Perusahaan pertanian perkebunan mempunyai aset yang berbeda dengan yang dimiliki oleh perusahaan yang bergerak di sektor lain dimana perusahaan pertanian mempunyai aset tanaman yang disebut dengan aset biologis. Sementara itu, penilaian aset biologis berupa hasil perkebunan berdasarkan nilai historis dinilai belum mampu memberikan informasi yang relevan dan andal kepada pengguna laporan keuangan laba rugi. Sedangkan nilai aset dan ekuitas dapat meningkat dibandingkan dengan penerapan nilai historis karena adanya permasalahan terkait penilaian aset biologis tersebut.
Perlu adanya PSAK 69 agar laporan aset biologis yang ditawarkan dapat sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan tetap menarik investor untuk berinvestasi. Oleh karena itu perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai perlakuan akuntansi aset biologis yang diarahkan oleh PSAK 69, karena perlakuan akuntansi pada perusahaan pertanian dituntut untuk menyajikan informasi yang lebih relevan dan informatif. Bagaimana penerapan PSAK No. 69 dalam praktik akuntansi aset biologis pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.
Untuk mengetahui penerapan PSAK No.69 dalam praktik akuntansi aset biologis di PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Bagi PT.Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, sebagai sumbangan pemikiran penulis kepada perusahaan, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menambah atau memperbaiki guna mendukung pengakuan, pengukuran dan pengungkapan aset biologis dalam laporan keuangan. .
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 69
Standar Akuntansi Publik (SAP) mendefinisikan nilai wajar (fair value) sebagai nilai tukar aset atau penyelesaian kewajiban antara pihak yang paham dan pihak yang ingin melakukan transaksi wajar. Pengukuran nilai wajar aset biologis atau produk pertanian dapat didukung dengan pengelompokan aset biologis atau produk pertanian menurut karakteristik materialnya, misalnya berdasarkan kualitas atau umur. Pernyataan ini berlaku untuk daftar berikut ini bila berkaitan dengan kegiatan pertanian.
Tanaman produktif berkaitan dengan kegiatan pertanian, namun tetap dapat diterapkan pada hasil tanaman produktif. Tanaman yang ditanam untuk menghasilkan hasil pertanian, namun tanaman tersebut juga dipanen sebagai hasil pertanian (misalnya tanaman kelapa).
Penyesuaian Tahunan 2020- PSAK 69 Agrikultur
Aset Biologis
Defenisi Aset Biologis
Nilai wajar produk pertanian, termasuk produk yang ditanam dan dipanen dari tanaman produktif kelapa sawit dan karet, ditentukan pada level 2 (dua) dengan menerapkan estimasi volume produksi terhadap harga pasar yang berlaku pada tanggal pelaporan. Biaya untuk menjual adalah biaya tambahan yang dapat diatribusikan secara langsung dengan penjualan aset, tidak termasuk biaya pendanaan dan pajak penghasilan. Pengelolaan mendukung transformasi biologis dengan meningkatkan atau setidaknya menstabilkan kondisi yang diperlukan agar proses tersebut dapat terjadi.
Misalnya, proses penggantian hasil panen dari sumber yang tidak dikelola (seperti penangkapan ikan di laut dan penebangan kayu) bukan merupakan kegiatan pertanian. Perubahan kualitas (misalnya keunggulan genetik, kepadatan, kematangan, kandungan lemak, kandungan protein dan kekuatan serat) atau kuantitas (misalnya keturunan, berat, meter kubik, panjang atau diameter serat, dan jumlah tunas) yang dihasilkan dari transformasi Biologi atau hasil panen diukur dan dipantau sebagai ' fungsi pengelolaan rutin. Dalam pernyataan tersebut dijelaskan bahwa kegiatan pertanian mencakup kegiatan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan yang berkaitan dengan transformasi biologis dan permanen aset biologis untuk dijual atau dikonversi dengan produk pertanian atau aset biologis tambahan.
