• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THE “SAS” TEAM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA KELAS VIII DALAM MENULIS TEKS FUNGSIONAL KHUSUS

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THE “SAS” TEAM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA KELAS VIII DALAM MENULIS TEKS FUNGSIONAL KHUSUS"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THE “SAS” TEAM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA KELAS VIII DALAM MENULIS

TEKS FUNGSIONAL KHUSUS

Abdul Hamid

E-mail: [email protected] SMP Negeri 1 Banjarmasin

ABSTRACT

This classroom action research was intended to find out the information about the application of The “SAS” Team learning model to increase the students’ability of grade VIII in writing the short functional text at SMP Negeri 1 Banjarmasin. This research was conducted in grade VIII B with 32 students. This research was conducted in two cycles with the four steps: planning, acting, observing and reflecting. The quantitative data of the students’learning achievement were obtained through test and the data of achievement per aspect were collected through the analysis result of the students’answer sheets.

The qualitative data of the students’learning activities were collected through simple observation sheet.

The result of this study showed that the application of The “SAS” Team learning model was able to increase the students’ability of the grade VIII in writing the short functional text at SMP Negeri 1 Banjarmasin with the achievement 96,87% students achieved the Minimum Criteria of Mastery Learning (76) and the average score is 86.82.

Keywords: students’ability, short functional text, the “SAS” team learning model

PENDAHULUAN

Dampak dari perubahan model pembelajaran dari peserta didik diberi tahu menjadi peserta didik mencari tahu dari berbagai sumber belajar, membuat bahasa Inggris mengemban peran yang sangat penting. Hal ini mengingat lebih banyak sumber belajar yang menggunakan bahasa Inggris dibandingkan bahasa lainnya (Rao, 2019).

Menindaklanjuti hal di atas, pemerintah melalui Kemendikbud terus berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah. Untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris para peserta didik pada jenjang SMP/Mts, penyajian mata pelajaran tersebut menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis teks, baik lisan maupun tulis.

Jenis teks yang diajarkan meliputi teks interpersonal, transaksional dan fungsional (teks fungsional khusus (pendek) dan teks fungsional.

Pada kurikulum 2013 Kemendikbud (2017:2) secara khusus telah merumuskan salah satu kompetensi yang diharapkan untuk lulusan SMP/MTs yaitu peserta didik mampu menangkap makna dan menyusun teks lisan dan tulis, pendek dan sederhana dengan menggunakan struktur teks secara urut dan runtut serta unsur kebahasaan secara akurat, berterima, dan lancar.

Kompetensi tersebut dijabarkan dalam Kompetensi Inti aspek pemgetahuan (KI-3) dan Kompetensi Inti aspek keterampilan KI-4). Kompetensi Inti tersebut kemudian dikembangkan ke dalam Kompetensi Dasar (KD).

(2)

2

Dari dua macam kompetensi inti tersebut, KD yang termasuk kompetensi aspek keterampilanlah yang paling banyak menjadi kendala bagi siswa untuk mencapai ketuntasan belajar. Hal tersebut baik untuk lisan maupun tertulisnya. Kemudian dari jenis teks yang dikembangkan, teks fungsional masih sulit bagi siswa. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil Penilaian (Ulangan) Harian, baik untuk tahun pelajaran 2018-2019 maupun tahun pelajaran sebelumnya, menunjukkan bahwa hasilnya masih belum memuaskan. Data terbaru hasil Penilaian Harian 5 bentuk tertulis semester 1 tahun pelajaran 2018-2019 pada aspek keterampilan menulis diketahui rata-rata nilai capaiannya sebesar 62,77 untuk semua kelas yang menjadi tanggung jawab peneliti. Materi (teks) yang diujikan pada Penilaian tersebut adalah teks fungsional khusus (bentuk Greeting Card)

Pada lembar jawaban (hasil pekerjaan) siswa dijumpai banyak yang tidak menuliskan untuk siapa kartu tersebut, dari siapa kartu itu dan salah menuliskan ekpresinya. Permasalahan yang paling banyak ditemukan dalam menulis/membuat kartu ucapan adalah terkait dengan kutipan. Mereka banyak yang tidak mampu menuliskan kutipan karena keterbatasan kosakata.

Berdasarkan informasi di atas tergambar bahwa permasalahan yang dihadapi siswa dalam menulis teks fungsional khusus kebanyakan pada struktur teks (struktur generik) dan kosakata.

Teks fungsional secara teori memang lebih kompleks dibandingkan teks transaksional dan interpersonal.

Hal lain yang ditemukan adalah siswa hanya terpaku pada buku paket (Buku Siswa).

