• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model project based learning Pada Mata Pelajaran sejarah

N/A
N/A
Mailiza Hidayati

Academic year: 2023

Membagikan "Penerapan model project based learning Pada Mata Pelajaran sejarah"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

- 1 -

(2)

- 2 - 1. Pendahuluan

Pendidikan memiliki arti kegiatan yang secara sadar dan terencana serta memiliki interaksi dalam proses pembelajarannya. yang berlangsung terus menerus agar peserta didik mencapai kedewasaan yang dicita-citakan.

(Suginem, 2021). Pendidikan dipandang menjadi hal yang utama dan penting dalam keberlangsungan dan perkembangan Bangsa.

Dari pendidikan inilah seseorang mengalami suatu perubahan , peningkatan, dan pertumbuhan (Ramdhany, 2020). Berkembang tidaknya suatu bangsa dapat dilihat dari kualitas pendidikannya.

Negara yang tertinggal dari negara lainnya dpaat dipastikan kualitas pendidikannya yang rendah, diketahui bahwa secara kualitas pendidikan di Indonesia tergolong masih pendidikan yang rendah (Kaadi , Awalliyah. 2017).

Data word bank mengungkapkan jika pendidikan di Indonesia sudah mudah dalam di akses dan di peroleh, namun kualitas secara kualitas pendidikan Indonesia masih sanggat tertinggal jauh (Hudaida, 2021), Dalam hal ini pemerintah perlu mengambil pera untuk kemajuan SD melalu pendidikan, dalam UUD 1945 pemerintah sudah menggelontorkan dana APBN untuk pendidikan sebagai upaya memajukan kualitas pendidikan Indonesia.

Maka dari itu dalam menghadapai tuntuntan perkembangan pendidikan di Indonesia, diperlukan adanya peningkatan kualitas mutu pendidikan agar dapat memenuhi kebutuhan dan permasalahan . Pendidikan dikatan berkualita apabila komponen pendidikan terpenuhi, yaitu terdiri dari Guru, Peserta didik, tujuan pengajaran, didik, bahan pelajaran, model atau strategi belajar mengajardan alaat serta evaluasii (Ardian., 2016).

Pasca Pandemi pendidikan di Indonesia sempat terjadi kekacauan sistem, yaitu sistem pembelajaran yang dialihkan ke sistem dariing atau yang dikenal dengan peembelajaran jarakk jauhh (PJJ) ini berdampak pada ketertinggalan pembelajaran atau learning loss . Dalam mengatasi situasi ini, Kemendikbudristek RI kembali berupaya melakukan pemulihan pada proses pembelajaran. Yaitu dengan mengambil kebijakan untuk mencanangkan kurikulum

baru yaitu Kurikulum Merdeka (Aidah, 2023:4)

Kuriikulum Merdekaa adalah kuriikulum pembelajaran intrakurikuler yang menerapkan model pembelajaran Prooject- baased Learniing (PjBL) yaitu prosess belajar yaang berpusatt pada penekanan ekspllorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi guna menghasilka proses beelajar yang bermakna bagi peserta didik. (Nugraha, 2022).

Dalam situasi ini, pendidikan abad 21 diperlukan sosok guru dengan semangat inovatif dan kreatif agar terciptanya suasana belajar yang seru dan asik. Kombinasi antara model pembelajaran dan teknologi digital akan menciptakan kreativitas dan inovasi (Rahmawati & Hidayat, 2022) .

Pembelajaran seejarah pada tingkatan Seekolah mMenengah Ataas (SMA) pada penerapanya masih dikesankan membosankan oleh sebagaian besar peserta didik, karena dianggapan hanya mengajarakan hafalan dari banyaknya peristiwa, baik itu nama sebuah peristiwa, tokoh maupun pelaku, waktu, tempat, serta kronologi peristiwa (Pahlevi &

Hudaidah, 2020). Kegiatan pembelajaran sejarah yang diajarkan oleh pendidik masih menggunakan paradigma konvensional, yaitu paradigma guru menjelaskan murid mendengarkan (Ramdhany, 2016).

Hal ini berdampak terhadap peserta didik dalam pembelajaran sejarah, yaitu kurangnya mendapatkan stimulus dalam kemampuan berpikir dan hasil belajar.

Pembelajaran sejarah mestinya bukan hanya sekedar menyelesaikan materi. (Suginem. 2021:

2).

