• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL)

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil

belajar peserta didik pada mata pelajaran biologi dalam pembelajaran online di masa pandemi covid-19

Yani Apryani a,1,*; Suryanto b,2

a SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Jln Gotong royong II Petinggen , Karangwaru, Tegalrejo, Yogyakarta 55241, Indonesia.

b Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Indonesia

1 aldebaranrafif02@gmail.com; 2 suryanto@umy.ac.id

* corresponding author

1. Pendahuluan

Awal tahun 2020 dunia digemparkan dengan perbincangan mengenai penyebaran virus corona atau Covid-19. Penyebaran penularan virus Covid-19 ini sangat cepat hingga tersebar ke berbagai Negara termasuk Indonesia. Akibatnya berbagai bidang kehidupan mengalami penurunan aktifitas termasuk bidang pendidikan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar

A R T I C L E I N F O A B S T R A K

Kata Kunci Model Pembelajaran;

Problem Based Learning;

Berfifkir Kritis;

Hasil Belajar;

Pembelajaran Online

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dalam pembelajaran online di masa pandemi Covid-19 pada mata pelajaran Biologi Kelas XI MIPA 6 SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta, (2) meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran online di masa pandemi Covid-19 dengan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran Biologi Kelas XI MIPA 6 SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI MIPA 6 pada semester genap di SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta tahun pelajaran 2020/2021 dengan jumlah peserta didik sebanyak 35 anak.

Materi yang di ajarakan untuk siklus 1 yaitu materi senyawa psikotropika dan siklus 2 sistem reproduksi. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik tes dan non-tes (observasi). Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran biologi dalam pembelajaran online di masa pandemi covid-19.

Untuk aspek berpikir kritis peserta didik pada siklus 1 dengan rata-rata 56,89% termasuk dalam kategori “kurang kritis”, pada siklus 2 mengalami peningkatan rata-rata 78,61% dalam kategori “cukup kritis”.

Ketuntasan belajar peserta didik mengalami peningkatan yaitu rata-rata yang diperoleh peserta didik pada siklus 1 adalah 76.80 dengan rincian 14 peserta didik dengan persentase ketuntasan belajar 40%, sedangkan siklus ke 2 rata-rata nilai ulangan harian peserta didik adalah 81.20 dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 80%.

This is an open access article under the CC–BY-SA license.

(2)

Makarim mengungkapkan bahwa kondisi pandemi Covid-19 ini tidak memungkinkan kegiatan belajar mengajar berlangsung secara normal, maka dari itu pembelajaran dilakukan secara online atau dilaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Begitu juga di SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta yang mana siswanya berasal dari berbagai wilayah di seluruh Indonesia, sehingga banyak peserta didik yang dipulangkan ke rumah masing-masing. Dalam hal ini SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta menggunakan flatform Google Classroom sebagai sarana pembelajaran untuk membagikan materi/bahan ajar, memberikan tugas, melakukan evaluasi harian atau evaluasi terjadwal. Selain itu guru juga melakukan video conference dengan menggunakan google meet. Kelas online ini dilakukan secara terjadwal seperti halnya pembelajaran tatap muka. Pembelajaran teknologi informasi memang sudah diberlakukan dalam beberapa tahun terakhir dalam sistem pendidikan di Indonesia. Namun, pembelajaran online yang berlangsung akibat pandemi Covid-19 menjadi hal baru di dunia pendidikan. Pemilihan model atau strategi pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik terutama dalam pembelajaran online. Kemampuan berpikir kreatif sangat penting untuk dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran karena untuk membekali peserta didik dalam mengatasi masalah di tengah persaingan era globalisasi seperti sekarang ini. Jika prinsip penyelesaian masalah ini diterapkan dalam pembelajaran, maka peserta didik dapat terlatih dan membiasakan diri berpikir kritis secara mandiri.

