• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN SISWA DI SEKOLAH DASAR - UPI Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN SISWA DI SEKOLAH DASAR - UPI Repository"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Teti Sumiati, 2023

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN SISWA DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Aspek membaca dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar adalah membaca permulaan. Membaca permulaan merupakan salah satu materi pengajaran yang harus diberitahu di kelas rendah sekolah dasar. Pengajaran membaca permulaan adalah suatu usaha untuk membina anak didik pada tahap awal mereka mampu membaca. Hal ini sesuai dengan pendapat Oka yang menyatakan bahwa “membaca permulaan adalah upaya membina dasar-dasar mekanisme membaca contohnya kemampuan mengasosiasikan abjad beserta bunyi-bunyi bahasa yang diikutinya” (Oka, 1983).

Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu, guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasan membaca sebagai suatu yang menyenangkan.

Suasana belajar harus dapat diciptakan melalui kegiatan permainan bahasa dalam pembelajaran membaca. Hal itu sesuai dengan karakteristik anak yang masih senang bermain. Permainan memiliki peran penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Menurut Anderson (dalam Susanti, 2015) “Proses membaca permulaan sangatlah kompleks dan rumit, karena melibatkan aktivitas fisik dan mental, sehingga sangatlah perlu diberikan secara maksimal pada siswa kelas rendah”. Artinya proses membaca di pengaruhi aktivitas berupa pengenalan kosa kata, pemahaman literasi, merangkai huruf dengan bunyi-bunyi bahasa (korespodensi).

Tujuan membaca permulaan di kelas awal sebagaimana dinyatakan Brata (2009) adalah “Agar siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat”. Kelancaran dan ketepatan anak membaca pada tahap belajar membaca permulaan dipengaruhi oleh keaktifan dan kreativitas guru yang mengajar di kelas awal. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

(2)

Teti Sumiati, 2023

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN SISWA DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

meningkatkan keterampilan membaca siswa. Oleh karena itu, guru harus mampu menciptakan suatu teknik atau metode pembelajaran yang tepat.

Kemampuan membaca permulaan adalah kemampuan murid dalam mengetahui dan memahami huruf-huruf dengan lambang-lambang tulisan yang akhirnya diucapkan dengan memfokuskan pada bagian ketepatan menyuarakan tulisan, ucapan dan intonasi yang wajar, membaca merupakan keterampilan penting, membaca bukanlah kegiatan memandangi lambang-lambang yang tertulis semata. Bermacam-macam kemampuan dikerahkan oleh seorang pembaca agar dia mampu memahami materi yang dibacanya. Pembaca berupaya agar lambang- lambang yang dilihatnya itu menjadi lambang-lambang yang bermakna baginya.

Kegiatan membaca permulaan dimulai dari taman kanak-kanak atau sekolah dasar tingkat awal.

Namun pada kenyataannya, saat ini masih banyak dijumpai di lembaga pendidikan pada tingkat sekolah dasar khususnya kelas 1, kondisi dimana siswa belum dapat membaca dengan lancar dan benar. Hal ini dapat terjadi disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor di rumah diantaranya adalah kurangnya perhatian orang tua terhadap kegiatan yang mendukung siswa untuk berlatih membaca di rumah, kurangnya minat siswa untuk mengulang pelajaran membaca di rumah, ataupun siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain. Kemudian, faktor di sekolah diantaranya adalah kurangnya perhatian guru terhadap kemampuan membaca permulaan siswa, kurangnya minat siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran membaca karena metode guru yang monoton atau tidak bervariasi.

Hal ini jika dibiarkan akan berdampak terhadap kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran pada mata pelajaran lainnya, karena modal dasar dalam melaksanakan pembelajaran adalah siswa memiliki kemampuan membaca. Sulit dibayangkan akan seperti apa prestasi siswa tanpa kemampuan membaca.

Berdasarkan kenyataan yang diperoleh dari hasil observasi terlihat rendahnya kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas I disalah satu SD di Kecamatan Puspahiang, Kabupaten Tasikmalaya. Umumnya pada materi pengenalan huruf siswa hanya ditugaskan menuliskannya di buku tulis atau di papan tulis, siswa masih membaca dengan suara yang belum jelas dan belum tepat

(3)

Teti Sumiati, 2023

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN SISWA DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam pengucapannya siswa belum mampu menyebutkan kosa kata dan lambang simbol. Banyak siswa yang kurang aktif dalam proses pembelajaran membaca permulaan, karena guru langsung menugaskan peserta didik membaca teks, kemudian diberi tugas menjawab pertanyaan yang telah disediakan. Sehingga pembelajaran tersebut menjadi sedikit membosankan, kurang menyenangkan dan menyebabkan peserta didik merasa jenuh dalam mengikuti pembelajaran serta tidak konsentrasi selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Selain itu guru hanya menggunakan model ceramah tanpa pembelajaran yang bervariasi sehingga hasil belajar yang didapatkan kurang memuaskan, dan siswa cenderung lambat untuk bisa mengenal huruf dan melafalkannya serta merangkainya untuk menjadi suku kata dan kata. Oleh karena itu perlu adanya alternatif untuk mengatasi masalah tersebut tentunya dengan model pembelajaran yang bervariatif dan inovatif yang menarik bagi siswa.