Kondisi ini mewajibkan Guru dapat berinovasi dan berfikir kreatif dalam proses pembelajaran dikelas . dalam konteks ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar.

Model pembelakaran yang kurang berfkus pada gaya belajar peserta didik dapat menjadi motivasi untukb belajar. Adapun model yang dapat diterapkan dan menjadi trobosan terbaru adalh model pembelajaran Project Based Learning.

SMAN 22 Palembang merupakan sekolah yang sudah menerapakan kurikulum merdeka namun dalam pembelajaran sejarah masihn menggunakan model pembelajaran yang konvensional . Hasil observasi serta wawancaraa

(3)

- 3 - terhadap peserta didik di kelas X .2 SMA Negeri 22 Palembang pada tanggal 4 Maret 2023 peneliti mengamati bahwa kurang optimalnya kegiatan KMB berlangsung. Model yang diimplementasikan sebelum siklus (Pra siklus) sudah cukup menarik yaitu menggunakan diskusi dan presentasi.

Melalui model yang telah dilaksanakan dengan metode diskusi, namun dalam proses pembelajarannya tidak semua peserta didik membaca sumber belajar, melainkan didapapti ada yang bermain HP, menonton video, dan bermain game media sosial. Selama proses diskusi berlangsung banyak peserta didik yang tidak aktif mengikuti diskusi.

Diketahui juga peneliti menemukan peserta ada yang kesulitan memahami materi.

Sumber materi tertulis hanya buku cetak saja dan tidak semua peserta didik memilikinya, ditambah sumber internet yang terkadang menyimpang dari materi. Peneliti menemukan ternyata pesera didik yang kurang memahami materi bukan karena mereka tidak mampu melainkan beberapa dari merke memiliki sifat malu menyampaikan pendapat di depan kelas sehingga terlihat pasif.

Dalam ranah kognitif peneliti juga menemukan kurangnya kemampuan peserta didik dalam mengerjakan soal HOTS dari C4 sampai C6 yang rata-rata soal berisi penalaran hal ini berdampak padapeserta didik blum bisa memahami pembelajaran dan mempengaruhi rendahnya hasil belajar.

Dalam hal ini diharapakan dengan model pembelajaran project based learning peserta didik bukan hana menerima ilmu pengetahuan dari Guru melainkan dapat mengeksplorasi dan berkarya, dan juga dengan menerapkan model pembelajaran project based learning yang projectnya berbasis teknologi diharapakan dapat menaikkan n hasil belajar peserta didik. Al ini berdampak kepada peserta didik agar belajar lebih aktif dan tidak membosankan.

Dari latar belakang tersebut Maka peneliti akan mengimplemntasikan penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning Pada Pembelajaran Sejarah materi proses masuknya islam ke Indonesia Terhadap Hasil Belajar peserta didik Kelas X. 2 SMAN 22 Palembang.”

2. Metode Penelitian

Model Pembelajaran Project Based Learning ini menekankan pembelajaran secara langsung melalui beberapa kegiatan seperti

penelitian yang mengajarkan kepada peseta didik dalam mengerjalan suatu proyek tertentu, hal ini juga sejalan dengan pendapat Sani (2014) Project Based Learning adalah suatu proses belajar yang berpusat pada masalah kenyataan yang dilakukan baik itu sendiri maupun berkelompok dalam suatu kegiatan tertentu (proyek) (Mutawally, 2021).

Berdasar pada penelitian Thomas (2000 : 11 – 12) mengemukakan yaitu hasil belajar siswa yang menggunakan model Project Based Learning naik 26% dari kelas kontrol dimana ada kenaikan yang melonjak. Dengan hal ini maka harapan kedepaanya peserta apu menjadi aktif dan kreatif dalam meningkatkan hasil belajar pembelajaran sejarah (Ramdhany, 2016:2).

Nanang, (2009), berpendapat PjBL adalah model pembelajaran berkelompok maupun mandiri dalam mewujudkan suatu karya projek yang nyata. Daryanto (2009), juga ikut sependapat mengenai pernyataan di atas dengan menyatakan bahwasanya konsep kurikulum merdeka belajar pada dasarnya adalah PjBL, dimana dalam pembelajaran mengedepankan kebebasan berfikir peserta didik dalam proses pembelajaran. Dengan konsep inilah diharapkan dapat memberi keluasan ruang gerak dan pikir untuk berkreasi dan beraktivitas sesuai bidang ahli yang dimiliki pesera didik. Proses pembelajaran yang dirasa oleh peserta didik menjadi menyenangkan, tidak membosankan, dan tidak menyebabkan tekanan pada peserta didik (Suginem, 2021:7).

