• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SD INPRES BANGKALA II MAKASSAR - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SD INPRES BANGKALA II MAKASSAR - Test Repository"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

Untuk mengatasi permasalahan relatif rendahnya kemampuan membaca siswa kelas V SD Inpres Bangkala II Kota Makassar, dilakukan tindakan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe script. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe script pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V di SD Inpres Bangkala II Makassar.

Keterampilan Membaca a. Pengertian Membaca

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman membaca mempunyai beberapa jenis tingkatan, antara lain pemahaman literal, pemahaman interpretatif, pemahaman kritis, dan pemahaman kreatif. Jadi penilaian kemampuan membaca siswa dilakukan dengan melihat kemampuan pemahaman membaca siswa menggunakan tes tertulis.

Tabel 2.1. Kategorisasi Skor Membaca Pemahaman
Tabel 2.1. Kategorisasi Skor Membaca Pemahaman

Kerangka Pikir

Menurut Carrol (Saddhono dan Slamet, “Untuk menilai pemahaman literal dalam membaca, dapat digunakan pertanyaan tentang teks.” Sebagai pendengar mendengarkan/mengoreksi/menunjukkan gagasan utama yang belum lengkap, dan membantu mengingat/menghafal gagasan utama dengan menghubungkan gagasan-gagasan sebelumnya. materi atau dengan materi lain; (5) Siswa berganti peran, yaitu beralih dari pembicara menjadi pendengar dan sebaliknya; (6) Guru dan siswa kembali melakukan kegiatan seperti di atas; (7) Guru dan siswa bersama-sama menarik kesimpulan tentang materi pembelajaran : (8 ) Kesimpulan Dengan dasar tersebut, peneliti menggunakannya sebagai landasan untuk berpendapat bahwa model Cooperative Type Script dapat membantu siswa meningkatkan keterampilan membaca khususnya kemampuan pemahaman membaca siswa kelas V SD Inpres Bangkala II Makassar.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram kerangka berikut: mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.

Hipotesis Tindakan

Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipilih adalah penelitian tindakan kelas dan bertujuan untuk mengetahui hasil penelitian sesuai dengan fakta dan data yang diperoleh di lapangan. Menurut Arikunto (Suyadi, “Penelitian tindakan kelas adalah suatu pemeriksaan berupa tindakan terhadap kegiatan pembelajaran yang sengaja dibuat dan terjadi dalam suatu kelas pada waktu yang bersamaan.” Secara umum langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan di kelas meliputi empat hal. tahapannya yaitu : perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

Fokus Penelitian

Setting dan Subjek Penelitian 1. Setting Penelitian

Subjek Penelitian

Jumlah mahasiswa tersebut terdiri dari 24 orang, 13 orang mahasiswa laki-laki dan 11 orang mahasiswi yang terdaftar pada semester ganjil tahun ajaran 2015/2016.

Rancangan Tindakan Penelitian

Pelaksanaan Tindakan

Observasi / Pengamatan

Refleksi

Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

Tes yang dilakukan berupa pemberian tes pemahaman dengan tujuan untuk mengukur keterampilan dan pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajarinya, sehingga dengan tes tersebut dapat diketahui keterampilan membaca pemahaman siswa dengan menggunakan model Cooperative Type. Naskah.

Teknik Analisis Data dan Indikator Keberhasilan 1. Teknik Analisis Data

Indikator Keberhasilan

Penelitian ini dikatakan berhasil apabila keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Cooperative Type Script sudah menunjukkan kategori baik. Penelitian ini dikatakan berhasil, apabila terdapat 80% siswa yang memperoleh nilai minimal 70 pada mata pelajaran bahasa Indonesia setelah diterapkan model Cooperative Type Script, maka kelas tersebut dianggap tuntas secara klasikal.