Berdasarkan analisis situasi dan permasalahan pembelajaran di SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta Kelas XI MIPA 6 pada saat proses pembelajaran berlangsung, tingkat keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran masih rendah, ditandai dengan sedikitnya siswa yang mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat atau gagasan. Peserta didik kesulitan menemukan konsep sendiri, lebih pasif dalam kegiatan pembelajaran, tidak aktif berinteraksi sehingga kemampuan berpikir kritis peserta didik kurang optimal. Maka dari itu perlu diterapkan proses pembelajaran yang mampu meningkatkan berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik dengan Model pembelajaran Problem Based Learning. Kerjasama yang dilakukan dalam pembelajaran berbasis masalah akan mendorong munculnya keterampilan berpikir peserta didik. Pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL) didasarkan pada prinsip bahwa masalah dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan ilmu baru. Berdasarkan latar belakang di atas, didapatkan rumusan masalah yaitu (1) Apakah model pembelajaran Problem Based Learning dapat diterapkan dalam pembelajaran online di masa pandemi Covid-19 pada mata pelajaran Biologi Kelas XI MIPA 6 SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta? (2) Apakah model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran online di masa pandemi Covid-19 pada mata pelajaran Biologi Kelas XI MIPA 6 SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta? Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dan menantang peserta didik agar belajar untuk belajar, bekerjasama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata, dan permasalahan ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis peserta didik dan inisiatif terhadap materi pembelajaran (Shofiyah & Wulandari, 2018). Sedangkan kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan untuk menganalisis fakta, mencetuskan dan menata gagasan, mempertahankan pendapat, membuat perbandingan, menarik kesimpulan, mengevaluasi argumen dan memecahkan masalah (Cahyani et al., 2021).

2. Metode

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan (planing), tindakan (action), pengamatan (observation) dan refleksi (reflection). Siklus 1 terdiri dari 1 pertemuan dan siklus 2 terdiri dari 2 pertemuan. Dalam penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subjek penelitian adalah peserta didik Kelas XI MIPA 6 SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2020/2021 yang terdiri dari 35 orang peserta didik. Peserta didik perempuan berjumlah 17 anak dan laki laki berjumlah 18 anak dengan usia kisaran 16-17 tahun. Penelitian ini dilakukan secara online dengan menggunakan media flatform yaitu google classroom dan google meet untuk siswa SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta yang dilaksanakan pada bulan Februari-Mei2021. Untuk tekhnik pengumpulan data pada penelitian ini meliputi data dari aspek kualitatif dan kuantitatif. Aspek kualitatif berupa data hasil observasi yang mengambarkan proses pembelajaran secara online dan kesulitan guru baik dalam menghadapi siswa maupun kendala dalam penerapan model pembelajaran Problem Based Learning pada pembelajaran online di masa Covid-19. Aspek kuantitatif yang

(3)

dimaksud adalah data peningkatan berfikir kritis dan penilaian hasil belajar yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor baik siklus I maupun siklus II. Data-data dari hasil penelitian di lapangan diolah dan dianalisis secara kualitatif. Analisis kualitatif yang dimaksud yaitu analisis deskriptif, setiap indikator dalam soal dihitung persentasenya seberapa banyak siswa menjawab benar kemudian dideskripsikan. Analisis deskriptis kualitatif memberikan gambaran sejelas-jelasnya tentang proses dan pelaksanaan pembelajaran, serta berhubungan dengan prestasi belajar siswa.

Teknik analisis kualitatif mengacu pada model analisis Miles dan Huberman (Miles & Huberman, 2007), yang dilakukan dalam tiga komponen yaitu; (1) reduksi data; (2) penyajian data; (3) penarikan kesimpulan dan verifikasi. Data analisis kemampuan berpikir kritis diperoleh dari hasil LTPD yang telah disesuaikan dengan skor masing-masing tiap indikator berpikir kritis. Data ketuntasan belajar peserta didik diperoleh dari hasil ulangan harian, setiap menyelesaikan 1 siklus kemudian dianalisis.

Penyajian data dilakukan hampir dari semua data yang diperoleh saat penelitian berlangsung. Data tersebut meliputi, data wawancara dari guru, hasil nilai siswa kelas XI MIPA 6 materi pokok senyawa psikotropika dan sistem reproduksi, data tes kognitif, angket aspek afektif, penilaian psikomotorik, serta angket aspek berfikir kritis siswa. Data terkumpul disajikan secara sistematik dan perlu diberi makna. Selanjutnya untuk mempermudah verifikasi dan analisis data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan yang ada, diidentifikasi secara khusus pada tiap-tiap siklus pembelajaran.

