• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Metode ‘3H’ dalam Pelatihan Jurnalistik Anggota LAPMI-HMI Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Penerapan Metode ‘3H’ dalam Pelatihan Jurnalistik Anggota LAPMI-HMI Makassar"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

151

Penerapan Metode ‘3H’ dalam Pelatihan Jurnalistik Anggota LAPMI-HMI Makassar

Zulkarnain Hamson1*, St. Shofiyah2, Andi Azhar Aljurida3, Irwan Muin 4

1,2Prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Sospol, Universitas Indonesia Timur

3Prodi Administrasi Negara, Fakultas Sospol, Universitas Indonesia Timur

4Prodi Magister Hukum, Pascasarjana, Universitas Indonesia Timur

1zulkarnain.hamson@uit.ac.id 2st.sofiyah@uit.ac.id

3azharaljurida51@gmail.com 4irwan.muin@uit.ac.id

ABSTRAK

Pelatihan jurnalistik, dengan pola ceramah yang klasik sudah tidak bisa diharapkan memberikan hasil maksimal, terlebih patron media massa berita telah bergerak kearah online. Untuk Indonesia, peralihan basis media ke online, berpotensi menimbulkan implikasi hukum yang tidak kecil bagi wartawan.

Kajian dasar jurnalistik kontemporer, sudah harus disandingkan dengan pengetahuan teknologi digital media. Mesin cetak dan kertas, bukan lagi pemegang mahkota bagi media massa era kini. Semua telah diambil alih professional bidang Informasi dan Teknologi (IT). Wartawan hanya menjadi satu dari elemen lainnya yang memegang kunci informasi bisa tersebar dan sampai ke tangan pembaca. Pelatihan ini bertujuan mengubah cara lama, yang masih mengedepankan pengenalan elemen dasar berita, menaikkannya ke posisi setara dengan kemampuan seorang wartawan atau reporter dalam mengolah informasi menjadi berkualitas, tentu saja dengan bobot menghindarkan mereka dari jerat hukum. Pelatihan ini singkat, dengan durasi waktu tiga hari, dan menitikberatkan pada kemampuan wartawan atau reporter dalam menyeleksi fakta, melengkapinya dan kemudian menuliskan, sebelum dipublikasikan di portal berita atau media mereka. Penggunaan pola ‗H3‘ (Head, Heart and Hand), diyakini menambah kemampuan dan ketajaman analisis seorang wartawan atau reporter, sebelum memulai penulisan beritanya. Pola ini bisa saja telah berlangsung di banyak tempat pelatihan, namun untuk wilayah Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia, terbilang baru.

Kata Kunci: Pelatihan Wartawan, Pola Tiga H, Kualitas Berita, Media Massa

ABSTRACT

Journalistic training, with a classic lecture pattern, cannot be expected to give maximum results, especially since the news mass media patrons have moved towards online. For Indonesia, the shift from the media base to online has the potential to have significant legal implications for journalists. The basic study of contemporary journalism must be juxtaposed with knowledge of digital media technology. Printing and paper machines are no longer crown holders for today's mass media. All have been taken over by professionals in the Information and Technology (IT) field. Journalists are only one of the other elements who hold

(2)

152

the key to information being spread and reaching the readers' hands. This training aims to change the old way, which still prioritizes the introduction of the basic elements of news, raising it to a position equivalent to the ability of a journalist or reporter to process information into quality, of course with the weight of preventing them from being caught in the law. This training is short, with a duration of three days, and focuses on the journalist's or reporter's ability to select facts, complete them and then write them down, before being published on their news portal or media. The use of the pattern "H3" (Head, Heart and Hand), is believed to increase the ability and sharpness of a reporter or reporter's analysis, before starting to write news. This pattern may have taken place in many training venues, but for the City of Makassar, South Sulawesi, Indonesia, it is relatively new.

Keywords: Journalist Training, Model Tree H, News Quality, Mass Media

PENDAHULUAN

Pers mewakili makna jurnalisme, jurnalistik, media dan berita. Pers juga menjadi symbol profesi bagi pekerja media. Dewasa ini, Indonesia sedang mengalami transformasi dari media cetak, surat kabar, tabloid, majalah, juga buku, brosur atau apa saja yang berisi informasi bagi public, dengan bahan dasar kertas ke online media, atau dikenal juga dengan istilah Dalam Jaringan (Daring), dengan internet sebagai basisnya. Menyusul media cetak, media elektronika yakni Radio, Televisi dan Film, juga mengikuti pendahulunya.(Raton and Press 2000) Saat ini konsumen beita bisa menikmati semua jenis media dalam satu perangkat bernama ponsel android.(Pers 2011)(Chun and Keenan 2006)(Ki and Teng 2016)

Era ini menjadi era media baru, juga ditandai dengan menguatnya jurnalime warga dengan basis media social, semisal Facebook, Tweeter, Instagram, dan masih banyak lagi. Transformasi media cetak dan elektronika ke media online, yang real time, dan tekanan media social yang relative cepat, tidak mesti ditakuti akan melenyapkan peran esensial media dan wartawan sebagai elemen dasar kerja media.(Grondelle 2019) (Salaverría 2019) Justru kajian ilmu komunikasi yang menjajari pertumbuhan teknologi komunikasi itu, menyediakan banyak peluang bagi wartawan dalam menaikkan kemampuan dan kapasistasnya dalam menarik perhatian pembaca.(Surbakti 2015) (Studi et al. n.d.)

