• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE BERCOCOK TANAM UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN NATURALIS ANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENERAPAN METODE BERCOCOK TANAM UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN NATURALIS ANAK"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE BERCOCOK TANAM UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN NATURALIS ANAK

Revita Yanuarsari, Evi Octrianty, Ulpah Nurmilah

Program Studi PG PAUD, Universitas Islam Nusantara Bandung,Indonesia Email : revita@uninus.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini di latar belakangi oleh rendahnya penerapan metode bercocok tanam dalam meningkatkan kecerdasan naturalis anak usia 4-5 tahun di RA Lu’lu Kabupaten Bandung Barat, hal ini disebabkan karena beberapa faktor diantaranya masih terlihat anak yang membuang sampah sembarangan, memetik tanaman seenaknya, dan menelantarkan tanaman yang sudah layu. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bahwa penerapan metode bercocok tanam dapat meningkatkan kecerdasan naturalis. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas kolaboratif yang terdiri dari dua siklus. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, dokumentasi dan non tes. Sedangkan instrumen yang digunakan adalah lembar observasi.

Hasil penelitian, menunjukan bahwa terjadi peningkatan kecerdasan naturalis setelah menggunakan metode bercocok tanam.

Kata Kunci : Kecerdasan Naturalis, Anak Usia Dini, Bercocok Tanam

ABSTRACT

This research is motivated by the low application of farming methods in improving naturalist intelligence of children aged 4-5 years in RA Lu'lu, West Bandung Regency, this is due to several factors including children littering, picking plants at will, and abandoned plants that have withered. The purpose of this study was to determine that the application of agricultural methods can improve naturalist intelligence. This research is a collaborative classroom action research consisting of two cycles. Data collection techniques using observation, documentation and non-tests. While the instrument used was the observation sheet. The results showed that there was an increase in naturalist intelligence after using the farming method.

Keywords: Naturalist Intelligence, Early Childhood, Farming

PENDAHULUAN

Pembelajaran dapat dilakukan semenjak anak usia dini, kecenderungan belajar anak usia dini memiliki salah satu ciri yaitu konkret artinya anak usia dini belajar dari hal-hal nyata yang ada dilingkungan sekitar mereka. Melalui pengelolaan lingkungan belajar yang menyenangkan dapat membantu perkembangan belajar anak usia dini lebih optimal. Trianto (2011) menjelaskan bahwa kecenderungan belajar anak usia dini memiliki ciri diantaranya adalah konkret yang mengandung makna bahwa proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkret menggunakan seluruh indra, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. NAEYC (dalam Santrock 2008) menjelaskan bahwa anak adalah pembelajar aktif maka perlu dorongan dalam mengkonstruksi pemahaman dunia di sekitarnya. Anak-anak memberi kontribusi proses belajar mereka sendiri saat mereka berusaha untuk memberi makna atas pengalaman keseharian mereka. Selanjutnya Morrison (2012) menekankan bahwa keterlibatan aktif adalah dasar teori Piaget yang menyatakan bahwa anak mengembangkan kecerdasan lewat pengalaman atau praktik langsung di lingkungan fisik.

Gardner (2003) menemukan pada otak manusia terdapat inteligensi jamak (multiple intelligences) terdiri atas sembilan kecerdasan, salah satu diantaranya adalah kecerdasan naturalis yaitu kemampuan untuk mengenali, membedakan, mengungkapkan dan membuat kategori terhadap apa yang dijumpai di alam maupun lingkungan. Intinya adalah kemampuan manusia untuk mengenali tanaman, hewan serta bagian lain dari alam semesta. Menurut Amstrong (2009) bahwa kecerdasan naturalis adalah kecerdasan untuk mencintai keindahan alam melalui pengenalan terhadap flora dan fauna yang terdapat di lingkungan sekitar dan juga mengamati fenomena alam dan kepekaan atau kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Kepedulian terhadap lingkungan sekitar sangat baik apabila dimulai dari usia dini.

Dimana anak usia dini belajar dengan cara merasakan, mendengar, melihat, mencoba serta bereksplorasi melalui lingkungan sekitar, melihat berbagai kejadian dan peristiwa kemudian akan menjadi satu pembelajaran serta pengetahuan.