Motivasi untuk mempelajari sumber lain sangat rendah. Sebagaimana kita ketahui bahwa materi yang ada di buku paket (Buku Siswa dari Kemendikbud) sangat terbatas, sehingga ketika pada saat penilaian materinya dikembangkan, maka banyak siswa yang tidak menguasai. Namun demikian tidak berarti bahwa semua siswa gagal. Bagi siswa pembelajar cepat, mereka bisa melampaui batas ketuntasan minimal. Sayangnya hanya mereka sendiri yang berhasil. Mereka kebanyakan belajar untuk mereka sendiri. Pada saat pembelajaran berlangsung mereka tampak sibuk sendiri dan kepedulian mereka terhadap kawan-kawan yang lambat belajarnya kurang.

Aktivitas menulis memang berbeda dengan aktivitas penggunaan bahasa yang lain.

Menurut Dwivedi dan Chakravarthy (2015:27) siswa penutur asli yang sedang mempelajari bahasa Inggris juga menemui keterampilan menulis sebagai keterampilan berbahasa yang paling sulit dan menghadapi banyak masalah pada saat menulis paragraf pendek yang sederhana. Jauh sebelumnya, Bell dan Burnaby (dalam Nunan, 1989:36) mengatakan bahwa menulis adalah aktivitas kognitif yang sangat kompleks yang mana penulis perlu mengontrol sejumlah variabel secara simultan. Untuk tingkat kalimat variabel yang perlu dikontrol di antaranya adalah isi, struktur kalimat, kosakata dan ejaan. Menurut hasil penelitian Huy (2015:66) masalah utama yang dihadapi siswa dalam mempelajari keterampilan menulis adalah kekurangan kosakata dan kesulitan tatabahasa.

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka perlu ada upaya untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Model pembelajaran The “SAS” Team ini dapat menjadi alternatif untuk diterapkan dalam pembelajaran di kelas. Kata “SAS” Team merupakan kependekan dari kata Search And Share Team. The “SAS” Team adalah tim yang berisi sekelompok kecil (2-3 orang) siswa yang memiliki kemampuan belajar lebih cepat (fast learner) atau minimal kemampuan belajar mereka lebih baik dari yang lain. Tim ini bertugas mencari atau mengumpulkan semua informasi berdasarkan tugas yang diberikan guru untuk dibagikan ke teman-temannya dalam satu kelompok.

(3)

3

Tim ini juga selain berperan sebagai penggerak kegiatan pembelajaran, secara tidak langsung mereka berperan sebagai tutor bagi teman-teman di kelompok masing-masing. Bagi siswa yang menjadi anggota tim tersebut kendati mereka mendapat tugas sebagai tutor, tetapi mereka sekaligus juga belajar. Dengan demikian sesungguhnya aktivitas belajar mereka adalah melalui kegiatan mengajar teman-temannya (learning by teaching). Pelibatan mereka dalam pembelajaran tentu saja semakin menambah pengalaman belajar. Mereka juga tentunya semakin tertantang untuk mengeksplorasi segala kemampuannya yang selama ini dirasakan kurang mendapat tantangan karena guru lebih banyak mencurahkan perhatian ke siswa yang ter-masuk katagori sedang dan lambat dalam belajarnya.

Menurut Jarrett (2018) bahwa siswa yang menggunakan waktunya untuk mengajarkan apa yang telah mereka pelajari akan terus menunjukkan retensi pemahaman dan pengetahuan yang lebih baik daripada siswa yang hanya menghabiskan waktu yang sama untuk belajar kembali. Kegiatan pembelajaran dari siswa untuk siswa juga biasanya membuat siswa tidak ragu-ragu untuk menanyakan pertanyaan dengan temannya. Mereka merasa nyaman dengan temannya dibandingkan apa yang mereka rasakan ketika dengan gurunya dan ini dapat membuat mereka lebih fokus pada permasalahan.

Ali, Anwer & Abbas (2015:64) mengemukakan beberapa keuntungan model belajar dari siswa untuk siswa di antaranya: a) memberi kesempatan kepada para siswa untuk berinteraksi langsung satu sama lainnya yang dapat membantu meningkatkan aktivitas belajar di antara mereka, b) siswa biasanya tidak mendapatkan waktu dan perhatian yang cukup dari guru, sehingga ini bisa menjadi solusi untuk mendapatkan perhatian secara individual, c) siswa yang mendapat tugas sebagai tutor dapat memperkuat dan merevisi apa saja yang mereka pelajari sebelumnya sehingga ini bisa memberi manfaat bagi keduanya baik tutor maupun teman- temannya,

Model pembelajaran The ”SAS” Team ini dalam prosesnya tentu tidak mutlak terjadi komunikasi satu arah dari tutor (siswa yang terpilih menjadi The ‘SAS” Team) ke siswa yang lain. Sangat sering terjadi komunikasi dua arah di antara mereka. Unsur belajar bersama dalam hal ini tidak bisa dihindari. Selain itu, untuk menyelesaikan tugas kelompok tentu saja mereka juga harus bekerja sama. Dengan begitu maka model pembelajaran the “SAS” team ini juga dapat menjadi bagian dari pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Banyak manfaat belajar bersama yang dapat diperoleh siswa. Menurut Suyanto dan Jihad (2013:144) pembelajaran bersama sangat berguna untuk mendorong siswa lebih aktif dalam belajar dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu, melalui kegiatan belajar bersama juga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, membangun hubungan positif di antara siswa dan ini penting untuk menciptakan komunitas belajar yang menghargai perbedaan, dan memberikan pengalaman yang dapat mengembangkan keterampilan belajar yang baik dan juga keterampilan sosial (Penn State University. 2017).

