• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHINGAND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 12 BABANAKECAMATAN UJUNG LOE, KABUPATEN BULUKUMBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHINGAND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 12 BABANAKECAMATAN UJUNG LOE, KABUPATEN BULUKUMBA"

Copied!
168
0
0

Teks penuh

Judul Tesis: Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 12 Babana Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba. Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN 12 Babana Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 12 Babana Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 12 Babana Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba. Parwoto., M.Pd selaku PD IV Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar yang telah memberikan jasa selama proses pendidikan dan penyelesaian studi.

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran harus memenuhi komponen yang ditentukan dan memperhatikan penggunaan model pembelajaran yang akan digunakan. Dengan dilaksanakannya pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran maka akan memberikan dampak yang baik bagi siswa. Model yang dapat menjawab permasalahan tersebut adalah model pembelajaran belajar mengajar kontekstual.

Secara sederhana model pembelajaran kontekstual berarti pembelajaran yang membawa siswa ke dalam kehidupan nyata. Menurut Rusman, pembelajaran kontekstual adalah model pembelajaran yang memungkinkan kegiatan belajar siswa mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang lebih konkrit (berkaitan dengan kehidupan nyata) melalui pelibatan siswa dalam mencoba, berbuat, dan mengalami sendiri. kegiatan.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti mengajukan judul: Penggunaan Model Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 12 Babana Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba.

Manfaat Penelitian

Kajian Pustaka

  • Kajian mengenai model Contextual Teaching and Learning a. Pengertian Contextual Teaching and Learning ( CTL )
  • Kelebihan model pembelajaran CTL
  • Kelemahan model pembelajajaran CTL
  • Kajian mengenai hasil belajar
  • Kajian mengenai pembelajaran IPA a. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

Proses pembelajaran yang dilaksanakan dalam pembelajaran kontekstual membangun pengetahuan melalui asimilasi, akomodasi dan . keseimbangan. Penemuan “inkuiri” merupakan kata kunci dalam proses belajar mengajar kontekstual, artinya proses belajar yang dilakukan siswa mengacu pada proses dan hasil belajar. Refleksi merupakan kegiatan yang dilakukan dalam proses belajar mengajar kontekstual untuk mengevaluasi proses pembelajaran secara keseluruhan.

Dalam pembelajaran kontekstual, penilaian yang dilakukan adalah penilaian autentik atau nyata. Artinya penilaian yang dilakukan benar-benar sesuai dengan kondisi yang ada dalam diri siswa.

Kerangka Pikir

Berdasarkan tujuan pembelajaran IPA di SD/MI, guru hendaknya mampu mengajarkan IPA kepada siswa secara aktif, kreatif, dan menyenangkan agar pembelajaran menjadi lebih bermakna. Dengan melihat kondisi tersebut, peneliti merencanakan tindakan perbaikan melalui penerapan model pembelajaran kontekstual atau CTL. Tindakan korektif yang dilakukan peneliti ketika mempelajari IPA melalui Model Pembelajaran Kontekstual, atau CTL, meliputi langkah-langkah berikut.

Guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk merefleksikan apa yang telah dipelajarinya di akhir proses pembelajaran (Refleksi). Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan aktivitas yang lebih bermakna, baik bekerja sendiri, menemukan sendiri maupun membangun pengetahuan dan keterampilan baru yang akan dimilikinya.

GAMBAR 2.1 BAGAN KERANGKA PIKIR  Rendahnya hasil belajar IPA di kelas V SD Negeri 12  Babana Kecamatan Ujung Loe
GAMBAR 2.1 BAGAN KERANGKA PIKIR Rendahnya hasil belajar IPA di kelas V SD Negeri 12 Babana Kecamatan Ujung Loe

Hipotesis Tindakan

Pendekatan Dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan penelitian

  • Jenis penelitian

Fokus Penelitian

  • Penerapan model pembelajaran contextual teaching and learning
  • Hasil belajar IPA
  • Subjek penelitian

Hasil belajar yang menjadi fokus penelitian adalah hasil belajar pembelajaran IPA kelas V SD Negeri Babana. Pada hasil penelitian ditemukan matrikulasi yang sangat rendah yaitu dari 20 anak yang mencapai KKM (standar KKM : 75) yaitu 9 anak, dan jika dihitung hanya 45% yang mencapai KKM. Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan persentase ketuntasan standar KKM pelajaran IPA setiap siklusnya.

Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas V SD Negeri 12 Babana kecamatan Ujung Loe kabupaten Bulukumba karena beberapa alasan yaitu: a). Permasalahan yang teridentifikasi adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai standar KCM pada mata pelajaran IPA sangat buruk. Melihat hal tersebut tidak dapat dipungkiri bahwa rendahnya hasil belajar IPA di kelas V merupakan dampak yang nyata, b).

Desain Penelitian

  • Perencanaan
  • Pelaksanaan
  • Observasi
  • Refleksi

Tindakan pelaksanaan dalam PTK adalah tindakan yang dilakukan berdasarkan rencana yang dibuat untuk menghasilkan perbaikan atau perbaikan dalam pembelajaran dan praktik pendidikan pada kondisi kelas tertentu. Sesuai dengan pernyataan Arikunto, dkk (2012:18), pelaksanaan tindakan adalah pelaksanaan tindakan yang telah ditentukan pada tahap perencanaan. Pada siklus I peneliti akan melaksanakan pembelajaran IPA sesuai materi yang direncanakan melalui model pembelajaran kontekstual.

Observasi dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dan pengamat dengan menggunakan instrumen observasi yang disediakan untuk mengetahui keterampilan guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaran kontekstual. Jadi ketika hasilnya sudah mencapai standar yang telah ditentukan maka pencarian dapat dihentikan, namun jika belum mencapai standar maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya hingga berhasil.

Teknik Pengumpulan Data

  • Observasi
  • Dokumentasi

Teknik Analisis Data

Menurut Elliot (dalam Rochiati 2005), terdapat berbagai dokumen yang dapat membantu peneliti dalam mengumpulkan data penelitian yang relevan dengan permasalahan penelitian tindakan kelas, seperti: (a) kurikulum dan rencana pembelajaran, (b) laporan hasil pembahasan; (c) berbagai ujian dan hasil ulangan, (d) laporan pertemuan; (e) laporan tugas siswa; (f) bagian buku teks yang digunakan dalam pembelajaran; dan contoh yang ditulis oleh siswa. Data yang dikumpulkan berupa data kualitatif (ketepatan pelaksanaan proses pembelajaran) dan data kuantitatif (nilai hasil tes akhir individu siklus). Untuk itu teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif dan analisis kualitatif.

Data kualitatif adalah data yang berupa keterangan berupa kalimat-kalimat, yang memberikan gambaran mengenai ekspresi siswa mengenai tingkat pemahaman terhadap mata pelajaran (kognitif), pandangan atau sikap terhadap metode pengajaran baru (afektif), aktivitas siswa. dalam pembelajaran kita dapat menganalisis secara kualitatif perhatian, dorongan belajar, rasa percaya diri, motivasi belajar, dan sejenisnya. Oleh karena itu, dalam analisis data digunakan dua teknik, yaitu statistik deskriptif yang digunakan untuk menganalisis data berupa hasil tes akhir satu siklus, dan teknik kualitatif yang digunakan untuk memverifikasi kebenaran pelaksanaan pembelajaran. proses sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan model belajar mengajar kontekstual.