(2)

2 Pentingnya kecerdasan naturalis ditumbuhkan pada anak sejak dini melalui strategi pembelajaran yang sesuai, sehingga kepedulian terhadap lingkungan sekitar dan alam akan semakin melekat dalam diri anak sampai masa dewasa. Seperti yang dijelaskan oleh Iskandar (2013) bahwa penyampaian materi lingkungan dapat diberikan sejak anak berada di lingkungan pendidikan anak usia dini. Sambil bermain anak-anak dapat diajak mengenal tentang tumbuhan atau hewan. Dengan demikian pengetahuan dan nilai-nilai mengenai lingkungan dapat dikenalkan kepada anak-anak sehingga keyakinan anak tentang nilai tersebut akan semakin kuat.

Kegiatan pembelajaran menggunakan kebun atau tanaman telah dikembangkan di sekolah Taman Kanak-kanak dengan tujuan menumbuhkan kecerdasan naturalis. Kegiatan berkebun diimplementasikan ke dalam kurikulum 2013 melalui tema tanaman. Mengenai hal ini Suyadi & Dahlia (2014) menjelaskan bahwa kecerdasan naturalis dapat dikembangkan dengan cara mengajak anak-anak ke kebun sekolah dan bercocok tanam, seperti menanam jagung. Anak-anak diajarkan untuk memelihara tanaman dengan menyiram, membersihkan rumput, memberi pupuk dan seterusnya.

Akan tetapi tema tanaman ini hanya diimplementasikan satu kali dalam masa setahun pendidikan anak usia dini. Jarang sekali tema tanaman akan diulang pada minggu ataupun semester berikutnya melalui kegiatan model pembelajaran berbasis kebun atau taman. Hal ini menjadi dugaan bahwa kecerdasan naturalis belum sepenuhnya tumbuh pada anak usia dini. Dugaan tersebut diperkuat oleh penelitian Millin, Fadillah & Halida (2014) yang mengatakan bahwa kecerdasan naturalis anak masih kurang diperhatikan melalui beberapa kegiatan seperti anak belum diperkenalkan dengan jenis tanaman, cara merawat tanaman dan mengenalkan bagian-bagian dari tanaman.

Melihat di kelas diperoleh data bahwa anak hampir sebagian besar masih menunjukkan kurangnya perhatian terhadap lingkungannya. Terlihat mereka membuang sampah sembarangan, memetik tanaman seenaknya, dan menelantarkan tanaman yang sudah layu. dengan perilaku tersebut dapat dikatakan bahwa anak perlu mendapatkan rangsangan untuk dapat meningkatkan kecintaannnya terhadap lingkungan sekitarnya.

Melihat dari permasalahan di atas, maka cara untuk mengatasinya adalah dengan mulai mengenalkan dan mendekatkan anak dengan alam melalui kegiatan-kegiatan yang langsung berkaitan dengan alam. Hal tersebut dimaksudkan agar anak-anak dapat lebih dekat dan menyatu dengan alam serta dapat ikut memelihara alam di sekitar mereka.

METODOLOGI

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas kolaboratif, yang dilaksanakan di RA Lu’lu Kabupaten Bandung Barat. Subjek dalam penelitian ini adalah anak usia 4-5 tahun yang terdiri dari 20 orang anak dengan jumlah laki-laki 4 orang dan perempuan 16 orang anak.

Penelitian ini dilakukan dalam empat tindakan yang diawali dengan tindakan prasiklus yaitu:

A. Perencanaan Tindakan

Pada penelitian ini dilakukan tindakan atau pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah guru kelas (peneliti). Hasil observasi digunakan sebagai dasar penyusunan perencanaan yang dilakukan oleh peneliti. Persiapan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Membuat perencanaan tertulis untuk kegiatan pembelajaran yang dituangkan dalam bentuk perencanaan mingguan (RKM) dan rencana kegiatan harian (RKH).

2. Mempersiapkan metode pembelajaran berupa metode bercocok tanam untuk anak usia dini yang sesuai dengan standar kurikulum pembelajaran dalam meningkatkan kecerdasan naturalis.

3. Mempersiapkan media pembelajaran yaitu media tanaman.

4. Mempersiapkan rancangan penilaian peningkatan kecerdasan naturalis melalui metode tanaman dengan media bercocok tanam.

