ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar
Volume 02. Nomor 02. Desember 2021
e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar
76
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS
VIII DI SMP YP PGRI 4 MAKASSAR
Implementation Of The Problem Posing Learning Model To Improve The Mathematics Outcomes Of Class Viii Students At Smp Yp Pgri 4 Makassar
Lumiling,1 Abdul Hamid,2 Nur Asrawati3 Pendidikan Matematika
Sekolah Tingi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Yayasan Pendidikan Ujung Pandang (YPUP)
Email1: [email protected] Email2: [email protected]
Email3: [email protected]
Abstrak
The objective of the research was to find out the effect of Problem Posing Learning Model to Improve Math Learning Achievement for the Seventh Grade Student of SMP YP PGRI Makassar. The total sample was 20 students. Technique of data collection was test and observation in every cycle. Technique of data analysis was quantitative and qualitative analysis. The result indicated that the implementation of problem posing learning model had improved Math learning achievement for the students as proven by the average score gained as 62,55 with deviation standard was 11,637 with the learning completion was 30% in cycle I. The improvement was done in cycle II as indicated by the value was 90 % with average score was 78,92 with deviation standard was 6,621. Based on the result, it can be concluded that the implementation of problem posing learning model improved students’ Math learning achievement at SMP YP PGRI Makassar.
Keywords: Problem Posing Learning Model, Learning Achievement
Pendahuluan
Perkembangan dalam dunia Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina ,membantu serta membimbing seseorang untuk mengembangan segala potensinya sehingga iya mencapai kualitas diri ang lebih baik. Inti pendidikan adalah usaha pendewasaan manusia seutuhnya (lahir dan batin, baik oleh dirinya sendiri maupun orang lain, dalam arti tuntunan agar anak didik memiliki kemerdekaan berfikir, merasa,berbicara, dan bertindak serta percaya diri dan rasa penuh tanggung jawab dalam setiap tindakan dan perilaku sehari-hari (Mahmud, 2012:14).
Matematika merupakan salah satu komponen dari serangkaian mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Matematika merupakan sala satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Namun sampai saat ini banyak siswa yang
(Received: 03-06-2021; Reviewed: 30-07-2021; Revised: 03-08-2021; Accepted: 30-09-2021; Published: 01-12-2021)
e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar
77 merasa matetematika sebagai mata pelajaran yang sulit, tidak menyenangkan bahkan menakutkan. Hal
ini banyak dikarenakan masi banyak siswa yang mengalami kesulitan kesulitan dalam mengerjakan soal matematika (Sundaya,2016:2).
Penerapan pembelajaran problem posing ini mulai dikembangkan ditahun 1997 oleh Lyn D Englis, dan awal mulanya diterapkan dalam mata pelajaran matematika. Selanjutnya penerapan ini dikembangkan pula pada mata pelajaran yang lain (Wulandari 2007:24). Menurut As’ari (2000:5), penerapan pembelajaran problem posing dengan pembentukan soal atau merumuskan saol atau menyusul soal sendiri melalui belajar dengan soal dengan mandiri.Menurut Irwan (2011:30), problem posing merupakan aktifitas yang meliputi soal-soal dari hal yang diketahui dan menciptakan soal-soal baru dengan cara memodefikasi kondisi-kondisi dari masalah-masalah yang diketahui tersebut serta menentukan penyelesaiannya. Menurut Amri (2013:13) bahwa pada prinsipnya, penerapan pembelajaran problem posing mewajibkan siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal dengan mendiri.
Pemilihan model penerapan pembelajaran yang tidak tepat oleh guru didalam kelas menyebabkan siswa malas, kurang antusias dalam belajar dan berlatih mengerjakan soal matematika. Oleh sebab itu dalam proses belajar mengajar,guru di harapkan mampu memilih metode pembelajaran yang tepat, sarana dan prasarana mampu menciptakan suasana pembelajaran di dalam kelas menjadi menarik dan menyenangkan.Penerapan model pembelajaran Problem Posing adalah suatu pembelajaran di mana siswa terlibat langsung dalam pembuatan soaldan menyelesaikannya sesuai dengan konsep atau materi yang telah dipelajari.Peneliti dalam mengunakan model tersebut mencoba menerapkan dengan cara siswa di kelompokkan karena mungkin dengan pengelompokan inilah pembelajaran diharapkan lebih efektif.
Rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan suasana belajar yang tidak menggairakan dalam proses pembelajaran.Permasalahan lain yang terjadi adalah model yang digunakan guru kurang tepat,beberapa permasalahan tersebut diatas menyebabkan tidak tercapainya kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada mata pelajaran matematika,dimana KKM disekolah tersebut adalah 70.Berdasarkan data tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP YP PGRI Makassar masih tergolong rendah.
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan diatas,dengan menggunakan penerapan pembelajaran problem posing.Alasan peneliti menggunakan penerapan pembelajaran problem posing adalah melati bekerja sama dalam memecahkan masalah,membuat siswa aktif saat pembelajaran berlangsung,menghargai pendapat sesama kelompok dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.
Dengan penerapan model ini, siswa dalam kelompok diberikan kesempatan secara terbuka untuk mengembangkan kreatifitas dari kemendiriannya.Kreatif dengan cara membuat soal dan mengerjakan soal yang di buat kelompok lain. Selanjutnya siswa yang mengoreksi pekerjaan temannya dan mendiskusikanya dengan guru bila muncul masalah. Sedangkan lebih mendiri karena siswa akan termotivasi untuk mencari buku-buku yang menambah pengetahuan siswa dalam membuat soal dan penyelesaiannya. Dari berbagai kegiatan itulah aktivitas siswa menjadi meningkat dimungkinkan siswa yang memiliki aktivitas tinggi akan mendapatkan prestasi tinggi, begitu sebaliknya.Dengan kata lain perbedaan aktivitas akan mempengaruhi prestasi belajar matematika.
Menurut (Thobroni & Mustofa 2012:350) Problem Posingmerupakan model pembelajaran yang mengharuskan siswa menyusun pertanyaan sendiri atau memecah suatu soal menjadi pertanyaan- pertanyaan lebih sederhana sehingga mengacu pada penyelesaian soal.Menurut Shoimin (2014:133) problem posing merupakan model pembelajaran yang mengharuskan siswa menyusun pertanyaan sendiri atau memecah suatu soal menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana.Selain peserta
e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar
78 didik menyusun pertanyaan,peserta didik juga harus mampu menyelesaikan pertanyaan yang telah
dibuat dengan jawaban yang divergen.Menurut Suryosubroto (2009:203) Problem Posing merupakan pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk berpikir kritis sekaligus dialogis,kreatif dan interaktif yang dituangkan dalam bentuk pertanyaan,pertanyaan tersebut kemudian dicari jawabannya baik secara individu maupun kelompok.Menurut Suyatno (2009:61) Problem Posing merupakan istilah dalam bahasa Iggris yang artinya merumuskan masalah atau membuat masalah.Problem posing adalah pemecahan masalah dengan melalui elaborasi,yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian - bagian yang lebih sederhana sehingga mudah dipahami.Menurut Huda (2012:276) pembelajaran Problem Posing adalah pembelajaran yang menekankan pada siswa untuk membentuk/mengajukan soal berdasarkan informasi atau situasi yang diberikan.