Indikator keberhasilan kinerja dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa dapat disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Indikator Capaian Penelitian Aspek yang

Diukur

Target Siklus I

Target Siklus

II Cara mengukur

Berfikir Kritis 50% 60%

Persentase berfikir kritis siswa

= 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑥 100%

Kognitif 60% 70%

Persentase ketuntasan siswa

= 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑥 100%

Afektif 60% 70%

Persentase afektif siswa

= 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑥 100%

Psikomotor 70% -

Persentase psikomotor siswa

= 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑥 100%

3. Hasil dan Pembahasan

3.1. Deskripsi Situasu dan Tempat Penelitian

SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta terletak di Jl. Gotongroyong I, Karangwaru, Kec. Tegalrejo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55241. SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta adalah salah satu sekolah swasta di Yogyakarta yang memiliki 11 kelas dimasing-masing tingkatan dan jumlah siswa 32-35 dalam satu kelas. Siswa-siswa SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta berasal dari berbagai daerah dari Yogyakarta, baik di pulau Jawa maupun dari luar pulau Jawa. Selama kondisi pandemi covid-19 yang mana pemerintah memberikan aturan untuk melakukan pembelajaran online, SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta menerapkan kurikulum darurat pandemi dengan beberapa penyesuaian baik dalam hal jam pelajaran maupun konten materi yang disampaikan (materi essensial).

Jam pelajaran Biologi dikelas XI pada kondisi normal adalah 4 JP setiap minggu, tapi dalam kondisi pembelajaran online di masa pandemi covid 19 menjadi 2 JP dalam seminggu. Materi yang di pelajari adalah materi-materi esensial yang sudah disamakan dengan PDM Kota Yogyakarta. Kurang lebih 1 semester berjalan pembelajaran online di masa pandemi covid 19 berlangsung tentu banyak sekali hal hal yang perlu diperhatikan di antaranya; (1) siswa sudah mulai jenuh dengan pembelajaran online;

(2) siswa cenderung pasif dalam pembelajaran, berfikir kritis siswa yang sulit muncul pada pembelajaran online; (3) guru kesulitan dalam memantau aktifitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Tentu hal ini akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Untuk itu sebagai upaya solusi, dilakukan dilakukan penelitian tindakan kelas. Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah meningkatnya berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik dengan model pembelajaran Problem

(4)

Based Learning pada pembelajaran online di masa pandemi Covid 19. Pada pelaksanaan Siklus 1 dilakukan 1 pertemuan disesuaikan dengan materi essensial dan keterbatasan waktu yang tersedia, Sedangkan siklus 2 dilakukan 2 pertemuan. Kegiatan pembelajaran untuk setiap pertemuan dilakukan selama 2 jam pelajaran (2x45menit) dengan model pembelajaran Problem Based Learning. Materi yang dibahas pada pertemuan pertama adalah jenis-jenis senyawa psikotropika, bahaya penggunaan psikotropika, gangguan dan dampak penggunaan berbagai bahan psikotropika pada sistem koordinasi.

Sedangkan pada siklus 2 materi yang dibahas adalah struktur dan fungsi organ reproduksi manusia dan proses gametogénesis yang terjadi pada sistema reproduksi manusia. Peneliti telah membentuk peserta didik dalam 8 kelompok secara heterogen berdasarkan nilai pada pertemuan sebelumnya (sistem ekskresi) kemudian pembagian kelompok beserta anggota kelompok dibagikan melalui Google Clasroom agar siswa mempersiapkan diri dalam diskusi kelompok.