Indikator Keberhasilan

  • Hasil silklus I
  • Kegiatan Awal
  • Kegiatan Inti
  • Kegiatan Akhir
  • Gambaran Observasi Belajar Siswa
  • Deskripsi Hasil Belajar Siswa Siklus I
  • Refleksi kegiatan mengajar guru
  • Refleksi kegiatan belajar siswa
  • Refleksi hasil belajar siswa
  • Hasil silklus II
  • Observasi Mengajar Guru
  • Deskripsi Hasil Belajar Siswa Siklus II

Dilanjutkan dengan langkah kegiatan (2) Guru memperlihatkan media pembelajaran kepada siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan hal-hal baru dalam media tersebut (Discover). Kemudian dilanjutkan dengan langkah 3. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang materi untuk merangsang rasa ingin tahu siswa terhadap materi tersebut (asking question). Dilanjutkan dengan langkah kegiatan (6) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan apa yang telah dipelajarinya pada akhir proses pembelajaran (Refleksi).

Sedangkan pada pertemuan II siswa mengalami peningkatan dengan kinerja yang baik pada ketiga indikator sehingga dikategorikan baik (B). Hal ini dikarenakan pada sesi pertama siswa dinilai cukup (C) karena siswa melakukan dua indikator dari tiga indikator yang diharapkan, sedangkan pada sesi kedua siswa mengalami peningkatan dengan kinerja baik pada ketiga indikator sehingga dinilai baik. (B). Pada langkah ini siswa mempunyai hasil observasi yang berbeda antara sesi I dan II yaitu siswa hanya menampilkan satu indikator dari tiga indikator yang diharapkan pada sesi I sehingga dikategorikan kurang baik (K).

Pada langkah kegiatan ini siswa pertemuan I dan II mendapat kategori lulus (C), karena siswa melaksanakan dua dari tiga indikator yang diharapkan. Tabel diatas menunjukkan kinerja aktivitas belajar siswa pada Siklus I mengalami peningkatan pada Pertemuan I dan II. Sedangkan pada pertemuan II diperoleh kategori baik (B) karena peneliti telah menerapkan ketiga indikator tersebut dengan baik.

Pada langkah kegiatan (5), guru memberikan contoh materi kepada siswa, kemudian siswa mengikuti (memodelkan). Pada langkah kegiatan ini siswa pertemuan I memenuhi dua indikator dari tiga indikator yang diharapkan pada langkah kegiatan ini, sehingga dikategorikan cukup (C). Namun pada sesi kedua terjadi peningkatan pada siswa sehingga siswa dinilai cukup (B) karena siswa berprestasi baik pada ketiga indikator yang diharapkan.

Pada langkah kegiatan ini siswa mempunyai hasil observasi yang berbeda antara pertemuan I dan pertemuan II yaitu pada pertemuan I siswa hanya menampilkan satu indikator dari tiga indikator yang diharapkan sehingga dikategorikan lemah (K). Dari tabel di atas terlihat bahwa pencapaian aktivitas belajar siswa pada siklus II terdapat peningkatan pada pertemuan I dan II.

Tabel  3.2  Indikator  keberhasilan  menurut  ketetapan  Departemen   Pendidikan Nasional
Tabel 3.2 Indikator keberhasilan menurut ketetapan Departemen Pendidikan Nasional

Pembahasan

Manfaat model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dijelaskan lebih lanjut dalam tujuh tahapan utama pembelajaran (Menurut Rusman 2010: 192). Berdasarkan data observasi aktivitas pendidikan guru terlihat terjadi peningkatan pada siklus II dengan rincian, pada pertemuan I persentase tercapainya aktivitas pendidikan sebesar 76,19 dan termasuk dalam kategori cukup (C) (59) %-79%). Hasil observasi aktivitas belajar siswa pada model pembelajaran mengajar kontekstual dapat dilihat pada deskripsi data yang diperoleh melalui observasi.

Hasil observasi aktivitas belajar siswa yang terjadi pada siklus I yang terdiri dari dua pertemuan adalah sebagai berikut; Pada pertemuan pertama, hasil observasi pembelajaran siswa menunjukkan prestasi pada kategori cukup (C) dan kurang (K), tidak ada langkah-langkah kegiatan yang termasuk dalam kategori baik (B). Berdasarkan data observasi hasil aktivitas belajar siswa terlihat terjadi peningkatan pada siklus I dengan rincian pada pertemuan I. Sedangkan untuk II. memenuhi ketercapaian persentase aktivitas belajar siswa meningkat sebesar persentase. capaian sebesar 66,66% sehingga termasuk dalam kategori cukup (C) (59%-79%).