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang penerapan model pembelajaran The “SAS” Team untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas VIII dalam menulis teks fungsional khusus di SMP Negeri 1 Banjarmasin.

METODE PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VIII B dengan jumlah siswa 32 orang sebagai subjek penelitian. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus dengan tahapan kegiatan

(4)

4

mulai perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/ observasi dan refleksi serta revisi perencanaan.

Setiap siklus dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif.

Data kuantitatif berasal dari data hasil/prestasi belajar siswa yang diperoleh melalui tes (Penilaian Harian) dan data hasil analisis terhadap capaian siswa berdasarkan aspek-aspek tertentu. Ada tiga aspek yang menjadi target analisis yaitu Kosakata, Tata Bahasa dan Struktur Teks. Setelah diketahui jumlah capaiannya, kemudian dilakukan persentase untuk melihat tingkat ketercapaiannya (Reratanya). Peneliti juga melakukan perbandingan. Hal ini dimaksudkan untuk melihat seberapa besar perbaikannya antara capaian pada siklus I dan II.

Untuk melihat keberhasilan pembelajaran peneliti menggunakan Kriteria Ketuntasan Miminimal (KKM) yang diberlakukan di SMP Negeri 1 Banjarmasin. Untuk mata pelajaran Bahasa Inggris KKMnya sebesar 76. Data hasil penilaian ketuntasan belajar tersebut kemudian dilakukan katagorisasi untuk melihat gambaran umumnya dengan kriteria sebagai berikut:

86 -100 = Baik Sekali 70 - 85 = Baik

55 – 69 = Cukup < 55 = Kurang

Data kualitatif diperoleh dari hasil pengamatan yang dilaksanakan secara simultan dengan pelaksanaan pembelajaran. Peneliti mengamati dan mencatat segala kejadian/perilaku yang dianggap berpengaruh terhadap jalannya proses pembelajaran dan hasil yang ingin dicapai pada lembar pengamatan sederhana. Data hasil pengamatan berupa kejadian/perilaku siswa yang bersifat umum dilakukan analisis untuk melihat kecederungan umumnya, sedangkan kejadian/perilaku siswa atau fenomina lainnya yang dianggap khusus dan penting langsung dijadikan informasi tambahan untuk mendukung data kuantitatif. Hasil analisis data kuantitatif dan data kualitatif tersebut dijadikan acuan untuk melakukan refleksi untuk melihat dampak dari tindakan yang dilakukan, kelemahan dan kelebihan yang ditemukan. Berdasarkan hasil refleksi tersebut disusun rencana tindakan yang dilaksanakan pada siklus berikutnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembelajaran Siklus I

Hasil belajar siswa yang diperoleh dari proses pembelajaran pada siklus I dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Nilai Perolehan Siswa Secara Keseluruhan pada Siklus I

Uraian Jumlah Siswa %

Siswa yg memper-oleh nilai ≥ 76 (sesuai KKM) 12 org 37,50

Siswa yg memper-oleh nilai < 76 20 org 62,50

Rata-rata nilai perolehan 76,55

Nilai Tertinggi 98,33

Nilai Terendah 62,22

(5)

5

Data yang terdapat pada tabel 1 menunjukkan bahwa secara umum hasil kegiatan pembelajaran menulis teks fungsional khusus melalui model pembelajaran The “SAS” Team belum begitu menggembirakan, karena tingkat keberhasilannya masih termasuk katagori Kurang. Hal ini terlihat dari jumlah siswa yang mencapai batas ketuntasan minimal (KKM). Ada sebanyak 12 siswa (37,50%) yang memperoleh skor ≥ 76. Rata-rata kelasnya sebesar 76,55.

Rata-rata kelas ini sudah melebihi nilai rata-rata kelas yang diperoleh dari Penilaian Harian ke-5 Semester I tahun pelajaran 2018-2019 yaitu 62,77 sebagaimana telah dikemukakan pada bagian pendahuluan. Demikian juga nilai tertinggi yang diperoleh siswa hampir mendekati sempurna (98,33). Nilai terendah 62,22.

