• Tidak ada hasil yang ditemukan

apakah dengan penerapan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswakelas VIII-2 SMP Swasta GKPI Padang Bulan Medan?

N/A
N/A
Ofhi Bere Mau

Academic year: 2023

Membagikan "apakah dengan penerapan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswakelas VIII-2 SMP Swasta GKPI Padang Bulan Medan?"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

Aspek berpikir kreatif menurut Evans dan Guilford adalah kelancaran, fleksibilitas, orisinalitas, dan elaborasi. Ciri-ciri orang yang memiliki kemampuan berpikir kreatif adalah terbuka terhadap pengalaman baru, fleksibel dalam berpikir, percaya pada ide sendiri, dan mandiri. Sayangnya, pada masyarakat saat ini, masyarakat menganggap bahwa kemampuan berpikir kreatif bukanlah suatu kebiasaan berpikir yang sebaiknya ditanamkan sejak dini.

Masyarakat meyakini bahwa kemampuan berpikir kreatif merupakan sesuatu yang sulit dan hanya dapat dilakukan oleh orang-orang dengan IQ dalam kategori jenius. Untuk itu peneliti dalam penelitian ini berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Melalui Model Pembelajaran PBL Materi Operasi Aritmatika Aljabar Kelas VIII SMP Swasta GKPI Padang Bulan Medan T.P. Berdasarkan latar belakang masalah maka dilakukan identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah penelitian ini adalah apakah penerapan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas VIII-2 di SMP Swasta GKPI Padang Bulan, Medan.

Secara umum laporan ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan pembelajaran PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas VIII-2 SMP GKPI Padang Bulan Medan. Sebagai bahan masukan bagi guru bidang matematika mengenai model pembelajaran PBL untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Menurut Munandar, berpikir kreatif adalah kemampuan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu permasalahan, dengan menekankan pada kuantitas, efisiensi dan keragaman jawaban berdasarkan data atau informasi yang tersedia.

Hakikat Pembelajaran Matematika

Dalam pembelajaran matematika, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan menemukan dan menyelidiki pola serta menentukan hubungan. Kegiatan dapat dilakukan melalui eksperimen untuk menemukan urutan, perbedaan, perbandingan, pengelompokan dan sebagainya serta memungkinkan siswa menemukan hubungan antara pemahaman yang satu dengan pemahaman yang lain. Dalam pembelajaran matematika, guru harus membiarkan siswa berpikir secara berbeda, menggunakan pola pikirnya sendiri untuk menghasilkan penemuannya sendiri.

Guru berusaha mengembangkan pembelajaran sedemikian rupa sehingga menimbulkan permasalahan matematika yang harus diselesaikan siswa dengan menggunakan metodenya sendiri. Guru hendaknya berusaha menciptakan kegiatan pembelajaran matematika yang memungkinkan siswa mengenal dan menjelaskan sifat-sifat matematika. Guru juga diharapkan dapat mendorong siswa untuk menggunakan matematika sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

Memperhatikan penjelasan pengajaran matematika di atas, mengacu pada pemikiran Ebbutt dan Straker, terlihat bahwa guru hendaknya mempunyai bimbingan dalam melaksanakan kegiatan pengajaran matematika, sehingga diharapkan pengajaran matematika menyenangkan bagi siswa, bermanfaat. , dan sesuai dengan tingkat perkembangannya.

Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

  • Karakteristik Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
  • Tujuan Pembelajaran Problem Based Learning(PBL)
  • Langkah-Langkah Kegiatan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
  • Kelebihan dan Kekurangan Model Problem Based Learning (PBL) Sebagai suatu model pembelajaran, pembelajaran berbasis masalah memiliki

Menurut Joyce dan Weil, model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan pembelajaran, dan memandu pembelajaran di kelas atau di tempat lain (Rusman, 2012: 133). Problem Based Learning merupakan model pembelajaran inovatif yang memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa dalam kondisi kehidupan nyata (Yamin, 2013:62). Memanfaatkan sumber pengetahuan yang berbeda, penggunaannya dan evaluasi sumber informasi merupakan proses penting dalam Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL).

Mengembangkan keterampilan inkuiri dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan menguasai pengetahuan dasar untuk menemukan solusi suatu masalah. Keterbukaan proses dalam pembelajaran berbasis masalah (PBL) melibatkan sintesis dan integrasi proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran pembelajaran berbasis masalah (PBL) adalah membantu siswa mengembangkan pengetahuan fleksibel yang dapat digunakan dalam banyak situasi, dibandingkan dengan pengetahuan yang bersifat inert (Yamin, 2013: 63).

