• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN RESTORATIVE JUSTICE PADA TAHAP PENYIDIKAN DALAM TINDAK PIDANA UJARAN KEBENCIAN (STUDI KASUS POLRESTABES MAKASSAR) - Repository Universitas Hasanuddin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENERAPAN RESTORATIVE JUSTICE PADA TAHAP PENYIDIKAN DALAM TINDAK PIDANA UJARAN KEBENCIAN (STUDI KASUS POLRESTABES MAKASSAR) - Repository Universitas Hasanuddin"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

Judul skripsi ini adalah “Penerapan Restorative Justice pada Tahap Penyidikan Tindak Pidana Ujaran Kebencian (Studi Kasus Polres Makassar).” Penerapan Restorative Justice pada Tahap Penyidikan Tindak Pidana Ujaran Kebencian (Studi Kasus Polres Makassar); (dibimbing oleh Muhammad Said Karim dan Hasbir Paserangi.). Bagaimana prinsip restorative justice diterapkan pada tahap penyidikan tindak pidana ujaran kebencian di Polrestabes Makassar.

Tujuan Penelitian

Apa saja kendala yang dihadapi kepolisian dalam menangani kejahatan ujaran kebencian dengan menerapkan pendekatan restorative justice di Polrestabes Makassar?

Manfaat Penelitian

Selain itu, bagi Polrestabes Kota sendiri diharapkan dapat menjadi rujukan ilmiah dalam menerapkan prinsip restorative justice dalam menangani tindak pidana ujaran kebencian, serta sesuai dengan nilai-nilai yang hidup di masyarakat. .

Orisinalitas Penelitian

  • Penanggulangan Kejahatan Terhadap Penyebaran Informasi Transaksi Elektronik yang Menimbulkan Rasa Kebencian
  • Penerapan Prinsip Restorative Justice Terhadap Pelaku Tindak Pidana Lanjut Usia Dalam Kaitannya Dengan Putusan Pengadilan
  • Kebijakan Formulasi Hukum Pidana Tentang Penanggulangan Tindak Pidana Penyebaran Ujaran Kebencian (Hate Speech) di
  • Tinjauan Umum Tentang Restorative Justice
  • Konsep dan Prinsip Restorative Justice dalam Sistem Peradilan Pidana Peradilan Pidana

Hal ini berbeda dengan penelitian yang akan penulis lakukan karena penelitian tesis penulis membahas tentang upaya penegakan hukum terhadap tindak pidana ujaran kebencian dengan menggunakan prinsip keadilan restoratif. Penerapan asas restorative justice pada pelaku tindak pidana lanjut usia sehubungan dengan putusan pengadilan pidana lama sehubungan dengan putusan Pengadilan Negeri Muara Enim nomor: 72/Pid.Sus/2014/PN.Mre. Hal ini berbeda dengan permasalahan pokok dalam penelitian ini yang membahas dua permasalahan pokok yaitu pertama, bagaimana penerapan prinsip restorative justice pada tahap penyidikan terhadap tindak pidana ujaran kebencian di Polrestabes Makassar.

Hal ini berbeda dengan penelitian yang akan penulis lakukan karena penelitian tesis penulis membahas tentang upaya penegakan hukum terhadap kejahatan ujaran kebencian dengan menggunakan pendekatan prinsip keadilan restoratif. Jadi, dapat diartikan bahwa keadilan restoratif adalah serangkaian proses peradilan yang pada dasarnya bertujuan untuk memulihkan (memulihkan) kerugian yang diderita oleh para korban kejahatan. Keadilan restoratif adalah teori keadilan yang menekankan pada perbaikan kerugian yang disebabkan atau terungkap oleh perilaku kriminal.

Keadilan restoratif adalah pendekatan berbasis nilai untuk menanggapi kesalahan dan konflik dengan fokus yang seimbang pada orang yang dirugikan, orang yang menyebabkan kerugian, dan masyarakat yang terkena dampak. Bagir Manan: Secara umum pengertian restorative justice adalah penataan kembali sistem pidana agar lebih adil, baik bagi pelaku, korban, maupun masyarakat. 13Dvannes, Restorative Justice Briefing Paper-2, Center for Justice & Reconciliation, diterjemahkan oleh Ahmad Firdaus, Jakarta: Sinar Grafa, 2008.

Restorative justice is a values-based approach to responding to wrongdoing and conflict, with a balanced focus on the person harmed, the person causing the harm, and the affected community.

Penyidikan

Pengertian Penyidik

38Elliot dalam Iqbal Kamaluddin dan Barda Nawawi Arief, Kebijakan Perumusan Hukum Pidana Terkait Penanggulangan Kejahatan Ujaran Kebencian di Dunia Maya, Jurnal Reformasi Hukum Volume 15 Nomor 1 Tahun 2019, hal. 39 Dian Junita, 2019, Kajian ujaran kebencian di media sosial, Jurnal Ilmiah KORPUS Volume 2 Nomor 3, Universitas Bengkulu: Bengkulu, hal. Kejahatan yang berkaitan dengan ujaran kebencian dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain melalui kegiatan kampanye, pamflet, spanduk atau banner atau dengan kecanggihan teknologi yang ada, ujaran kebencian dapat dilakukan melalui media sosial atau media elektronik lainnya.40.