Proses pembelajaran PjBL dalam penelitian ini yaitu melalui penugasan kepada peserta didik untuk membuat media pembelajaran berbasis teknologi atau karya head made. yang Pembuatan media berbasis teknologi pada penelitian ini adalah penggunaan metode pembelajaran penguasaan materi pelajaran Sejarah masuknya islam di Indonesia, yang dibagi menjadi 3 sub materi yaitu teori masuknya Islam ke Indonesia, Proses penyebaran, dan Akulturasi Islam di Nusantara. Peserta didik dapat memilih projek yang akan mereka buat sesuai keahlian Peserta didik pilihanya antara lain yaitu Mind Mapping, Video, dan Infografis dengan cara berkelompok.

Media pembelajaran berbasis teknologi merupakan media yang dibantu dengan Internet, Mobile Phone, serta aplikasi media pembelajaran. Penggabungan model pembelajaran antara PjBL dan media berbasis

(4)

- 4 - teknologi diharapkan dapat memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi Peserta didik sehingga suasana pembelajaran terlihat hidup dan pada mencapai tujuan pemeblajaran yang berkualitas. Dalam penelitian Tindak Kelas mengenai model pembelajaran PjBL peneliti menggunkan model penelitian Tindakan Kelas Rustiyarso-Tri ( Thobroni: 44),.

Gambar 1 Model PTK Rustiyarso-Tri Wijaya.

Gambar diatas menunjukkan bahwa dalam kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dimulai dari adanya Refleksi awal yaitu adanya masalah dalam proses pembelajaran yang di alami oleh guru dan peserta didik di kelas. Hasil Refleksi siklus 1 dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menuju ke tahap siklus ke 2.

Lalu hasil dari refleksi 2 menentukan apakah PTK sudah dapat diakhiri atau belum. PTK sudah dapat di akhiri jika capaian tujuan pembelajaran tercapai.

Adapun teknik dan Instrument pengumpulan data meliputi Instrument (a) Observasi :(b) Tes Tertulis; dan (c) Display data.

pedoman penilaian hasil belajar aspek pengetahuan menggunakan rumus Ketuntasan Klasikal ; KK = 𝐽𝑃/JS x 100%

Ketentuan ketuntasan belajar klasikal berdasarkan pendapat Yamin dalam Suria (2010:26) merupakan “Suatu kelas dikatakan tuntas belajar jika sekurang-kurangnya 85% dari siswa tuntas belajar” Data tes hasil belajar digunakan untuk dapat mengetahui ketuntasan

belajar peserta didik atau Indikator keberhasilan pada mata pelajara Sejarah materi Masuknya Islam ke Indonesi . Dengan menggunakan model pembelajaran project based learning (PJBL).

Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP) dalam kurikulum merdeka belajar yang ditentukan oleh guru mata pelajaran secara individu jika peserta didik mampu mencapai nilai 70. Ketuntasan klasikal jika peserta didik mencapai 85%.

3. Hasil dan Pembahasan

Dalam proses pembelajaran dibagi menjadi 6 kelompok belajar terderi dari 7-8 peserta didik dilajutkan dengan Guru membagikan tugas diskusi untuk mencari data materi diskusi dan proyek yang akan dibuat.

Dalam mengerjakan tugas kelompok Guru menginformasikan kepada peserta didik boleh mencari sumber materi di internet menggunakan HP untuk membantu mencari materi selain dari buku online yang sudah di share oleh guru melalui WhatsApp Group kelas.

Saat diskusi kelompok berlangsung, terlihat beberapa peserta didik dalam kelompoknya sangat antusias dalam pengerjaan tugas kelompok, ada yang bertugas membaca buku online, ada yang bertugas mencari materi di internet, dan ada yang menjadi notulis untuk mencatat materi yang diperolehnya.

Suasana pembelajaran terlihat kondusif , setiap anggota kelompok mendapatkan tugas sesuai dengan porsi masing-masing, sehingga tugas dapat diselesaikan dengan baik dan teat waktu. Secara keseluruhan tampak terlihat suasana pembelajaran yang menyenangkan karena masing-masing peserta didik terlibat aktivitas yang sesuai dengan keinginan peserta didik.