3.2. Hasil Penelitian Siklus 1

Kemampuan Berpikir kritis peserta didik dinilai melalui LTPD dikerjakan secara berkelompok, diperoleh skor rata-rata berfikir kritis pada siklus 1 yaitu 56.89, jika dipersentasekan sesuai dengan Kriteria Kemampuan Berfikir Kritis rata-rata nilai berfikir kritis yaitu 56.89%. Dengan rincian 9 peserta didik dalam kategori sangat kurang kritis, 22 peserta didik dalam kategori kurang kritis dan 4 orang peserta didik dalam kategori cukup kritis. Dengan nilai rata-rata dan kriteria kemampuan berfikir kritis tersebut peserta didik XI MIPA 6 pada siklus 1 termasuk kategori kurang kritis. Jika dipersentasikan hanya sekitar 12% saja peserta didik yang dalam kategori cukup kritis yang artinya pada siklus 1 belum mencapai target awal yaitu 50%. Oleh karena itu, penelitian dilanjutkan pada siklus selanjutnya. Hal ini terjadi karena berpikir kritis peserta didik yang belum terlalu nampak, hal tersebut bisa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya peserta didik cenderung menghafal maeri daripada memahami konsep, belum terbiasa dengan model pembelajaran Problem Based Learning karena dengan model ini peserta didik dituntut untuk menganalisis lebih dalam untuk menyelesaikan permasalahan yang disajikan dalam LTPD sehingga masih banyak peserta didik yang bertanya langsung kepada guru tanpa membaca literatur terlebih dahulu, dalam pembelajaran online blm muncul peserta didik yang berperan aktif dan tidak bahkan masih banyak yang off kamera sehingga pada saat pembelajaran lewat video converence berlangsung guru belum maksimal dalam memantau kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil tes evaluasi (Ulangan Harian) yang diberikan pada siklus 1 materi senyawa psikotropika diketahui bahwa rata-rata hasil belajar kelas XI MIPA 6 pada ulangan harian peserta didik menunjukkan nilai sebesar 76.80. Dengan rincian 14 peserta didik memperoleh nilai di atas KKM dengan persentase ketuntasan belajar 40% sedangkan 21 peserta didik memperoleh nilai dibawah KKM dengan persentase ketuntasan belajar 60%. Dari persentase ketuntasan belajar tersebut, diketahui bahwa hasil belajar berdasarkan kemampuan kognitifnya belum mencapai target awal yaitu ketuntasan 60% karena pada siklus 1 hanya 40% peserta didik saja yang tuntas dengan nilai di atas KKM yang berarti hasil belajar siswa pada siklus 1 belum mencapai target. Oleh karena itu, penelitian dilanjutkan pada siklus selanjutnya. Setelah dilakukan analisis data observasi sikap (terlampir) peserta didik diperoleh observasi sikap peserta didik pada siklus 1 persentase dengan kategori nilai sikap Baik yaitu 43% dan persentase dengan kategori nilai sikap Kurang Baik adalah 57%. Untuk análisis nilai keterampilan unjuk kerja (terlampir) diperoleh siswa yang mendapat nilai dibawah KKM yaitu 23 siswa dengan persentase 66%, kemudian siswa yang memperoleh nilai KKM yaitu 12 orang dengan persentase 34%. Berdasarkan análisis nilai kognitif dan nilai sikap. Semuanya belum mencapai target memenuhi nilai KKM atau belum dalam kategori baik, maka darii tu penelitian dilanjutkan pada siklus selanjutnya.

3.3. Hasil Penelitian Siklus 2

Berdasarkan refleksi siklus 1, penerapan penggunaan model pembelajaran PBL belum efektif.

Dilihat dari tes hasil belajar masih ada beberapa peserta didik yang belum mencapai KKM dan masih ada peserta didik yang mendapat nilai kurang dari 50 dalam indikator berfikir kritis. Berpikir kritis peserta didik di dalam kelas belum muncul dikarenakan beberapa hal yaitu; penerapan model ini masih terasa asing yakni peserta didik disajikan sebuah permasalahan dalam pembelajaran secara online dimana guru dan peserta didik saling berjauhan dan hanya bertatap muka lewat video conference serta waktu yang tersedia sangat singkat sehingga dirasa kurang maksimal. Kemampuan berpikir kritis peserta didik mulai terlihat, peserta didik sudah mulai faham alur dan arahan metode PBL ini.