Pohon kelapa sawit Tandan buah segar Minyak kelapa sawit Pohon karet Karet lateks Produk karet. Beberapa tanaman, misalnya tanaman teh, tanaman merambat, kelapa sawit, dan pohon karet, biasanya memenuhi definisi tanaman produktif dan diacu dalam amandemen PSAK 16: Aset tetap yang berkaitan dengan pertanian tanaman produktif. Namun produk yang tumbuh (menghasilkan pertumbuhan) pada tanaman produktif, misalnya daun teh, anggur, tandan kelapa sawit segar, dan lateks karet, dirujuk dalam ruang lingkup PSAK 69 pertanian.
Hal ini dikarenakan kegiatan pertanian merupakan kegiatan usaha yang berkaitan dengan pengelolaan biotransformasi aset untuk menghasilkan produk siap konsumsi atau pengolahan yang siap dikonsumsi atau diproses lebih lanjut. Transformasi biologis yang dikutip dari PSAK 69 terdiri dari proses pertumbuhan, degenerasi, produksi dan reproduksi yang mengakibatkan perubahan kualitatif dan kuantitatif pada aset biologis.
Pengklasifikasian Aset Biologis
Aset pertanian yang dipanen menghasilkan komoditas seperti padi untuk menghasilkan pangan beras, kelapa sawit untuk menghasilkan minyak goreng, tebu untuk menghasilkan gula, dan produksi kayu sebagai bahan kertas. Contoh aset jangka panjang adalah hewan/tumbuhan yang dapat dipanen atau dijual lebih dari setahun. Aset biologis yang mempunyai masa manfaat atau masa transformasi biologis kurang dari atau paling banyak 1 (satu) tahun.
Contoh aset biologis jangka pendek seperti tanaman dan hewan yang dapat dipanen pada tahun pertama atau kedua setelah pembibitan, seperti ikan, ayam, jagung dan lain sebagainya.
Pengukuran Aset Biologis
Aset biologis diukur pada pengakuan awal dan akhir pada setiap periode pelaporan sebesar nilai wajar dikurangi biaya penjualan, kecuali nilai wajar tidak dapat diukur secara andal. Nilai wajar yang tidak dapat diukur secara andal karena tidak tersedianya kuotasi harga pasar dan alternatif pengukuran nilai wajar tidak dapat diandalkan secara jelas. Sehingga dalam kondisi tersebut, aset biologis dapat diukur sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai.
Aset biologis yang dipanen diukur pada nilai wajar dikurangi biaya penjualan pada saat dipanen. Pengukuran nilai wajar aset biologis dapat dilakukan dengan mengelompokkan aset biologis dan produk pertanian menurut atribut tertentu, misalnya berdasarkan kualitas atau usia. Perusahaan yang mengadakan kontrak untuk menjual aset biologis atau produk pertanian di masa depan tidak selalu relevan menggunakan harga kontrak yang diukur pada nilai wajar karena nilai wajar hanya mencerminkan kondisi pasar saat ini.
Perlakuan Akuntansi Aset Biologis a. Pengakuan Aset Biologis
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perusahaan sebagai pemilik aset biologis mempunyai kendali atas pengakuannya atas pencapaian manfaat finansial bagi perusahaan. Hal ini karena aset biologis dapat diakui dalam akun setelah periode konversi biologis sebagai aset lancar atau aset jangka panjang. Aset biologis yang masa transformasi biologisnya lebih dari satu tahun dapat diakui sebagai aset jangka panjang.
Penilaian aset biologis menurut PSAK 69 berkaitan dengan aset biologis yang diukur pada nilai wajar dikurangi biaya yang terjadi melalui penjualan setelah pengakuan awal dan pada akhir periode pelaporan. Namun, pendaftaran awal bahan baku biologis yang harga pasarnya tidak tersedia jelas tidak dapat diandalkan. Jika nilai wajar tidak dapat ditentukan secara andal, maka aset biologis dinyatakan sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penilaian. Penentuan nilai wajar aset biologis dapat dilakukan dengan mengelompokkan aset biologis atau produk pertanian berdasarkan karakteristik signifikan, seperti umur, diameter, dan kualitas.