Tabel 1. Sintaks Problem Posing
Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Fase
1:Membentuk kelompok
1. Guru meminta siswa untuk berkelompok, kemudian siswa dipersilahkan duduk berkelompok
1. Siswa menemukan teman satu kelompok kemudian duduk berkelompok
2. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS)
2. Siswa membantu guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS)
3. Guru memberikan bimbingan kepada siswa untuk memahami konsep matematika pada materi yang di pelajari
3. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya memahami konsep matematika pada materi yang di pelajari
Fase
2:Menyajikan Masalah
4. Guru menyajikan masalah sebagai latihan menegrjakan dan meminta siswa untuk menyelesaikan masalah tersebut
4. Siswa menyelesaikan permasalahan sebagai latihan menyelesaikan masalah
5. Guru menyajikan masalah yang berisi informasi atau data namun belum ada pertanyaannya
5. Siswa memahami masalah yang disajikan
Fase 3:Membuat Soal
6. Guru meminta siswa untuk membuat soal dan penyelesaian berdasarkan informasi yang disajikan
6. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk membuat soal dan penyelsaian berdasarkan informasi
7. Guru membimbing kelompok-kelompok yang mengalami kesulitan dalam membuat soal dan menyelesaikannya
7. Siswa meminta bimbingan guru apabila mengalami kesulitan
Fase 4
:Menukar Soal dan
Mengerjakan Soal
8. Guru mengarahkan siswa untuk saling bertukar soal saja tanpa penyelsaian dan menyelesaikannya soal dari kelompok lain
8. Antark elompok bertukar soal dan menyelesaiakan soal dari kelompok lain
Fase 5:
Mempresentas ikan dan memeriksa jawaban
9. Guru meminta beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi memecahkan masalah dan memberikan tanggapan setelah selesai presentasi
9. Beberapa kelompok
mempresentasikan hasil
pekerjaannya dan kelompok yang tidak presentasi memberikan tanggapan setelah selesai presentasi 10. Guru mengevaluasi hasil pemecahan
masalah siswa
10. Siswa memperhatikan evalusi dari guru
e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar
79 Lestary dkk (2017:66)
Metode
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris disebut Classroom Action Research terdiri dari tiga kata, yaitu penelitian, tindakan, dan kelas.Penelitian sendiri merupakan kegiatan untuk mencermati suatu objek dengan menggunakan metodologi tertentu dan bertujuan untuk memperoleh data yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal.Tindakan adalah suatu tindakan yang sengaja dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.Hopkin (dalam Emzir. 2008: 234).
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang dilakukan guru ke kelas atau di sekolah tempat dia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praksis pembelajaran. Arikunto (2010: 135).
Arikunto (2010: 137) konteks pendidikan, PTK merupakan tindakan perbaikan guru dalam mengorganisasi pembelajaran matematika dengan menggunakan prosedur perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Penelitian ini telah di lakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2022/2023.
Hasil Dan Pembahasan Hasil
Kemampuan meningkatka hasil belajar matematika pada siklus I Tabel 2. Statistik skor Kemampuan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I
Statistik Nilai statistik
Subjek 20
Skor ideal 100
Maksimum 80
Minimum 45
Rentang skor 35
Mean 62,55
Median 62,50
Modus 45
Variansi 135,418
Standar deviasi 11,637 Sumber data diolah
Berdasarkan Tabel 2. di atas menunjukkan bahwa siswa yang mengikuti tes kemampuan hasil belajar pada akhir siklus I diperoleh, subjek 20 yang artinya siswa mengikuti tes akhir siklus I secara keseluruhan jumlah siswa yang ada dalam kelas tersebut.Nilai maksimum artinya nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 80.Nilai minimum yang artinya nilai terendah dari seluruh hasil tes kemampuan hasil belajar siswa adalah 35.Rentang skor yang artinya selisih dari skor maksimum dan skor minimum yaitu 35. Mean yang artinya nilai yang mewakili dari seluruh hasil tes siklus I adalah 62,55 dengan standar deviasi yang menunjukkan bahwa penyimpangan data dari nilai rata-rata sebesar 11,637. Median 62,50 yang artinya 50% siswa yang memperoleh nilai di bawah 62,50 dan 50% siswa memperoleh nilai di atas 62,50. Variansi yang artinya penyebaran data berpusat di 135,418.Modus yang merupakan nilai yang paling banyak diperoleh siswa adalah 45.