Berdasarkan uraian hasil observasi sisa kegiatan pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa masih banyak kekurangan dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan persentase aktivitas belajar siswa belum mencapai persentase indikator keberhasilan yaitu 80%. Berdasarkan data observasi hasil aktivitas belajar siswa terlihat terjadi peningkatan pada siklus II dengan rincian, pada pertemuan I persentase ketercapaian aktivitas belajar siswa sebesar 76,19% dan mencapai termasuk dalam kategori cukup (C ) (59%-79%).

Hal ini menggambarkan adanya peningkatan secara kuantitatif hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA melalui penerapan model pembelajaran Contextual Teaching And Learning. Kategorisasi cukup pada siklus I mengalami peningkatan pada siklus II yaitu aktivitas mengajar mencapai kategori baik, aktivitas pembelajaran berada pada kategori baik, dan rata-rata hasil belajar IPA meningkat hingga mencapai kategori baik. Hal ini menggambarkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran belajar mengajar kontekstual, kegiatan pembelajaran IPA lebih terarah dan mampu mengajar siswa, serta kegiatan belajar siswa lebih ringkas dan mengarah pada pembelajaran konstruktivis.

Saran

STANDAR KOMPETENSI

Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang magnet untuk menumbuhkan rasa ingin tahu siswa tentang magnet (asking question). Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merefleksikan apa yang dipelajarinya pada akhir proses pembelajaran (Refleksi). Guru memperlihatkan media pembelajaran cara membuat magnet kepada siswa dan memungkinkan siswa menemukan hal-hal baru dalam media tersebut (Discover).

Guru memperlihatkan media pembelajaran kepada siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan hal-hal baru dalam media tersebut (Discover). KELAS/SEMESTER : V(Lima)/ II(Dua) ALOKASI WAKTU : 2 Jatuh dari ketinggian tertentu pasti berbeda.

Gaya gravitasi ini juga menarik benda-benda di luar angkasa seperti meteor, satelit buatan, dan bulan. Hal yang sama akan terjadi pada benda-benda di Bumi jika tidak ada gravitasi. Guru memperlihatkan media pembelajaran tentang pengaruh adanya gaya gravitasi dan pengaruh tidak adanya gaya gravitasi kepada siswa serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan hal-hal baru dalam media tersebut (Discover).

Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang gaya gravitasi untuk merangsang rasa ingin tahunya tentang magnet (bertanya). Guru menunjukkan dampak gesekan pada siswa dengan media pembelajaran dan memungkinkan siswa menemukan hal-hal baru dalam media (Discover). Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang gesekan untuk merangsang rasa ingin tahunya tentang magnet (mengajukan pertanyaan).

Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang materi untuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap materi tersebut.

Gambar bentuk-bentuk magnet
Gambar bentuk-bentuk magnet

Gambar

GAMBAR 2.1 BAGAN KERANGKA PIKIR  Rendahnya hasil belajar IPA di kelas V SD Negeri 12  Babana Kecamatan Ujung Loe
Gambar 3.1 Model penelitian tindakan kelas menurut Arikunto, dkk
Tabel 3.1 Tabel Persentase Aktivitas Pembelajaran
Tabel  3.2  Indikator  keberhasilan  menurut  ketetapan  Departemen   Pendidikan Nasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

4 Adapun rendahnya hasil belajar SKI siswa kelas III disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya: 1 Guru kurang melibatkan siswa untuk bekerja sama, baik dengan guru maupun siswa, 2

Aspek-aspek yang diamati pada lembar observasi aktivitas guru selama mengikuti pembelajaran di antaranya: 1 membuka pembelajaran, 2 mengarahkan siswa untuk belajar, 3 memberikan