5. Membuat pedoman observasi untuk mengamati proses dan hasil tindakan, lembar wawancara untuk kepala sekolah dan guru.

B. Pelaksanaan Tindakan Kelas

Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai RKH yang telah dibuat dan peneliti mengamati keterlibatan anak dalam proses pembelajaran yang berhubungan dengan kecerdasan naturalis anak usia 4-5 tahun. Kegiatan yang dilaksanakan peneliti bekerjasama dengan seorang observer pendamping untuk merencanakan tindakan dan jadwal pelaksanaan serta merumuskan komponen-komponen tindakan yang diperlukan, seperti: rencana pembelajaran, materi pelajaran sebagai sumber belajar anak dan kelengkapan lain yang diperlukan.

C. Observasi (Pengamatan)

Observasi dilakukan selama proses penelitian tindakan, mulai dari pra-siklus, siklus I dan siklus II melalui pengamatan diharapkan dapat mengetahui kekurangan dalam pelaksanaan tindakan.

Pengamatan dilakukan secara terus menerus mulai siklus I sampai siklus yang diharapkan dapat

(3)

tercapai. Kemudian hasil pengamatan di sesuaikan bersama kepala sekolah maupun guru sampai praktisi sehingga menghasilkan refleksi yang berpengaruh pada perencanaan selanjutnya.

D. Refleksi

Refleksi dilakukan pada akhir tiap siklus dan berdasarkan refleksi inilah dapat diketahui apakah tindakan yang diberikan sudah sesuai dengan harapan peneliti serta untuk mengetahui apakah diperlukan atau tidaknya siklus selanjutnya. Data yang telah di peroleh serta di analisis kemudian peneliti melakukan refleksi terhadap hasil observasi. Refleksi ini juga bertujuan untuk menyusun rencana tindakan perbaikan untuk siklus selanjutnya apabila diperlukan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Raudlatul Athfal (RA) Lu’lu Kabupaten Bandung Barat

Raudlatul Athfal (RA) Lu’lu Kecamatan Gununghalu Kabupaten Bandung Barat dalam sejarah berdirinya mungkin banyak kemiripan dengan lembaga-lembaga pendidikan RA pada umumnya, yakni atas tuntutan masyarakat. RA ini berdiri pada tahun 2005. Pada perkembangannya RA ini mengalami kemajuan yang signifikan baik dari segi kuantitas anak didik maupun dari segi kualitas. Dari segi kuantitas, tiap tahunnya RA Lu’lu terus mengalami peningkatan jumlah peserta didik, dari segi kualitas RA Lu’lu terus melakukan pembenahan, baik itu dari segi sarana prasarana, kualitas pembelajaran maupun kualitas guru. RA Lu’lu sendiri sudah terakreditasi dengan predikat sangat baik dan sampai sekarang masih berdiri dengan kokoh, asri, aman, dan nyaman

B. Kondisi Awal Kecerdasan Naturalis Kelompok A di RA Lu’lu

Menurut Gunawan (2014) kecerdasan naturalis adalah kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan untuk mempelajari ekosistem di alam dan lingkungan,senang memelihara tanaman atau hewan. Berdasarkan paparan diatas, terutama pada kemampuan metode bercocok tanam maka rata-rata kemampuan anak di RA Lu’lu pada saat sebelum tindakan belum sesuai dengan yang diharapkan.

Berdasarkan pengamatan masih banyak anak yang kesulitan dalam metode bercocok tanam. Hasil observasi yang dimulai dari pratindakan anak masih perlu bimbingan dari pendidik karena anak-anak belum terbiasa menggunakan metode bercocok tanam. Kegiatan yang dilaksanakan di kelas A RA Lu’lu masih berpusat pada guru. Dengan adanya proses kegiatan diatas menjadikan anak tergantung pada pendidik. Hal tersebut menjadikan pembelajaran menjadi monoton, sehingga kemampuan kecerdasan naturalis anak jadi kurang berkembang dengan baik dan optimal.

C. Pelaksanaan Metode Bercocok Tanam Untuk Meningkatkan Kecerdasan Naturalis

Cara yang digunakan dalam penelitian ini untuk meningkatkan kecerdasan naturalis yaitu belajar sambil bermain dengan menggunakan metode bercocok tanam. Dalam melakukan kegiatan tersebut, anak dapat mengembangkan imajinasi dalam proses kegiatan metode bercocok tanam, sehingga kecerdasan naturalis anak dapat dilatih dan lebih berkembang.