Tantangan yang mesti dihadapi wartawan adalah kualitas berita yang akurat, update, serta memenuhi sifat berita unsur informative, mencerdaskan atau mendidik, mencegah atau antisipatif, menghindarkan masyarakat dari ancaman atau resiko bahaya, dan tidak kalah pentingnya berita bisa membuat masyarakat terhibur.

Keseluruhan sifat itu, hanya mungkin wartawan dapat penuhi jika memiliki kemampuan menuliskan berita secara akurat, valid dan berdasarkan fakta-fakta berita yang terkonfirmasi, sesuai standar peliputan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, juga Kode Etik Wartawan Indonesia (Kewi).(Akil 2014)

Salah satu syarat penilaian profesionalitas wartawan dalam menuliskan berita di medianya, adalah; a) wartawan telah terdaftar pada media massa resmi berbadan hukum dan teregistrasi di Dewan Pers; b) memiliki surat tugas pada perusahaan media yang resmi mempekerjakannya; c) dinyatakan telah lulus Uji Kompetensi Wartawan

(3)

153 (UKW) dengan perolehan sertifikat dari Dewan Pers; d) mengikuti setidaknya pendidikan dasar kewartawanan dibuktikan dengan sertifikat; e) terdaftar sebagai anggota organisasi wartawan; f) memiliki bukti arsip karya jurnalistik, yang pernah terbit di media massa. Pada poin c), d), e) dan f), pada umumnya tidak dijadikan sebagai dasar penilaian, dikarenakan poin a) dan b) sudah dianggap cukup menyatakan seseorang resmi menjadi wartawan.(Pers 2018).

Hanya saja dalam berbagai kasus hukum pemberitaan, status wartawan akan mengalami koreksi di persidangan, dikarenakan syarat karya jurnalistik, mengalami perubahan standar berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang, yang berlaku dalam wilayah Republik Indonesia. Dimana wartawan dipersyaratkan mutlak memiliki lebih dari poin a) dan b). Untuk itu diperlukan peningkatan kompetensi.(Lindner, Connell, and Meyer 2015)

TUJUAN KEGIATAN

Secara umum dan khusus, kegiatan ini memiliki tujuan yang sangat berguna, juga untuk menjawab kajian sebelumnya tentang pengetahuan media massa, dan penulisan berita bagi mahasiswa pengelola media komunitas. Menjawab kesenjangan pengetahuan teknis penulisan berita, yang menjadikan etika sebagai inti, bagi seseorang sebelum memulai menuliskan beritanya, dalam menunjang pencapaian target sebagai wartawan atau reporter.(Juditha 2013) Tujuan itu dapat dirangkum sebagai berikut;

1. Mampu mengenali kualitas informasi, data dan fakta;

2. Memilah informasi, data dan fakta, menganalisis, kemudian menuliskannya dalam berita;

3. Memahami konsep dan implementasi pola tiga H;

4. Mampu melakukan perbaikan berita jika menemukan fakta baru;

5. Peserta dapat dengan tepat menggunakan tata urutan penggunaan instrumen Kepala, Hati dan Tangan saat menulis berita.

METODE PELAKSANAAN 1. Metode;

Pelatihan ini menggunakan metode; a) Ceramah interaktif,(Savira et al. 2018) b) Praktik lapangan,(Hapsari and Widhianningrum 2016) c) Monitoring dan evaluasi,(Widoyoko 2017) d) Diskusi dan games.(Boudreaux 2018) Keseluruhan peserta menerima materi ceramah, baik pada Sesi 1 (Hari pertama) maupun Sesi 2 (Hari kedua). Kemudian dilanjutkan dengan praktik lapangan, kemudian monitoring dan evaluasi. Diselenggarakan di Sekretariat Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Makassar, Jalan Botolempangan, pada 10-11 September 2020. Sebelum menerima pemberian materi, yang berisikan teori dasar ilmu komunikasi, juga jurnalistik dan media massa, peserta diminta mengisi kuisioner evaluasi yang bertujuan mendapatkan gambaran umum tentang pengetahuan peserta akan jurnalistik dan media, serta penulisan berita. Seluruh kuisioner yang terkumpul dilakukan evaluasi penilaian oleh tim fasilitator, yang terdiri dari dosen pendamping dibantu anggota LAPMI. Hasilnya dibuat dalam bentuk skoring, untuk dipersentasekan, hal itu bertujuan untuk menjadi alat dan data banding pada evaluasi akhir capaian pelatihan. Peserta diminta secara

(4)

154

aktif, merespon isian kuisioner rekan mereka, hal ini bertujuan agar terwujud pola pembelajaran yang setara dan evaluasi internal akan kapasitas setiap pribadi peserta.