Setelah peserta didik menyelesaikan tugas kelompok sesuai dengan proyek yang mereka pilih dipertemuan 2, maka dilanjutkan dengan presentasi proyek materi yang sudah

(5)

- 5 - dibuat (hasil tugas proyek terlampir). Presentasi yang dilakukan oleh peserta didik secara berkelompok di beri alokasi waktu selama 10 menit di setiap kelompoknya. Hal ini memberikan suasana pembelajaran yang bebeda, dimana terlihat masing-masing peserta didik mengamati temannya yang sedang presentasi dengan serius sambil menunggu giliran mereka maju presentasi. Terkadang terdengar tawa beberapa peserta didik saat mendengar dan melihat presentasi temannya yang sedang mempresentasikan hasil proyek.

Pada tahap pembelajaran ini dapat diamati berbagai karakter peserta didik seperti menghargai orang lain , sopan santun dalam sikap maupun bebicara , percaya diri, kerja sama dalam bekerja, kreatif dan inovatif. Adapun proses presentasi yang dilakukan peserta didik terlampir.

Proses pembelajaran Sejarah dengan materi proses Masuknya Islam di Indonesia kelas X .2 pada kurikulum merdeka belajar yang berlangsung terlihat sangat menyenangkan peserta didik, sehingga terlihat beberapa peserta didik merasa bahwa pembelajaran berlangsung dengan cepat. Hal ini selaras dengan capaian pembelajaran pada kurikulum merdeka yaitu pembelajaran yang damai, senang, bebas stres dan tekanan. Suasana pembelajaran yang menyenangkan memberikan efek pada peserta didik seakan-akan pembelajaran berlangsung dengan cepat, padahal proses pembelajaran berlangsung dengan durasi waktu sama seperti pembelajaran biasanya. Materi pembelajaran dipelajari dengan tenang dan santai sehingga tidak menyebabkan stres pada peserta didiik.

Berikut adalah perolehsn hasil belajar peserta didik kelas X.2. Data yang dijelaskan pada bagian ini adalah data yang diperoleh dari tahap pra siklus dan data yang diperoleh dari tahap tindakan siklus 1, siklus 2. Adapun data yang diperoleh adalah sebagai berikut.

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa sebelum pelaksanaan PTK hanya 19 peserta didik ( 45%) yang tuntas dan sebanyak 23 peserta didik (55%) tidak tuntas dalam belajarnya.

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa saat siklus 1 sebanyak 76% peserta didik tuntas dan sebanyak 24% peserta didik yang tidak tuntas dalam belajar nya. Hal ini menunjukkan terdapat peningkatan 31% peserta didik yang tuntas dalam belajarnya pada siklus 1 yaitu dari 45% peserta didik tuntas menjadi 76%

peserta didik tuntas saat penerapan siklus 1.

Berdasarkan refleksi dan hasil belajar siklus 1, indikator keberhasilan penelitian belum tercapai penelitian belum tercapai, sehingga dilakukan beberapa evaluasi untuk perbaikan siklus II..

(6)

- 6 - Secara umum, dalam proses pembelajaran siklus 2 terjadi peningkatan kualitas pembelajaran. Peneliti yang sebagai guru mampu berfungsi sebagai fasilitator, sehingga keterlibatan peseta didik dalam kegiatan pembelajar Projec Based Learning (PJBL) lebih terarah dan terorganisir, sera berjalan dengan baik.

Berdasarkan tabel 4 skor keterlaksanaan kegiatan belajar meningkat dari siklus 1 sebesar 76% menjadi 88 % atau meningkat sebesar 12%.

Skor ini sudah mencapai indikator keberhasil penelitian yaiti rerata keberhasilan klasikal lebih dari 85%.

Peningkatan nilai hasil belajar tersaji pada grafik tabel 5 dibawah ini

.

Sumber : Diolah dari hasil penelitian

Dalam perolehan hasil belajar pembelajaran sejarah tersebut memperlihatkan bahwa hasil belajar peserta didik mengalami

kenaikan setelah di implementasikannya model pembelajaran Project Based Learning. Hal ini sejalan oleh Jerome Bruner (dalam Thoboroni,2016), apabila seorang Guru kreatif dan peserta didik diberi kesempatan menemukan berbagai konsep ,teori, aturan, dan lain-lain maka dalam proses belajar akan berjalan dengan baik.