Meskipun literatur hukum dan peraturan perundang-undangan di berbagai negara mendefinisikan atau mengkategorikan kejahatan yang dijelaskan di atas dengan cara yang berbeda-beda, namun ujaran kebencian secara umum diartikan sebagai berbagai jenis kejahatan/tindak pidana yang dilakukan terhadap orang/sekelompok orang atau harta bendanya dengan latar belakang/motif. kebencian/prasangka pelaku terhadap korban semata-mata karena korban adalah anggota kelompok tertentu (ras, suku, kebangsaan, agama, disabilitas, orientasi seksual, dll) 42. 40Ferry Irawan Febriansyah, Halda Septiana Purwinarto, 2020, Tanggung jawab pidana bagi pelaku ujaran kebencian di media sosial, Jurnal Penelitian Hukum De Jure, Volume 20 Nomor 2, Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia: Jakarta, hal. Lidya Suryani dalam artikelnya menyimpulkan bahwa pengertian ujaran kebencian adalah ujaran yang mengandung kebencian, bersifat ofensif dan menular serta dimaksudkan untuk menimbulkan dampak tertentu, baik secara langsung (sebenarnya) maupun tidak langsung (berhenti pada niatnya), yaitu untuk menginspirasi orang lain. melakukan kekerasan atau melukai orang atau kelompok lain.43.

SE/06/43Lidya Suryani Widayanti, Ujaran Kebencian: Definisi Batasan dan Larangan, Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI: Informasi Singkat Bidang Hukum Vol X, nomor 06/II/Puslit/Maret/2018, s.

Bentuk Ujaran Kebencian

Oleh karena itu, menyerang kehormatan atau nama baik seseorang merupakan alasan yang cukup untuk menuduh seseorang melakukan penghinaan. Penghujatan; Tindak tutur, sikap atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok atau orang atau lembaga atau organisasi yang berupa provokasi, penghasutan atau penghinaan terhadap orang atau kelompok lain melalui berbagai aspek seperti suku, budaya, adat istiadat, dan agama. Tindakan yang tidak menyenangkan; Perbuatan atau perbuatan sebagaimana dimaksud dalam KUHP pasal 335 ayat .

Menyebarkan berita bohong dan segala tindakan di atas mempunyai maksud atau bias yang berdampak pada tindakan diskriminasi, kekerasan, hilangnya nyawa dan/atau konflik sosial.” Soesilo menyebarkan berita bohong yaitu menyiarkan berita atau berita yang ternyata berita yang disiarkan adalah berita bohong. Yang dianggap sebagai berita bohong bukan hanya sekedar pemberitaan yang kosong, namun juga pemberitaan palsu mengenai suatu peristiwa.

Aspek Ujaran Kebencian

Dalam kaitan ini, mencari dukungan umum, dengan cara menghasut kekerasan, diskriminasi atau permusuhan, sehingga timbul konflik sosial antar aliran agama. Dalam aspek ini, menghasut kebencian atau mengungkapkan permusuhan terhadap keyakinan/keyakinan orang lain, sehingga menimbulkan diskriminasi antar masyarakat. Ras adalah pengelompokan orang ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan ciri-ciri fisik, keturunan, genetik atau hubungan sosial, atau hubungan antara mereka dengan kelompok lain.47 Dalam aspek ini, hasutan kebencian atau ekspresi permusuhan terhadap ras yang mengakibatkan penarikan diri dan pengurangan pengakuan atau penerapan hak asasi manusia.

Adanya perbedaan pandangan atau tindakan antar kelompok berdasarkan perasaan identitas yang berkaitan dengan asal usul, agama, kebangsaan atau suku dan golongan, dalam hal ini menimbulkan kebencian, menghasut masyarakat untuk melakukan kekerasan, diskriminasi atau permusuhan antar kelompok. 48 Gusti Ayu Made Gita Purnamasari, Komang Pradnyana Sudibya, Tinjauan Hukum Tentang Peraturan dan Pertanggungjawaban Pidana Tindak Pidana Kebencian di Media Sosial, Fakultas Hukum Universitas Udayana. Pada hakikatnya pelaku kejahatan dapat dimintai pertanggungjawaban pidana, yang harus memenuhi 4 unsur syarat berikut50.

Bentuk pertanggungjawaban pidana bagi pelaku tindak pidana ujaran kebencian di media sosial didasarkan pada asas lex specialis derogat legi generali mengacu pada ketentuan Pasal 28(2)(jis). Pertanggungjawaban pidana bagi orang yang terbukti memenuhi unsur tindak pidana Pasal 28(2) ITE berdasarkan Pasal 45A(2) ITE adalah pidana penjara paling lama enam tahun dan/atau denda paling banyak Rp satu miliar rupiah) 52.

