KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
Jalan Prof Dr. G.A. Siwabessy, Kampus UI, Depok 16425 Telepon (021) 7270036, Hunting, Fasimile (021) 7270034 Laman :http://www.pnj.ac.id Surel : [email protected]
FORM PENGAJUAN DOSEN PEMBIMBING TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK
Nama Mahasiswa :Andre Halomoan Sitorus
NIM :1902421021
Judul Tugas Akhir :ANALISA PERANCANGAN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) ATAP ON GRID PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
Dosen Pembimbing Utama :
Dosen Pembimbing Pengganti :
Depok, 28 Februari 2023 Pemohon
Andre Halomoan Sitorus NIM. 1902421021
1. Cecep Slamet Abadi, M.T.
1. Dr. Tatun Hayatun Nufus, M.Si.
2. Ir. Benhur Nainggolan, M.T.
2. P. Jannus, S.T., M.T.
i
PROPOSAL SKRIPSI
ANALISA PERANCANGAN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) ATAP ON GRID PADA GEDUNG
PERPUSTAKAAN POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
Pengusul:
Andre Halomoan Sitorus NIM. 1902421021
PROGRAM STUDI PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
2023
ii Lampiran 1a LEMBAR PERSETUJUAN
CALON PEMBIMBING SKRIPSI
Program Studi : Sarjana Terapan Pembangkit Tenaga Listrik Konsentrasi : -
1. Judul Skripsi/Skripsi : Analisa Perancangan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap On-Grid pada Gedung Perpustakaan Politeknik Negeri Jakarta
2. Bidang Kegiatan : Perancangan 3. Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Andre Halomoan Sitorus
b. NIM : 1902421021
4. Usulan Calon Pembimbing
1. Nama Lengkap : Dr. Tatun Hayatun Nufus, M.Si.
NIP/NIK : 196604161995122001
Spesifikasi : Energi Terbarukan Institusi : Politeknik Negeri Jakarta 2. Nama Lengkap : Ir. Benhur Nainggolan, M.T.
NIP/NIK : 196106251990031003
Spesifikasi : Distribusi dan Transmisi Energi Institusi : Politeknik Negeri Jakarta 5. Jangka Waktu Pelaksanaan : 4 bulan
6. Perkiraan Biaya/ Sumber : Mandiri Depok, … Maret 2023
Nama Pengusul Tanda Tangan :
Andre Halomoan Sitorus
NIM. 1902421021 ….
Calon Pembimbing Tanda Tangan : 1. Dr. Tatun Hayatun Nufus, M.Si.
NIP. 196604161995122001 …
2. Ir. Benhur Nainggolan, M.T.
NIP. 196106251990031003 …
iii
Saran untuk Pengusul : Depok, … Maret 2023
Ketua Panitia TA
….
NIP.
Lampiran 1b PENILAIAN PROPOSAL TUGAS SKRIPSI
JURUSAN TEKNIK MESIN
JUDUL : ANALISA PERANCANGAN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) ATAP ON-GRID PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
KRITERIA PENILAIAN SKRIPSI
NO. KRITERIA INDIKATOR PENILAIAN
BOBOT SKOR NILAI
1. Orientasi Permasalahan dan Pustaka
a) Latar Belakang b) Tujuan
c) Perumusan Masalah
d) Tinjauan Pustaka
25
2. Pola
Penyelesaian Masalah
e) Metode Penyelesaian Masalah
25
3. Manfaat Hasil f) Proyeksi Aplikasi Hasil
g) Pengembangan di Masyarakat
25
4. Fisibilitas Sumber Daya
h) Jadwal Pelaksanaan i) Personalia j) Biaya
15
5. Kebahasaan k) Bahasa Proposal l) Daftar Pustaka
(keserasian, substansi, dan kemutakhiran)
10
NILAI TOTAL
1) Masing-masing kriteria diberi skor 1,2,4, dan 5 (1=sangat kurang, 2=kurang, 4=baik, 5=sangat baik) yang mencerminkan skor seluruh butir yang dinilai dalam
2) Nilai = Skor x Bobot; Nilai Total = N1+N2+N3+N4+N5
3) HasilPenilaian: Nilai Total ≥ 400 ( Diterima ); Nilai Total < 400 (Ditolak)
iv DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN CALON PEMBIMBING SKRIPSI ... ii
PENILAIAN PROPOSAL TUGAS SKRIPSI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
RINGKASAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Pertanyaan Penelitian ... 3
1.4 Batasan Masalah Penelitian... 4
1.5 Tujuan Penelitian ... 4
1.6 Manfaat Penulisan ... 4
1.7 Sistematika Penulisan... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Landasan Teori ... 6
2.1.1 Efek Fotovoltaik ... 6
2.1.2 Sistem Pembangkit Tenaga Listrik ... 7
2.1.3 Komponen Utama Sistem PLTS ... 10
2.1.4 Komponen Pendukung Sistem PLTS ... 15
2.1.5 Dasar Perhitungan Kelistrikan ... 22
2.1.6 Aspek Tekno-Ekonomi ... 23
2.1.7 Carbon Saving ... 24
2.2 Kajian Literatur ... 25
