Universitas Muhammadiyah Gresik E-ISSN : xxxx-xxxx
DOI : ………..
Vol 1 No 1: Fostering a Learning Community Engagement Though a Lesson Study
101
Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi terhadap Kemampuan Representasi Matematis Peserta Didik
Puji Nur Istiqomah1, Yayuk Sofiani2, Siti Muzdalifah3
1,2 Universitas Muhammadiyah Gresik;Gresik
3 SMA Negeri 1 Gresik;Gresik
INFO ARTIKEL ABSTRAK
Kata Kunci:
Pembelajaran Berdiferensiasi;
Kemampuan representasi matematis;
Kemampuan representasi matematis merupakan salah satu kemampuan yang perlu dimiliki peserta didik dalam belajar matematika. Kemampuan representasi matematis adalah kemampuan peserta didik dalam menyajikan kembali notasi, simbol, tabel, gambar, grafik, diagram, persamaan atau ekspresi matematis lainnya ke dalam bentuk lain.
Kemampuan representasi matematis menjadikan peserta didik mampu memahami konsep-konsep matematika serta dapat mengomunikasikan ide-ide matematika yang telah dipahami. Meskipun kemampuan ini perlu dimiliki namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan representasi matematis peserta didik masih tergolong rendah.
Hal ini dikarenakan masih banyak guru yang belum memperhatikan kemampuan ini, mereka beranggapan bahwa kemampuan semua peserta didik berada di level yang sama sehingga memberikan perlakuan yang sama dalam pembelajaran alhasil peserta didik tidak bisa maksimal dalam meningkatkan kemampuan sesuai levelnya masing-masing.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil penerapan pembelajaran berdiferensiasi terhadap kemampuan representasi peserta didik. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan dua siklus lesson study. Pada siklus 1, sebanyak 10 peserta didik mengalami peningkatan kemampuan representasi matematis dan pada siklus 2 sebanyak 6 peserta didik mengalami peningkatan kemampuan representasi matematis.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan kemampuan representasi peserta didik setelah mengikuti pembelajaran berdiferensiasi.
Corresponding Author:
Puji Nur Istiqomah
102
Universitas Muhammadiyah Gresik;Gresik; [email protected]
PENDAHULUAN
National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) (2000) menetapkan Standar utama yang memiliki peranan penting dalam pembelajaran matematika yaitu kemampuan pemecahan masalah, kemampuan komunikasi, kemampuan koneksi, kemampuan penalaran, dan kemampuan representasi (Maulyda, 2019). Kelima standar ini seharusnya dikuasai oleh siswa selama proses pembelajaran di sekolah khususnya pada pembelajaran matematika. Salah satu kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika yang dirasa rendah adalah kemampuan representasi. Meski kemampuan representasi matematis dibutuhkan dalam belajar matematika, namun dalam pendidikan di Indonesia nyatanya masih mengalami berbagai permasalahan. Triono menyebutkan dalam pengamatannya bahwa hampir setengah dari jumlah siswa belum menguasai kemampuan dalam mengolah simbol-simbol matematika menjadi bentuk gambar pada grafik dan belum bisa menyampaikan ide matematisnya menggunakan bahasa sendiri (Fauziah,2018). Hal serupa juga terjadi pada hasil survey TIMSS tahun 2015 yang menunjukkan kemampuan representasi matematika siswa masih rendah. Indonesia menduduki peringkat 44 dari 49 negara yang disurvei (Nizam, 2016).
Permasalahan tersebut sebenarnya dapat dihindari jika pendidikan di Indonesia mampu meningkatkan kemampuan representasi matematis untuk menyelesaikan masalah. Namun, fakta di lapangan menunjukkan masih banyak guru belum beranggapan bahwa kemampuan representasi matematis sebagai suatu hal penting dalam pembelajaran matematika (Huda, 2019). Menurut Nugraha (2017) keterbatasan pengetahuan guru dan kebiasaan siswa belajar di kelas dengan cara konvensional belum menjadikan siswa mampu mengembangkan daya representasi sendiri secara optimal.