Diskusi; adalah proses interaksi komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih/kelompok. Biasanya komunikasi antara peserta diskusi, berupa ilmu atau pengetahuan dasar, yang tujuannya akan memberikan nilai pemahaman yang benar dan baik. Bahan diskusi, bisa berupa apa saja yang awalnya disebut topik. Dari topik intulah diskusi berkembang, setelah argumentasi melalui komunikasi berputar dalam perbincangan yang pada akhirnya, melahirkan kesimpulan serta pemahaman atas topik bahasan.

Studi Kasus; lazim dugunakan dalam penelitian ilmu social, metode studi kasus dijadikan sebagai contoh membedah masalah. Dalam riset studi kasus, , dilakukan pemeriksaan longitudinal, secara mendalam atas suatu keadaan kejadian atau peristiwa, dengan disebuta kasus, memakai cara yang sistematis, dimulai dari pengamatan atas pengumpulan data, analisis informasi, sumber informasi, serta pelaporan dalam bentuk tulisan naskah berita. Sebagai hasilnya akan didapatkan keseluruhan pemahaman, tentang mengapa sesuatu terjadi, umumnya secara mendalam, yang dalam riset akan sangat menunjang penelitian lanjutan. Akan tetapi dalam pelatihan bisa dijadikan rujukan perbaikan pada evaluasi menuju hasil selanjutnya.

Simulasi; adalah suatu proses peniruan dari sesuatu yang bersifat nyata beserta keadaan sekelilingnya (state of affairs). Simulasi itu secara umum menggambarkan sifat karakteristik kunci dari gambaran sistem fisik. Dalam pelatihan ini simulasi berfungsi untuk menguji kedalaman analisis dan pemikiran reporter atau calon wartawan.

Evaluasi; merupakan serapan dari bahasa Inggris ‗evaluation‘ yang artinya sebagai taksiran ataupun penilaian. Dengan demikian evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan terkait proses menilai hasil kerja tugas peserta pelatihan. Bertujuan memberikan nilai atas tugas pelatihan yang dikerjakan oleh peserta selama pembimbingan berlangsung. Kegiatan yang dilaksanakan oleh tim fasilitator, atas kontrol pemateri dalam pelatihan itu, disebut Value Judgment.

2. Model Pelatihan;

Pelatihan ini menggunakan model Triple H (Head, Heart, Hand), model ini lazim dikenal dalam studi psikologi. Penggunaan model ini diharapakan mampu meningkatkan kadar pemahaman peserta pada kerja-kerja kewartawanan dengan hasil yang lebih berkualitas. Model kepala, tangan dan hati adalah pendekatan holistik untuk mengembangkan ekoliterasi yang diperkenalkan oleh Orr (1992) dan dikembangkan oleh Sipos, Battisti dan Grimm (2008). Model tersebut menunjukkan sifat holistik dari pengalaman transformatif dan menghubungkan domain kognitif (kepala) dengan refleksi kritis, domain afektif (hati) dengan pengetahuan relasional dan domain psikomotorik (tangan) dengan keterlibatan 3H, maka uraiannya dapat dilihat di bawah ini;

a) Head (Kepala), dimaknai sebagai fungsi refleksi adalah untuk menciptakan makna dari pengalaman dengan menggambar koneksi dan hubungan dengan pengalaman, pengetahuan dan gagasan sebelumnya. Hubungan dengan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya inilah yang memberikan kontinuitas dan memungkinkan siswa untuk melihat pentingnya pengalaman pendidikan mereka,

(5)

155 demikian Dewey menjelaskan tentang model ini.(Dewey 1910) Berbagai penelitian tentang bagaimana otak belajar, telah menunjukkan bahwa membandingkan pengalaman baru, dengan pengalaman sebelumnya adalah cara alami otak untuk mengekstraksi makna dan mengintegrasikan pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya, demikian dikemukakan Jansen.(Tuma, J. M., &

Pratt, J. M. (1982). Clinical child psychology practice and training: A survey.

