• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MARPOL ANNEX VI GUNA MENGURANGI PENCEMARAN UDARA DI ATAS KAPAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENERAPAN MARPOL ANNEX VI GUNA MENGURANGI PENCEMARAN UDARA DI ATAS KAPAL "

Copied!
49
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

RUMUSAN MASALAH

TUJUAN PENELITIAN

MANFAT PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA

REVIEW PENELITIAN

LANDASAN TEORI

  • Pencemaran Udara
  • MARPOL Annex VI

Komite (MPEC) meninjau nilai batas emisi NOx setidaknya lima tahun setelah berlakunya Annex VI MARPOL dan mengubahnya jika diperlukan. Menyusul berlakunya Lampiran VI MARPOL pada tanggal 19 Mei 2005, Komite Perlindungan Lingkungan Laut menyetujui pada pertemuannya yang ke-53 (Juli 2005) untuk merevisi Lampiran VI MARPOL guna memperkuat batas emisi berdasarkan peningkatan teknologi dan pengalaman penerapan yang signifikan. Sebagai hasil dari tinjauan tiga tahunan tersebut, MEPC 58 (Oktober 2008) mengadopsi revisi Annex VI MARPOL dan Kode Teknis NOx 2008 terkait, yang mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 2010. a.

MARPOL Annex VI mengatur emisi polutan tertentu ke atmosfer dari kapal, termasuk nitrogen oksida (NOx), sulfur oksida (SOx), senyawa organik yang mudah menguap (VOC), bifenil poliklorinasi (PCB) dan logam berat, serta klorofluorokarbon (CFC). Perubahan utama pada MARPOL Annex VI akan menghasilkan pengurangan progresif emisi SOx dari kapal, dengan batas sulfur global awalnya dikurangi menjadi 3,50% (dari 4,50% saat ini), efektif mulai 1 Januari 2012, kemudian secara progresif menjadi 0,50%, efektif 1 Januari 2020, tergantung pada tinjauan kelayakan yang akan diselesaikan pada tahun 2018. Peraturan MARPOL Annex VI untuk Pencegahan Polusi Udara dari Kapal, hingga saat ini, telah diratifikasi oleh 59 negara, mewakili sekitar 84,23% dari perdagangan bruto dunia laut armada.

Peraturan dalam Annex VI MARPOL. a) Ketentuan peraturan 3, emisi zat perusak ozon yang disengaja dilarang. Sebab menurut pemilik kapal, hal tersebut hanyalah salah satu permasalahan yang akan dihadapi dalam penerapan Annex VI. Selain itu, kapal-kapal tersebut juga akan kesulitan menerapkan Annex VI sebagai pelengkap.

Asosiasi Pemilik Kapal Nasional Indonesia (INSA) meragukan keseriusan pemerintah dalam mempersiapkan diri menghadapi penerapan kebijakan internasional pembatasan bahan bakar dengan kandungan sulfur maksimal 0,5%. Menurut INSA, Indonesia telah meratifikasi MARPOL 73/78 Annex VI yang melarang penggunaan bahan bakar dengan kandungan sulfur lebih dari 0,5%, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia No. Khusus MARPOL Annex VI Pasal 14, karena tidak disebutkan secara spesifik, maka pembatasan kandungan sulfur bahan bakar berlaku untuk semua jenis kapal.

INSA juga mengingatkan kembali pasal 5 Surat Edaran UM DJPL-18 yang membolehkan kapal berbendera Indonesia yang beroperasi di perairan Indonesia menggunakan bahan bakar dengan kandungan sulfur di atas 0,5%. setelah tanggal 1 Januari 2020, hal ini berlaku lebih spesifik pada kapal non-konvensi, sedangkan sebagian besar kapal yang beroperasi di Indonesia tidak termasuk dalam kategori kapal non-konvensi. Menurut INSA, bagi kapal non-konvensional yang beroperasi secara eksklusif di dalam negeri, Pemerintah mempunyai hak untuk dikecualikan dari ketentuan wajib penggunaan bahan bakar dengan kandungan sulfur tidak lebih dari 0,5%, sepanjang Pemerintah mengizinkannya. Apabila tidak mampu, sesuai MARPOL Annex VI Regulation 18, Section 1 tentang Bahan Bakar Minyak, Pemerintah wajib memberitahukan kepada IMO apabila tidak mampu memberikan dan memperoleh konsesi (dispensasi).