Kemampuan representasi matematis sangat penting untuk dikuasai siswa, maka perlu diterapkan suatu pembelajaran inovatif yang mampu meningkatkan kemampuan tersebut. Salah satu inovasi pembelajaran yang dapat diterapkan meningkatkan kemampuan representasi matematis adalah melalui pembelajaran diferensiasi yang dipadukan dengan model pembelajaran tertentu.
Menurut (E. Marlina et al.,2020), pembelajaran diferensiasi bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Diperkenalkan oleh Diversity Education (Tomlinson &Moon,2014) ia menjelaskan bahwa pembelajaran diferensiasi memfasilitasi, melayani, dan mengakui keragaman siswa berdasarkan kesiapan siswa, minat, dan pilihan belajar. Menurut (M. Marlina,2020) pembelajaran diferensiasi adalah proses memahami siswa dan menanggapi pembelajaran mereka berdasarkan perbedaan.
Pembelajaran berdiferensiasi akan menciptakan pembelajaran bermakna karena peserta didik memecahkan masalah yang mereka hadapi dengan cara mereka sendiri sesuai dengan pengetahuan dan pengalamannya.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian Tindakan kelas (PTK). Penelitian ini merupakan penelitian yang kolaboratif karena adanya kerja sama antara mahasiswa sebagai peneliti utama, mahasiswa lain dan guru sebagai observer. Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI-7 SMA Negeri 1 Gresik pada semester genap tahun ajaran 2022/2023. Pemilihan kelas tersebut didasari oleh pertimbangan kelas yang digunakan adalah kelas yang menjadi subjek pelaksanaan PPL PPG Prajabatan Gelombang 1.
Prosedur penelitian Tindakan kelas berlangsung secara siklik, secara garis besar terdapat empat tahapan dalam penelitian tindakan yaitu: (1) Perencanaan (Plan), (2) Tindakan (Action), (3) Pengamatan (Observation), (4) Refleksi (Reflection). Tahapan-tahapan ini terdapat dalam satu siklus dan diulang secara terus menerus sampai peningkatan yang diharapkan tercapai.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi keterlaksanaan pembelajaran dan tes untuk mengukur kemampuan representasi matematis. Instrument yang digunakan yaitu LKPD pembelajaran berdiferensiasi dan tes formatif. Data dari hasil tes yang telah dilakukan oleh peneliti pada setiap siklus akan diolah dengan melakukan perhitungan apakah ada peningkatan kemampuan
103
representasi matematis pada subjek penelitian. Analisis yang dilakukan peneliti adalah dengan mencari rata-rata penilaian di tiap subjek penelitian untuk digolongkan tingkatan kemampuan representasi matematisnya.
Tindakan dinyatakan berhasil apabila indikator keberhasilan telah tercapai. Adapun indikator keberhasilan dalam penelitian ini yaitu:
1. Tidak ada peserta didik yang berada pada tingkat kemampuan representasi rendah 2. Peserta didik yang berada pada tingkat kemampuan tinggi berjumlah lebih dari 50 %
dari total seluruh peserta didik dalam kelas
3. Tidak ada peserta didik yang mengalami penurunan tingkatan kemampuan representasi matematis
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil data
Pra Siklus
Penelitian pra siklus dilakukan oleh peneliti sebagai tahap perkenalan dengan guru dan peserta didik serta melakukan observasi terhadap proses pembelajaran yang biasa dilakukan di kelas. Hasil observasi menunjukkan sebagai berikut:
a) Proses pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru. Guru lebih dominan menjelaskan menggunakan metode ceramah meskipun sudah berbantuan LKPD.
b) Model pembelajaran yang digunakan menerapkan model pembelajaran kooperatif yang sebatas kelompok duduk, namun pengajaran masih berpusat pada guru.
c) Peserta didik tidak memiliki banyak kesempatan untuk bertanya dikarenakan fokus mendengarkan penjelasan guru.
d) Peserta didik tidak berkesempatan mengungkapkan ide atau gagasan yang mereka miliki dalam menyelesaikan masalah karena peserta didik hanya dapat meniru apa yang diajarkan oleh gurunya
e) Kemampuan representasi matematis peserta didik masih lemah. Kesimpulan ini dapat dilihat berdasarkan data hasil pekerjaan peserta didik saat diberikan masalah untuk mengukur kemampuan representasi matematis yang disajikan pada tabel 4.1.
