PENERAPAN PERHITUNGAN TERHADAP PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PADA PT. ARISTA JAYA
Suhartini1, Ibrahim H. Ahmad2, Silvester Saman3
1,2,3Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPUP Makassar
1[email protected], 2[email protected], 3[email protected]
ABSTRACT
The research aims to find out whether the implementation of the Value Added Tax (VAT) at PT. Arista Jaya follows the relevant legislative requirements. To achieve the aim, the researcher uses the descriptive qualitative method. Data Collected through documentatio,interview,and library study. The research focused on the implementation of the Value Added Tax (VAT) and tax calculation of input VAT and output VAT from January to Desember 2017. The result showed that the implementation of Value Added Tax at PT. Arista Jaya, in 2017, follows the relevant legislative requirements,covers the tax calculation,tax payment,and tax reporting. The payment obligation and tax reporting also followed the relevant legislative requirements. The underpayment happened PT. Arista Jaya, because of the input value added higher than the output value added tax
Keywords: Value Added Tax and Implementation
PENDAHULUAN
Pajak merupakan sektor yang sangat penting bagi sumber penerimaan negara.
Dalam pos penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sumbangan pajak memiliki porsi yang lebih besar di bandingkan dengan sumber penerimaan lain ( non pajak ).
Penerimaan pajak yang kurang maksimal di khawatirkan menyebabkan pemerintahan mengalami kesulitan untuk membiayai seluruh pengeluaran negara. Pengeluaran negara yang dibiayai dari pajak yakni berhubungan dengan pembangunan atai penyediaan fasilitas- fasilitas umum berupa jalan,jembatan,rumah sakit dan lain sebagainnya, Salah satu jenis pajak yang merupakan sumber penerimaan negara yakni berasal dari pajak pertambahan nilai (PPN) yang menggantikan pajak penjualan (PPn) sejak 1 April 1985 yang ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah di ubah dengan undang-undang nomor 42 tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
Sistem pemungutan pajak yang bersifat Withholding system yang diterapkan pada
besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
Pajak masukan merupakan PPN yang seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak (JKP) didalam daerah perdangangan (pabean) atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak (JKP) dari luar negeri pabean. Pajak Keluaran adalah PPN yang terutang yang wajin dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP), Penyerahan Jasa Kena Pajak (KP) atau ekspor barang kena jasa (Idrus, 2017).
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tercipta karena digunakan faktor-faktor produksi pada setiap jalur perusahaan dalam menghasilkan, menyalurkan dan memperdagangkan barang atau dalam memberikan jasa. Undang-undang pajak adalah undang-undang yang mengatur para wajib pajak dan fiskus untuk melakukan kewajibannya. Sesuai dengan namanya Pajak Pertambahan Nilai (PPN) hanya dikenakan atas pertambahan nilai yang imbul pada setiap penyerahan barang atau jasa pada suatu mata rantai produksi. Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang berlaku atas penyerahan barang kena pajak maupun jasa kena pajak adalah tarif tunggal sehingga mudah dalam pelaksanaannya tidak ada penggolongan
ACCOUNTING. Vol. 01, No.02, Juni 2020, pp 396-402 397 Menurut Ayza B (2017), dalam bukunya mengatakan bahwa pemungutan pajak merupakan hak negara dan pembayaran pajak merupakan kewajiban masyarakat. Pakar pajak mengatakan pajak merupakan peralihan kekayaan dari sektor privat ke sektor publik yang pemungutnya tidak mendapatkan imbalan secara langsung. Namun akan digunakan untuk kepentingan umum yang dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia.
Berdasarkan hal yang demikian,belanja negara,pajak dan pungut lain dimaksud harus diatur dengan undang-undang.
PT. Arista Jaya adalah Perusahaan yang bergerak di bidang developer. Kegiatan penjualan yang dilakukan adalah menjual unit rumah. Berkantor di Jl. Tun Abdul Razak perumahan bumi Aroepala ruko 10-12 Sungguminasa Gowa.
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada PT. Arista Jaya, apakah telah sesuai dengan peraturan Undang-Undang 42 Tahun 2009?