Penerapan model pembelajaran Project Based Learning guru lebih banyak berperan memfasilitasi serta membimbing belajar secara garis besar (Sanjaya, 2011).

Hal ini juga mendukung penelitian yang sejeis di masa lampau yang telah di teliti oleh Heni Purwanti (2023) dan Dyah Puspita Rini (2023) yang dalam hasil penelitiannya juga menyimpulakn bahwa hasil belajar peserta didik mengalami kenaikan dengan penerapan model belajar Projec Based Learning .

Keberhasilan pembelajaran menggunakan Model Project Based Learning juga didukung oleh sumber belajar offline maupun online yang cukup banyak, sehingga membantu memudahakan peserta didik dalam membuat proyek, berdiskusi, mengekplorasi, hingga memahami materi.

Namun dalam proses penelitian berlangsung peneliti mendapat beberapa kendala. Kendala yang ditemui adalah keterbatasan waktu sehingga tidak semua tahapan pembelajaran dapat terlaksana secara keseluruhan, misalnya dalam proses presentasi proyek per kelompoknya hanya dilakukan dengan singkat.

Langkah-langkah (sintak) Project Based Learning juga tidak dapat dilakukan hanya dengan satu kali pertemuan. Adapun dalam proses pembelajaran berlangsung kendala yang dialami peserta didik kurangnya keberanian dalam mempertanggung jawabkan proyek yang mereka buat dan ragu dalam menyampaikan materi proyek yang mereka buat. Dalam kendala tersebut solusi yang dapat di terapkan yaitu memanajemen waktu, disiplin dalam pengaturan, serta memotivasi peserta didik dengan cara memberikan ruang kepada peserta didik untuk berbicara, mengemukakan pendapat yang diiringi dengan kesempatan untuk memikirkan jawaban melalui buku ataupun internet yang kemudian dituangkan dalam proyek yang mereka buat bersama kelompok.

(7)

- 7 - 4. Simpulan dan Saran

Berdasarkan uraian diatas, menyimpulakan mengenai implementasi pembelajaran model pembelajaran project Based Learning dalam pembelajaran Sejarah telah terlaksana dengan baik.

Peningkatan prestasi atau hasil belajar meningkat dengan sangat baik. Hasil belajar yang awalnya sebelum penerapan model PJBL yaitu sebesar 45%, lalu bertambah pada tahap pelaksanaan siklus I menjadi 76% atau meningkat 31%, dan pada pelaksanaan siklus 3 meningkat baik menjadi 88%

atau mengalami peningkatan dari siklus 1 sebesar 12 % dimana hasil ini telah mencapai indikator keberhasilan ketuntasan belajar yaitu lebih dari 85%.

Saran yang diajukan peneliti adalah, dalam pemilihan dan implementasi model pembelajaran hendakya dilakukan dengan bervariasi di setiap kegiatan mengajar, serta perlu untuk dipelajari dan dilakukan oleh setiap pendidik, hal ini bertujuan agar proses pembelajaran dapat terlaksana dengan menyenangkan dan capaian pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Pemilihan model pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan sesuai dengan materi membuat peserta didik tidak cepat bosan dan tidak tertekan dalam mengikuti proses pembelajaran, maka harapan akhirnya adalah memberikan hasil belajar peserta didik yang lebih baik terwujud.

Referensi

Dokumen terkait

Jadi dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran project based learning dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa,

Penelitian ini bertujuan: (1) untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan model pembelajaran Project Based

Penelitian ini mengkaji bagaimanakah pengaruh model pembelajaran Project Based Learning dengan pemanfaatan media pembelajaran E-Learning berbasis Edmodo yang ada di kelas

Hasil penelitian menemukan bahwa penerapan model Project Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah pembelajaran Pendidikan

Pemilihan model pembelajaran berbasis proyek atau Project Based Learning (PjBL) dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahan lemahnya pemberdayaan pola berpikir

Dari penemuan peneliti setelah peneliti Menerapkan Model pembelajaran Project Based Learning dapat disimpulkan Model Pembelajaran Project Based Learning pada Mata kuliah

Efektivitas Model Pembelajaran Project Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Sekolah Dasar Astria Ayu Ramadianti 93 EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING

SIMPULAN Berdasarkan dari permasalahan penelitian dapat disimpulkan bahwa pada penerapan model pembelajaran project based learning terdapat peningkatan hasil belajar siswa dikelas