Tabel 1. Analisis Kemampuan Representasi Matematis Peserta Didik Pra Siklus
Kategori kemampuan representasi matemematis
Banyak Peserta
didik Presentase
Rendah 9 42,9 %
Sedang 2 9,5 %
Tinggi 10 47,6 %
Jumlah 21 100 %
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa terdapat 42,9 % peserta didik masih dalam kategori kemampuan representasi rendah, 9,5 % peserta didik masih dalam kategori kemampuan representasi sedang, dan 47,6 % peserta didik masih dalam kategori kemampuan representasi tinggi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hampir setengah dari populasi kelas masih memiliki kemampuan representasi yang rendah. Oleh sebab itu diperlukannya penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan representasi matematis peserta didik.
Siklus 1
Berdasarkan hasil pra siklus peneliti mengadakan tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan representasi matematis peserta didik kelas XI-7 SMA Negeri 1 Gresik.
Adapun rincian kegiatan dalam tindakan di siklus 1 sebagai berikut.
a) Plan (Perencanaan)
Pada kegiatan ini, peneliti akan merancang modul ajar, media pembelajaran berupa PPT dan LKPD, serta lembar asesmen formatif. Modul ajar yang dirancang pada siklus 1 menggunakan strategi
104
pembelajaran berdiferensiasi proses berdasarkan kemampuan awal peserta didik. LKPD yang dirancang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik yang dikategorikan peserta didik dengan kemampuan awal rendah, sedang, dan tinggi.
b) Do (Pelaksanaan pembelajaran)
Fokus penelitian Tindakan kelas ini berpusat pada kegiatan inti pembelajaran. Guru memberikan apersepsi berupa penyajian masalah yang berkaitan dengan data bivariate dan memberi pertanyaan pemantik. Pembelajaran dilanjutkan dengan guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok berdasarkan hasil asesmen diagnostik. Kelompok yang dibentuk ada 5 dengan rincian 2 kelompok peserta didik dengan kemampuan awal rendah, 1 kelompok peserta didik dengan kemampuan awal sedang, dan 2 kelompok kelompok peserta didik dengan kemampuan awal tinggi.
Selama pembelajaran berlangsung guru hanya sebagai fasilitator untuk mengatur jalannya pembelajaran serta memberikan fasilitas yang berbeda sesuai kebutuhan peserta didik.
c) See (refleksi dan rencana tindak lanjut)
Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi yang dilakukan guru pada siklus 1 telah terlaksana dengan baik. Namun, masih terdapat beberapa hal yang menjadi catatan penting yaitu beberapa peserta didik hanya focus menguasai bagian yang mereka kerjakan, masih terdapat peserta didik yang diam saja/mengobrol hal diluar materi yang dipelajari selama diskusi, peserta didik kurang memperhatikan hasil diskusi/penampilan kesimpulan, serta pelaksanaan evaluasi soal terlalu banyak menghabiskan waktu.
Selain observasi keberhasilan proses pembelajaran, peneliti juga menganalisis hasil pekerjaan peserta didik dalam mengerjakan evaluasi tes untuk melihat kemampuan representasi peserta didik.
hasil tes kemampuan representasi matematis pada siklus 1 disajikan dalam tabel 2 sebagai berikut.
Tabel 2. Analisis Kemampuan Representasi Matematis Peserta Didik Siklus 1
Kategori kemampuan representasi matemematis
Banyak Peserta
didik Presentase
Rendah 0 0 %
Sedang 12 60 %
Tinggi 8 40 %
Jumlah 20 100 %
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa sudah tidak ada peserta didik yang tergolong memiliki kemampuan representasi rendah. Terdapat 60 % peserta didik telah memiliki kemampuan representasi matematis sedang. Namun 40 % peserta didik tergolong memiliki kemampuan representasi tinggi.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa hampir setengah dari populasi kelas masih belum mencapai kemampuan representasi matematis tinggi.
Selain analisis kemampuan representasi matematis peserta didik, penelti juga menganalisis kenaikan tingkat kemampuan representasi matematis setelah mendapat pembelajaran pada siklus 1.
Adapun hasil analisis kenaikan kemampuan representasi matematis disajikan pada tabel 4.3 sebagai berikut.