\ldots of Clinical Child & Adolescent Psychology, 137(August 2012) et al. 2001) Pembelajaran tidak signifikan, sampai telah mengalami proses kritis yang memungkinkan pelajar untuk memasukkan pembelajaran baru ke dalam repertoar perilakunya.(Wilson and Hooks 1989) Meskipun Dewey dan Kolb berpendapat, bahwa pengalaman adalah dasar untuk belajar, tetapi keduanya juga mengatakan bahwa pembelajaran tidak dapat berlangsung tanpa refleksi. (Biocca and Levy 1995) Refleksi menurut Mezirow dan Taylor, juga merupakan elemen penting dari pengalaman transformasional.(Tuma, J. M., & Pratt, J. M. (1982). Clinical child psychology practice and training: A survey. \ldots of Clinical Child & Adolescent Psychology, 137(August 2012) et al. 2005) Refleksi kritis dapat mengarah pada kesadaran diri yang diperlukan untuk perubahan karena tanpa refleksi seseorang tidak dapat: mengidentifikasi, mempertanyakan dan membingkai ulang nilai dan keyakinan yang mendasarinya; mengakui dan menantang asumsi; mengenali bias dan mengidentifikasi ketakutan; memahami kekuatan dan kelemahan.

b) Heart (Hati); mengetahui relasional: etnik Bugis, Makassar memiliki filosofi tentang hati, digunakan oleh Bugis Makassar sejak awal peradaban leluhur mereka yang sudah mengenal adat istiadat. Penggunaan hati, yang berarti untuk semua relasi sosial dan mengakui semua organisme hidup sebagai saudara. Etnik Bugis Makassar, dalam memandang dunia ini, meyakini manusia terhubung atau berhubungan dengan semua aspek alam dan dengan semua makhluk hidup, ini juga diperoleh dari serapan religiusitas setelah periode masuknya Islam.(Hamson 2020) Keyakinan bahwa kita setiap pribadi terhubung dengan semua kehidupan yang dilihat maupun tidak dilihatnya di alam sana.(Pelras 1996)

Semua orang adalah bagian dari sistem sosial dan biologis yang hidupnya dibingkai oleh hubungan dan interaksi di dalam sistem tersebut.(Tuma, J. M., &

Pratt, J. M. (1982). Clinical child psychology practice and training: A survey.

\ldots of Clinical Child & Adolescent Psychology, 137(August 2012) et al. 2007) Kelangsungan hidup dan kualitas hidup kita bergantung pada hubungan dengan lingkungan yang sehat, komunitas dan ikatan pribadi. Gerbang menuju persepsi adalah hubungan, interkoneksi, antara indera kita dan dunia luar, pengetahuan relasional dapat didefinisikan sebagai kesadaran akan hubungan yang dibagikan dengan komunitas dan alam, yang berusaha untuk mengatasi pemisahan dualistik yang mendasari budaya Barat.(Rasch 2017) Cara mengetahui alternatif sering kali diabaikan dalam masyarakat Barat yang menghargai cara mengetahui rasionalis dan reduksionis. (Hamson Z 2019)

Dari perspektif pribumi, mengenali empat kategori cara mengetahui:

berpikir, merasakan, intuisi, dan sensasi.(Says 2018) Kecerdasan adalah contoh cara lain untuk mengetahui.(West et al. 2006) Ada banyak cara untuk menjadi pintar namun ada nilai pangkat yang diatribusikan padanya. Bentuk-bentuk kecerdasan rasional, logis dan linguistik, lebih dihargai daripada cara-cara

(6)

156

mengetahui lainnya seperti kecerdasan emosional atau intuisi.(Currie Sivek 2018) Konsepsi dualistik keberadaan yang memisahkan pikiran dan tubuh dapat ditelusuri ke Aristoteles dan baru-baru ini, Descartes, dan sangat mempengaruhi pemikiran Barat. Pemisahan dualistik antara pikiran manusia dan dunia indrawi memungkinkan orang untuk merasionalisasi objektivitas dan keterasingan dari apa yang dianggap tidak rasional.(Tolchah 2011)

c) Hand (Tangan); pemaknaan tangan adalah konstruksi pengalaman belajar transformatif, penggunaan aktif dari konsep yang dipelajari mengacu pada pelajar yang menggabungkan pengalaman pendidikan ke dalam kehidupan sehari-hari seseorang, untuk bekerja dan bebuat. Khusus untuk bidang kewartawanan adalah penulisan. Dari sudut pandang pendidikan keberlanjutan, hal ini akan menghasilkan hasil praktik keberlanjutan sebagai bagian dari kehidupan sehari- hari.(Rupar 2007)

Hadir secara fisik di suatu tempat, membangun hubungan dengan tempat itu, merefleksikan nilai-nilai yang diberikan seseorang secara kritis dapat mengubah perspektif, mengubah perilaku, dan meningkatkan keterlibatan dalam praktik komunitas yang berkelanjutan. Keterlibatan holistik, tubuh, pikiran, hati, dan tempat sangat mengharukan dan sangat menarik. Terlibat adalah berpartisipasi secara aktif, terlibat dan berinvestasi. Pelajar yang terlibat menunjukkan karakteristik tertarik pada tugas mereka, ketekunan dalam tugas mereka meskipun ada rintangan atau tantangan dan mengambil kegembiraan yang terlihat dalam menyelesaikan tugas mereka. Sebagai meta-konstruk, keterlibatan dipahami sebagai interaksi antara konteks dan kebutuhan individu akan otonomi, keterkaitan, kompleksitas dan tantangan yang diimbangi oleh kompetensi.(L.