Hal ini juga bisa terjadi pada kapal asing yang melakukan pengisian bahan bakar di Indonesia. Sementara itu, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut dalam pengumumannya menekankan bahwa berdasarkan MARPOL IMO Annex VI Regulation 22A tentang Pengumpulan dan Pelaporan Konsumsi Bahan Bakar Minyak Kapal, pemerintah mewajibkan setiap pemilik/operator kapal untuk mengumpulkan data konsumsi bahan bakar mulai 1 Januari 2019 dan melaporkan jumlah bahan bakar tahunan kapal.

KERANGKA PENELITIAN

METODE PENELITIAN

  • JENIS PENELITIAN
  • WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
  • JENIS DAN SUMBER DATA
    • Jenis Data
    • Sumber Data
    • Teknik Pengumpulan Data
  • PEMILIHAN INFORMAN
  • TEKNIK ANALISIS DATA
    • Reduksi Data
    • Penyajian Data

Pengumpulan data merupakan tahapan yang penting dalam proses penelitian karena hanya dengan memperoleh data yang benar maka proses penelitian akan berlangsung hingga peneliti memperoleh jawaban berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan. Bagian ini menjelaskan tentang jenis data, sumber data dan teknik pengumpulan data berdasarkan data, fakta dan informasi yang dilakukan selama latihan berlayar. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui pihak kedua (diperoleh melalui badan/lembaga yang terlibat dalam proses pengumpulan data).

Data yang dikumpulkan akan berasal dari hasil wawancara dengan beberapa informan, serta dari observasi dan pencatatan gejala-gejala yang muncul pada objek penelitian serta dari buku dan internet. Untuk memperoleh data tersebut secara akurat dan menjamin tingkat kesesuaiannya, diperlukan beberapa jenis metode pengumpulan data yang didasarkan pada data, fakta dan informasi yang penulis alami selama melaksanakan praktek pelayaran selama kurang lebih satu tahun. Kemudian data, fakta dan informasi yang telah dikumpulkan menjadi bahan acuan dalam penyusunan Karya Ilmiah Terapan.

Untuk mengolah data praktisi perlu dilakukan pengumpulan data teoritis untuk menyusun makalah ini, sehingga penulis menggunakan teknik pengumpulan data berupa. Observasi menurut Raco dalam kutipan (Erlang, 2010) adalah bagian dari pengumpulan data, observasi berarti mengumpulkan data langsung dari lapangan. Dalam melakukan observasi, peneliti menggunakan observasi terbuka dimana peneliti dalam pengumpulan data mengatakan yang sebenarnya kepada sumber data bahwa penelitian sedang dilakukan.

Wawancara merupakan suatu metode yang digunakan dalam suatu penelitian untuk memperoleh data dan informasi melalui tanya jawab atau dialog dengan informan terkait dimana penulis nantinya akan melakukan praktik kelautan. Saat melakukan wawancara, peneliti menggunakan metode wawancara terstruktur (skrip terlampir), yang dilakukan secara praktik berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Dalam melakukan pendataan, informan diharapkan dapat memberikan informasi pada saat praktek berlayar di kapal yaitu para petugas (pengemudi mesin I, II dan III) di kapal yang dapat memberikan data-data yang diperlukan dan berempati terhadap permasalahan penerapan kapal. MARPOL. Annex VI untuk mengurangi polusi udara di atas kapal.

Data yang terkumpul diolah menurut teori dan metode yang telah ditentukan sejak awal sebelum pengumpulan data. Penyajian data merupakan kumpulan informasi yang disusun secara terpadu dan mudah dipahami sehingga memungkinkan ditarik kesimpulan dan diambil tindakan. Menarik kesimpulan adalah kemampuan peneliti menyimpulkan berbagai temuan data yang diperoleh selama proses penelitian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

HASIL PENELITIAN

  • Paparan Data
  • Analisis Data

PEMBAHASAN

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

SARAN

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara didapatkan hasil bahwa komunikasi kesehatan antara Dokter dengan pasien dilakukan dengan cara menjalin komunikasi

KESIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pelapisan isolator berpengaruh terhadap temperatur gas buang pembuangan panas pipa buang header knalpot sepeda motor..