Menghadapi permasalahan yang dialami siswa kelas I pada salah satu SD di Kecamatan Puspahiang Kabupaten Tasikmalaya, maka diperlukan model pembelajaran yang inovatif dan dapat menarik siswa untuk giat belajar membaca.

Peneliti mencoba menggunakan model pembelajaran yang cocok untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan yaitu dengan menggunakan model pembelajaran scramble. Model pembelajaran scramble diharapkan mampu mengatasi masalah kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas I di Sekolah Dasar. Model pembelajaran scramble merupakan model pembelajaran yang mengajak siswa untuk menemukan jawaban dan menyelesaikan permasalahan dengan cara membagikan lembar kerja soal dan lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawabannya yang tersedia (Shoimin, 2014). Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmat (2017), Saroh & Damaianti (2016), Masnati (2017), Anifah (2017) yang menginformasikan bahwa model pembelajaran Scramble berpengaruh terhadap kemampuan membaca permulaan siswa.

Model pembelajaran scramble yang digunakan yakni Scramble kata.

Scramble kata merupakan sebuah permainan yang menyusun kata dari huruf-huruf yang telah diacak atau dikacaubalaukan pada letaknya, sehingga membentuk suatu kata tertentu dan bermakna. Tujuan dari permainan ini adalah untuk membina

(4)

Teti Sumiati, 2023

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN SISWA DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penguasaan kosakata dan ejaan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Penerapan Model Pembelajaran Scramble untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Siswa di Sekolah Dasar”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah secara umum dalam penelitian ini adalah:

1.2.1 Bagaimana penerapan model pembelajaran scramble dalam proses membaca permulaan pada siswa Sekolah Dasar?

1.2.2 Bagaimana penerapan model pembelajaran konvensional pada siswa Sekolah Dasar?

1.2.3 Bagaimana efektivitas antara model Scramble atau model konvensional dalam proses membaca permulaan pada siswa Sekolah Dasar?

1.3 Tujuan Penelitian

Pada dasarnya tujuan penelitian adalah untuk menjawab masalah-masalah yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:

1.3.1 untuk mengetahui penerapan model pembelajaran scramble dalam proses membaca permulaan siswa di Sekolah Dasar;

1.3.2 untuk mengetahui penerapan model pembelajaran konvensional pada siswa Sekolah Dasar;

1.3.3 untuk mengetahui efektivitas antara model Scramble atau model konvensional dalam proses membaca permulaan pada siswa Sekolah Dasar.

1.4 Manfaat/ signifikansi Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat baik dari segi teoritis maupun praktis.

1.4.1 Manfaat Teoritis.

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memperkaya hasil penelitian dan menjadi rujukan serta sumber informasi bagi peneliti lain untuk mengembangkan penelitian mengenai penerapan model pembelajaran scramble untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa di sekolah dasar.

(5)

Teti Sumiati, 2023

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN SISWA DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1.4.2 Manfaat Praktis.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang positif dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan yang bermanfaat sebagai berikut.

1.4.2.1 Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh model pembelajaran scramble terhadap kemampuan membaca permulaan.

1.4.2.2 Bagi siswa, melalui model pembelajaran scramble siswa mendapatkan manfaat yang beragam yaitu: 1) mengorganisasikan ide-ide yang muncul dalam pemikiran; 2) memunculkan ingatan dengan mudah; 3) membantu siswa dalam menghadapi masalah membaca permulaan; 4) meningkatkan motivasi siswa dalam belajar; 5) meningkatkan kerjasama teman yang lain.

1.4.2.3 Bagi guru, dapat mendorong guru untuk berperan sebagai model, fasilitator, motivator, pembimbing, dan evaluator. Selain itu, diharapkan pula guru dapat menerapkan model pembelajaran inovatif sehingga dapat tercipta suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

1.4.2.4 Bagi sekolah, dapat menumbuhkan sikap profesional guru untuk melakukan pembelajaran yang efektif di sekolah, dapat memberikan kontribusi yang lebih baik dalam pelaksanaan pembelajaran, sehingga mutu sekolah dapat meningkat.

1.5 Definisi Operasional 1.5.1 Penerapan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian penerapan adalah perbuatan menerapkan, sedangkan menurut beberapa ahli, penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya. Menurut Usman (2002), “penerapan (implementasi) adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem”. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.

Menurut Setiawan (2004) “penerapan (implementasi) adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan

(6)

Teti Sumiati, 2023

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN SISWA DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif”.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kata penerapan (implementasi) bermuara pada aktifitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu system. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa penerapan (implementasi) bukan sekedar aktifitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.

