• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar belakang masalah

Proses peningkatan pembelajaran di sekolah ditentukan oleh banyak hal, salah satunya adalah kemampuan berbahasa lisan dan tulisan. Selain itu, pendidikan bahasa Indonesia mampu membantu siswa mengungkapkan gagasan tentang perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat, serta menemukan dan menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif dalam diri mereka. Seperti halnya pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar, guru sekolah dasar harus mengetahui ciri-ciri bahasa Indonesia.

Realitas di lapangan, dalam melakukan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di sekolah MIN 16 Aceh Besar khususnya pada mata pelajaran. Selain itu, guru menggunakan bahasa Indonesia saat menjelaskan materi, sedangkan siswa banyak yang tidak mengerti bahasa Indonesia melainkan bahasa daerah yaitu Aceh. Sementara itu, hanya 1 siswa dari 28 siswa kelas IV yang berhasil mendapatkan nilai KKM dalam pelaksanaan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di Sekolah MIN 16 Aceh Besar.

Melalui model pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong siswa merasa saling membutuhkan atau biasa disebut saling ketergantungan positif yang dapat dicapai melalui: saling ketergantungan dalam mencapai tujuan, saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber, saling ketergantungan peran, ada saling ketergantungan.

Rumusan masalah

Tujuan penelitian

Untuk mengetahui bagaimana respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran Make a Match Type pada pembelajaran bahasa Indonesia di kelas IV MIN 16 Aceh Besar. Untuk mengetahui bagaimana hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran Make a Match Type pada pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas IV MIN 16 Aceh Besar.

Manfaat penelitian

Dapat mengembangkan wawasan penggunaan model Make a Match (berpasangan kartu) dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas.

Definisi operasional

Dalam penelitian ini, siswa meminta pasangan antara kosa kata baku dan tidak baku, siswa yang dapat mencocokkan hurufnya akan diberikan poin. Pembelajaran adalah kegiatan terprogram guru dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar.7 Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran yang diambil penulis sebagai acuan dalam menggunakan model Make a match dalam materi kosa kata baku dan tidak baku. Bahasa baku adalah bahasa yang dikembangkan dan diakui oleh mayoritas masyarakat yang menggunakannya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka acuan norma kebahasaan dalam penggunaannya.

Bahasa tidak baku adalah bahasa yang tidak dilembagakan dan dicirikan oleh ciri-ciri yang menyimpang dari kaidah bahasa baku 8 Contoh kata tidak baku adalah “aktif”. Sebaliknya, kata standar harus menggunakan kata seperti "aktif". Hasil belajar adalah keberhasilan siswa dalam mempelajari mata pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau poin dari hasil ulangan sejumlah mata pelajaran tertentu.Demikian pula dalam penelitian ini diharapkan siswa dapat mencapai hasil KKM yang telah ditentukan setelah selesai pembelajaran.

KAJIAN PUSTAKA

  • Model pembelajaran cooperatif
    • Pengertian model pembelajaran kooperatif
    • Karakteristik pembelajaran kooperatif
  • Model pembelajaran make a match
    • Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
    • Kelebihan dan kekurangan model make a match
  • Hasil belajar
  • Kosakata baku dan tidak baku
    • Pengertian kosakata baku
    • Pengertian kosakata tidak baku
  • Penerapan model make a macth dalam pembelajaran
  • Kajian literatur

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif make a match yang dikembangkan oleh Lorna Currant adalah sebagai berikut. Berdasarkan alasan di atas, model pembelajaran kooperatif make-a-match memiliki keunggulan dibandingkan pembelajaran grounded. Sementara itu, kekurangan model pembelajaran kooperatif Make a Match dapat diantisipasi dengan persiapan matang sebelum menerapkan model kooperatif.

Menurut Komsiatin, dalam disertasinya mengatakan bahwa pembelajaran dengan model make a match dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Arab. Sedangkan menurut Dwi Prasetia Ningrum, model pembelajaran make a match berpengaruh efektif terhadap hasil belajar siswa terkait materi pemahaman pantun. 29 Titi Hardianti, “Membuat Model Pembelajaran Kooperatif Jenis Kecocokan pada Topik Penamaan Senyawa dan Persamaan Reaksi”.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe make-a-match dapat memberikan efek yang efektif atau meningkatkan hasil belajar.