Menurut Sanjaya, tahapan dalam pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut :. a) Perumusan masalah, yaitu langkah-langkah siswa dalam menentukan masalah yang akan dipecahkan; (b) Analisis masalah, yaitu langkah siswa mengkaji masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang; (c) Perumusan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan penyelesaian sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya; (d) Pengumpulan data, yaitu langkah-langkah yang dilakukan siswa untuk menemukan dan mendeskripsikan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah; (e) Uji hipotesis, yaitu langkah-langkah yang dilakukan siswa untuk menarik atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan; (f) Perumusan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah-langkah siswa dalam menguraikan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai dengan rumusan hasil uji hipotesis dan rumusan kesimpulan. Kemudian mereka mengidentifikasi apa yang mereka perlukan untuk menyelesaikan masalah serta apa yang tidak mereka ketahui. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa dan memberikan kepuasan dalam menemukan pengetahuan baru bagi siswa, c.

Pemecahan masalah dapat membantu siswa mentransfer pengetahuannya untuk memahami masalah kehidupan nyata, misalnya. Pemecahan masalah dapat membuat siswa menerapkan pengetahuan yang dimilikinya dalam dunia nyata, j. Ketika siswa tidak mempunyai minat atau menganggap bahwa masalah yang dipelajari sulit dipecahkan, maka siswa akan merasa enggan untuk mencoba.

Bagi sebagian siswa, mereka merasa tanpa memahami materi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah yang dipelajarinya, maka mereka akan mempelajari apa yang ingin dipelajarinya (Sanjaya.

Tabel 2.1 Tahapan-Tahapan Model PBL
Tabel 2.1 Tahapan-Tahapan Model PBL

Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Pengertian Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Mengingat pada dasarnya hanya melibatkan upaya menyimpan sesuatu yang telah dialami untuk dilepaskan kembali sesuai permintaan; sedangkan pemahaman memerlukan pengambilan apa yang didengar dan dibaca serta melihat hubungan antar aspek dalam ingatan. Menurut Munandar, berpikir kreatif adalah kemampuan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu permasalahan, yang menitikberatkan pada kuantitas, efektifitas, dan keragaman jawaban berdasarkan data atau informasi yang tersedia. Menurut Drevdahl (dalam Hurlock, 1978: 4) berpikir kreatif adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk atau gagasan yang pada dasarnya baru dan belum diketahui sebelumnya.

Menurut Siswono, berpikir kreatif adalah suatu proses yang digunakan ketika kita memunculkan/mengeluarkan suatu ide baru. Berpikir kreatif dapat mencakup pembentukan pola-pola baru dan menggabungkan informasi yang diperoleh dari pengalaman masa lalu dan mencangkokkan hubungan lama ke dalam situasi baru dan dapat mencakup pembentukan konteks baru. Berpikir kreatif harus mempunyai maksud atau tujuan yang pasti, bukan sekadar imajinasi, sekalipun hasilnya sempurna dan utuh.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur berpikir kreatif adalah (1) berpikir kreatif adalah suatu proses atau cara berpikir; (2) proses mempunyai tujuan; (3) berpikir kreatif mengarah pada penciptaan sesuatu yang baru, berbeda dan oleh karena itu unik bagi orang tersebut, baik dalam bentuk lisan atau tulisan, konkret atau abstrak; (4) berpikir kreatif muncul dari pemikiran divergen; (5) kemampuan mencipta tergantung pada perolehan pengetahuan yang diterima.

Peran Kemampuan Berpikir Kreatif

Indikator Kemampuan Berpikir KreatifMatematis

Kemampuan untuk menghasilkan beragam ide, jawaban atau pertanyaan, untuk melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda, untuk mencari banyak alternatif yang berbeda dan untuk mengubah cara Anda mendekati sesuatu. Kemampuan mengembangkan ide, menambah atau merinci suatu objek, ide atau ilusi. Siswa dapat melihat masalah dari berbagai sudut pandang dan siswa dapat mengemukakan berbagai jenis argumen untuk suatu gambar, cerita atau masalah.

Dengan mengikuti langkah-langkah rinci, siswa dapat menemukan makna yang lebih dalam dari jawaban atau solusi suatu masalah. Siswa dapat menawarkan ide-ide baru dalam menyelesaikan masalah atau jawaban yang berbeda dari biasanya ketika menjawab suatu pertanyaan.

Materi Ajar

Kerangka Konseptual

Keterampilan berpikir kreatif matematis siswa yang diwujudkan dari model PBL akan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, lebih mudah mengingat, meningkatkan pemahaman, menambah pengetahuan relevan dengan dunia praktik, mendorong berpikir, membangun keterampilan kepemimpinan dan kerjasama, keterampilan belajar. dan memotivasi siswa. Secara umum siswa yang menggunakan berpikir kreatif matematis dengan baik dapat memecahkan masalah dengan baik, menentukan tujuan pembelajaran, memperkirakan keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran tersebut, dan memilih alternatif untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Kemampuan berpikir kreatif matematis berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Dimana kemampuan berpikir kreatif matematis tinggi maka hasil belajar siswa juga akan tinggi.