Berdasarkan hasil observasi yang dimulai dari pratindakan, anak masih perlu bimbingan dari pendidik karena belum terbiasa menggunakan metode bercocok tanam. Pada siklus I , pendidik memberikan tindakan berupa metode bercocok tanam dengan memperhatikan beberapa aspek penilaian diantaranya tertarik terhadap lingkungan, mengetahui nama-nama atau jenis tumbuhan, dan suka merawat tanaman serta ketelitian anak juga turut dilatih pada tahap ini.

Pada siklus II pendidik juga memberikan tindakan berupa metode bercocok tanam dengan memperhatikan beberapa aspek penilaian diantaranya tertarik terhadap lingkungan, mengetahui nama- nama atau jenis tumbuhan , dan suka merawat tanaman serta ketelitian anak juga turut dilatih pada tahap ini. Pada siklus ini anak sudah mulai terbiasa menggunakan metode bercocok tanam. Peran anak juga sudah meningkat sehingga lebih aktif dalam menggunakan metode bercocok tanam. Peningkatan kecerdasan naturalis anak sudah berhasil, dengan kategori BSH sebanyak 30% dan BSB sebanyak 70%.

D. Hasil Peningkatan Kecerdasan Naturalis Kelompok A di RA Lu’lu

Berdasarkan data hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran berlangsung mulai dari siklus I sampai siklus II, pendidik membimbing langsung anak yang bermain dengan metode bercocok tanam dengan langkah-langkah yang memudahkan anak untuk mencapai penilaian yang menjadi acuan di antaranya anak tertarik terhadap lingkungan, mengetahui nama-nama atau jenis tumbuhan , dan suka merawat tanaman , antara lain : 1) dengan mengenalkan lingkungan yang ada di sekitar, 2) mengenalkan beberapa jenis tumbuhan di sekitar, dan 3) membimbing anak bagaimana cara merawat tanaman dengan baik. Selain rasa senang yang ditimngan bulkan , secara tidak sadar anak yang berhasil menggunakan metode bercocok tanam dengan baik sebenarnya ia belajar untuk dapat memecahkan masalah dalam setiap hal yang bertahap, maka hal ini menunjukkan bahwa melalui metode bercocok tanam pada kelompok A di RA Lu’lu sangat efektif untuk peningkatakan kecerdasan naturalis anak didik dan pembelajaran menjadi menyenangkan. Untuk lebih jelasnya berikut peneliti tampilkan data rekapitulasi aktivitas pendidik selama pembelajaran berlangsung.

(4)

4 Tabel 1.1

Rekapitulasi Performa Pendidik Dalam Pembelajaran

No Aspek Penilaian Siklus I Siklus II

A Kegiatan Awal

1 Persiapan sarana pembelajaran B B

2 Mengkondisikan kelas B B

3 Menghubungkan materi dengan kegiatan sehari-hari C B

4 Memotivasi anak didik C B

B Kegiatan Inti

1 Menguasai materi pembelajaran dengan baik B B 2 Kesesuaian materi pembelajaran dengan tema C B

3 Menjelaskan media yang digunakan C B

4 Menjelaskan kegiatan hari ini B B

5 Berperan sebagai fasilitator B B

6 Mengajukan pertanyaan pada anak B B

7 Memberikan kesempatan pada anak untuk bertanya B B C Penutup

1 Membimbing anak dan membuat kesimpulan B B

2 Mengaitkan materi dengan pelajaran yang akan datang

C B

3 Memberi tugas pada anak C B

4 Mengadakan evaluasi B B

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa performa pendidik selama proses pembelajaran berlangsung mengalami peningkatan yang cukup baik, yaitu pada siklus I dari skor “C” (Cukup) meningkat menjadi skor “B” (Baik). Hal ini menunjukkan bahwa pendidik selalu berusaha meningkatkan kinerjanya dalam mengajar.