Namun demikian, perusahaan dianjurkan untuk mengungkapkan secara deskriptif kuantitatif untuk setiap kelompok aset biologis yang membedakan antara aset biologis yang dapat dibuang dan aset biologis pembawa atau aset biologis matang dan aset biologis belum menghasilkan. Jika perusahaan sebelumnya mengukur aset biologis pada biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan kerugian penurunan nilai, maka hal ini dapat diukur secara andal selama periode tersebut. Aset biologis adalah hewan atau tumbuhan hidup yang dimiliki oleh suatu badan untuk menjalankan kegiatan usaha perusahaan.
Konsep Penilaian Aset
Laporan Keuangan
- Alur Pemikiran
- Lokasi dan Waktu Penelitian
- Lokasi Penelitian
- Waktu Penelitian
- Jenis dan Sumber Data
- Metode Pengumpulan Data 1. Metode Wawancara
Penilaian aset biologis pasca-pembangkitan berdasarkan nilai historis dianggap tidak tepat untuk memberikan informasi yang relevan kepada pengguna laporan keuangan dan mungkin tidak relevan untuk pengambilan keputusan. Dimana tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang berguna bagi banyak pengguna dalam mengambil keputusan keuangan (IAI, 2019: 1). Dari berbagai pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah suatu rangkuman proses pencatatan transaksi keuangan yang menggambarkan hasil proses akuntansi dalam suatu bisnis sebagai alat komunikasi yang mengkomunikasikan data keuangan atau kegiatan bisnis yang berlangsung dalam suatu waktu tertentu. periode.
Laporan keuangan yang memuat informasi keuangan harus dapat dipahami oleh penggunanya sehingga dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Kepatuhan terhadap standar akuntansi keuangan dan penyajian laporan keuangan yang tepat waktu dapat membantu mencapai keterbandingan. Laporan keuangan merupakan catatan keuangan suatu periode akuntansi yang digunakan untuk kinerja usaha dan pertanggungjawaban dalam pengaturan keuangan.
Laporan posisi keuangan (neraca) dan neraca merupakan laporan akuntansi yang menunjukkan posisi dan data keuangan suatu perusahaan. Laporan laba/rugi (income statement) dan laporan laba rugi merupakan laporan keuangan yang dimaksudkan untuk menilai kinerja keuangan berdasarkan apakah suatu perusahaan memperoleh laba atau rugi dalam satu periode akuntansi. Laporan pergerakan modal merupakan laporan akuntansi yang mencerminkan naik turunnya komponen modal pada awal dan akhir suatu periode.
Laporan arus kas merupakan laporan keuangan yang memberikan informasi arus kas, yang digunakan sebagai dasar bagi penggunanya untuk menilai kemampuan suatu entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kebutuhan entitas dalam menggunakan kas. CALK merupakan laporan keuangan yang memuat informasi tambahan selain yang disajikan dalam laporan posisi keuangan, laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain, laporan perubahan ekuitas dan rasio-rasio. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan merupakan tempat magang penelitian dalam rangka mendukung dan memudahkan peneliti memperoleh data dan melakukan penelitian dengan menggunakan data yang dibutuhkan dari laporan keuangan tahunannya.
Wawancara yang digunakan sebagai pengumpulan informasi oleh PT.Perkebunan Nusantara III (Persero) dengan menggunakan wawancara langsung yang berhubungan dengan karyawan Bpk. dan aset biologis.
Metode Dokumentasi
Data kualitatif yaitu data perusahaan yang berupa informasi baik lisan maupun tertulis seperti sejarah berdirinya perusahaan, visi dan misi, buku pedoman akuntansi badan usaha milik negara (BUMN) perkebunan PTPN, majalah, daftar aset karet dan minyak. perkebunan kelapa sawit dan laporan keuangan, data tahunan dan data kualitatif lainnya. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh melalui observasi langsung dan wawancara dengan pihak perusahaan. Dalam memperoleh data, peneliti mewawancarai staf Bagian Operasional Keuangan dan Akuntansi (BOKA), khususnya staf dan karyawan Bagian Konsolidasi dan Pelaporan Keuangan PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.
Studi Pustaka
- Teknik Analisis Data