Untuk melihat lebih rinci prestasi belajar yang diperoleh siswa maka perlu dilihat sebaran nilai perolehan sebagaimana tertera pada tabel 2. Data pada tabel 2 menunjukkan bahwa secara keseluruhan nilai yang paling banyak diperoleh siswa berada pada rentang 70-75 yaitu sebanyak 12 siswa (37,50%). Rentang nilai perolehan terbanyak berikutnya adalah 60-69 sebanyak 8 siswa (25%), Urutan berikutnya adalah rentang 90-100 sebanyak 6 siswa (18,75%), dan rentang 76-79, 80-89 yang masing-masing sebanyak 3 orang siswa (9,37%). Hal yang cukup menggembirakan adalah meskipun belum termasuk katagori TUNTAS, namun jumlah siswa terbanyak berada pada rentang nilai 70-75 dan ini sudah mendekati TUNTAS. Hal lain yang juga cukup menggembirakan adalah tidak ada nilai siswa yang berada di bawah rentang 60-69.

Tabel 2. Sebaran Nilai Prestasi Belajar Pada Siklus I

Rentang Nilai Jumlah Siswa %

90-100 6 org 18,75

80-89 3 org 9,37

76-79 3 org 9,37

70-75 12 org 37,50

60-69 8 org 25,00

50-59 0 0

40-49 0 0

30-39 0 0

20-29 0 0

10-19 0 0

0-9 0 0

Berdasarkan siswa yang TUNTAS, nilai terbanyak berada pada rentang 90-100, yaitu ada 6 siswa (18,75%). Yang lain masing-masing 3 siswa (9,37%) untuk rentang nilai 76-79 dan 80- 89. Sedangkan yang tidak tuntas jumlah nilai terbanyak berada pada rentang 70-75, yaitu sebanyak 12 siswa (37,5%) dan sisanya sebanyak 8 siswa berada pada rentang nilai 60-69. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian terbesar nilai siswa yang tidak tuntas berada mendekati batas nilai ketuntasan.

Selain memperhatikan nilai capaian hasil atau prestasi berlajar siswa, peneliti juga mencermati capaian per aspek yang menjadi sasaran penilaian dalam penulisan teks fungsional khusus (teks Greeting Card). Hasil capaian per aspek dapat dilihat pada tabel 3.

Berdasarkan data pada tabel 3 diketahui bahwa capaian yang masih kurang terdapat pada aspek struktur teks (struktur generik), tepatnya pada komponen isi (Body). Unsur kutipan (quote) persentase ketercapaiannya sebesar 72,92%, unsur gambar (picture) persentase ketercapaiannya

(6)

6

sebesar 59,38% dan unsur ekspresi (expression) sebesar 72,92%. Dari tiga unsur tersebut yang paling bermasalah adalah terkait dengan unsur gambar. Memang untuk menggambar tidak semua orang punya bakat. Karena itu kesalahan yang terjadi pada unsur tersebut masih bisa dimaklumi.

Sedangkan untuk komponen Reciever dan Sender persentase ketercapaiannya sangat baik, yaitu sama-sama 93,75%. Untuk aspek Kosakata dan Tata Bahasa persentase ketercapaiannya cukup baik yaitu 89,48% dan 82,29%.

Tabel 3. Capaian Hasil Belajar Per Aspek Pada Siklus I

Aspek %

1. Kosakata 89,48

2. Tata bahasa 82,29

3. Struktur Teks

a. Reciever 93,75

b. Body

- Quote (Ku-tipan) 72,92

- Picture 59,38

- Expression 72,92

c. Sender 93,75

Untuk unsur kutipan (quote) yang siswa ungkapkan pada kartu ucapan masih belum maksimal. Rerata capaian siswa pada unsur ini sebesar 72,92%. Ada 24 siswa (75%) yang kutipannya termasuk katagori sesuai namun standar atau singkat. Sebanyak 7 siswa (21,87%) yang kutipannya sesuai dan mendalam (komprehensif) dan 1 orang yang kutipannya kurang sesuai. Kemudian untuk unsur ekspresi yang siswa tulis di kartu ucapan juga reratanya 72,92%.

Sebanyak 22 siswa (68,75%) ekspresi yang mereka tulis termasuk katagori sesuai dari segi makna, namun masih kurang dalam penulisannya. Sebanyak 8 siswa (25%) menggunakan ekspresi yang sangat sesuai dan 2 siswa (6,25%) menggunakan ekspresi yang kurang sesuai.

Untuk unsur ekspresi sebenarnya sudah ada ucapan yang standar. Siswa tinggal menghafalkan saja. Ini berarti ada kelalaian atau kurang teliti. Kelalaian atau kekurangtelitian dalam hal ini bisa saja disebabkan kurangnya pembiasaan secara individu. Peneliti menyadari bahwa dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I tidak ada latihan secara individual.