Landasan Teori

Teori Perlindungan Hukum

Tujuan: menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan terhadap individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Hak Asasi Manusia (HAM) dirugikan oleh orang lain dan perlindungan ini diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati seluruh hak yang diberikan undang-undang.54. Kepentingan umum yang terpenting meliputi (1) kepentingan negara sebagai badan hukum dalam menjaga kepribadian dan substansinya, dan (2) kepentingan negara sebagai penjaga kepentingan masyarakat.

Di antara kepentingan-kepentingan tersebut ada yang dapat selaras dengan kepentingan lain, namun ada juga kepentingan yang menimbulkan konflik dengan kepentingan lain. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Achmad Ali berpendapat bahwa penegakan hukum ada dua macam, yaitu sebagai berikut: 57. Hadjon, Perlindungan hukum adalah upaya hukum untuk mengatasi pelanggaran, yang terdiri dari dua jenis, yaitu: 58.

Perlindungan hukum preventif, yaitu perlindungan hukum yang diciptakan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya perselisihan. Perlindungan hukum preventif adalah perlindungan hukum yang bersifat preventif. Perlindungan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengajukan keberatan terhadap pendapatnya sebelum keputusan pemerintah diambil secara pasti. Oleh karena itu perlindungan hukum ini bertujuan untuk mencegah terjadinya perselisihan dan mempunyai arti yang sangat besar bagi tindakan pemerintah yang berdasarkan kebebasan. bertindak. Sedangkan perlindungan hukum yang represif berfungsi untuk menyelesaikan perselisihan jika terjadi perselisihan. Dengan demikian, perlindungan hukum merupakan hasil bekerjanya teori tujuan hukum, yaitu keadilan, kemaslahatan, dan kepastian hukum dalam upaya memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Teori Sistem Hukum

Dalam suatu sistem, termasuk hukum sebagai suatu sistem, tidak ada keinginan untuk terjadi konflik atau tumpang tindih antar sub sistem hukum, dan jika terjadi konflik atau tumpang tindih antar sub sistem hukum, maka konflik tersebut tidak diperbolehkan dan sistem hukum yang ada sudah baik. memberikan sarana sebagai solusi. Sistem ini mempengaruhi sistem hukum di Indonesia. Salah satu pengaruhnya adalah adanya asas legalitas dalam konstitusi. Menurut Fuller, semua asas di atas, selain sebagai syarat suatu sistem hukum, juga memberikan klasifikasi sistem hukum yang mengandung moralitas tertentu.

Oleh karena itu, sistem hukum harus memuat peraturan-peraturan yang tidak bersifat ad hoc dan harus diumumkan. Selain itu, dalam suatu sistem hukum tidak boleh ada kebiasaan mengubah peraturan yang mengakibatkan hilangnya orientasi, dan harus selalu ada kesesuaian antara peraturan yang dikeluarkan dengan pelaksanaannya sehari-hari. Mochammad Koesnoe menyatakan bahwa cita-cita hukum dan asas-asas hukum merupakan perekat berbagai kaidah hukum positif yang ada, yang selanjutnya membentuk suatu sistem hukum.62 Bruggink juga menyatakan bahwa tatanan hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat pada hakikatnya merupakan perwujudan dari cita-cita hukum yang dianut dalam suatu masyarakat. . masyarakat yang bersangkutan dalam serangkaian kaidah hukum positif yang berbeda-beda.

Untuk memahami sistem hukum secara lebih mendalam, kita perlu melihat unsur-unsur yang terdapat dalam sistem hukum. Tanpa budaya hukum, sistem hukum itu sendiri tidak akan berdaya, seperti ikan mati yang tergeletak di keranjang, tidak seperti ikan hidup yang berenang di laut.65.

Kerangka Pikir

Perumpamaan di atas menekankan bahwa hakim sebagai penegak hukum melalui lembaga peradilan harus berperan sebagai penafsir yang baik atas ketentuan-ketentuan hukum yang mati dengan memberikan substansi dan semangat yang sesuai dengan rasa keadilan anggota masyarakat. Pernyataan di atas menunjukkan bahwa penegakan hukum melalui lembaga peradilan pada umumnya melihat pada penegakan peraturan perundang-undangan, khususnya bagi hakim dan praktisi hukum lainnya. Untuk membahas dan menganalisis kedua pokok bahasan di atas digunakan beberapa indikator yaitu teori perlindungan hukum, asas dan asas pemidanaan, serta teori sistem hukum yang terdiri dari tiga komponen yaitu struktur hukum, substansi hukum dan budaya hukum.

Hal ini dilakukan untuk mencapai penegakan hukum yang progresif dalam menangani kasus ujaran kebencian.

Referensi

Dokumen terkait

The agreement itself under Article 1313 of the Civil Code/ BW is “an act by which one or more persons commit themselves to one or more others.”Employment Agreement under Article 14 of