• Tidak ada hasil yang ditemukan

penerapan strategi generative learning terhadap

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "penerapan strategi generative learning terhadap"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN STRATEGI GENERATIVE LEARNING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS

XI IPA SMAN 2 SAWAHLUNTO TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Rio Febrizal1, Sefna Rismen2, Zulfitri Aima2

1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat

2 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI SumateraBarat [email protected]

ABSTRACT

The research was distributed by the students understanding is still low and the lack of activeness of students in the learning process. This research aimed to find out whether the concept of understanding the students taught using Generative Learning Strategy better than the understanding of students taught with the use conventional learning. This type of research is an experiment with a random draft againts the subject. The population of this research is the grade XI IPA SMAN 2 Sawahlunto Years lessons 2016/2017. Sample research is the class XI IPA2 as class experiments and class XI IPA1 as class control. Research instrument that is the ultimate test of essay that shape reliability with = 0,8. Final test data analysis techniques using the t test of one party. Hypothesis test results obtained

= 1,78 more than = 0,63, So hypothesis was accepted. It is concluded that the mathematical concept understanding students taught using Generative learning Strategy better than the understanding of mathematical cocept that students are taught with the conventional learning at class XI IPA SMAN 2 Sawahlunto.

Keywords : Mathematical Concept Understanding, Generative Learning

PENDAHULUAN

Matematika dianggap sebagai sarana atau alat yang ampuh dalam menyelesaikan permasalahan manusia. Guru diharapkan mampu mendidik dan melatih siswa untuk dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Kenyataan yang di- temukan di SMAN 2 Sawahlunto

menunjukkan pembelajaran mate- matika belum berhasil meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa, masih banyak nilai matematika siswa yang berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 77. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman konsep matematis siswa SMAN 2 Sawahlunto masih rendah. Hasil observasi yang dilakukan pada

(2)

tanggal 13 s/d 30 April 2016 di SMAN 2 Sawahlunto kelas X, siswa mengalami kesulitan dalam meng- aplikasikan konsep ke soal-soal yang diberikan, sehingga sedikit siswa yang dapat menyelesaikan soal, sementara siswa lain mencontoh jawaban temannya yang lebih pintar.

Hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa siswa diperoleh informasi bahwa selama ini siswa menganggap matematika adalah pelajaran yang sulit, siswa juga mengatakan pembelajaran mate- matika juga sangat menegangkan.

Salah satu usaha untuk mengatasi masalah di atas, diperlukan usaha untuk merangsang keaktifan siswa.

Salah satunya dengan menerapkan strategi Generative Learning . Wena (2010: 183) menyatakan bahwa dengan menghubungkan pengetahu- an awal yang telah dimiliki sebelumnya dengan konsep yang dipelajari, akhirnya siswa dapat mengkontruksi pengetahuannya yang baru, melalui strategi tersebut, diharapkan siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran sehingga memiliki kemampuan serta keterampilan untuk membangun

kemampuannya sendiri. Sintaks pembelajaran pada strategi Generative Learning meliputi tahap eksplorasi, pemfokusan, tantangan dan aplikasi. Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arif Rahman Hakim (2014) dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Generatif Terhadap Kemampuan Pemecahan masalah Matematika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran generatif terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika. R. Yuliarti (2016) menyimpulkan bahwa penerapan strategi generative learning bercbantuan scientist’s card dapat meningkatkan self efficacy dan hasil belajar ranah kognitif siswa kelas VIII SMP.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pemahaman konsep matematis siswa kelas XI IPA SMAN 2 Sawahlunto yang diajar dengan menggunakan strategi Generative Learning lebih baik daripada pemahaman konsep matematis siswa yang diajar dengan

(3)

menggunakan pembelajaran kon- vensional.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan rancangan penelitian random terhadap subjek. Penelitian ini dilaksanakan tanggal 07 Februari sampai 01 Maret 2017 di SMAN 2 Sawahlunto. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah secara acak.

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis dengan uji- t satu pihak dengan taraf nyata

. Sebelum menganalisis data hasil penelitian terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas kemudian uji hipotesis dengan uji-t satu pihak (Sudjana, 2005: 239). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes akhir pemahaman konsep yang berbentuk essay. Penskoran untuk tes akhir menggunakan Rubrik Analitik skala 2 ( Iryanti, 2004:18).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis diperoleh rata- rata, simpangan baku, nilai tertinggi dan terendah dari masing-masing kelas diperoleh data seperti Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Tes Akhir Kelas Sampel

Hasil pengujian hipotesis dari tes akhir diatas dilakukan dengan uji-t satu pihak dengan taraf nyata diperoleh lebih besar dari pada . Hal ini menunjukkan pemahaman konsep matematis siswa dengan menggunakan strategi Generative Learning lebih baik daripada pemahaman konsep matematis siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

Proses pembelajaran pada kelas sample sesuai dengan tahap- tahap pelaksanaan Generative Learning. Pada tahap eksplorasi, siswa dilatih untuk merumuskan hipotesis atas masalah yang ada pada lembar kerja yang diberikan. Hal ini dapat mengeksplor pengetahuan awal yang dimiliki oleh siswa dan juga dapat membuat siswa selalu meng- ingat materi yang telah dipelajari, seperti contoh berikut:

Kelas Sampel S Xmaks Xmin Eksperimen 80,6 12,83 100 46,30

Kontrol 73,19 15,81 92,60 42,60

(4)

Berdasarkan contoh tersebut terlihat siswa sudah bisa meng- eksplor pengetahuan awalnya untuk menulis hipotesis pada lembar kerja.