Data hasil observasi dari peningkatan kemampuan anak dalam bermain menggunakan metode bercocok tanam pada setiap siklus dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Grafik 1.1

Persentase Hasil Observasi Pratindakan 30%

40%

30%

0% 0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

BB MB BSH BSB

(5)

Grafik 1.2

Presentase Hasil Observasi Siklus I

Grafik 1.3

Persentase Hasil Observasi Siklus II Kriteria Penilaian

BB : Belum Berkembang MB : Mulai Berkembang

BSH : Berkembang Sesuai Harapan BSB : Berkembang Sangat Baik

Berdasarkan hasil grafik 1.1, 1.2 dan 1.3, terdapat peningkatan kemampuan anak dalam menggunakan metode bercocok tanam dengan aspek penilaian diantaranya tertarik terhadap lingkungan, mengetahui nama-nama atau jenis tumbuhan , dan suka merawat tanaman. Hal ini terlihat dari jumlah anak yang memperoleh kategori BB terjadi penurunan yang sangat signifikan, pada pratindakan 30%, pada siklus I dan siklus II menurun drastis menjadi 0%. Anak dengan kategori kemampuan MB pada pratindakan sebanyak 40%, pada siklus I belum ada perubahan yaitu 40% dan siklus II terjadi penurunan menjadi 0%. Sedangkan anak dengan kategori BSH pada pratindakan sebanyak 30%, pada siklus I sebanyak 40% dan siklus II menjadi 30%. Anak dengan kategori BSB pada pratindakan sebanyak 0%, dan terjadi peningkatan yang cukup signifikan pada siklus I sebanyak 20%

dan pada siklus II menjadi 70%.

Dengan melihat dan membandingkan nilai kecerdasan naturalis anak pada saat pratindakan, siklus I dan siklus II, diperoleh hasil bahwa kecerdasan naturalis anak mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini membuktikan hipotesis peneliti bahwa kegiatan menggunakan metode bercocok tanam dapat meningkatkan kecerdasan naturalis anak. Berdasarkan hasil dari siklus II ini, prosentase anak didik dalam kategori BSH dan BSB sudah mencapai 100%, maka penelitian ini dihentikan pada siklus II.

0%

40% 40%

20%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

BB MB BSH BSB

0% 0%

30%

70%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

BB MB BSH BSB

(6)

6 KESIMPULAN

Kecerdasan naturalis adalah kemampuan seseorang untuk mengenali, mengungkapkan, membedakan tumbuhan dan hewan serta kejadian-kejadian alam yang berada di sekitar lingkungan anak. tahapan perkembangan naturalis anak usia dini berawal dari menyenangi hewan dan tumbuhan, mampu membedakan hewan, suka bercocok tanam, merawat tumbuhan yang ditanamnya, menjaga kebersihan lingkungan, merawat hewan dan tumbuhan dan bisa menentukan kualitas cuaca. Lingkungan yang mendukung anak akan sangat berpengaruh kepada pengembangan kecerdasan naturalis anak. Kegiatan bercocok tanam adalah salah satu kegiatan yang mampu meningkatkan kecerdasan naturalis anak, karena dengan kegiatan ini anak diajak langsung untuk menemui bahan-bahan alam, diantaranya tanah, biji- bijian, pupuk, air. Anak diajak untuk menanam dengan cara terjun langsung ke alam. Berdasarkan hasil penelitian terbukti bahwa tingkat kecerdasan naturalis anak terus bertambah setelah digunakan metode bercocok tanam dalam proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, Thomas. (2009). Multiple Intelligences in The Classroom. Virginia : ASCD Member Book.

Badar, Trianto Ibnu. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta : Kencana.

Dahlia dan Suyadi. (2014). Implementasi dan Inovasi Kurikulum PAUD 2013. Program Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

Fadlillah, M. (2014). Desain Pembelajaran PAUD: Tinjauan Teoritik & Praktik. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.

Gardner, Howard. (2003). Kecerdasan Majemuk. (Terjemahan Drs. Alexander Sindoro). Batam Center : Interaksara.

Gunawan dan Ichan Solihudin. (2014). Rahasia Pola Asuh Anak. Bandung : Brainside Intelligence.

Iskandar, Zulrizka. (2013). Psikologi Lingkungan : Metode dan Aplikasi. Bandung : PT Refika Aditama.

Morrison, G.S. (2012). Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta : Indeks.

Santrock, John W. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Salemba Humanika.

Referensi

Dokumen terkait

Bagi anak Melalui penggunaan media pasir kinetik diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan naturalis, khususnya anak kelompok B1 TK Pertiwi Lhoknga.. Bagi guru Hasil penelitian ini

4 Adapun tujuan pembahasan proposal skripsi ini antara lain untuk mengetahui bagaimanakah peningkatan kecerdasan naturalis anak melalui kegiatan meronce dengan media bahan alam pada