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran pada siklus I, ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian. Selama pembelajaran berlangsung siswa tampak aktif, gembira, santai tapi serius. Tidak terlihat tanda-tanda adanya ketegangan. Mereka sangat menikmati proses pembelajaran tersebut. Hal lain yang menjadi perhatian peneliti adalah ada keterlambatan dalam menemukan informasi yang dicari. Mereka tampak belum begitu paham mencari sumber informasi melalui internet. Diskusi antara anggota tim dan anggota kelompok terlalu lama sehingga agak lambat mengerjakan tugas untuk dipublikasikan. Anggota tim juga belum begitu lancar mengelola kelompok. Ada kecanggungan dari anggota tim dalam menyampaikan informasi ke teman-temannya dalam satu kelompok.

Hal lain yang juga menjadi pengamatan peneliti adalah sambil browsing internet, anggota tim menyampaikan tugas yang diberikan dan keterlibatan anggota kelompok dalam mencari informasi dengan kemauan sendiri mencerminkan timbulnya rasa keingintahuan yang tinggi dan bentuk rasa tanggung jawab serta rasa kebersamaan (gotong royong). Selama pencarian berlangsung terjadi diskusi informal baik antara anggota tim dengan anggota kelompok maupun

(7)

7

antar anggota kelompok. Setelah informasi yang dicari ditemukan, anggota tim tetap minta persetujuan anggota kelompok yang lain. Anggota tim tidak terlalu menonjolkan diri bahwa mereka lebih dari yang lain.

Hasil Pembelajaran Siklus II

Pada siklus II telah dilakukan beberapa tindakan penyempurnaan berupa: a. siswa diberitahu alamat atau sumber informasinya pada setiap tugas yang diberikan sebagai upaya memperjelas petunjuk/perintah yang harus dilakukan pada tugas tersebut, b. anggota tim diberi pengarahan atau bimbingan dan juga motivasi terkait pengelolaan kelompok. c. memberikan pembiasaan secara individu melalui latihan (tugas) individual selain tugas secara kelompok yang dilaksanakan pada pertemuan terakhir (sebelum pelaksanaan penilaian). Hasil atau prestasi belajar yang diperoleh siswa setelah proses pembelajaran pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Nilai Perolehan Siswa Secara Keseluruhan pada Siklus II

Uraian Jumlah Siswa %

Siswa yg memper-oleh nilai ≥ 76 (sesuai KKM) 31 org 96,87

Siswa yg memper-oleh nilai < 76 1 org 3,13

Rata-rata nilai per-olehan 86,82

Nilai Tertinggi 100,00

Nilai Terendah 72,50

Berdasarkan data pada tabel 4 dapat diketahui bahwa hasil kegiatan pembelajaran menulis teks fungsional khusus melalui model pembelajaran The “SAS” Team yang telah disempurnakan menunjukkan hasil yang sangat menggembirakan. Sebanyak 31 siswa (96,87%) telah mencapai batas ketuntasan minimal (KKM). Hal ini termasuk katagori Sangat Baik. Rata- rata kelasnya sebesar 86,82. Rata-rata kelas ini sudah jauh melebihi KKM. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa sebesar 100 dan ada 2 orang siswa yang memperoleh nilai tertinggi tersebut.

Nilai siswa yang terendah adalah 72,50.

Kemudian peneliti juga merasa perlu melihat sebaran nilai yang dicapai siswa. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Sebaran Nilai Prestasi Belajar Pada Siklus II

Rentang Nilai Jumlah Siswa %

90-100 13 org 40,62

80-89 12 org 37,50

76-79 6 org 18,75

70-75 1 org 3,13

60-69 0 org 0

50-59 0 org 0

40-49 0 org 0

30-39 0 org 0

20-29 0 org 0

10-19 0 org 0

(8)

8

0-9 0 org 0

Data pada tabel 5 tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan nilai yang paling banyak diperoleh siswa berada pada rentang 90-100, yaitu sebanyak 13 orang (40,62%). Rentang nilai perolehan terbanyak berikutnya adalah 80-89 dengan jumlah siswa 12 orang (37,50%).

Selanjutnya rentang nilai 76-79 dengan jumlah siswa 6 orang (18,75%). Nilai terendah siswa berada pada rentang 70-75 yaitu sebanyak 1 siswa (3,13%). Data di atas menggambarkan bahwa sebagian terbesar siswa benar-benar menguasai materi pembelajaran dengan baik.