e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar
80 Apabila skor kemampuan hasil belajar siswa tersebut dikelompokkan ke dalam kategori penilaian,
berdasarkan pengkategorian maka diperoleh distribusi frekuensi yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Skor Siswa Siklus I
Interval Nilai Kategori Frekuensi Persentase (%)
0-49 Sangat Rendah 3 15%
50-54 Rendah 2 10%
55-69 Sedang 9 45%
70-85 Tinggi 6 30%
86-100 Sangat Tinggi 0 0%
Jumlah 20 100
Sumber: data diolah
Berdasarkan Tabel 3. menunjukan bahwa kemampuan hasil belajar siswa kelas VIII SMP YP-PGRI 4 Makassarsetelah dilakukan tindakan pada siklus I, dari 20 siswa pada umumnya mewakili tingkat kemampuan hasil belajar dalam kategori sedang setelah menggunakan model pembelajaran problem posing dengan persentasenya 45%.
Adapun deskripsi ketuntasan kemampuan hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran Problem posingselama proses pembelajaran pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4. Deskripsi Ketuntasan Kemampuan Hasil belajar Siswa Pada Siklus I Skor Kriteria Frekuensi Persentase (%)
< 70 Tidak tuntas 14 70%
70-100 Tuntas 6 30%
Jumlah 20 100
Sumber: data diolah
Berdasarkan Tabel 4. di atas deskripsi ketuntasan kemampuan hasil belajar siswa pada siklus I, menunjukkan bahwa persentase siswa yang tuntas hanya 30% yaitu 6 siswa, sedangkan untuk siswa yang tidak tuntas persentasinya 70% yaitu sebanyak 14 siswa.Maka pada siklus I dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem posing di SMP YP-PGRI 4 Makassar belum dikatakan berhasil, karena belum mencapai standar ketuntasan yaitu secara klasikal 70% dari jumlah 20 siswa yang harus berada pada kategori tuntas, maka penelitian ini tidak berhenti pada siklus I tetapi perlu berlanjut ke siklus II.
Hasil observasi diperoleh dari pengamatan yang dilakukan oleh pengamat atau observer dengan mengisi lembar observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya yang bertujuan untuk menilai kelangsungan proses belajar mengajar. pengamatan terhadap aktivitas siswa dilakukan dengan mengamati perilaku siswa pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Adapun hasil observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel berikut.
Untuk mengetahui bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Problem Posing yang telah dilaksanakan pada siklus I yaitu pada tiga pertemuan maka peneliti membagikan angket respon siswa untuk diisi oleh setiap siswa. Untuk menghitung Adapun hasil Respon siswa dapat dilihat dari tabel berikut ini.
e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar
81 Tabel 5. Respon Siswa pada Siklus I
No
Siklus I
Ya Tidak
∑ % ∑ %
1 16 80 4 20
2 15 75 5 25
3 17 85 3 15
4 15 75 5 25
5 14 70 6 30
Persentasse 77 23
Sumber: data diolah
Berdasarkan Tabel 5. diatas, menunjukan bahawa respon siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Posing dapat dikategorikan baik. Namun masi ada peningkatan dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga respon baik siswa meningkat untuk siklus selanjutnya.
Kemampuan hasil belajar matematika pada siklus II
Tabel 6. Statistik Skor Kemampuan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II Statistik Nilai Statistik
Subjek 20
Skor ideal 100
Mean 78,95
Median 78,50
Modus 80
Standar Deviasi 6,621
Rentangan 24
Minimum 68
Maksimum 92
Variansi 43,839
Sumber: data diolah
Berdasarkan Tabel 6. diatas menunjukan bahawa siswa yang mengikuti tes kemampuan hasil belajar pada siklus II, diperoleh subjek 20, yang artinya siswa mengikuti tes akhir siklus II secara keseluruhan jumlah siswa yang ada dalam kelas tersebut. Nilai maksimum yang artinya nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 92.Minimum yang artinya nilai terendah dari seluru hasil tes kemampuan hasil belajar siswa adalah 68.Rentang skor yang artinya selisi dari skor maksimun dan skor minimum yaitu 24. Mean artinya nilai yang mewakili dari seluru hasil tes siklus II adalah 78,95, dengan standar deviasi yang menunjukan bahwa data dari nilai rata-rata sebesar 6,621. Median 78,50 yang artinya 50% siswa yang memperoleh nilai dibawa 78,50 dan 50% siswa memperoleh nilai diatas 80. Variansi yang artinya penyebaran data berpusat di 43,839.Dan modus yang merupakan nilai yang paling banyak diperoleh siswa adalah 80.