Adapun tujuan penulis dalam penelitian ini adalah untuk megetahui bagaimana penerapan perhitungan pajak pertambahan nilai pada PT. Arista Jaya telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
TINJAUAN LITERATUR
Definisi pajak Menurut Ernawati (2018), yang telah banyak dikemukakan oleh para pakar baik dari dalam negeri maupun luar negeri,diantaranya: 1) Leroy Beauliu,dalam bukunya traite de La Sciencedes Finances,1906 : Pajak merupakan kontribusi langsung maupun tidak langsung,yang pelaksanaanya dapat dipaksakan oleh kekuasaan publik baik terhadap masyarakat maupun atas barang untuk pembiayaan belanja negara (Judissuseno, 1997); 2) Mr. Dr. N. J.
Feldmann, dalam bukunya De overdeidsmiddelen van Indonesia (1949), pajak adalah utang prestasi kepada pemerintahan yang dapat dipaksakan berdasarkan norma umum, tanpa adanya kontraprestasi dan digunakan untuk menutupi pengeluaran pemerintahan. (Judissuseno, 1997); 3) Rochmat Soemitro dalam bukunya dasar-dasar hukum pajak dan pajak pendapatan, pajak adalah iuran rakyat kepada
kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengantidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi),yang langsungdapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Judissuseno, 1997).
Definisi pajak menurut UU No. 28 Tahun 2017 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan pasal 1, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dari beberapa definisi tersebut diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam definisi pajak mengandung unsur: 1) Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah,yang dapat dipaksakan berdasarkan Undang-undang serta aturan pelaksanaanya. 2) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual atau balas jasa secara langsung dari pemerintah. 3) Pajak di gunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah dalam rangka menjamin kesejahteraan masyarakat.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113/PMK.03/2014 tentang perubahan keempat atas peraturan Menteri Keuangan Nomor 36/PMK.03/2007 tentang batasan rumah sederhana,rumah sangat sederhana,rumah susun sederhana, pondok boro, asrama mahasiswa dan pelajar, serta perumahan lainnya, yang penyerahannya dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.
Ada tiga fungsi pajak, yaitu fungsi budgeter, fungsi mengatur (regulasi), fungsi stabilitas.
Pania Armelia (2014), terdapat empat asas-asas pemungutan pajak, yaitu equality, certainty, convenience, economy.
Subjek pajak dalam PPN menurut Undang-undang No. 42 Tahun 2009 Pasal 3A yaitu:
1. Pengusaha Kena Pajak
Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan BKP atau JKP yang dikenakan pajak berdasarkan undang- undang PPN, tidak termasuk pengusaha kecil.
2. Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP.
Pengusaha kecil tidak diwajibkan untuk menjadi PKP karena batasannya adalah jika dalam 1 (satu) tahun buku melakukan penyerahan BKP dan atau JKP dalam rangka kegiatan usaha dengan jumlah peredaran bruto tidak lebih dari Rp.
4.800.000.000 (empat miliar delapan ratus juta rupiah), dan sebaiknya apabila sampai dengan satu bulan dalam tahun buku jumlah peredaran brutonya melebihi Rp.
4.800.000.000 (empat miliar delapan ratus juta rupiah), maka pengusaha kecil wajib melaporkan usahanya untuk di kukuhkan sebagai PKP
3. Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan BKP tidak berwujud dan atau JKP dari luar daerah Pabean
.
Objek Pajak Pertambahan Nilai diatur oleh UU No. 42 Tahun 2009 sebagai berikut:
1) Penyerahan barang kena pajak didalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha.
2) Impor barang kena pajak. 3) Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha. 4) Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean didalam daerah pabean. 5) Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean. 6)Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh PengusahaKena Pajak. 7) Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak. 8) Ekspor jasa kena pajak oleh pengusaha kena pajak.
Menurut Ratnawati J, Hernawati I R (2015), Jenis-jenis pajak dapat di kelompokkan menjadi tiga, yaitu berdasarkan golongan,berdasarkan sifat dan berdasarkan lembaga pemungutnya.
Untuk menentukan apakah suatu pajak termasuk sebagai pajak langsung dan pajak tidak langsung,dapat dilakukan dengan cara melihat unsur-unsur yang terdapat dalam kewajiban pemenuhan perpajakan. Unsur- unsur tersebut adalah : 1) Penanggung jawab pajak,yaitu orang yang diharuskan melunasi pajak secara formal yuridis. 2) Penanggung pajak, yaitu orang yang pada kenyataannya menanggung beban pajak terlebih dahulu. 3) Pemikul pajak, yaitu orang yang harus dibebani pajak secara undang-undang.