2019)

Penelitian cenderung dibagi menjadi tiga bidang: perilaku, kognitif, dan afektif. Area perilaku meliputi perilaku, perilaku saat mengerjakan tugas, partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler dan kehadiran. Keterlibatan yang semakin berkurang termasuk dalam area ini dan sering kali memeriksa putus sekolah. Umumnya, pendekatan perilaku berfokus pada upaya eksternal siswa.(Adang 1993) Investigasi di bidang kognitif berfokus pada motivasi belajar mandiri, kemanjuran diri, meta-kognisi dan upaya intelektual. Penyelidikan ini memeriksa upaya internal dan kualitas pribadi siswa. Di bidang pengaruh, simpatisan melihat pada sikap, minat, kepemilikan, dan hubungan. mendefinisikan lingkungan yang memperkaya sebagai pengaturan yang merangsang yang hidup dengan sumber daya dan mencerminkan kehidupan nyata. (Nadhiroh 2015)

Dalam konteks pendidikan, prediktor yang kuat dan unik dari keterlibatan adalah tugas yang menantang dalam lingkungan otentik menyatakan bahwa peserta didik lebih termotivasi dan terlibat ketika mereka dapat menggunakan apa yang telah mereka pelajari untuk melakukan sesuatu yang berdampak pada orang lain, terutama komunitas lokal mereka.(Alwisol 2014) Gambaran sederhana dari model kepala, tangan dan hati, untuk menggambarkan bagaimana individu berpikir, merasakan, dan terlibat dengan dunia di sekelilingnya, dan memberikan respon terhadapnya.(Singleton 2015).

(7)

157 Keseluruhan materi kegiatan, ditujukan guna membangun kemampuan individu peserta, untuk terus menemukan karakter diri, dalam menulis, serta terus melakukan perbaikan dalam mempelajari karakter media, proses kerja peliputan, dengan mengenali kemampuan, kekuatan alur pikir dan pendekatan emosional positif, akan menjadi hal yang utama sebagai upaya menemukan performa terbaiknya sebagai seorang reporter. Khusus pada pelatihan ini, semua peserta dibimbing untuk menjadi seorang reporter atau wartawan, yang dibimbing untuk terampil mengasah pikiran, hati dan tangannya dalam melahirkan karya jurnalistik yang berkualitas. Penggunaan kepala atau pikiran, hati atau rasa, dan tangan atau menulis, telah melewati proses pemberian pemahaman yang setara untuk semua peserta, dengan tujuan agar memiliki kesamaan persepsi juga pemaknaan dalam memandang konsep H3.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengabdian Kepada Masyarakat ini, dilaksanakan secara kontinyu, sebagai bagian dari kemitraan LAPMI-HMI dengan, UIT, melalui Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Adapun hasilnya dapat dikemukakan sebagai berikut:

TABEL 1

HARI PERTAMA SESI 1: MATERI, DISKUSI, PRAKTIK & EVALUASI

NO PEMATERI WAKTU TEMA KEGIATAN

1 Ketua HMI Cabang Makassar

08:00-08:20 Pembukaan Acara Sambutan 2 Ketua LAPMI 08:20-08:40 Laporan Panitia Sambutan 3 Zulkarnain Hamson 08:30-09:30 Dasar-Dasar

Jurnalistik

Ceramah &

Diskusi 4 Fasilitator 1 09:30-11:00 Praktik Bedah kasus

5 ISHOMA 11:30-13:00 Istirahat Sholat &

Makan 6 Fasilitator 2 13:00-13:30 Evaluasi Ujian Praktik 7 Zulkarnain Hamson 13:30-14:30 Mengenal Model

(3H)

Ceramah &

Diskusi

8 Fasilitator 3 14:30-15:30 Pembacaan Hasil Ujian Perbaikan

9 ISHOMA 15:30-16:00 Istirahat Sholat &

Makan

1. LAPMI-HMI Cabang Makassar, menyiapkan peserta yang terdiri dari reporter, yang direkrut melalui jalur penerimaan keanggotaan.