Pemahaman terhadap materi juga mulai meningkat, hal ini terlihat dengan LTPD yang dikerjakan diperoleh rata-rata berfikir kritis pada siklus 2 pertemuan 1 76,57% dan pertemuan 2 80,66%. Rata- rata kemampuan berpikir kritis pada siklus 2 ini yaitu 78.61% dimana angka tersebut menunjukan

(5)

kategori cukup kritis. Adanya peningkatan kemampuan berfikir kritis pada siklus 1 dan siklus 2 dalam peningkatan berfikir kritis peserta didik pada tiap indikator dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram peningkatan berfikir kritis peserta didik pada tiap indikator

Penjelasan Gambar 1 tersebut adalah sebagai berikut; (1) menunjukkan identifikasi masalah (memberikan penjelasan dasar); (2) Jawaban sementara (membuat penjelasan lebih lanjut); (3) Menguji kebenaran jawaban (membangun keterampilan dasar); (4) Menarik kesimpulan (menyimpulkan). Sedangkan rata-rata kemampuan berfikir kritis peserta didik dapat terlihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Diagram rata-rata kemampuan berfikir kritis peserta didik

Nilai kognitif yang didapatkan terlihat adanya peningkatan yakni pada siklus 1 terdapat 14 peserta didik yang dinyatakan tuntas (nilai di atas KKM) dengan persentase 40 % dan terdapat 21 peserta didik yang dinyatakan tidak tuntas (nilai dibawah KKM) dengan persentase 60%. Pada siklus 1 diperoleh nilai rata-rata Ulangan Harian sebesar 76.80. Sedangkan pada Siklus 2 terdapat 29 peserta didik yang dinyatakan tuntas (nilai diatas KKM) dengan persentase 80% dan terdapat 6 orang peserta didik yang dinyatakan tidak tuntas (nilai dibawah KKM) dengan persentase 20%. Pada siklus 2 ini diperoleh nilai rata rata Ulangan Harian sebesar 81.80. Gambar 3 adalah hasil ketuntasan belajar peserta didik.

0 20 40 60 80 100

1 2 3 4

Siklus 1 Siklus 2

0 50 100

Kemampuan Berpikir Kritis

Siklus 1

74 76 78 80 82 84

Rata-Rata Nilai Ulangan Harian

Siklus 1 Siklus 2

(6)

Gambar 3. Diagram ketuntasan hasil belajar peserta didik

Untuk melihat persentase ketuntasan belajar peserta didik dalam setiap siklus, maka dapat terlihat hasilnya pada Gambar 4.

Gambar 4. Persentase ketuntasan belajar siswa

Setelah dilakukan análisis data observasi sikap dan keterampilan peserta didik dan pada siklus 2 ini mengalami peningkatan rata-rata dibandingkan siklus 1. Hal ini dapat dilihat pada lembar observasi (terlampir). Pada siklus 1 untuk penilaian ranah afektif (sikap) peserta didik dengan kategori sikap kurang baik terdapat 20 peserta didik dengan persentase 57%, sedangkan peserta didik dengan kategori sikap Baik terdapat 15 peserta didik, jika dipersentasikan hanya 43% saja. Pada siklus 2 mengalami peningkatan yaitu peserta didik dengan kategori sikap Baik terdapat 25 peserta didik dan jika dipersentasekan sekitar 71.5% kemudian peserta didik dengan kategori sangat baik terdapat 10 peserta didik, jika dipersentasekan yaitu 28,5%. Jelas sekali terlihat kenaikan perubahan pada penilaian ranah afektif (sikap) di kelas XI MIPA 6 dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dalam pembelajaran online di masa covid 19. Hal ini dapat dilihat dari diagram kategori sikap yang dituangkan dalam Gambar 5.

Gambar 5. Kategori penilaian sikap peserta didik

Untuk penilaian keterampilan pada siklus 1 peserta didik dengan kategori tuntas (nilai di atas KKM) terdapat 5 orang dengan persentase 15% dan peserta didik yang dinyatakan tidak tuntas terdapat 30 peserta didik dengan persentase 85%. Sedangkan pada siklus 2, peserta didik yang dinyatakan tuntas (nilai di atas KKM) terdapat 30 peserta didik dengan persentase 85% dan peserta didik yang dinyatakan tidak lulus (nilai dibawah KKM) terdapat 5 peserta didik dengan persentase

40%

60%

80%

20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Tuntas Tidak Tuntas

Siklus 1 Siklus 2

0%

20%

40%

60%

80%

Kurang Baik Baik Sangat Baik

Siklus 1 Siklus 2

(7)