Tabel   3.3  Teknik   Kategorisasi   hasil   Pembelajaran  Ketrampilan   Membaca Pemahaman
Tabel 3.3 Teknik Kategorisasi hasil Pembelajaran Ketrampilan Membaca Pemahaman

Hasil Penelitian

Siklus I

Pada tahap perencanaan yang dilakukan pada tanggal 31 Maret 2016, peneliti dan guru kelas V mendiskusikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe menulis dalam pembelajaran bahasa Indonesia, dan peneliti memberikan penjelasan rinci tentang langkah-langkah kooperatif jenis tulisan. model pembelajaran yang akan diterapkan di kelas. Peneliti menyiapkan lembar observasi aktivitas guru dan siswa guna mengamati aktivitas guru dalam melaksanakan aktivitas mengajar sesuai dengan prinsip dan langkah-langkah model pembelajaran kolaboratif tipe script serta untuk mengamati aktivitas mengajar siswa. Lembar observasi aktivitas guru dan siswa pada siklus I disusun untuk pertemuan pertama dan kedua dengan berpedoman pada langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe script yang terdiri dari 8 langkah yaitu: (1) Guru membagi siswa secara berpasangan; (2) Guru membagikan ceramah/materi untuk dibaca setiap siswa dan membuat ringkasan; (3) Guru dan siswa menentukan siapa yang bertindak sebagai pembicara pertama dan siapa yang menjadi pendengar; (4) Pembicara membaca ringkasan selengkap-lengkapnya termasuk gagasan pokok dalam ringkasan.

Pada tindakan pertemuan pertama dan kedua siklus I, peneliti mengamati kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung dan guru kelas yang melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe script.

Pertemuan I

Guru dan siswa menentukan siapa yang pertama bertindak sebagai pembicara dan siapa yang bertindak sebagai pendengar. Saat pendengar mendengarkan, mengoreksi, menunjukkan gagasan utama yang belum lengkap, dan membantu mengingat atau menghafal gagasan utama dengan menghubungkan ke materi sebelumnya atau ke materi lain. Kegiatan terakhir pada kegiatan ini adalah guru dan siswa menarik kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan.

Pertemuan II

Guru kemudian memberikan penguatan dan motivasi kepada siswa untuk terus berusaha dan belajar dengan mengulangi pembelajaran di rumah dan mempelajari topik yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya. Kemudian guru melanjutkan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa dalam pembelajaran ini. Guru kemudian membagikan LKS kepada masing-masing kelompok untuk bekerja sama dan memahami isi dari dua bacaan yang diberikan guru.

Kemudian guru dan siswa menentukan siapa yang pertama kali berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.Pembicara membacakan ringkasan selengkap-lengkapnya termasuk gagasan pokok dalam ringkasan.

Hasil observasi aktivitas mengajar guru

Sedangkan pada pertemuan kedua dikategorikan belum tercapai karena guru masih membentuk kelompok siswa dengan teman sekelasnya sendiri. Sedangkan pada pertemuan kedua dinyatakan tuntas, karena guru dan siswa menentukan siapa yang akan bertindak sebagai pembicara dan pendengar. Sedangkan pada pertemuan kedua dikategorikan tercapai karena guru kembali meminta kelompok lain untuk melakukan kembali kegiatan seperti di atas.

Sedangkan pada pertemuan kedua juga dikategorikan belum tercapai karena guru tidak membimbing siswa dalam mengambil kesimpulan.

Hasil observasi aktivitas belajar siswa

Sedangkan pada pertemuan kedua dikategorikan belum tercapai, karena dari 24 siswa, hanya 11 siswa yang melaksanakan aspek ketiga. Sedangkan pada pertemuan kedua dikategorikan belum tercapai, karena dari 24 siswa, hanya 12 siswa yang melaksanakan aspek keempat. Sedangkan pada pertemuan kedua dikategorikan belum tercapai, karena dari 24 siswa, hanya 14 siswa yang melaksanakan aspek kelima.

Sedangkan pada pertemuan kedua dikategorikan belum tercapai, karena dari 24 siswa hanya 16 siswa yang melaksanakan aspek keenam.

Hasil Keterampilan Membaca Pemahaman

Dari hasil pengamatan di atas dapat disimpulkan bahwa ketercapaian pelaksanaan rencana pengajaran kaitannya dengan proses pembelajaran membaca pemahaman ditinjau dari siswa adalah pertemuan I dengan indikator keberhasilan sebesar 37,49% dan pertemuan II dengan indikator keberhasilan sebesar 54,85%. , sehingga siswa belum sepenuhnya menerapkan aspek-aspek tersebut dengan sempurna. Oleh karena itu, data observasi siswa akan dianalisis guna menjadi bahan refleksi dalam pembelajaran keterampilan membaca pemahaman tindakan siklus II. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pada Siklus I, hasil keterampilan membaca pemahaman belum tercapai sepenuhnya, karena indikator keberhasilan yang telah ditetapkan menunjukkan bahwa keterampilan membaca pemahaman siswa pada pembelajaran bahasa Indonesia dikategorikan berhasil jika setiap siswa memperoleh minimal skor 70 dengan tingkat keberhasilan 80%.