Adapun sistem pemungutan pajak menurut Mardiasmo (2016) adalah official assessment system, self assessment system, witholding
pajak pertambahan nilai akan ditentukan barang dan jasa yang akan dikenakan pajak pertambahan nilai. Pada dasarnya semua barang dan jasa akan dikenakan pajak pertambahan nilai., namun ada barang dan jasa tertentu karena berbagai pertimbangan strategis dikecualikan dari pengenaan pajak pertambahan nilai. Barang dan jasa yang dikenakan pajak pertambahan nilai itu dikenal sebagai barang kena pajak dan jasa kena pajak.setiap transaksi penyerahan barang kena pajak dan atau jasa kena pajak termasuk penjualan barang kena pajak dan jasa kena pajak akan dikenaakan pajak pertambahan nilai. Untuk pertimbangan efisien dan efektifitas penerapan sistem pajak pertambahan nilai, maka orang pribadi dan badan yang melakukan penyerahan barang kena pajak dan jasa kena pajak sama dengan atau dibawah jumlah tertentu (threshold) tidak diwajibkan untuk memungut pajak pertambahan nilai. Sedangkan orang peribadi dan badan yang menyerahkan barang kena pajak dan atau jasa kena pajak di atas jumlah tersebut wajib memungut pajak pertambahan nilai dan biasa dikenal sebagai pengusaha kena pajak.
Pajak pertambahan nilai akan dipungut atas nilai tambah penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang timbul pada setiap tahapan produksi dan distribusi.
Nilai tambah yang menjadi dasar pengenaan pajak pertambaha nilai adalah selisih nilai dari Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang dijual dan yang dibeli pada semua tahapan produksi dan distribusi. Jumlah pajak pertambahan nilai yang terutang sama dengan tarif pajak dikalikan dengan nilai tambah yang timbul pada setiap tahapan produksi dan distribusi tersebut.
Ada beberapa metode yang dapat di gunakan untuk menghitumh jumlah pajak pertambahan nilai yang terutang. GAO (1989), Tamaoka (1994) dan Grinberg (2006) mengemukakan ada 3 metode yang dapat di gunakan untuk menghitung pajak pertambahan nilai yang terutang, yaitu Addition Method, Substraction Method dan Invoice Credit Method. Di antara beberapa metode tersebut, metode yang paling banyak di gunakan oleh negara-negara yang mengaplikasikan pajak pertambahan nilai adalah invoice credit
ACCOUNTING. Vol. 01, No.02, Juni 2020, pp 396-402 399 Penerapan PPN, mengatakan bahwapajak pertambahan nilai merupakan pajak yang dikenakan atas konsumsi di dalam negeri (daerah pabean), baik konsumsi Barang Kena Pajak (BKP) maupun konsumsi Jasa Kena Pajak (JKP). Oleh karena itu, barang yang dikonsumsi diluar daerah pabean atau barang yang diekspor dikenakan pajak yang sama dengan produksi barang dalam negeri.
Menurut Pohan A C (2016) tentang Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983 tentang pajak pertambahan nilai barang dan jasa dan penjualan atas barang mewah yang lebih dikenal dengan UU pajak Pertambahan nilai 1984 merupakan salah satu produk reformasi sistem perpajakan nasional (tax reform) 1983,sebagai pengganti UU nomor 19 tahun 1951 Drt. Jo UU Nomor 35 tahun 1953 tentang pajak penjualan. UU PPN 1984 ini di mulai berlaku pada 1 April 1984.
Menurut Mardiasmo (2018), jasa adalah setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang, fasilitas, kemudahan, atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan jasa petunjuk dari pemesan.
Menurut Undang-Undang No. 42 Tahun 2009 pasal 1 ayat 3 barang yang kena pajak adalah barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak dan barang tidak berwujud yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang (Ilmi H Y, 2016).
Menurut Agoes S dan Trisnawati E (2013) mengatakan pajak yang dipungut ini dinamakan pajak keluaran (output tax). Hal ini sesuai dengan basis akrual yang di gunakan UU PPN no.42 tahun 2009. Pada saat PKP tersebut diatas membeli BKP atau menerima JKP dari PKP lain, juga membayar pajak yang terutang, yang dinamakan pajak masukan (input tax). Pada akhir masa pajak, pajak masukan tersebut dikreditkan dengan pajak keluaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif yakni penulis melakukan riset secara langsung kelokasi penelitian untuk mengetahui gambarkan proses
penerapan perhitungan pajak pertambahan nilai di PT. Arista Jaya, Gowa. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan, yaitu studi pustaka dan dokumentasi dan menganalisis data rekapitulasiperhitungan pajak PPN pada PT. Arista Jaya periode 2017 dengan membandingkan peraturan Perundang undangan.