Selain itu, peneliti juga mencermati penguasaan siswa terhadap aspek-aspek yang menjadi sasaran penilaian dalam penulisan teks fungsional khusus (teks notice). Hasil capaian per aspek dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Capaian Hasil Belajar Per Aspek Pada Siklus II

Aspek %

1. Kosakata 84,75

2. Tatabahasa 84,00

3. Struktur Teks

a. Attention getter 95,00

b. Information 81,09

Data pada tabel 6 menggambarkan bahwa penguasaan siswa pada aspek yang menjadi target penilaian termasuk katagori baik. Hal ini tampak dari capaian per aspek yang mana hampir semua aspek berada pada rentang 70-85. Bahkan ada satu komponen dari aspek Struktur Teks yang termasuk katagori amat baik yaitu komponen Attention getter. Persentase capaiannya adalah sebesar 95%.

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran pada siklus II terlihat bahwa anggota tim semakin meningkat kepercayaan dirinya. Kekakuan mereka dalam berinteraksi dengan anggota kelompok juga tidak tampak lagi. Pencarian informasi yang dilakukan tim melalui internet juga lebih cepat. Semua siswa seperti halnya pada siklus I tampak aktif, gembira, santai tapi serius. Tidak terlihat tanda-tanda adanya ketegangan. Mereka sangat menikmati proses pembelajaran tersebut.

Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa hasil kegiatan pembelajaran pada siklus I belum menunjukkan hasil yang menggembirakan karena tingkat keberhasilannya termasuk katagori Kurang. Setelah dilakukan sedikit penyempurnaan tampak hasilnya ada kemajuan yang cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini.

Tabel 7. Nilai Perolehan Siswa Secara Keseluruhan pada Siklus I dan II

Uraian Siklus I Siklus II

Siswa yg mem-peroleh nilai ≥ 76 (sesuai KKM) 12 org (37,50%) 31 org

(96,87%)

Siswa yg mem-peroleh nilai < 76 20 org (62,50%) 1 org (3,13%)

Rata-rata nilai perolehan 76,55 86,82

Nilai Tertinggi 98,33 100,00

Nilai Terendah 62,22 72,50

(9)

9

Data pada tabel 7 menunjukkan bahwa ada peningkatan capaian hasil belajar.

Berdasarkan jumlah siswa yang mencapai KKM (≥76) ada peningkatan sebesar 59,37%. Rata- rata kelas juga mengalami peningkatan sebesar 10,27 poin. Demikian juga nilai terendahnya ada kenaikan sebesar 10,28 poin. Nilai tertinggi mengalami peningkatan sebesar 1,67 poin. Dari segi katagori juga mengalami peningkatan dari katagori Kurang menjadi Amat Baik.

Selain hal tersebut di atas, peneliti juga mencermati sebaran nilai yang diperoleh siswa.

Perbandingan tingkat sebaran nilai tersebut dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Sebaran Nilai Prestasi Belajar Pada Siklus I dan II

Rentang Nilai Siklus I Siklus II

Jumlah Siswa % Jumlah Siswa %

90-100 6 18,75 13 40,62

80-89 3 9,37 12 37,50

76-79 3 9,37 6 18,75

70-75 12 37,50 1 3,13

60-69 8 25,00 0 0

50-59 0 0 0 0

40-49 0 0 0 0

30-39 0 0 0 0

20-29 0 0 0 0

10-19 0 0 0 0

0-9 0 0 0 0

Data pada tabel 8 menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan capaian hasil belajar pada beberapa rentang nilai. Pada rentang nilai 90-100 terjadi peningkatan sebesar 21,87%.

Peningkatan tertinggi terdapat pada rentang nilai 80-89 sebesar 28,13%. Sedangkan rentang nilai 76-79 terjadi peningkatan sebesar 9,38%. Di sisi yang lain, khususnya pada rentang nilai di bawah KKM terjadi penurunan yang signifikan. Pada rentang nilai 60-69 terjadi penurunan yang cukup besar yaitu sebesar 25%. Pada rentang nilai 70-75 terjadi penurunan sebesar 34,37%.

Penurunan persentase capaian siswa pada rentang nilai di bawah KKM tersebut menunjukkan bahwa ada peningkatan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran.

Untuk lebih komprehensif peneliti juga perlu menampilkan perkembangan capaian hasil belajar siswa per aspek. Hal ini dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Rekapitulasi Capaian Hasil Belajar Per Aspek Siklus I dan II.

No. Aspek Siklus I Siklus II

1. Kosakata 89,48% 84,75%

2. Tata Bahasa 82,29% 84,00%

3. Struktur Teks (Rerata) 78,54% 88,04%

Data pada tabel 9 menunjukkan bahwa untuk aspek Tata Bahasa dan Struktur Teks terjadi peningkatan. Pada aspek Tata Bahasa terjadi peningkatan sebesar 1,71%. Pada aspek Struktur Teks peningkatannya sebesar 9,5%. Sedang pada aspek Kosakata terjadi penurunan sebesar

(10)

10

4,73%. Meski ada penurunan pada aspek Kosakata tetapi masih dalam katagori Baik. Hasil analisis menunjukkan bahwa penurunan capaian pada aspek Kosakata pada sisklus II karena ada beberapa siswa yang tidak memberikan jawaban pada sejumlah soal. Soal-soal yang dianggap masih bermasalah tersebut adalah soal no. 3 = 4 org, soal no. 4 = 4 org, soal no. 5 = 8 org, soal no. 6 = 3 org, soal no. 7 = 3 org, soal no. 8 = 5 org, soal no. 9 = 4 org, dan soal no. 10 = 3 org.

