkan