PROCEEDINGS
PENERAPAN MEDIA HEDBANZ DENGAN TEMA ESSEN UND TRINKEN UNTUK KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JERMAN BAGI SISWA SMA
Putri Nugrahantie 1), Sri Prameswari Indriwardhani 2) Universitas Negeri Malang
[email protected], [email protected]
Abstrak: : This study intends to describe the implementation of Hedbanz for German speaking skill with ‘Essen und Trinken’ theme for XI IPS 4 Students of SMAN 9 Malang and to describe the students’ responses. The method used is descriptive-qualitative. The data are collected through observation sheets and questionnaires. Based on the results of the observation sheet, the implementation of Hedbanz media went according to plan. Observers stated that most students can ask each other to use Ja/Nein Fragen. The students stated that Hedbanz can be used independently. Overall, they responded positively to the implication of Hedbanz. In conclusion, Hedbanz can be utilized as an alternative German learning media, especially for speaking.
Kata Kunci: Hedbanz, Speaking, German
PENDAHULUAN
Bahasa Jerman merupakan salah satu bahasa asing yang diajarkan kepada siswa SMA di Indonesia. Beberapa SMA menawarkan bahasa Jerman sebagai mata pelajaran wajib, sementara SMA lainnya menawarkan bahasa Jerman sebagai mata pelajaran pilihan. SMAN 9 Malang adalah salah satu SMA yang menawarkan bahasa Jerman sebagai mata pelajaran peminatan di kelas X hingga XII.
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru pengampu bahasa Jerman SMAN 9 Malang secara langsung di sekolah pada tanggal 20 Februari 2023, pembelajaran bahasa Jerman di SMAN 9 Malang mengacu pada kurikulum 2013. Pembelajaran tersebut dilaksanakan sebanyak dua kali per minggu bersama guru pengampu. Guru pengampu menambahkan bahwa terdapat beberapa hambatan bagi siswa dalam menguasai keterampilan berbicara Niveau A1.
Hambatan-hambatan tersebut antara lain 1) Kurangnya kesempatan bagi siswa untuk berbicara dalam bahasa Jerman, 2) Rendahnya minat belajar bahasa Jerman, serta 3) Kurangnya variasi media pembelajaran yang digunakan oleh guru pengampu di kelas. Media yang digunakan adalah audio dan video yang bersumber dari YouTube, Quizizz serta PowerPoint.
Penggunaan media pembelajaran yang inovatif dan menarik dapat menjadi suatu alternatif dalam mengatasi hambatan-hambatan tersebut. Peralatan, teknologi, dan bahan yang mendukung proses pembelajaran dianggap sebagai media pembelajaran karena potensinya untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi pembelajaran (Yaumi, 2013). Medien sind Mittel, mit denen Inhalte, Aufgaben
PROCEEDINGS
usw. transportiert werden, um so den Erwerb von Wissen und Fertigkeiten zu unterstützen ditambahkan oleh Rösler dan Würffel (2014:12). Media pembelajaran dianggap sebagai sesuatu yang membantu dalam proses belajar dan mempelajari materi baru. Penggunaan media pembelajaran dapat menjadi dorongan bagi siswa untuk turut aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Media pembelajaran berbentuk fisik, seperti media papan atau kartu, dapat melatih siswa untuk mengasah kemampuan fisik dan berpikir mereka (Kariza, 2019). Penggunaan media berbentuk kartu dapat meningkatkan keaktifan berbicara siswa di kelas (Alamsyah et al., 2021).
Salah satu media berbentuk kartu yang dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa Jerman adalah media Hedbanz. Awal mulanya Hedbanz merupakan permainan tebak kosakata untuk keluarga yang diciptakan oleh perusahaan Spin Master pada tahun 1991. Hedbanz cukup populer, terutama di kalangan siswa yang belajar bahasa Inggris.
Media Hedbanz dalam pembelajaran berbicara bahasa Jerman Niveau A1 pada penelitian ini dimodifikasi dengan mengisi kosakata yang sesuai dengan materi yang dipelajari siswa kelas XI IPS 4 SMAN 9 Malang, yaitu materi tema Essen und Trinken. Media Hedbanz terdiri dari 20 kartu kosakata bahasa Jerman (Spielkarte), 6 kartu contoh pertanyaan (Beispielkarte) , sebuah jam pasir , beberapa kepingan skor, 6 ikat kepala, serta petunjuk cara penggunaan (Regelsblatt).
Sesuai dengan Kurikulum 2013, pembelajaran bahasa Jerman tersebut mengacu pada sebuah acuan bersama yang disebut GER . Gemeinsamer Europäischer Referenzrahmen (GER).
Der Gemeinsame europäische Referenzrahmen (GER) stellt eine gemeinsame Basis dar für die Entwicklung von zielsprachlichen Lehrplänen, curricularen Richtlinien, Prüfungen, Lehrwerken usw.
in ganz Europa (dilansir pada goethe.de pada 1 Februari 2023). Terdapat empat keterampilan berbahasa yang perlu siswa kuasai dalam belajar bahasa Jerman. Empat keterampilan berbahasa tersebut adalah keterampilan mendengar (Hörverstehen), keterampilan berbicara (Sprechfertigkeit), keterampilan membaca (Leseverstehen), dan keterampilan menulis (Schriftlicher Ausdruck) (Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Jerman Fase F, 2022). Dapat disimpulkan bahwa Sprechfertigkeit terpenting dalam pembelajaran bahasa Jerman. Pada tingkat sekolah menengah atas kelas XI siswa harus menguasai keterampilan berbicara Niveau A1.
Penelitian terdahulu yang dilakukan pada tahun 2016 oleh Oktaviana dengan judul
“Pengembangan Game Tebak Gambar Bahasa Prancis Berbasis Android pada Keterampilan Menulis Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Prambanan Klaten” menggunakan metode penelitian dan pengembangan. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa permainan android tebak kata bahasa Prancis "Devinez Ces Images" dapat membangkitkan minat siswa dan membantu mereka dalam mempelajari bahasa tersebut. Siswa dapat memanfaatkan media ini secara efektif.
Penelitian yang dilaksanakan oleh Nuraen dan Karyati pada tahun 2018 yang berjudul “The Implementation of Guessing Game in Teaching Speaking at Tenth Grade of Senior High School”
menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa media permainan tebak kosakata dapat membantu siswa untuk memperbaiki keterampilan berbicara
PROCEEDINGS
mereka dan memberi mereka kesempatan untuk berbicara dalam bahasa Inggris. Selain itu, permainan ini juga meningkatkan keaktifan siswa.
Penelitian oleh Tesalonika pada tahun 2018 yang berjudul “Penerapan Media Permainan Hedbanz sebagai Media Pembelajaran untuk Meningkatkan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Pada Warga Belajar Paket B di PKBMN 35 Jagakarsa” menggunakan metode kuantitatif . Berdasarkan penelitian ini, Hedbanz merupakan media pembelajaran yang relevan, mudah dimengerti, dan menarik bagi para siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris. Media Hedbanz meningkatkan nilai rata-rata post-test siswa.
Penelitian oleh Kariza pada tahun 2019 yang berjudul “Pengembangan Media Gerbanz untuk Melatih Kosakata pada Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman” menggunakan metode Analysis, Design, Development, Implementation, and Evaluation (ADDIE). Penelitian Kariza (2019) menunjukkan bahwa materi Gerbanz dapat diandalkan dan berkualitas tinggi untuk belajar kosa kata bahasa Jerman. Siswa dapat menerapkan media ini secara mandiri. Gerbanz memiliki 32 kartu kosakata serta satu Redemittelkarte. Alltagsleben adalah tema yang dibahas pada Gerbanz.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada metode penelitian, objek penelitian, tema, serta keterampilan berbicara yang dilatih. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Objek penelitiannya adalah siswa kelas XI IPS 4 SMAN 9 Malang. Media pada penelitian ini menggunakan 20 kosakata bahasa Jerman Niveau A1 tema Essen und Trinken. Keterampilan berbicara yang dilatih pada penelitian ini adalah keterampilan mengajukan Ja/Nein Fragen.
Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti menerapkan media Hedbanz sebagai media pembelajaran bahasa Jerman untuk keterampilan berbicara Niveau A1 pada siswa kelas XI IPS 4 SMAN 9 Malang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hasil dari penerapan media Hedbanz sebagai media pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jerman Niveau A1 pada kelas XI IPS 4 SMAN 9 Malang serta respons siswa terhadap peneriapan media tersebut.
METODE
Pendekatan yang diterapkan pada penelitian ini adalah kualitatif. Data deskriptif berupa kata- kata tertulis dari hasil observasi akan dihasilkan melalui metode ini. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggabungkan observasi, wawancara, serta dokumentasi (Sugiyono, 2017).
Kehadiran peneliti sangat penting dalam menjalankan penelitian ini karena peneliti merupakan perencana, pengumpul data, penganalisis data, serta pelapor data. Kedua observer merupakan mahasiswi Departemen Sastra Jerman Universitas Negeri Malang yang telah melakukan kegiatan Asistensi Mengajar (AM). Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi serta lembar angket siswa. Terdapat 10 pertanyaan yang harus dijawab dengan jujur oleh para siswa. Lembar angket tersebut disebarkan melalui Google Form yang dibagikan di grup Whatsapp siswa.
Setelah mengumpulkan data, peneliti menggunakan teknik triangulasi untuk memastikan keakuratan data. Evaluasi data yang diterima dari berbagai sumber untuk menentukan
PROCEEDINGS
keakuratannya dikenal dengan pendekatan triangulasi sumber (Sugiyono, 2015). Triangulasi sumber dilakukan oleh peneliti cara memeriksa dan membandingkan informasi yang dikumpulkan melalui lembar observasi dan angket.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelas XI IPS 4 SMAN Malang di Jalan Puncak Borobudur No. 1 Malang, Indonesia menjadi tempat penelitian ini. Objek penelitian ini adalah 36 siswa kelas XI IPS 4 SMAN 9. Materi yang dikaji hanyalah tema Essen und Trinken. Pengambilan data dilakukan satu kali secara luring, yaitu pada tanggal 3 April 2023. Pelaksanaan penelitian dilakukan sesuai dengan durasi pembelajaran saat bulan Ramadhan, yaitu sebanyak dua jam pelajaran (2x30 Menit).
Pada awal kegiatan pendahuluan, peneliti sebagai guru memberi salam serta mengecek kehadiran siswa. Terdapat 33 siswa dari 36 siswa yang mengikuti pembelajaran, 2 siswa diantaranya berhalangan hadir karena dispensasi, sementara seorang siswa berhalangan hadir tanpa keterangan. Siswa ditanya oleh guru mengenai pemahaman mereka mengenai materi Essen und Trinken yang dipelajari bersama guru pengampu kemudian guru mengulas sekilas tentang materi tema Essen und Trinken. Suasana kelas cukup kondusif dan siswa menjadi aktif apabila guru menunjuk mereka untuk menjawab pertanyaan. Pada rencana pembelajaran, guru mengira akan terbentuk 6 kelompok akan tetapi terdapat 3 siswa yang berhalangan hadir sehingga terbentuklah 5 kelompok dengan 3 kelompoknya berjumlah 7 orang serta 2 kelompok dengan 6 orang. Hal tersebut tidak sejalan dengan RPP karena satu kelompok harusnya terdiri dari 6 orang. Beberapa siswa sebagai perwakilan tiap kelompok maju ke depan untuk mengambil media Hedbanz. Guru menjelaskan tata cara penggunaan media Hedbanz sementara siswa mendengarkan penjelasan guru. Terdapat 5 siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru karena mereka sibuk bermain Game Online , sementara 3 siswa lain kurang memahami langkah permainan yang telah dijelaskan.
Guru menjelaskan dan memperagakan ulang permainan.
Jalannya permainan dengan media Hedbanz sebagai kegiatan inti dilakukan selama 45 menit dengan bimbingan guru. Mereka juga aktif dalam kegiatan pembelajaran. Terdapat 2 siswa yang bingung sehingga mereka bertanya dengan bahasa Indonesia. Guru dengan tegas berkata bahwa pertanyaan Ja/Nein Fragen dan jawaban harus diajukan menggunakan bahasa Jerman.
Selanjutnya guru meminta masing-masing siswa untuk menulis skor yang telah mereka dapatkan dalam secarik kertas secara jujur.
Siswa memberikan kesan dan pesan mereka setelah membahas materi bersama dengan guru. Terdapat dua orang siswa yang mengajukan diri untuk memberikan kesan dan pesan mereka.
Pemenang dari setiap kelompok diminta guru untuk maju ke depan kelas lalu setiap dari mereka diberikan hadiah berupa topi. Pemberian apresiasi berupa kepingan skor dan hadiah tambahan dari peneliti yang berupa topi juga menambah motivasi siswa untuk berusaha mengajukan pertanyaan Ja/Nein Fragen. Pandangan Uno (dalam Anggraeni, 2022) bahwa apresiasi dalam belajar merupakan tolok ukur motivasi belajar mendukung klaim tersebut. Tautan Google Form yang berisi
PROCEEDINGS
lembar angket dikirimkan ke grup Whatsapp siswa. Pada akhir pembelajaran, guru berterimakasih kepada siswa dan memberi salam perpisahan.
Berdasarkan hasil dari lembar observasi, dapat dilihat bahwa siswa antusias dan aktif saat kegiatan inti berlangsung. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Alamsyah et al., (2021) yang menyatakan bahwa penggunaan media berbentuk kartu dapat meningkatkan keaktifan berbicara siswa di dalam kelas. Kedua observer sepakat bahwa siswa dapat menggunakan media Hedbanz dengan baik dan tertarik untuk belajar bahasa Jerman menggunakan media Hedbanz. Hal tersebut membuktikan bahwa Hedbanz berfungsi dengan baik sebagai media pembelajaran (Sutikno, 2013). Observer menyatakan bahwa hampir seluruh siswa mampu mengajukan pertanyaan Ja/Nein Fragen, namun 4 siswa tidak mampu. Hasil dari lembar observasi juga menunjukkan bahwa siswa terlihat lebih berani dan antusias dalam berbicara bahasa Jerman menggunakan media ini. Kedua observer memiliki beberapa saran dalam penerapan media Hedbanz sebagai media pembelajaran keterampilan berbicara Niveau A1 yaitu guru disarankan untuk lebih tegas lagi dalam mengajar supaya kondisi kelas lebih kondusif. Selain itu peneliti seharusnya memberikan contoh pertanyaan yang lebih spesifik pada Beispielkarte agar mempermudah siswa dalam mengajukan pertanyaan.
Data selanjutnya adalah respons siswa kelas XI IPS 4 SMAN 9 Malang terhadap keterampilan berbicara bahasa Jerman Niveau A1 tentang tema Essen und Trinken. Terdapat sepuluh butir pertanyaan yang wajib dijawab oleh siswa, sembilan diantaranya adalah pernyataan setuju (ya) /tidak setuju (tidak) sementara satu pertanyaan lain merupakan pertanyaan mengenai kesan siswa terhadap penerapan media Hedbanz. Kesembilan butir pernyataan tersebut adalah (1) Media Hedbanz mudah dan seru (2) Pembelajaran menggunakan media Hedbanz membantu saya dalam melatih keterampilan berbicara bahasa Jerman , khususnya pada tema Essen und Trinken (3) Pembelajaran menggunakan media Hedbanz melatih kepercayaan diri / mengurangi rasa malu saya saat berbicara bahasa Jerman (4) Pembelajaran menggunakan media Hedbanz membantu saya dalam menyusun pertanyaan Ja/Nein Fragen (5) Media Hedbanz memiliki desain/tampilan visual yang menarik (6) Kosakata dan gambar yang ditampilkan pada Spielkarte sudah sesuai (7) Pembelajaran menggunakan media Hedbanz memotivasi saya dalam belajar bahasa Jerman (8) Batas waktu yang diberikan untuk menebak suatu kosakata pada Spielkarte sudah cukup (9) Media Hedbanz dapat saya jadikan sebagai media pembelajaran mandiri. Sementara butir pertanyaan ke sepuluh adalah bagaimana pendapat Anda tentang media Hedbanz?
Pada butir pertama, seluruh siswa sepakat bahwa media Hedbanz mudah serta seru untuk digunakan. Pernyataan tersebut dikuatkan oleh pendapat Muliawan (2016) yang menyatakan bahwa salah satu keunggulan media pembelajaran menggunakan metode tebak kosakata adalah rasa menyenangkan, terutama jika dilakukan berkelompok dalam satu kelas. Anwar (2018) juga menambahkan bahwa dalam pemilihan suatu media pembelajaran, media tersebut harus mudah dipahami. Butir kedua menunjukkan bahwa seluruh siswa setuju bahwa media Hedbanz dapat membantu mereka dalam melatih keterampilan bahasa Jerman mereka, khususnya tema Essen und
PROCEEDINGS
Trinken. Butir ketiga menunjukkan bahwa hampir seluruh siswa setuju bahwa pembelajaran menggunakan media Hedbanz dapat melatih kepercayaan diri dan mengurangi rasa malu mereka saat berbicara bahasa Jerman. Pandangan ini sejalan dengan Kariza (2019), yang berpendapat bahwa permainan tebak kata dapat membantu siswa merasa nyaman berbicara di kelas.
Butir pernyataan keempat menunjukkan bahwa penggunaan Hedbanz membantu seluruh siswa dalam menyusun pertanyaan Ja/Nein Fragen. Seluruh siswa sepakat dengan butir pernyataan kelima, bahwa media Hedbanz memiliki desain/tampilan visual yang menarik. Salah satu kriteria pemilihan suatu media yakni media harus menarik guna mendapatkan perhatian penggunanya (Anwar, 2018). Pada butir pernyataan keenam, seluruh siswa sepakat bahwa kosakata dan gambar yang ditampilkan pada Spielkarte sudah sesuai.
Hampir seluruh siswa setuju dengan pernyataan pada butir ketujuh. Hal ini menunjukkan bahwa media Hedbanz dapat memotivasi siswa . Hal tersebut sejalan dengan pendapat Tafonao (2018) yang menyatakan bahwa dengan adanya media pembelajaran siswa akan lebih termotivasi untuk belajar. Sebagian siswa setuju bahwa batas waktu yang diberikan untuk mengajukan pertanyaan Ja/Nein Fragen guna menebak suatu kosakata pada Spielkarte sudah cukup, sementara sebagian siswa lain merasa waktu yang diberikan tidak cukup. Kekurangan dari media Hedbanz menurut Kariza (2019) adalah waktu yang terlalu singkat serta keterbatasan pemahaman terhadap suatu kosakata baru. Hampir seluruh siswa setuju pada butir kesembilan, yakni penggunaan media Hedbanz dapat dilakukan secara mandiri/tanpa bantuan guru. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Kariza (2019). Kariza (2019) mengatakan bahwa Hedbanz sangat efektif karena dapat digunakan dengan bantuan guru di dalam kelas secara berkelompok, serta di luar kelas secara mandiri dan tanpa bantuan guru.
Butir kesepuluh merupakan pertanyaan mengenai pendapat siswa tentang media Hedbanz.
Terdapat 30 siswa yang setuju bahwa Hedbanz mudah dan seru untuk digunakan sehingga mereka termotivasi untuk belajar bahasa Jerman, sementara 3 siswa lain kurang setuju dengan hal tersebut karena pemberian waktu untuk mengajukan pertanyaan Ja/Nein Fragen kurang lama.
Berdasarkan hasil dari respons tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan Nuraen dan Karyati (2018) mengenai permainan tebak kosakata dapat memotivasi siswa dalam berbicara bahasa asing. Penelitian ini sejalan dengan pendapat Oktaviana (2016) bahwa media permainan sejenis dapat menarik perhatian siswa. Penelitian ini juga mendukung pernyataan Tesalonika (2018) bahwa dengan adanya media Hedbanz, suasana saat pembelajaran menjadi seru dan tidak membosankan.
SIMPULAN DAN SARAN
Penerapan Hedbanz dalam penelitian ini secara garis besar berjalan dengan baik, akan tetapi terdapat suatu kendala dalam pembentukan kelompok dikarenakan keterlambatan siswa masuk kelas sehingga mempengaruhi suasana kelas meskipun tidak signifikan. Respons positif dapat dilihat dari keaktifan dan usaha siswa dalam mengajukan Ja/Nein Fragen. Penggunaan media
PROCEEDINGS
Hedbanz menjadikan siswa sebagai orientasi utama dalam proses pembelajaran sehingga mereka harus terlibat penuh dalam kegiatan pembelajaran. Menurut siswa, media ini mudah dipahami serta memiliki tampilan yang menarik. Oleh karena itu, media Hedbanz dapat menjadi alternatif media pembelajaran bahasa Jerman yang menarik bagi siswa.
Terdapat dua saran bagi peneliti selanjutnya. Peneliti sebagai guru diharapkan untuk memberikan contoh pertanyaan lebih spesifik pada Beispielkarte agar memudahkan siswa dalam mengajukan pertanyaan Ja/Nein Fragen. Peneliti sebaiknya memberikan waktu yang lebih panjang sehingga siswa dapat mengajukan lebih banyak Ja/Nein Fragen.
DAFTAR RUJUKAN
Alamsyah, A., Burhamzah, M., Bachtiar, S., 2021. Implementasi Kartu Domino dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara. Phonologie 1, 99. https://doi.org/10.26858/phonologie.v1i2.21524 Anggraeni, T.S., 2022. Penerapan Media Card Sort dengan Aplikasi Learningapps.org untuk Melatih
Penguasaan Grammatik Bahasa Jerman Siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 7 Malang.
DaFina Volume 6 (2): 98-111.
Anwar, M., 2018. Menjadi Guru Professional. Prenamedia, Jakarta.
Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Jerman Fase F, 2022. . Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
Kariza, A.P., 2019. Pengembangan Media Permainan Gerbanz untuk Melatih Penguasaan Kosakata pada Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman di SMAN 7 Malang. DaFina Volume 3 (2).
Muliawan, U.J., 2016. 45 Model Pembelajaran Spektakuler. AR-Ruzz Media, Yogyakarta.
Nuraen, N., Karyati, K., 2018. THE IMPLEMENTATION OF GUESSING GAME IN TEACHING SPEAKING AT TENTH GRADE OF SENIOR HIGH SCHOOL. J. PRJ 1, 578.
https://doi.org/10.22460/project.v1i5.p578-585
Rösler, D., Würffel, N., 2014. Deutsch Lehren Lernen 5 : Lernmaterialen und Medien. Klett- Langenscheidt.
Sugiyono, 2017. . Metode Penelitian Kualitatif : Untuk Penelitian yang Bersifat Eksploratif, Enterpretif, Interaktif dan Konstruktif. Alfabeta, Bandung.
Sugiyono, 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta. Alfabeta, Bandung.
PROCEEDINGS
Sutikno, S., 2013. Belajar dan Pembelajaran. Holistica, Bandung.
Tafonao, T., 2018. PERANAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MAHASISWA. JKP 2, 103. https://doi.org/10.32585/jkp.v2i2.113
Tesalonika, 2018. Penerapan Permainan Hedbanz sebagai Media Pembelajaran untuk Meningkatkan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Bagi Warga Belajar Paket B di PKBMN 35 Jagakarsa. Universitas Negeri Jakarta., Skripsi.
Yaumi, M., 2013. Prinsip-Prinsip Pembelajaran. Kencana, Jakarta