2. Jumlah peserta pelatihan setiap kegiatan antara 15-25 orang.

3. Pelaksanaan kegiatan pengabdian ini, berlangsung selama dua hari, dilaksanakan mulai pukul 08.00–16.00 WITA.

4. Tempat pelaksanaan Kegiatan di Sekretariat HMI Cabang Makassar, Jalan Bontolempangan No.39, Makassar.

(8)

158

Pelatihan ini menghadirkan tiga pemateri dengan focus pengamatan pada materi;

Dasar-Dasar Jurnalistik (Penulisan Berita), yang dibawakan Zulkarnain Hamson, S.Sos. M.Si. Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Indonesia Timur (UIT), Makassar. Dengan model H3 peserta diminta mempelajari teknik menulis berita memakai kekuatan elemen Kepala, Hati dan Tangan.

TABEL 2

HARI KEDUA SESI 2: MATERI, DISKUSI, PRAKTIK & EVALUASI

NO PEMATERI WAKTU TEMA KEGIATAN

1 Zulkarnain Hamson 08:30-09:30 Menerapkan Model 3H Dalam Menulis

Praktik &

Simulasi 2 Fasilitator 1 09:30-11:00 Evaluasi Ujian Tulis

3 ISHOMA 11:30-13:00 Istirahat Sholat &

Makan 4 Fasilitator 2 13:00-13:30 Evaluasi Ujian Praktik 5 Zulkarnain Hamson 13:30-14:30 Mengevaluasi Model

(3H) Dalam Karya

Ceramah &

Diskusi 6 Fasilitator 3 14:30-15:30 Pembacaan Hasil

Pelatihan

Pengumuman Kelulusan

7 ISHOMA 15:30-16:00 Istirahat Sholat &

Makan

8 Ketua LAPMI 16:00-16:30 Penutupan Penyerahan

Sertifikat Peserta sudah memasuki ruangan, fasilitator memandu acara sebelum pemateri Zulkarnain Hamson, S.Sos. M.Si. memasuki ruangan. Sebelum materi hari kedua, fasilitator telah mengantar peserta dengan penjelasan dan uaraian tentang substansi pembahasan, penugasan dan evaluasi yang akan dilaksanakan. Setelah absensi peserta, fasilitator menyerahkan forum untuk dilanjutkan oleh pemateri. Dimulai dengan menganalisasa tugas hari pertama, pemateri terlebih dahulu memberikan ulasan kemajuan yang telah dicapai peserta pada evaluasi hari pertama. Tujuan evaluasi oleh pemateri, adalah mengantar peserta pada apa yang akan menjadi focus di materi kedua, yakni “Penerapan model 3H dalam menulis”.

(9)

159 Foto 1: Ketua HMI Cabang Makassar, membuka acara dengan seremonial.

Foto 2-3: Peserta sedang menjalani pelatihan di Sekretariat HMI Cabang Makassar.

Kegiatan Pelatihan hasilnya dapat kami uraikan sebagai berikut: Dosen yang melaksanakan kegiatan berjumlah empat orang, dengan menyertakan mahasiswa berjumlah empat orang. Kegiatan berlangsung sesuai rencana;

1. Pada hari pertama 11 September 2020 kegiatan diikuti 20 orang peserta. Hanya 15 peserta yang mengikuti hingga berakhirnya pemaparan materi pelatihan hari ke-2.

Pengukuran keaktifan peserta diketahui melalui pertanyaan yang diajukan oleh peserta, berdasarkan presentase dan studi kasus.

2. Pada hari kedua 12 September 2020 kegiatan dilanjutkan, dengan melakukan uji coba keterampilan kepada setiap peserta secara bergantian, dengan mengasah ketajaman dan kemampuan pada penguasaan metode dan model 3H dan kekuatannya.

3. Peserta diminta menyampaikan pendapat terkait keunggulan dan kelemahan yang dimilikinya. Keunggulan yang dimilikinya dalam penulisan berita.

4. Semua dosen pendamping melakukan pembimbingan pada metode analisis dan evaluasi.

(10)

160

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Fakta Akurasi Konfirmasi Analisis

5. Diskusi aktif dirangkaikan dengan koreksi detail pada kemampuan dan kekurangan marketing.

6. Peserta diminta mengisi lembar evaluasi sebagai akhir dari pelatihan, bertujuan mendapatkan gambaran riil yang dicapainya.

TEMUAN DISKUSI

Sejumlah temuan dalam pelatihan, bisa dirumuskan secara lengkap dalam poin uraian di bawah ini :

1. Reporter dan calon wartawan, dinilai kurang memiliki kemampuan dan pemahaman serta penguasaan penulisan yang efektif dimulai dari pengenalan fakta, pilihan diksi, membangun narasi dan logika berita.