1.5.2 Pengertian Model Pembelajaran

Menurut Trianto “Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial”. Indrawati memaknai model pembelajaran sebagai suatu rencana mengajar yang memperlihatkan pola pembelajaran tertentu, dalam pola tersebut dapat terlihat kegiatan guru beserta peserta didik di dalam mewujudkan kondisi belajar atau sistem lingkungan yang menyebabkan terjadinya belajar pada peserta didik.

Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran adalah suatu ide menarik yang tertuang dalam suatu perencanaan pembelajaran yang memuat pola tertentu dengan tujuan tercapainya suatu tujuan belajar.

1.5.3 Model Pembelajaran Scramble

Istilah scramble berasal dari bahasa Inggris yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti perebutan, pertarungan, perjuangan. Model pembelajaran scramble adalah pembelajaran secara berkelompok dengan mencocokkan kartu pertanyaan dan kartu jawaban yang telah disediakan sesuai dengan soal. Metode Scramble sebenarnya persis seperti permainan rangkai kata. Pengenalan konsep- konsep sesuatu berdasarkan pengacakan huruf membuat siswa kreatif dan cerdas dalam memproses informasi karena konsep-konsep itu pernah dikenal dan dibaca tetapi terkadang lupa untuk mengingatnya dengan strategi mengajar ini diharapkan siswa mudah menghafalnya Hasan Fauzi (2009). Soeparno (2007) berpendapat bahwa “model pembelajaran scramble adalah salah satu permainan bahasa, pada hakikatnya permainan bahasa merupakan suatu aktivitas untuk memperoleh

(7)

Teti Sumiati, 2023

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN SISWA DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keterampilan tertentu dengan cara menggembirakan”. Model pembelajaran scramble merupakan model mengajar dengan membagikan lembar soal dan lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang tersedia. Peserta didik diharapkan mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari soal yang ada.

Model pembelajaran scramble dipakai untuk jenis permainan anak-anak yang merupakan latihan pengembangan dan peningkatan wawasan pemikiran kosa kata.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode scramble adalah salah satu metode permainan bahasa yang menggunakan kartu yang terdiri dari kartu yang berisi pias-pias kalimat yang disusun menjadi sebuah wacana pendek. Dimana siswa dapat berkreasi dalam menyusun kalimat tersebut menjadi sebuah wacana akan berbeda dengan wacana aslinya. Metode Scramble dipakai untuk jenis permainan anak-anak yang merupakan latihan pengembangan dan peningkatan wawasan pemikiran kosakata dan penguasaan kosakata siswa.

1.5.4 Kemampuan Membaca Permulaan

Definisi kemampuan menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah daya atau kekuatan untuk melakukan atau menyelesaikan suatu pekerjaan. Membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis, bisa diucapkan secara keras ataupun di dalam hati; mengeja atau melafalkan apa yang tertulis. Selanjutnya permulaan adalah hal mula mula; sesuatu yang menjadi awal (Untara, 2012).

Membaca permulaan adalah suatu proses keterampilan membaca yang menekankan pada proses penyandian membaca secara mekanikal. Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik- teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Jadi, membaca permulaan disini adalah indikator yang akan diteliti, apakah membaca permulaan ini sesuai diterapkan dengan menggunakan model Scramble.

1.6 Hipotesis Penelitian

Berhubungan dengan tujuan, permasalahan, dan teori landasan penelitian ini maka hipotesis yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini sebagai berikut.

Ho: Model pembelajaran scramble tidak dapat secara efektif meningkatkan

(8)

Teti Sumiati, 2023

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN SISWA DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemampuan membaca permulaan.

Hi : Model pembelajaran scramble dapat secara efektif meningkatkan kemampuan membaca permulaan.

1.7 Stuktur Organisasi Tesis

1.7.1 Bab 1 berisi tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat/signifikansi penelitian, definisi operasional, hipotesis penelitian dan struktur organisasi.

1.7.2 Bab 2 berisi tentang kajian pustaka yang berkaitan dengan penerapan, model pembelajaran, model pembelajaran scramble, model pembelajaran konvensional, kemampuan membaca, pembelajaran membaca, membaca permulaan, kerangka berpikir dan penelitian terdahulu yang relevan.

1.7.3 Bab 3 berisi tentang metode penelitian yang digunakan yang terdiri dari desain penelitian, partisipan dan tempat penelitian, populasi dan sampel, instumen penelitian, prosedur penelitian serta analisis data.

1.7.4 Bab 4 berisi tentang temuan dan pembahasan.

1.7.5 Bab 5 berisi tentang simpulan, implikasi dan rekomendasi.

Referensi

Dokumen terkait

Saran dari ahli pembelajaran ABK diantaranya: 1 video pada sajian awal yang memuat identitas pendidikan pengembang serta identitas produk diganti menjadi gambar, sebab video yang

PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dan penelitian yang telah dilakukan selama II siklus penulis menyimpulkan bahwa melalui Media video Pembelajaran Suku Kata dapat