Penelitian ini di lakukan di kantor PT.
Arista Jaya yang merupakan perusahaan dagang dan pengusaha kena pajak. Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan
Penulis menggunakan data sekunder yang dapat mendukung penelitian yaitu dengan menggunakan data rekapitulasi perhitungan pajak PPN pada PT. Arista Jaya periode 2017 .
Adapun Teknik Pengumpulan data, antara lain studi pustaka, dokumentasi, dan wawancara.
Teknik analisis yang digunakan penulis,a yaitu analisa deskriptif kuantitatif yang menggambarkan karakteristik masalah dengan menggunakan data sejunder kemudian membandingkan teori dengan penerapan PPN yang dilakukan PT. Arista Jaya dan memberikan kesimpulan berdasarkan hasil penelitian tersebut serta memberikan saran- saran.
HASIL DAN PEMBAHASAN PT.Arista Jaya adalah Perusahaan yang bergerak dibidang developer. Developer sebagai pelaku usaha juga dapat diartikan sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang pengadaan perumahan. Jenis Perumahaan dibagi menjadi 2, yaitu perumahan subsidi dan perumahan non subsidi.
Ada beberapa perbedaan yang signifikan antara perumahan subsidi dan non subsidi salah satunya adalah dari segi harga rumah.
Rumah subsidi adalah rumah yang mendapat bantuan dari pemeritah dan harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan rumah non subsidi. Rumah subsidi dibangun untuk masyarakat dengan penghasilan menengah kebawah. Penjualan rumah subsidi dikenakan Pajak Penghasilan (PPH) Final dengan tarif 1% dan berhak atas fasilitas pembebanan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang batasannya di atur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 113/PMK.03/2014.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak yang berkompeten di perusahaan, penulis memperoleh data yakni laporan SPT PPN masa tahun 2017.
Adapun perhitungan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Arista Jaya dengan tarif PPN sebesar 10% dari Dasar Pengenaan Pajak.
Transaksi-transaksi penjualan penyerahan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Data SPT PPN Tahun 2017 Perumahan Riskita Pangkep
No Bulan Jumlah
rumah yang terjual
DPP
Pengenaan Barang Kena Pajak (BKP)
PPN Keluaran
(10%) (Rp.)
PPN Masukan
(10%) (Rp.)
PPN Terutang
1 Januari 1 140.000.000 14.000.000 2.522.727 11.477.237 2 Februari 4 560.000.000 56.000.000 25.000.000 31.000.000
3 Maret - - - - -
4 April 5 760.000.000 76.000.000 40.402.181 35.597.819
5 Mei - - - - -
6 Juni - - - - -
7 Juli - - - - -
8 Agustus 3 460.000.000 46.000.000 20.945.455 25.054.545 9 Septemb
er
- - - - -
10 Oktober - - - - -
11 Novemb er
- - - - -
12 Desemb er
- - - - -
Total 13 1.920.000.00 0
192.000.000 88.870.363 103.129.601
Sumber : Data diolah (2019)
Tabel 2. Jurnal pembayaran PPN PT.Arista Jaya (Perumahan Riskita Pangkep) No Bulan
Debit Kredit
PPN Keluar PPN Masukan
Kas/Bank 1 Januari 14.000.000 2.522.727 11.477.237 2 Februari 56.000.000 25.000.000 31.000.000
3 Maret - - -
4 April 76.000.000 40.402.181 35.597.819
5 Mei - - -
6 Juni - - -
7 Juli
8 Agustus 46.000.000 20.945.455 25.054.545
9 September - - -
10 Oktober - - -
11 November - - -
12 Desember - - -
13 PPN Masa 192.000.000 88.870.363 103.129.601 Sumber : Data diolah (2019)
Berdasarkan jurnal di atas menjelaskan
sebagai berikut: Masa Pajak Januari sebesar Rp. 11.477.237, masa pajak Februari sebesar Rp. 31.000.000, Masa pajak April sebesar Rp.
35.597.819, dan bulan Agustus terjadi kurang bayar sebesar Rp.25.054.545. Dari uraian diatas PT. Arista Jaya menerapkan Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009 tantang “perubahan ketiga atas undang-undang nomor 8 tahun1983 tentang pajak pertambahan nilai barang dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah”.