Soal yang paling banyak siswa tidak memberikan jawaban terdapat pada soal no. 5 yaitu 8 orang (25%). Konteks soal untuk soal no. 5 dan juga untuk nomor soal lain sesungguhnya tidak terlalu sulit karena masih berada di lingkungan sekolah. Sebagian besar siswa yang bermasalah di atas melakukan kesalahan yang sama pada 2-3 nomor soal. Ada beberapa kemungkinan penyebabnya: 1). Siswa tidak punya ide, 2). Memiliki ide tapi kosakata bahasa Inggrisnya terbatas, 3). tidak punya ide dan pengetahuan kosakata bahasa Inggrisnya kurang. Hal ini perlu penelitian lebih lanjut. Kemudian dilihat dari jumlah konteks soal yang diberikan ada perbedaan antara siklus I dan Siklus II. Pada siklus I hanya ada 2 konteks soal, sedangkan pada siklus II ada 10 kontek soal. Jadi pada siklus II konteks soalnya lebih banyak dan ini tentunya perlu penguasaan kosakata yang lebih banyak pula.

Peningkatan capaian di atas tentu saja tidak terlepas dari semakin optimalnya peran dari unsur-unsur yang menjadi bagian dari model pembelajaran the “SAS” Team. Kejelasan instruksi/petunjuk dari tugas yang diberikan membantu mempermudah siswa belajar. Hal sesuai dengan pendapat Barile (2001) bahwa dengan memberikan instruksi yang jelas kepada siswa dapat membuat mereka sepenuhnya memahami apa perlu dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran dan itu juga akan mengurangi kegugupan, kegelisahan siswa serta membantu mereka menegaskan ekspektasi guru agar mereka bisa senang dan berhasil di sekolah. Selain itu Meneguetti (2016) mengatakan bahwa dengan intsruksi yang disampaikan dengan baik guru akan membantu berbagai macam siswa mulai yang penuh perhatian sampai mereka yang kurang perhatian.

Kemudian penugasan secara individual yang juga merupakan bagian dari upaya penyempurnaan tindakan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II tentu juga punya peran terhadap capaian keberhasilan pembelajaran tersebut di atas. Penugasan secara individual merupakan pemberian kesempatan kepada siswa untuk berlatih. Ini dimaksudkan untuk memberikan penguatan penguasaan materi yang dipelajari. Menurut Underson (Brabeck, Jeffrey,

& Fry, 2010) bahwa melalui latih sangat mungkin siswa akan mengingat secara permanen informasi baru.

Pemberian bimbingan kepada anggota the ‘SAS team dalam hal mengelola kelompok mereka masing-masing menjadi prioritas utama. Dengan itu akan semakin memudahkan mereka dalam melaksanakan tugas sebagai the “SAS”team. Hal yang tidak kalah pentingnya juga dari semua itu adalah pemberian motivasi oleh guru baik untuk anggota tim atau pun kepada siswa yang lain. Menurut Schuitema, Peetsma, & Oort (Johnson, 2017:46) bahwa guru memegang peran yang sangat penting dalam meningkatkan kegiatan belajar siswa melalui dukungan yang bersifat motivasi.

Hal positif lain yang diperoleh siswa melalui model pembelajaran The “SAS” Team adalah bagi siswa yang menjadi anggota tim, yang mana mereka ini adalah siswa yang memiliki kemampuan belajarnya lebih baik dari siswa lainnya terjadi pembiasaan untuk perduli pada sesama dalam hal belajar. Mereka selama ini kebanyakan belajar hanya untuk sukses sendiri.

(11)

11

Selain itu, mereka juga sekarang menjadi lebih tertantang untuk mengasah kemampuan mereka sekaligus secara psikologis mereka merasa mendapatkan “penghargaan”. Hal ini dapat menumbuhkembangkan sikap percaya diri.