Sehingga diketahui berdasarkan hasil observasi dan evaluasi pelaksanaan tindakan belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan yaitu 80% dari seluruh siswa yang memperoleh nilai ≥ 70.

Tabel   4.1    Deskripsi   Hasil   Tes   Keterampilan   Membaca   Pemahaman   Siswa Kelas V SD Inpres bangkala II Kota Makassar Siklus I
Tabel 4.1 Deskripsi Hasil Tes Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Inpres bangkala II Kota Makassar Siklus I

Aktivitas Guru

Tingkat refleksi ini merupakan tingkat evaluasi terhadap setiap langkah dan tahapan yang dilakukan pada siklus I. Hal ini terlihat dari pelaksanaan tindakan pada siklus I yang masih jauh dari harapan. Aktivitas guru selama proses pembelajaran pada tahap pertama kurang maksimal dan tergolong cukup (C).

Terdapat beberapa kekurangan yaitu guru tidak menjelaskan tujuan pembelajaran di awal pembelajaran, guru kurang memberikan perhatian kepada siswa, banyak siswa yang bermain dan tidak fokus pada saat pembelajaran, guru belum sepenuhnya menerapkan langkah-langkah dalam model pembelajaran Kooperatif Tipe Script, dan guru belum sepenuhnya menerapkan beberapa indikator/aspek yang diamati pada lembar observasi.

Aktivitas Siswa

Sehingga diperlukan perbaikan pada aktivitas guru, siswa dan hasil tes pada siklus berikutnya. Berdasarkan refleksi di atas dan mengacu pada kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan, maka disimpulkan pembelajaran pada tindakan siklus I belum berhasil seperti yang diharapkan peneliti, yaitu jika jumlah siswa mencapai skor 80% dari jumlah seluruh siswa. siswa. ≥ 70.

Siklus II

Sedangkan pada pertemuan kedua dikategorikan tercapai karena karena jumlah siswa yang berjumlah 24 orang maka aspek pertama dilakukan oleh 20 siswa. Sedangkan pada pertemuan kedua dikategorikan tercapai, karena dari 24 siswa, 19 siswa melaksanakan aspek kedua. Sedangkan pada pertemuan kedua dikategorikan tercapai karena dari 24 siswa, aspek ketiga dilaksanakan oleh 20 siswa.

Sedangkan pada pertemuan kedua dikategorikan tercapai, karena dari 24 siswa, 22 siswa melaksanakan aspek keenam.

Hasil Tes Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa

Berdasarkan data hasil observasi siswa kelas V sebagai subjek penelitian yang berjumlah 24 siswa pada keterampilan membaca pemahaman pada tindakan siklus II menunjukkan bahwa ketercapaian implementasi kurikulum mengenai proses pembelajaran pemahaman membaca pada siswa aspek, yaitu. pertemuan I dengan tingkat keberhasilan sebesar 73,6% dan pertemuan II dengan tingkat keberhasilan sebesar 85,4%, sehingga siswa dapat melakukan kedelapan aspek tersebut dengan baik. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pada siklus II ketuntasan keterampilan membaca pemahaman telah tercapai sepenuhnya karena indikator keberhasilan yang ditetapkan menunjukkan bahwa keterampilan membaca pemahaman siswa pada pelajaran bahasa Indonesia dikategorikan berhasil jika setiap siswa memperoleh nilai minimal 70. . dengan tingkat keberhasilan 80%. Pada tahap refleksi, berdasarkan data tindakan siklus II dapat disimpulkan bahwa keterampilan membaca pemahaman dikategorikan meningkat dari siklus sebelumnya.

Dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus II, guru telah mampu mengelola kelas secara maksimal, guru telah menjelaskan tahapan-tahapan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah model tipe Collaborative Script, dan pengorganisasian waktu pada setiap tahapan pembelajaran. telah pergi. sesuai rencana dan peneliti telah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk mengemukakan pendapat dan bertanya tentang hal-hal yang masih belum dipahami selama pembelajaran dan guru telah membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar.