Pada tahap pemfokusan, siswa dilatih untuk membangun konsepnya sendiri melalui kegiatan pengujian hipotesis. Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk kelompok yang terdiri atas siswa yang berkemampuan tinggi dan rendah, seperti contoh berikut:

Berdasarkan contoh tersebut terlihat bahwa siswa sudah bisa melatih dirinya sendiri untuk membangun pengetahuannya.

Pada tahap tantangan, siswa melakukan diskusi kelas untuk menyampaikan pendapatnya.

Menyelesaikan masalah dan

menyampaikan hasil pengujian di depan kelas membuat siswa lebih memahami materi daripada sekedar terlibat dalam kerja kelompok. Hal ini juga akan membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.

Pada tahap aplikasi, siswa mengerjakan latihan-latihan soal yang diberikan guru. Siswa dilatih untuk menerapkan konsep yang telah diperolehnya ke dalam berbagai bentuk soal. Hal ini dapat membuat pemahaman konsep siswa akan meningkat.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pemahaman konsep matematis siswa kelas eksperimen lebih baik daripada pemahaman konsep siswa kelas kontrol, berikut contoh jawaban tes akhir kelas eksperimen dan kontrol.

Gambar 1. Hasil tes akhir siswa ke- mampuan tinggi kelas eksperimen.

Pada Gambar 1 terlihat bahwa siswa berkemampuan tinggi kelas

(5)

eksperimen telah mampu menyatakan ulang konsep fungsi komposisi dari beberapa fungsi dan telah mampu mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah dengan menuliskan jawaban dengan benar.

Gambar 2. Hasil tes akhir siswa ke- mampuan tinggi kelas kontrol

Pada Gambar 2 terlihat bahwa siswa berkemampuan tinggi pada kelas kontrol sudah dapat menyatakan ulang sebuah konsep fungsi komposisi dari beberapa fungsi dan mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah dengan benar.

Gambar 3. Hasil tes akhir siswa ke- mampuan sedang kelas eksperimen

Pada Gambar 3 terlihat bahwa siswa berkemampuan sedang pada kelas eksperimen telah telah benar

dalam menyatakan konsep komponen komposisi pembentuk fungsi dan mengaplikasikan konsep atau algoritma kepemecahan masalah yang diinginkan.

Gambar 4. Hasil tes akhir siswa ke- mampuan sedang kelas kontrol

Pada Gambar 4 terlihat bahwa siswa sudah dapat menyatakan ulang konsep menentukan komposisi pem- bentuk fungsi dengan sempurna tetapi masih keliru dalam meng- aplikasikan konsep atau algoritma kepemecahan masalah.

Gambar 5. Hasil tes akhir siswa ke- mampuan rendah kelas eksperimen

Pada Gambar 5 terlihat bahwa siswa berkemampuan rendah pada kelas eksperimen telah mampu menyatakan sebuah konsep meski ada sedikit kesalahan menuliskan jawaban dengan benar dan juga ada

(6)

yang belum sempurna dalam operasi aljabar.

Gambar 6. Hasil tes akhir siswa ke- mampuan rendah kelas kontrol

Gambar 6 memperlihatkan bahwa siswa berkemampuan rendah pada kelas kontrol belum mampu mengaplikasikan konsep atau algoritma kepemecahan masalah dengan benar.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep siswa yang diajar dengan strategi Generative Learning lebih baik daripada pemahaman konsep matematis siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional.

DAFTAR PUSTAKA Wena, Made. 2010. Strategi

Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.

Hakim, Arif Rahman. 2014.

Pengaruh Model Pembelajar- an Generatif Terhadap

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. Jurnal Formatif. 4(3). Hlm. 196-207

Sudjana. (2005). Metoda Statistik.

Bandung: Tarsito.

Iryanti, Puji. 2007. Penilaian unjuk kerja. Yogyakarta :

Depdiknas.

Yuliarti, R. 2016. Penerapan Strategi Generative Learning berbantuan Scientist’s Card untuk meningkatkan self efficacy siswa kelas VIII SMP. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia.

12(1)(2016). Hlm. 26-32.

Referensi

Dokumen terkait

Maka dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol, maka dari itu dinyatakan berpengaruh model kooperatif tipe match a match pada hasil belajar siswa