Tabel 3. Analisis Kenaikan Kemampuan Representasi Matematis Peserta Didik Siklus 1
Kenaikan kemampuan representasi matemematis
Banyak Peserta
didik Presentase
Turun 4 20 %
Tetap 6 30 %
Naik 10 50 %
Jumlah 20 100 %
Tabel 3 menunjukkan bahwa sudah 50 % peserta didik mengalami peningkatan kemampuan representasi matematis, namun masih ada peserta didik yang mengalami penurunan kemampuan representasi matematis yakni sebesar 20 %. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka siklus 1
105
masih belum memenuhi intervensi tindakan yang telah ditetapkan peneliti yaitu sebesar lebih 50 % dari populasi kelas memiliki kemampuan representasi tinggi dengan tidak ada yang mengalami penurunan dari pertemuan sebelumnya. Oleh sebab itu, penelitian akan dilanjutkan ke siklus selanjutya sebagai proses perbaikan dalam penelitian.
Adapun kegiatan perbaikan rencana tindak lanjut yang akan dilakukan oleh peneliti dengan dibantu oleh observer setelah melakukan analisis pada siklus 1 yaitu guru perlu menyusun pembelajaran dengan lebih perhatian lagi pada masing-masing individu perihal pengetahuan atau pengalaman apa saja yang telah didapat sehingga tidak hanya mengusai bidang tertentu saja . Guru perlu menyusun pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan representasi matematis peserta didik selama proses diskusi. Pemberian peringatan pada peserta didik agar lebih menghargai dan memperhatikan ketika teman yang lain presentasi. Perlunya pengontrolan waktu pada tiap kegiatan pembelajaran agar pelaksanaan pembelajaran berjalan efektif dan efisien
Siklus 2
a) Plan (Perencanaan)
Pada kegiatan ini, peneliti akan merancang modul ajar, media pembelajaran berupa PPT dan LKPD, serta lembar asesmen formatif. Modul ajar yang dirancang pada siklus 2 menggunakan strategi pembelajaran berdiferensiasi proses berdasarkan minat peserta didik terhadap masalah yang diberikan. LKPD yang dirancang dengan diberikan pilihan berbagai masalah yang akan diselesaikan peserta didik.
b) Do (Pelaksanaan pembelajaran)
Pembelajaran dimulai dengan guru memberikan apersepsi berupa penyajian masalah yang berkaitan dengan arah dan bentuk tren data serta memberi pertanyaan pemantik. Pembelajaran dilanjutkan dengan guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok. Pada pembelajaran ini guru membentuk 5 kelompok yang terdiri dari 4 hingga 5 peserta didik dalam kelompok. Setelah peserta didik berkumpul bersama kelompok, guru memberikan LKPD berdasarkan minat kelompok masing-masing terhadap masalah yang akan diselesaikan. Selama pembelajaran berlangsung guru hanya sebagai fasilitator untuk mengatur jalannya pembelajaran.
c) See (refleksi dan rencana tindak lanjut)
Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi yang dilakukan guru pada siklus 2 telah terlaksana dengan baik. Selain observasi keberhasilan proses pembelajaran, peneliti juga menganalisis hasil pekerjaan peserta didik dalam mengerjakan evaluasi tes untuk melihat kemampuan representasi peserta didik. Hasil tes kemampuan representasi matematis pada siklus 1 disajikan dalam tabel 4 sebagai berikut.
Tabel 4. Analisis Kemampuan Representasi Matematis Peserta Didik Siklus 2
Kemampuan representasi matemematis
Banyak Peserta
didik Presentase
Rendah 0 0 %
Sedang 7 30,4 %
Tinggi 16 69,6 %
Jumlah 23 100 %
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa sudah tidak ada peserta didik yang tergolong memiliki kemampuan representasi rendah. Terdapat 30,4 % peserta didik telah memiliki kemampuan representasi matematis sedang. Dan 69,6 % peserta didik tergolong memiliki kemampuan representasi tinggi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hampir setengah dari populasi kelas sudah mencapai kemampuan representasi matematis tinggi .
Selain analisis kemampuan representasi matematis peserta didik, penelti juga menganalisis kenaikan tingkat kemampuan representasi matematis setelah mendapat pembelajaran pada siklus 2.