Melalui model pembelajaran The “SAS” Team ini semua siswa dibiasakan untuk bertanggung jawab. Dalam hal ini mereka semua bertanggung jawab untuk menyelesaikan semua tugas kelompok yang diberikan khususnya untuk mengkomunikasikan hasil kerja kelompok mereka. Rasa kebersamaan (gotong royong) adalah sikap pengiring yang ditimbulkan oleh sikap bertanggungjawab. Mereka harus bekerja secara bersama-sama untuk menyelesaikan tugas kelompok mereka agar bisa tepat waktu. Aktivitas belajar dari siswa untuk siswa membuat suasana belajar mereka lebih nyaman. Mereka belajar seperti tanpa beban. Sambil mengerjakan tugas, sesekali terdengar candaan kecil di antara mereka yang membuat mereka tersenyum dan ketawa kecil. Suasana seperti ini secara tidak langsung tentu turut serta mempengaruhi keberhasilan belajar mereka. Hal ini sesuai hasil penelitian Bayanah (2019:165) bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan suasana kelas terhadap hasil belajar.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran the “SAS" Team dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas VIII dalam menulis teks fungsional khusus di SMP Negeri 1 Banjarmasin dengan capaian 96,87% siswa mencapai batas KKM (76) dan skor rata-ratanya 86,82.

DAFTAR PUSTAKA

Ali. N, Anwer.M & Abbas.J, 2015. Impact of Peer Tutoring on Learning of Students. Journal for Studies in Management and Planning, 1(2): 61-66. Dari https://www.researchgate.net/publication/319292234_Impact_of_Peer_Tutoring_on_Lear ning_of_Students. Diakses tanggal 20 September 2019

Barile, Nancy. 2001. A Guide to Giving Clear Instructions to Students. Dari https://www.wgu.edu/heyteach/article/guide-giving-clear-instructions-students-that-they- will-actually-follow2001.html. Diakses tanggal 20 Desember 2019

Bayanah, Siti. 2019. Pengaruh Suasana Kelas Terhadap Hasil Belajar Pembuatan Busana Industri di Sekolah Menengah Kejuruan. Jurnal Keluarga, 5 (1) : 160-166. Dari https://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/keluarga/article/view/3840. Diakses tanggal 28 September 2019

Brabeck, M. , Jeffrey, J. & Fry, S. 2010. Practice for Knowledge Acquisition (Not Drill and Kill), Designing activities with the goal of transferring knowledge. Dari https://www.apa.org/education/k12/practice-acquisition. Diakses tanggal 20 Desember 2019

Dwivedi, RS. & Chakravarthy, RVN. 2015. Problems Encountered By Rural Students in Writing English – Role of English Teacher - Some Solutions. International Journal on Studies in English Language and Literature (IJSELL), 3 (7) : 27-38.

(12)

12

Dari https://dewaadivanwinata.wordpress.com/short-functional-text/. Diakses tanggal 20 September 2019

Huy, NT. 2015. Problems Affecting Learning Writing Skill Of Grade 11 At Thong Linh High SchooL. Asian Journal of Educational Research. 3 (2) : 53-69. Dari

http://www.multidisciplinaryjournals.com/wp-content/uploads/2015/03/PROBLEMS- AFFECTING-LEARNING-WRITING-SKILL-OF-GRADE-11.pdf. Diakses tanggal 20 September 2019

Jarret, Christian. 2018. Learning by teaching others is extremely effective – a new study tested a key reason why. Dari https://digest.bps.org.uk/2018/05/04/learning-by-teaching-others-is- extremely-effective-a-new-study-tested-a-key-reason-why/. Diakses tanggal 20 September 2019.

Johnson, Davion. 2017. The Role of Teachers in Motivating Students To Learn. BU Journal of Graduate Studies in Education, 9 (1): 46-49. Dari https://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1230415.pdf. Diakses 30 Desember 2019.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Model Silabus Mata Pelajaran SMP/MTs Mata Pelajaran Bahasa Inggris.

Meneguetti, Beatriz. 2016. Giving Clear Instructions. Dari https://www.richmondshare.com.br/giving-clear-instructions/ . Diakses tanggal 20 Desember 2019

Nunan, David. 1989. Designing Task for the Communicative Classroom. Cambridge: Cambridge University Press.

Penn State University. 2017. Benefits of Cooperative learning. Dari

http://tutorials.istudy.psu.edu/cooperativelearning/cooperativelearning6.html. Diakses tanggal 20 September 2019

Rao, PS. 2019. The Importance Of English In The Modern Era. Asian Journal of Multidimensional Research (AJMR). 8 (1): 7-19. Dari https://www.researchgate.net/publication/331151227_The_importance_of_english_in_the _modern_era/citation/download. Diakses tanggal 21 Oktober 2019.

Suyanto & Jihad. A. 2013. Menjadi Guru Profesional:Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan

Kualitas Guru Di Era Global. Jakarta: Esensi

.

Referensi

Dokumen terkait

Kemampuan literasi informasi siswa yang meningkat signifikan pada kelas eksperimen adalah kontribusi dari penerapan model TTW yang memberikan kesempatan siswa untuk mendapatkan

In the case of the Contractor's insolvency, any Contractor's Equipment which the Procuring Entity instructs in the notice is to be used until the completion of the Works; d A payment