Untuk menghitung PPN kurang bayar pada setiap masa pajak yaitu Januari- Desember 2017, PT. Arista Jaya membandingkan pajak masukan dan pajak keluaran pada masa pajak yang sama. Jika pajak keluaran lebih besar dari pajak masukan maka selisihnya adalah PPN Kurang bayar dan jika sebaliknya PPN Masukan lebih besar dari PPN keluaran selisihnya adalah PPN lebih bayar, dan terhadap PPN lebih bayar akan di perhitungkan dengan masa pajak berikutnya.
Penyajian PPN pada neraca akhir tahun, yaitu tergantung SPT PPN masa Desember tahun berjalan. Jika PPN kurang bayar maka disajikan sebagai bagian dari kewajiban lancar dan sebaliknya jika PPN lebih bayar maka akan disajikan sebagai bagian dari aktiva lancar
.
Selain perumahan non subsidi, PT.
Arista jaya juga membangun rumah yang bersubsidi. Berdasarkan “Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113/PMK.03/2014 tentang perubahan keempat atas peraturan Menteri Keuangan Nomor 36/PMK.03/2007 tentang batasan rumah sederhana,rumah sangat sederhana,rumah susun sederhana, pondok boro, asrama mahasiswa dan pelajar, serta perumahan lainnya, yang penyerahannya dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai
Selain itu, rumah subsidi harus membayar PPh Final 1% dari harga jual.
Berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2016 tentang pajak penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dan perjanjian pengikatan jual beli atas tanah dan/atau bangunan beserta perubahannya.
ACCOUNTING. Vol. 01, No.02, Juni 2020, pp 396-402 401 Tabel 3. Data PPN dan PPH 2017
Sumber: Data diolah (2019)
PENUTUP
Hasil analisis dan pengamatan yang dilakukan oleh penulis pada PT. Arista Jaya dengan pelaksanaan prosedur PPN, sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan mengenai Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang berlaku yaitu dalam Undang–Undang 42 Tahun 2009 tentang perubahan ketiga atas undang-undang nomor 8 tahun1983 tentang pajak pertambahan nilai barang dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah.
PT. Arista Jaya yang merupakan Badan Usaha Kena Pajak telah melaksanakan kewajiban-kewajibannya yaitu telah melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP, pemungut PPN yang terutang, membuat faktur pajak, melakukan pencatatan atau pembukuan mengenai kegiatan usahanya, melakukan penyetoran PPN yang terutang dalam memberitahukan Masa PPN.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes,S. & Trisnawati,E. (2013). Akuntansi Perpajakan. Edisi Tiga. Jakarta Selatan:
Salemba empat
Ayza, B. (2017). Hukum pajak Indonesia.
Jakarta: Kencana.
Basuki,R,Y. (2017). A-Z Perpajakan mengenal perpajakan. Penerbit: Magic Entertaiment.
Ernawati,D,W. (2018). Perpajakan terapan lanjutan. Malang: Polinema press
Idrus,M. (2017). Analisis Perhitungan Dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (Studi Kasus pada PT. Karsa Utama). E-jurnal.
Fakultas ekonomi, Universitas Pakuan.
Bogor.
Ilmi, H, Y. (2016). Analisis Penerapan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Jen Song Indonesia. Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim. Malang.
Lalujan. (2013). Analisis Penerapan pajak pertambahan nilai pada PT. Agung Utara Sakti. Jurnal Emba. 1 (3) : 140-149.
Fakultas Ekonomi. Jurusan Akuntansi, Universitas Sam Ratulangi. Manado
Lim, A. S. & Indrawati,L. Penerapan Metode Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai Terutang Indonesia. Program Studi Akuntansi Politeknik Ubaya.
Mayndarto, C. Eko. (2017). Evaluasi Perhitungan Dan Penerapan PPN Pada PT.
SAI Global Indonesia. Jurnal Ekonomi,19
(2): 225-226. Fakultas ekonomi, Universitas Tama Jagakarsa. Jakarta Mardiasmo. (2016). Perpajakan. Edisi
Terbaru. Yogyakarta : Penerbit Andi Mardiasmo. (2018). Perpajakan. Yogyakarta:
Penerbit Andi
Pohan, A, C. (2016). Pedoman Lengkap Pajak Pertambahan Nilai. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama .
Pramukti, S, A. & Primaharsya, F. (2015).
Pokok-pokok Hukum Perpajakan.
Yogyakarta: Medpress Digital.
Ratnawati, J. Hernawati, I, R. (2015). Dasar- Dasar Perpajakan. Sleman: Deepublish.
S, Farouq. (2018). Hukum pajak di Indonesia.
Jakarta: Kencana