2. Sebagai reporter, peserta minim dalam pengetahuan media dan karakter media, serta pola penulisan berita.

3. Peserta kurang memahami iklim dan latar yang memungkinkan sebuah berita dapat ditulis secara lugas dan komprehensif.

TABEL 3

EVALUASI SEBELUM PELATIHAN

Berdasarkan hasil evaluasi kuisioner sebelum pelatihan, diperoleh gambaran, peserta pelatihan, memiliki tingkat pemahaman fakta berita 35%, untuk kemampuan akurasi berita hanya 27%, sedangkan kemampuan konfirmasi berita, mencapai 30%, dan kemampuan analisis hanya di angka 25%. Sehingga dapat disimpulkan kemampuan rata-rata peserta berada di bawah angka 50%. Hal itu akan diukur kembali pada saat usai pemberian materi pelatihan, praktik dan uji kasus. Hasilnya dapat dilihat pada uraian table di bawah ini;

(11)

161

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Fakta Akurasi Konfirmasi Analisis

TABEL 4

EVALUASI SETELAH PELATIHAN

Berdasarkan hasil evaluasi kuisioner setelah pelatihan, diperoleh gambaran, peserta pelatihan, memiliki tingkat pemahaman fakta berita naik mencapai 55%, untuk kemampuan akurasi berita naik mencapai 65%, sedangkan kemampuan konfirmasi berita, mencapai 75%, dan kemampuan analisis naik menjadi 75%. Sehingga dapat disimpulkan kemampuan rata-rata peserta berada di atas angka 50%, dengan pencapaian tertinggi pada kemampuan konfirmasi dan analisis. Dengan demikian dapat disimpulkan pelatihan Pola 3H, telah berhasil menaikkan kemampuan reporter dalam mengolah fakta, menambah akurasi, melakukan konfirmasi dan melakukan analisis.

SIMPULAN DAN SARAN

LAPMI-HMI, harus terus melakukan pelatihan yang bertujuan membangun kemampuan anggota LAPMI, dalam memasuki dunia media massa, dengan kekuatan utama pada penulisan berita. Keunggulan lain adalah tingkat pendidikan yang keseluruhan Perguruan Tinggi (PT), masih berusia muda, belum memiliki pengalaman bekerja pada media komersial, namun memiliki daya kreasi dan sifat ulet serta tekun.

Pelatihan ini merekomendasikan;

1. Diperlukan kelanjutan pelatihan, serta pola tematik liputan agar dapat dengan mudah dievaluasi.

2. Penerimaan anggota LAPMI-HMI, sebaiknya melalui jalur pelatihan, sehingga memungkinkan tercapai kualitas dalam pengembangan oragnisasi serta tugas kewartawanan.

3. Pelatihan dinilai bermanfaat dan patut untuk ditindaklanjuti pada pelatihan angkatan berikutnya.

(12)

162

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih kepada Ketua HMI Cabang Makassar, Ketua LAPMI, Rektor UIT, dan Wakil Rektor III dan IV UIT, Ketua LPPM UIT, Dekan Fisip UIT, dan Kaprodi Ilmu Komunikasi, atas dukungan baik program maupun anggaran, sehingga kegiatan PKM ini dapat terlaksana.

DAFTARRUJUKAN

Adang, Suherman. 1993. ―Kurikulum Dan Pembelajaran.‖ Bandung: Yayasan Kesuma Karya.

Akil, Muhammad Anshar. 2014. ―REGULASI MEDIA DI INDONESIA (Tinjauan UU Pers Dan UU Penyiaran).‖ Jurnal Dakwah Tabligh 15(2).

Alwisol. 2014. UMM Press Psikologi Kepribadian (Edisi Revisi).

Biocca, Frank, and Mark R. Levy. 1995. Communication in the Age of Virtual Reality.

L. Erlbaum Associates.

Boudreaux, Kyle. 2018. ―Serious Games for Training and Faculty Development—A Review of the Current Literature.‖ Journal of Educators Online 15(2).

Chun, Wendy Hui Kyong, and Thomas Keenan. 2006. reader New Media, Old Media:

A History and Theory Reader.

Currie Sivek, Susan. 2018. ―Both Facts and Feelings: Emotion and News Literacy.‖

Journal of Media Literacy Education.

Dewey, John. 1910. ―Chapter 1: The Influence of Darwin on Philosophy.‖ In The Influence of Darwin on Philosophy and Other Essays,.

Grondelle, Vincent Van. 2019. ―OF SOCIAL ISSUES ONLINE MEDIA.‖ (July).

Hamson Z. 2019. 1 Preeprint TEORI KRITIS THEODOR ADORNO.

Hamson, Z. 2020. ―BUGIS BONE.‖ Researchgate 2(September): 1–7.

Hapsari, Pungky, and Purweni Widhianningrum. 2016. ―PENGARUH PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN TERHADAP KINERJA MAHASISWA CALON GURU.‖ Journal of Accounting and Business Education 2(1).