METODE PENELITIAN

  • Rancangan penelitian
  • Tempat dan waktu penelitian
  • Subjek penelitian
  • Instrumen penelitian
  • Teknik pengumpulan data
  • Teknik analisis data

Sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan model matching pada materi kosakata baku dan tidak baku. Berikut ini diuraikan hasil pelaksanaan pembelajaran siklus II dalam penggunaan model make a match pada materi kosa kata baku dan tidak baku. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Make a Match pada materi kosakata standar dapat meningkatkan keterampilan siswa.

Model pembelajaran make a match dalam pembelajaran bahasa Indonesia memudahkan saya menguasai kosakata baku dan tidak baku. Saya rajin mengerjakan soal-soal latihan dalam mempelajari kosakata baku dan tidak baku dengan menggunakan model Make a Match. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa tidak merasa dirugikan dalam mempelajari kosakata baku dan tidak baku dengan menggunakan model Make a Match.

Ketuntasan hasil belajar siswa dengan model Make a Match kosakata baku dan tidak baku siklus II di kelas IV MIN 16 Aceh Besar mencapai ketuntasan klasikal. Survei kegiatan mengajar guru dengan model Make a Match terhadap hasil belajar siswa kosakata bahasa Indonesia baku dan tidak baku kelas IV MIN 16 Aceh Besar dilaksanakan dalam dua siklus. Hasil analisis menunjukkan bahwa aktivitas guru dalam pembelajaran meningkat dengan menggunakan model Make a Match.

Penelitian tentang keaktifan siswa dalam menggunakan model Make a Match untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran bahasa. Respon siswa terhadap penggunaan model Make a Match dalam pembelajaran bahasa Indonesia untuk materi kosa kata baku dan tidak baku sangat positif. Aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran dengan menerapkan model Make a Match dalam pelajaran bahasa Indonesia pada materi kosa kata baku dan.

Hasil belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada materi kosakata baku dan tidak baku dengan menggunakan model Make a Match pada siklus I siswa yang tuntas 16 dengan nilai persentase 57,1%. Saya kurang termotivasi ketika mempelajari kosakata baku dan non baku menggunakan model Make a Match.

Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas Oleh Hopkins
Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas Oleh Hopkins

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran umum lokasi penelitian

Dalam sebuah lembaga pendidikan sangat penting untuk membuat struktur organisasi yang bertujuan untuk menjaga stabilitas jabatan, agar tidak terjadi kekeliruan mengenai pekerjaan yang telah ditentukan sebelumnya. Organisasi yang baik berarti pembagian tugas bagi seluruh pegawai dan guru sesuai dengan potensi dan fungsinya. Berdasarkan data pendaftaran yang diperoleh dari MIN 16 Bagian Tata Usaha Aceh Besar, Kecamatan Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar, jumlah siswa pada tahun 2011 sebanyak 130 orang.

Deskripsi hasil penelitian

Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia pada materi kosakata baku dan tidak baku dengan menerapkan model pembelajaran Make a Match siklus I dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 28 September 2017 pada jam ketiga, pukul 10:50 WIB. Dari hasil observasi pada Tabel 4.2 terlihat bahwa setiap aspek yang diamati pada aktivitas kemampuan guru dalam mengajar pada siklus I dengan menggunakan model Make a Match menunjukkan nilai dengan rata-rata 3,04 dalam kategori cukup. Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dengan menggunakan model Make a Match pada Tabel 4.3 di atas menunjukkan hasil yang dicapai siswa selama mengikuti pembelajaran pada Siklus I dalam kategori Cukup dengan nilai rata-rata 2,90.

Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia pada materi kosakata baku dan tidak baku dengan menerapkan model pembelajaran Make a Match pada siklus II dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 05 Oktober 2017 pada jam ketiga yaitu pukul 10.50 WIB. Berdasarkan tabel observasi 4.7 dapat dilihat bahwa setiap aspek yang diamati dalam aktivitas kemampuan guru dalam mengajar pada siklus II dengan model Make a Match menunjukkan nilai rata-rata 3,95 dengan kategori baik. Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dengan menggunakan model Make a Match pada tabel 4.8 di atas, hasil yang diperoleh siswa selama mengikuti pembelajaran pada siklus II berada pada kategori baik dengan nilai rata-rata 4,05.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas dengan menggunakan model Make a Fit. Dari tabel di atas terlihat bahwa dari 28 responden hanya 6 responden yang menjawab “Ya” (21,4%) sedangkan 22 responden lainnya menjawab “Tidak”. 78,5%), dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan bantuan model Make a Fit tidak membuang waktu mereka. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model Make a Fit memungkinkan siswa dalam kelompok untuk lebih banyak berlatih bekerja sama.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketuntasan belajar siswa dengan penerapan model Make a Match pada pembelajaran bahasa Indonesia khususnya materi kosakata baku dan tidak baku untuk meningkatkan hasil belajar siswa siklus II kelas IV MIN 16 Aceh Besar telah tercapai. penguasaan klasik.

Tabel 4.2 hasil pengamatan aktivitas guru mengajar dengan menggunakan model make a match pada siklus I
Tabel 4.2 hasil pengamatan aktivitas guru mengajar dengan menggunakan model make a match pada siklus I

Analisis Hasil Penelitian

Materi kosa kata bahasa Indonesia baku dan tidak baku untuk kelas IV MIN Aceh Besar dilaksanakan dalam dua siklus. Berdasarkan hasil analisis keseluruhan respon siswa pada tabel 4.10 sampai dengan tabel 4.18, dapat disimpulkan bahwa terdapat respon positif dari siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia pada materi kosakata baku dan tidak baku dengan menggunakan model Make a Match. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penguasaan hasil belajar siswa melalui model Make a Match pada materi kosakata baku dan tidak baku siklus II di kelas IV MIN 16 Aceh Besar telah mencapai ketuntasan belajar klasikal, hal ini membuktikan ketuntasan siswa mengalami peningkatan dan lebih baik untuk setiap siklus.

Dengan demikian, hasil belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan materi kosa kata baku dan tidak baku pada siklus II sudah mencapai ketuntasan mengajar klasikal. Mengingat model Make a Fit dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan materi kosa kata baku dan tidak baku, maka disarankan kepada guru untuk mencoba menerapkan model Make a Fit pada pelajaran lainnya. Guru membagikan kartu dengan kosa kata standar dan non-standar kepada setiap siswa.

Cocokkan kosakata baku dan tidak baku yang terdapat pada kartu Matching yang Anda miliki dan tempelkan pada kolom di bawah ini. Guru membagikan kartu kosakata standar dan tidak standar kepada setiap siswa. Model pembelajaran Make a Match ketika mempelajari kosakata baku dan tidak baku membuang waktu belajar saya 6 Saya lebih memahami materi.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penerapan model Make a Match terhadap aktivitas guru, aktivitas belajar siswa, respon. Sedangkan aktivitas siswa saat mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan model Make a Match nilai rata-rata pada Siklus I sebesar 2,90 (cukup), dan pada Siklus II persentase rata-rata nilai mencapai 4,05 (Baik). Respon siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia dengan model Make a Match banyak yang diminati dan mendapat respon positif lainnya.

Sedangkan Siklus II menunjukkan bahwa jumlah siswa yang mencapai ketuntasan dalam pembelajaran klasikal sebanyak 25 siswa dengan persentase skor 89,2% sedangkan 3 siswa dengan persentase skor 10% tidak mencapai kesempurnaan belajar. Namun angka tersebut sudah sesuai dengan KKM yang ditetapkan oleh MIN 16 Aceh Besar yaitu minimal 70.

Saran

Make A Match Model Pembelajaran Kooperatif Pada Topik Penamaan Senyawa dan Persamaan Reaksi.” Jurnal Ilmiah.

FOTO KEGIATAN PEMBELAJARAN SIKLUS I
FOTO KEGIATAN PEMBELAJARAN SIKLUS I

Gambar

Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas Oleh Hopkins
Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Observasi Guru
Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Observasi Siswa
Tabel 4.1 Data Guru MIN 16 Aceh Besar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pembahasan Dari berbagai kegiatan dan siklus yang telah di lakukan dan dilaksanakan terlihat bahwa pada siklus I siswa yang menjadi subyek penelitian menunjukkan antusias yang tinggi