15%. Hal ini tentu menunjukkan adanya peningkatan penilaian pada ranah afektif ataupun psikomotorik. Peningkatan tersebut bisa dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Persentase Ketuntasan nilai keterampilan siswa

Adapun perbandingan kenaikan penilaian observasi sikap dan keterampilan peserta didik dalam siklus 1 dan 2 dapat terlihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Diagram Penilaian Observasi Sikap dan Keterampilan Peserta Didik

4. Kesimpulan

Berdasarkan analisa hasil pengolahan data dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran Biologi Kelas XI MIPA 6 SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta dapat diterapkan dalam pembelajaran online di masa pandemi Covid-19. Hal ini ditunjukkan dengan keberhasilan keberlangsungan setiap tahap tahap pembelajaran yang dilakukan melalui flatform google classroom dan google meeting. Model pembelajaran Problem Based Learning dinyatakan mampu meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran online di masa pandemi Covid-19 pada mata pelajaran Biologi Kelas XI MIPA 6 SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan kenaikan berfikir kritis peserta didik pada tiap siklus yakni, pada siklus 1 rata-rata 56,89%

termasuk dalam kategori kurang kritis kemudian pada siklus 2 naik dengan rata-rata 78,61% dalam kategori cukup kritis. Sedangkan hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan yang dilihat dari ketuntasan belajar peserta didik berdasarkan nilai ulangan harian tiap siklus mengalami peningkatan rata-rata yang diperoleh peserta didik pada siklus 1 adalah 76.80 dengan rincian 14 peserta didik memperoleh nilai di atas KKM dengan persentase ketuntasan belajar 40% sedangkan 21 peserta didik memperoleh nilai dibawah KKM dengan persentase ketuntasan belajar 60%. Dan siklus ke 2 rata-rata nilai ulangan harian peserta didik adalah 81.20 dengan rincian 29 peserta didik dinyatakan tuntas dengan persentase 80% dan terdapat 6 orang peserta didik yang dinyatakan tidak tuntas dengan persentase ketuntasan belajar 20%. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disarankan kepada: guru bahwa pembelajaran online dimasa covid-19 ini dapat menerapkan model

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Tidak Tuntas Tuntas

Siklus 1 Siklus 2

75 86,22 94,39 93,59

0 50 100

SIKLUS 1 SIKLUS 2

SIKAP KETERAMPILAN

(8)

pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis. Dalam pembelajaran online dengan jangka waktu yang sampai saat ini belum diketahui merupakan hal baru di dunia pendidikan, maka guru hendaknya memperhatikan model pembelajaran yang tepat untuk menghindari kebosanan dan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif agar pembelajaran berjalan lancer. Dengan durasi waktu yang singkat dan kondisi non tatap muka diharapkan tetap mendapatkan hasil yang lebih maksimal. Untuk siswa, sebaiknya tetap fokus, aktif dan terus mengasah pemikiran kritis baik dalam pembelajaran online atau offline agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar sehingga dapat lebih meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa yang akan menjadi bekal di masa yang akan datang. Untuk sekolah hendaknya dapat mensosialisasikan berbagai macam model pembelajaran untuk dapat digunakan dalam pembelajaran atau sebagai acuan penelitian selanjutnya untuk memecahkan beberapa masalah pembelajaran biologi maupun mata pelajaran lain yang mempunyai karakter yang sama dengan mengaitkan aspek-aspek yang belum diungkapkan dan dikembangkan antara lain keaktifan siswa, minat, interaksi sosial dan sebagainya.

Referensi

Cahyani, H. D., Hadiyanti, A. H. D., & Saptoro, A. (2021). Peningkatan sikap kedisiplinan dan kemampuan berpikir kritis siswa dengan penerapan model pembelajaran problem based learning. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(3), 919–927.

Miles, M. B., & Huberman, A. M. (2007). Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru (Terjemahan). In Penerbit Universitas Indonesia.

Shofiyah, N., & Wulandari, F. E. (2018). Model problem based learning (PBL) dalam melatih scientific reasoning siswa. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, 3(1), 33–38.

Referensi

Dokumen terkait

Terlihat dari analisis data hasil penelitian diperoleh rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diperoleh menggunakan model problem based learning (pbl) pada kelas