Hipotesis Tindakan

Jenis Penelitian

Waktu dan Tempat Penelitian

Subjek dan Objek Penelitian

Variabel Penelitian

Desain Penelitian

Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya tingkat berpikir kreatif matematis siswa pada materi operasi aritmatika aljabar, sebelum merencanakan tindakan, guru memberikan pre-test yang terdiri dari 5 soal kepada siswa. Tes pendahuluan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemampuan kreativitas matematis siswa dan untuk mengetahui permasalahan yang dimiliki siswa dalam menyelesaikan soal yang diberikan, sehingga dapat diberikan perlakuan yang tepat berdasarkan permasalahan tersebut. Menyusun skenario pembelajaran yang memuat langkah-langkah kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

Menyiapkan sarana pembelajaran yang menunjang pelaksanaan tindakan yaitu: buku pelajaran untuk siswa, buku untuk guru, alat peraga, dan mungkin menyediakan infocus dan laptop. Menyusun bahan ajar berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk setiap siswa dari setiap siklus pembelajaran LKS digunakan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematisnya. Mempersiapkan instrumen penelitian yaitu: (1) lembar observasi aktivitas guru selama proses belajar mengajar, (2) lembar observasi aktivitas siswa selama aktivitas belajar mengajar.

Dalam hal ini peneliti sebagai guru dan wali kelas matematika berperan sebagai pengamat yang akan memberikan data selama proses pembelajaran dan 3 orang rekannya sebagai pengamat untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa. Guru menjelaskan materi pembelajaran dengan menggunakan model PBL, terlebih dahulu menjelaskan langkah-langkah kerja model pembelajaran PBL. Di akhir tindakan, guru memberikan tes kemampuan berpikir kreatif matematis I yang dilakukan secara individual, untuk melihat tingkat kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang telah dicapai.

Perincian dan analisis mengenai kondisi yang terjadi pada saat proses pembelajaran, terutama kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran yang dilaksanakan tidak berjalan lancar, dan analisis permasalahan yang dihadapi siswa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan apa saja yang ditemui pada pelaksanaan siklus I dan apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut guna meningkatkan pembelajaran pada siklus II. Pada siklus ini belum dapat dibuat rencana pelaksanaan tindakan karena permasalahan tidak dapat ditemukan pada siklus I.

Apabila hasil perbaikan yang diharapkan tidak tercapai pada siklus I, maka tindakan tetap dilanjutkan pada siklus II. Dari setiap tes yang diberikan diharapkan nilai rata-rata siswa meningkat dan kesulitan siswa dalam mengerjakan soal dapat diatasi, dan apabila hasil tes pada setiap siklus tidak mencapai nilai rata-rata tertentu maka akan terjadi kegagalan. tinjauan tindakan yang berkaitan dengan masalah, yang harus diperbaiki pada siklus berikutnya jika rata-rata skor setiap tes.

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian PTK Keterangan :
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian PTK Keterangan :

Pengumpulan Data

Uji Coba Instrumen

Teknik Analisis Data

Indikator Keberhasilan

Gambar

Tabel 2.1 Tahapan-Tahapan Model PBL
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian PTK Keterangan :
Tabel 3.1Kategori Hasil Observasi Siswa Persentase Rata-rata (%) Kategori

Referensi

Dokumen terkait

belajar matematika siswa yang dikenai strategi pembelajaran Problem Based Learing (PBL) lebih baik dibandingkan strategi pembelajaran Discovery Learning (DL), (2) Hasil

menggunakan model kooperatif tipe Group Investigation (GI) lebih rendah dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada

Hasil penelitian (1) Langkah-langkah metode Problem Based Learning (PBL), yaitu : a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, dan secara klasikal siswa mengamati

Penerapan pembelajaran Problem Posing yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif pada materi garis dan sudut dilaksanakan dengan langkah-langkah

Pengembangan yang akan dilakukan adalah pengembangan media pembelajaran berupa lembar kerja peserta didik untuk mendukung model Problem Based Learning (PBL) ditinjau

Hasil penelitian menunjukkan pada taraf signifikansi 5% dapat disimpulkan bahwa (1) problem-based learning efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif matematis,

Rata-rata nilai hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematik dan skor rasa ingin tahu siswa di kelas yang mengikuti model Problem Based Learning (PBL) dengan metode brainstorming

Pembelajaran berbentuk pemecahan masalah dengan menggunakan langkah-langkah PBL dapat membantu siswa melatih kemampuan berpikir kreatif siswa karena setiap proses pembelajarannya siswa