Juditha, Christiany. 2013. ―News Accuracy in Online Journalism (News of Alleged Corruption The Constitutional Court in Detiknews).‖ Jurnal Pekommas 16(3):

145–54.

Ki, Liew Chee, and Gan Wei Teng. 2016. ―Print Newspaper versus Online News Media: A Quantitative Study on Young Generation Preference.‖ Academia.

L., Idrus. 2019. ―ANALISIS PSIKOLOGIS KOMPARATIF PENDEKATAN PEMBELAJARAN KI HADJAR DEWANTARA DAN BENJAMIN S.

BLOOM.‖ DIDAKTIKA : Jurnal Kependidikan 13(1).

Lindner, Andrew M., Emma Connell, and Erin Meyer. 2015. ―Professional Journalists in ‗Citizen‘ Journalism.‖ Information Communication and Society 18(5).

Nadhiroh, Yahdinil Firda. 2015. ―Pengendalian Emosi (Kajian Religio-Psikologis Tentang Psikologi Manusia).‖ Jurnal Saintifika Islamica 2(1).

Pelras, Christian. 1996. The Bugis: The Peoples of South-East Asia and the Pacific.

Pers, Jurnal Dewan. 2011. ―Era Media Online , New Media Antara Kemerdekaan Berekspresi Dan Etika.‖ Jurnal Dewan Pers (4): 1–75.

———. 2018. ―Media Dan Praktik Abal-Abal.‖ Jurnal Dewan Pers 18(November).

Rasch, William. 2017. ―Niklas Luhmann.‖ New German Critique.

Raton, Boca, and C R C Press. 2000. Handbook of Emerging Communications

(13)

163 Technologies : The Next Decade . Ed . Saba Zamir.

Rupar, Verica. 2007. ―Newspapers‘ Production of Common Sense: The ‗greenie Madness‘ or Why Should We Read Editorials?‖ Journalism.

Salaverría, Ramón. 2019. ―Digital Journalism: 25 Years of Research. Review Article.‖

Profesional de la Informacion 28(1).

Savira, Annisa‘ Ni‘ma, Rahma Fatmawati, Muchammad Rozin Z, and Muhammad Eko S. 2018. ―PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE CERAMAH INTERAKTIF.‖ Factor M 1(1).

Says, HS. 2018. ―HEAD, HEART AND HANDS MODEL FOR

TRANSFORMATIVE LEARNING: PLACE AS CONTEXT FOR CHANGING SUSTAINABILITY VALUES « Journal of Sustainability Education.‖ Journal of Sustainability Education 9.

Singleton, Julie. 2015. ―Head, Heart and Hands Model of Transformative Learning.‖

Journal of Sustainability Education 9(April 2010).

Studi, Program, Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial, and Universitas Negeri Yogyakarta. ―ANALISIS PROFESIONALISME JURNALIS BERITAGAR . ID DI ERA POST TRUTH ANALYSIS THE PROFESSIONALISM OF

BERITAGAR . ID JOURNALISTS IN THE.‖ (3): 269–79.

Surbakti, Dahlan. 2015. ―Peran Dan Fungsi Pers Menurut Undang-Undang Pers Tahun 1999 Serta Perkembangannya.‖ Jurnal Hukum PRIORIS.

Tolchah, Moch. 2011. ―Pendidikan Dan Faham Liberalisme.‖ At-Ta’dib 3(2): 163–78.

Tuma, J. M., & Pratt, J. M. (1982). Clinical child psychology practice and training: A survey. \ldots of Clinical Child & Adolescent Psychology, 137(August 2012), 37–41. http://doi.org/10.1037/a0022390 et al. 2001. ―Communicative vs Material Actions : Instrumentality , Sociality and Comprehensibility.‖ International Business.

———. 2005. ―Recognizing Uncertainties in Evaluating Responses.‖ Ecosystem and Human Well-being: Policy Responses.

———. 2007. ―The Role of Metacognition in Social Judgment.‖ Social Psychology:

Handbook of Basic Principles.

West, Stuart A., Ashleigh S. Griffin, Andy Gardner, and Stephen P. Diggle. 2006.

―Social Evolution Theory for Microorganisms.‖ Nature Reviews Microbiology.

Widoyoko, Eko Putro. 2017. ―Evaluasi Program Pelatihan (Training Program Evaluation).‖ Pustaka Pelajar, academia.edu.

Wilson, Melba, and Bell Hooks. 1989. ―Talking Back: Thinking Feminist, Thinking Black.‖ Feminist Review.

Referensi

Dokumen terkait

3 Panitia Likuidasi sebagaimana dimaksud pasal 17 ayat 2, terdiri dari unsur- unsur: a Perwakilan Pengurus b Perwakilan Anggota Aktif c Perwakilan Anggota Pasif 4 Musyawarah Nasional,