Rekapitulasi Data Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I

Dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus II guru mampu mengelola kelas secara maksimal, guru menjelaskan tahapan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah model Cooperative Type Script, dan pengorganisasian waktu setiap tahapan pembelajaran selesai. sesuai rencana dan peneliti memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk mengemukakan pendapat dan bertanya tentang hal-hal yang masih belum dipahami selama pembelajaran dan guru membimbing siswa yang mempunyai kendala dalam belajar. 2) Kegiatan kemahasiswaan. Hasil rangkuman aktivitas guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan penerapan model Cooperative Type Script pada siklus I mencapai skor rata-rata 4,5 dalam kategori cukup dengan persentase keberhasilan 56,25%. Hasil aktivitas siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan penerapan model Cooperative Type Script pada siklus I diperoleh data sebagai berikut.

Hasil rekapitulasi aktivitas siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia melalui penerapan model Cooperative Type Script pada Siklus I mencapai nilai rata-rata 66,5 dalam kategori tuntas dengan tingkat keberhasilan 39,9%.

Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil aktivitas Mengajar Guru Siklus I
Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil aktivitas Mengajar Guru Siklus I

Rekapitulasi Data Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II

Hasil kegiatan mengajar guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia melalui penerapan model Cooperative Type Script pada siklus II diperoleh data sebagai berikut. Hasil rekapitulasi aktivitas guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia melalui penerapan model Cooperative Type Script pada siklus II mencapai skor rata-rata 7 dengan kategori baik dengan tingkat keberhasilan 87,5%. Hasil aktivitas siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia melalui penerapan model Cooperative Type Script pada siklus II diperoleh data sebagai berikut.

Hasil rekapitulasi aktivitas siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia melalui penerapan model Cooperative Type Script pada siklus II mencapai skor rata-rata 114,5 dalam kategori cukup dengan tingkat keberhasilan 79,50%.

Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil aktivitas Mengajar Guru Siklus II
Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil aktivitas Mengajar Guru Siklus II

Rekapitulasi Data Pelaksanaan Pemeblajaran Siklus I dan Siklus II

Pembahasan

Berdasarkan hasil evaluasi siklus I, pemahaman membaca siswa sebesar 45,83% atau 11 siswa mendapat nilai ≥ 70. Karena pencapaian pemahaman membaca siswa pada siklus I belum memenuhi standar keberhasilan penelitian. indikator yang ditetapkan peneliti yaitu 80% siswa harus memperoleh nilai ≥ 70, kemudian penelitian dilanjutkan pada siklus II. Berdasarkan hasil tes yang dilakukan pada akhir tindakan siklus II terlihat adanya peningkatan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas V SD Inpres Bangkala II Kota.

Artinya hipotesis penelitian telah tercapai yaitu “Jika model Collaborative Type Script diterapkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, maka kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V SD Inpres Bangkala II Kota Makassar dapat meningkat”.

Kesimpulan

Saran

Nurhadi.2010.Membaca cepat dan efektif.Bandung: Sinar Baru Algensindo Rahim.2005.Pengajaran membaca di sekolah dasar.Jakarta: PT Bumi Aksara Rusman.2014.Model pembelajaran yang mengembangkan profesionalisme guru.

Gambar

Tabel 2.1. Kategorisasi Skor Membaca Pemahaman
Tabel 3.2 Teknik Kategorisasi Proses Pembelajaran
Tabel   3.3  Teknik   Kategorisasi   hasil   Pembelajaran  Ketrampilan   Membaca Pemahaman
Tabel   4.1    Deskripsi   Hasil   Tes   Keterampilan   Membaca   Pemahaman   Siswa Kelas V SD Inpres bangkala II Kota Makassar Siklus I
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

WALDRON USDA-ARS, Forage and Range Research Laboratory, Logan, Utah, USA blair.waldron@usu.edu Abstract Little research has evaluated possible endophyte benefits to adaptation and

Keywords Lekra, priyayi, persecution, postcolonial, third space, subalternization INTERROGATING INDONESIAN NEW ORDER’S NARRATIVE OF GESTAPU The Leftist Nobles and the Indonesian