Adapun hasil analisis kenaikan kemampuan representasi matematis disajikan pada tabel 5 sebagai berikut.
106
Tabel 5 Analisis Kenaikan Kemampuan Representasi Matematis Peserta Didik Siklus 2
Kenaikan kemampuan representasi matemematis
Banyak Peserta
didik Presentase
Turun 0 0 %
Tetap 17 73,9 %
Naik 6 26,1 %
Jumlah 23 100 %
Tabel 5 menunjukkan bahwa ada 6 peserta didik mengalami peningkatan kemampuan representasi matematis, dan sudah tidak ada peserta didik yang mengalami penurunan kemampuan.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka siklus 2 telah memenuhi intervensi tindakan yang telah ditetapkan peneliti yaitu sebesar lebih 50 % dari populasi kelas memiliki kemampuan representasi tinggi dengan tidak ada yang mengalami penurunan dari pertemuan sebelumnya. Oleh sebab itu, penelitian tidak perlu diadakan lagi sebagai upaya perbaikan kemampuan representasi matematis peserta didik.
Pembahasan
Pada saat observasi diketahui bahwa pembelajaran masih berpusat pada guru. Selain itu, berdasarkan hasil prasiklus yang dilakukan pada peserta didik kelas XI-7 dengan memberikan soal untuk mengetahui kemampuan representasi matematis peserta didik didapatkan bahwa masih terdapat 9 peserta didik yang masih memiliki kemampuan representasi matematis rendah, 2 peserta didik dengan kategori kemampuan representasi sedang, dan 10 peserta didik dengan kategori tinggi.
Hal ini menunjukkan bahwa hampir setengah dari seluruh jumlah peserta didik kelas XI-7 masih tergolong memiliki kemampuan representasi matematis yang rendah.
Setelah diberikan tindakan kelas sebanyak 2 siklus dengan diberikan tes kemampuan representasi matematis di setiap akhir siklus didapatkan hasil bahwa dalam setiap siklus hasil kemampuan representasi matematis peserta didik selalu mengalami peningkatan. Hal ini terlihat pada hasil kemampuan representasi matematis setelah mendapat tindakan di siklus 1 didapatkan bahwa sudah tidak didapati peserta didik yang memiliki kemampuan representasi matematika rendah.
Namun terdapat peserta didik yang mengalami penurunan tingkat kemampuan representasi matematis. Sebanyak 4 peserta didik mengalami penurunan tingkat kemampuan setelah mendapatkan siklus 1. Hasil ini menyebabkan peneliti harus melakukan tindakan lebih lanjut dikarenakan tujuan tindakan masih belum tercapai.
Siklus 2 menghasilkan data yaitu tidak ada peserta didik yang berada di tingkat kemampuan representasi rendah. Bahkan pada siklus 2 mengalami peningkatan jumlah yang signifikan bagi peserta didik yang berkemampuan representasi tinggi. Pada siklus 1 jumlah peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi sebanyak 10 peserta didik, sedangkan setelah siklus 2 banyak peserta didik yang berkemampuan tinggi meningkat sebanyak 16 orang dari total peserta didik dalam kelas sebanyak 23 orang. Pada siklus 2 juga tidak didapati peserta didik yang berkemampuan rendah dan yang mengalami penurunan kemampuan representasi matematis.
Berdasarkan hasil penelitian pra siklus, peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan representasi matematis peserta didik kelas XI-7 sebelum dilakukan tindakan masih banyak yang tergolong rendah. Oleh karenanya, peneliti ingin memperbaiki pembelajaran di kelas dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Karena dengan pembelajaran berdiferensiasi, peserta didik akan diarahkan dan dibimbing untuk belajar berdasarkan kemampuan dan kebutuhan masing-masing peserta didik. Pembelajaran dengan menyesuaikan kemampuan dan kebutuhan peserta didik akan memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Wiwin (2021) bahwa dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi akan membantu peserta didik mencapai hasil belajar yang optimal. Memperkuat temuan sebelumnya bahwa pendekatan pembelajaran diferensial memfasilitasi pembelajaran yang bersifat motorik melalui proses resonansi
107
stokastik. Artinya, keadaan internal siswa ditambah dengan lingkungan belajar dapat menghasilkan penguatan potensi dan mendorong perolehan keterampilan dari pembelajaran diferensial (Schöllhorn, 2016).