Apabila skor kemampuan hasil belajar siswa tersebut dikelompokkan ke dalam kategori penilaian, berdasarkan pengkategorian maka diperoleh distribusi frekuensi yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar
82 Tabel 7. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Skor Siswa Siklus II
Interval Nilai Kategori Frekuensi Persentase (%)
0-49 Sangat Rendah 0 0%
50-54 Rendah 0 0%
55-69 Sedang 2 10%
70-85 Tinggi 15 75%
86-100 Sangat Tinggi 3 15%
Jumlah 20 100%
Sumber: data dioalah
Berdasarkan Tabel 7. menunjukan bahwa kemampuan hasil belajar siswa kelas VIII SMP YP-PGRI 4 Makassar setelah dilakukan tindakan pada siklus II, dapat diketahui bahwa dari 20 siswa pada umumnya mewakili tingkat kemampuan hasil belajar siswa dalam kategori tinggi setelah penerapan model pembelajaran Problem Posingdengan persentasenya 75%.
Adapun deskripsi ketuntasan kemampuan hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran problem poring selama proses pembelajaran pada siklus II dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 8. Deskripsi Ketuntasan Kemampuan Hasil belajar Siswa Pada Siklus II Skor Kriteria Frekuensi Persentase (%)
< 70 Tidak tuntas 2 10%
70-100 Tuntas 18 90%
Jumlah 20 100%
Sumber: data diolah
Berdasarkan Tabel 8. di atas hasil deskripsi ketuntasan kemampuan hasil belajar siswa pada siklus II, menunjukkan bahwa persentase siswa yang tuntas adalah 90% yaitu 18 siswa, sedangkan untuk siswa yang tidak tuntas persentasinya 10% yaitu sebanyak 2 siswa. Maka pada siklus II dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem poringdi kelas VIII SMP YP- PGRI 4 Makassar dikatakan berhasil, karena telah mencapai standar ketuntasan kemampuan hasil belajar yaitu secara klasikal 85% dari jumlah 20 orang siswa yang harus berada pada kategori tuntas.
Karena persentase ketuntasan kemampuan hasil belajar siswa pada siklus II telah mencapai 90% atau sebanyak 18 orang siswa yang berada pada kategori tuntas kemampuan hasil belajarnya, maka penelitian ini berhenti pada siklus II.
Hasil observasi diperoleh dari pengamatan yang dilakukan oleh pengamat atau observer dengan mengisi lembar observasi yang telah disediakan yang bertujuan untuk menilai kelangsungan proses belajar mengajar. Observasi terhadap aktivitas siswa dilakukan dengan mengamati perilaku siswa pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Adapun hasil observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 9. Respon Siswa pada Siklus II No
Siklus II
Ya Tidak
∑ % ∑ %
1 19 95 1 5
2 18 90 2 10
3 15 75 5 25
4 19 95 1 5
5 17 85 3 15
88% 12%
Sumber: data diolah
e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar
83 Berdasarkan Tabel 9. menunjukkan bahawa Respon siswa dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran problem poringdapat dikategorikan sangat baik untuk indikator satu hingga lima. Sehingga dapat dikatakan Respon siswa meningkat dari siklus sebelumnya.