Kemampuan representasi meningkat dikarenakan diterapkannya pembelajaran berdiferensiasi dalam kelas XI-7. Pembelajaran berdiferensiasi adalah cara atau upaya yang dilakukan guru untuk memenuhi kebutuhan dan harapan siswa. Melalui pembelajaran berdiferensiasi, semua kebutuhan belajar siswa dapat difasilitasi sesuai minat atau kebutuhan belajar yang dimiliki siswa. Pembelajaran berdiferensiasi juga dapat memberikan ruang yang luas kepada siswa untuk mendemostrasikan apa yang telah mereka pelajari sehingga pembelajaran berdiferensiasi secara tidak langsung mendorong kreativitas siswa. Selain kreativitas, pembelajaran berdiferensiasi terbukti mampu meningkatkan pemahaman belajar peserta didik. Sejalan dengan penelitian Naibaho (2023) bahwa pembelajaran berdiferensiasi terbukti mampu meningkatkan pemahaman peserta didik. pemahaman yang baik bagi peserta didik akan berpengaruh pada kemampuan peserta didik dalam memahami permasalahan yang diberikan sehingga mampu merepresentasikan hal yang didapatkan dalam bentuk gambar, rumus, maupun kata-kata. Hal ini menyimpulkan bahwa pembelajaran berdiferensiasi mampu meningkatkan kemampuan representasi matematis peserta didik.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa : 1. Penggunaan pembelajaran berdiferensiasi dalam pembelajaran matematika kelas XI-7 SMA Negeri 1 Gresik Tahun Ajaran 2022/2023 dapat meningkatkan kemampuan representasi matematis peserta didik sesuai indikator yang telah ditentukan.
2. Kemampuan representasi matematis peserta didik kelas XI-7 SMA Negeri 1 Gresik Tahun Ajaran 2022/2023 mengalami peningkatan tiap siklusnya. Pada siklus 1, sebanyak 10 peserta didik mengalami peningkatan kemampuan representasi matematis dan pada siklus 2 sebanyak 6 peserta didik mengalami peningkatan kemampuan representasi matematis
REFERENSI
Fauziah, E. S. (2018). PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR (Doctoral dissertation, Universitas Pendidikan Indonesia).
Huda, Musdi, & Nari (2019). Analisis Kemampuan Representasi Matematika Siswa dalam Menyelesaikan Soal Pemecahan Masalah Matematika. Jurnal Ta’dib, 22(1), 19-25
Marlina 2020, Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi Di Sekolah Inklusif, Afifa Utama, Padang
Maulyda, dkk. (2019). Representasi matematis visual anak ditinjau dari bakat music dalam menyelesaikan masalah matematis.Edu-Mat:Jurnal Pendidikan Matematika. Vol 7, No. 2
Naibaho. (2023). Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi Mampu Meningkatkan Pemahaman Belajar Peserta Didik.Archives. Vol 1 No. 2:81-91
National Council for Teachers of Mathematics (2000). Principles and Standards for School Mathematics.
Reston, VA: NCTM. New York: Guilford Press.
Nizam. 2016. Ringkasan Hasil-hasil Asesmen Belajar Dari Hasil UN, PISA, TIMSS, INAP. Puspendik Nugraha, D.A. (2017). PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN
PROGRAM GEOMETER’S SKETCHPAD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MULTIPEL MATEMATIS SISWA. Jurnal Teori dan Riset Matematika (TEOREMA) Vol. 1 No. 2, Hal, 1-10.
Schöllhorn, W. I. (2016). Invited commentary: Differential learning is different from c o n t e x t u a l i n t e r f e r e n c e l e a r n i n g . Human Movement Science, 47, 240–245.
108
Tomlinson, C. A., & Moon, T. (2014). Assessment in a differentiated classroom. Proven Programs in Education: Classroom Management and Assessment, 1–5.
Wiwin, Herlina. (2021). Optimalisasi kebutuhan siswa dan hasil belajar dengan pembelajaran berdiferensiasi. Perspektif ilmu Pendidikan. Vol. 35 No. 2:175-182