Pembahasan
Pembelajaran pada siklus I di laksanakan selama 4 kali pertemuan, 3 kali pertemuan dilakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model problem posing dan satu kali pertemuan digunakan untuk tes kemampuan hasil belajar matematika sswa. Berdasarkan data hasil analisis deskriptif pada siklus I menunjukan hasli belajar matematika siswa SMP kelas VIII YP-PGRI 4 Makassar, setelah diterapkan model pembelajaran problem posing terdapat siswa mendapat skor dengan kategori sangat tinggi dengan prensetase 0% yang berada pada rentang 86-100. Terdapat 6 siswa yang mendapat skor dalam kategori tinggi dengan presentase 30% pada rentang 70-85, terdapat 9 siswa yang mendapat skor dalam kategori sedang dengan prensetase 45% berada pada rentang 55-69, 2 siswa yang mendapat skor dalam kategori rendah dengan prensetase 10% berada pada rentang 50-54, dan 3 siswa yang mendapat skor dalam kategori sangat rendah dengan prensetase 15% yang berada pada rentang 0-49. Pada siklus ini rata-rata yang di peroleh adalah 62,55, dengan frekuensi siswa yang tuntas yaitu 6 orang dengan presentasi 30%. Akan tetapi jika dilihat dari kriteria keberhasilan yang di terapkan berdasarkan penilaian KKM 85% siswa kelas VIII SMP YP-PGRI 4 Makassar harus memperoleh skor minimal 70 sehingga pada siklus I ini belum bisa dikatakan berhasil karena perolehan prensetase ketuntasannya masih berada pada 30%.
Berdasarkan presentase hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I untuk pertemuan pertama sampai pertemuan ke tiga indicator 1 dan 4 berada pada kategori sedang dengan rentang 55-69, indicator 2,3,dan 8, berada pada kategori sangat tinggi dengan rentang 86-100, indicator 5,6,7 dan 9, berada pada kategori sangat rendah 0-49.Sehingga dapat disimpulkan bahwa masih banyak kekurangan pada masing-masing indicator sehingga perlu adanya peningkatan terhadap aktivitas siswa pada siklus selanjutnya. Aktivitas guru juga masih terdapat kekurangan atau kelemahan saat guru melaksanakan pembelajaran seperti kurangnya motivasi , hal ini menjadi refleksi bagi peneliti untuk menjadi bahan perbaikan pada pelaksanaan sikus II.
Respon siswa yang telah diperoleh dengan menerapkan model pembelajaran problem posing dapat dikategorikan sedang.Sehingga pada pelaksanaan pembelajaran berikutnya respon siswa harus melampaui sedang pada sikus I. Dengan demikian pada siklus I dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model problem posing belum bisa dikatakan berhasil dan perlu lanjut ke siklus II.
Berdasarkan analisis deskriptif belajar matematika siswa kelas VIII SMP YP-PGRI Makassar memperoleh skor rata-rata kemampuan hasil belajar matematika siswa pada siklus II meningkat sebesar 78,95, kemudian pada siklus II kemampuan hasil belajar matematika mencapai ketuntasan klasikal yaitu 90% dari KKM yang ditentukan SMP YP-PGRI 4 Makassar . Dalam hal ini, kemampuan hasil belajar siswa kelas VIII SMP YP-PGRI 4 Makassar dikategorikan meningkat dari siklus I ke siklus II sebagian besar pada kategori tinggi.
Aktivitas guru sebagai pengelolah pembelajaran pada siklus II berada pada kategori sangat baik lebih meningkat dari siklus I dan secara keseluruhan melaksanakan aktivitas sesuai langkah-langkah yang diencanakan. Berdasarkan respon siswa yang telah di peroleh dengan menerapkan model pembelajaran problem posing dapat dikategorikan aktif/baik dari indicator 1-15, jadi dapat di simpulkan bahwa respon siswa meningkat dari siklus sebelumnya.
Dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model problem posing untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP YP-PGRI 4 Makassar dapat dikatakan meningkat penelitian
e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar
84 ini sejalan atau relevan dengan penelitian yang dilakukan. Roslinda (2014) The National University Of
Malaysia yang berjudul “Pengaruh problem Posing Terhadap Belajar matematika Siswa: Penelitian Meta Analisis”. Hasi penelitian ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh positif dan bermakna pada penerapan pendekatan problem posing terhadap pengajaran pembelajaran matematika.Penerapan pembelajara problem posing memberikan manfaat yang cukup besar untuk meningkatkan: (a) prestasi belajar matematika, (b) kemampuan memecahkan masalah, (c) kemampuan untuk mengajukan masalah (d) sikap terhadap metamatika di semua tingkatan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di laksanakan di SMP YP-PGRI 4 Makassar yang telah di analisis secara kualitatif dan kuantitaf dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran problem prosing dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP YP-PGRI 4 Makassar pada mata pelajaran matematika dapat di lihat dari tabel frekuensi yang mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II, setelah melihat hal-hal berikut:
1. Pada siklus I skor rata-rata hasil belajar matematika siswa adalah 62,55 dengan standar deviasi 11,637 skor tertinggi 80 dan skor terendah 45 dari skor ideal 100 jumlah siswa yang tuntas nilai hasil belajar matematika adalah 6 siswa (30%) dari 20 siswa.
2. Pada siklus II skor rata-rata hasil belajar matematika siswa adalah 78,95 dengan standar deviasi 6,621 skor tertinggi93 dan skor terendah 68 dari skor ideal 100, jumlah siswa yang tuntas hasil belajar matematika siswa adalah 18 orang (90%) dari 20 siswa
3. Skor rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP YP-PGRI 4 Makassar dari siklus I ke siklus II meningkat dari 62,55 menjadi 78,95, dan peningkatan jumlah siswa yang tuntas hasil belajar matematika dari 6 siswa pada siklus I menjadi 18 siswa pada siklus II. Dengan demikianhasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP YP-PGRI 4 Makassar dikatakan meningkat.
Saran
Hasil penlitian ini telah mendapat banyak manfaat dan hasil yang memuaskan, namun dari hasil penelitian ini juga mendapat kendala selama penelitian berlangsung. Agar kendala itu tidak terulang lagi maka saran yang dapat penulis kemukakanb sebagai berikut:
1. Untuk Guru. Guru diharapkan agar selalu memberikan motivasi kepada siswa dan terlibat aktif dalam diskusi masalah seperti bertanya, menjawab, dan mengemukakan pendapat atau menemukan sendiri solusi dari masalah yang diberikan, dan Guru diharapkan untuk selektif dalam memilik model pembelajaran, serta merancang penglaman menarik agar selama pembelajaran siswa dapat akif dan tidak bosan.
2. Untuk Peneliti Selanjutnya. Bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk menerapkan jenis penelitian ini pada hal yang lebih luas lagi untuk membuat siswa lebih termotivasi dalam belajar terkhusus pada materi pelajaran.
Ucapan terima kasih
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian maupun penulisan artikel ini.
e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar
85 Referensi
Amri (2013),penerapan model Pembelajaran (Yokyakarta:Insan Madani.
Arikunto S.(2010).Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta:Bumi Aksara
As’ari (2000:5)Teori Belajar dan Pembelajaran,Jakarta:Kencana Prenada Media Group.
Huda Dwi Putra,Rusdy A.Siroj,and M.Djahir Basir.”Pengaruh Pembelajaran Problem Posing Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas XI IPA SMA 06 Palembang”.Jurnal Pendidikan Matematika 4.1 (2012) : 70-80.
Irwan (2011), Matematika itu menyenangkan. Bengawan Ilmu.
Lestari dkk Penerapan Strategi Pembelajaran Kreatif Berbasis Problem Posing UntukPemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas XI IPA SMA 06 Palembang”.Jurnal Pendidikan Matematika 4.1 (2017) : 70-80.
Mahmud , 2012.Ilmu Pendidikan.Bandung.CV Pustaka Setia.
Shoimin (2014) Ayo Belajar Matematika.Jakarta : Pusat Perkukuan.
Suryosubroto (2009) Media Pengajaran.Bandung : Sinar Baru.
Suyatno (2009)Metode Penelitian Tindakan Kelas.Bandung : remaja Rosdakarya.
Thobroni, Mustofa (2012) Pendidikan Matematika I. Jakarta : Universitas Terbuka.
Info lebih lanjut Hubungi
LPPM STKIP YPUP Makassar Jalan Andi tonro no. 17 Makassar