2.3 Kerangka Pemikiran ... 30
BAB III METOLOGI PENELITIAN ... 32
3.1 Jenis Penelitian ... 32
3.2 Objek Penelitian ... 32
3.3 Metode Pengambilan Sampel ... 32
3.4 Jenis dan Sumber Data Penelitian ... 33
v
3.5 Metode Analisa Data ... 33
BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN ... 37
4.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 37
4.2 Anggaran Biaya Kegiatan Penelitian ... 37
DAFTAR PUSTAKA ... 38
vi DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Perbandingan Efisiensi Teknologi Sel Surya ... 12 Tabel IV.1 Tabel Jadwal dan Kegiatan ... 37
vii DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Efek Fotovoltaik ... 6
Gambar II.2 Sistem PLTS On-Grid ... 8
Gambar II.3 Sistem PLTS Off-grid ... 9
Gambar II.4 Sistem Pembangkit Listrik Hybrid ... 9
Gambar II.5 Susunan Sel Surya Hingga Menjadi Panel Surya ... 10
Gambar II.6 Jenis-Jenis Sel Surya ... 11
Gambar II.7 I-V Curve Modul Surya ... 12
Gambar II.8 Inverter On-Grid Produksi Growatt ... 14
Gambar II.9 Metode Penggunaan Mounting untuk Tiap Jenis Atap ... 15
Gambar II.10 Jenis-Jenis Mounting Atap Miring ... 16
Gambar II.11 Jenis-Jenis Mounting Atap Datar dan Tanah ... 17
Gambar II.12 Jenis-Jenis Kabel Penghantar ... 17
Gambar II.13 MCB dan MCCB ... 18
Gambar II.14 Surge Arrester Merk Schneider ... 19
Gambar II.15 Jenis-Jenis Pemasangan Grounding... 21
Gambar II.16 kWh Exim PLN ... 22
Gambar II.17 Kerangka Pemikiran ... 30
Gambar III.1 Gedung Perpustakaan Politeknik Negeri Jakarta ... 32
Gambar III.2 Diagram Metode Analisa Data ... 34
viii DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1a ... ii Lampiran 1b ... iii Lampiran 1c ... 40
ix RINGKASAN
Energi telah menjadi peran penting dalam kehidupan manusia sejak dahulu kala.
Akibat perkembangan zaman yang semakin modern, saat ini energi listrik merupakan salah satu energi yang banyak digunakan manusia untuk mendukung aktivitasnya. Gedung Perpustakaan Politeknik Negeri Jakarta merupakan salah satu fasilitas kampus Politeknik Negeri Jakarta dalam meningkatkan kualitas mahasiswa dan SDM. Sebagai fasilitas umum, Gedung Perpustakaan Politeknik Negeri Jakarta tentu saja membutuhkan energi listrik yang cukup besar untuk operasionalnya.
Sebagai salah satu opsi penghematan, sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) On-Grid pada Atap Gedung Perpustakaan Politeknik Negeri Jakarta dapat dijadikan sebagai energi alternatif yang dapat memberikan berbagai keuntungan.
Dengan adanya, kegiatan Analisa Perancangan Sistem PLTS ini dapat memberikan informasi mengenai potensi, keuntungan ekonomis (aspek tekno-ekonomi), dan penghematan karbon (carbon saving) yang dihasilkan dari sistem PLTS Atap On- grid.
Kata Kunci : Pembangkit Listrik Tenaga Surya, On-Grid, Tekno-Ekonomi, Carbon Saving
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Energi telah menjadi peran penting dalam kehidupan manusia sejak dahulu kala.
Pemanfaatan hewan atau alat untuk mengolah ladang, membakar kayu obor untuk penerangan, dan pemanfaatan angin untuk navigasi merupakan contoh kecil untuk itu. merupakan contoh kecil untuk itu. Dilihat dari penggunaanya, energi dapat dibagi menjadi dua, energi primer dan energi sekunder. Energi primer adalah energi yang digunakan langsung seperti minyak bumi untuk pembakaran di sepeda motor, gas dan batu-bara untuk pembakaran pada industri. Sementara, energi sekunder adalah energi yang diproses dahulu sebelum digunakan. Energi listrik merupakan salah satu jenis energi sekunder karena merupakan hasil dari proses konversi energi primer pada pembangkit listrik.
Saat ini energi listrik merupakan salah satu energi yang banyak digunakan manusia untuk mendukung aktivitasnya. Era Industry 4.0 dan Society 5.0 ini menuntuk manusia untuk bisa mengikuti zaman. Hal ini juga mengakibatkan peningkatan dalam penggunaan energi listrik. Di Indonesia sendiri, terjadi peningkatan konsumsi listrik per kapita pada 2021 yang mencapai 1.123 kWh dibandingkan 1.089 kWh pada 2020 (KESDM, 2022).
Untuk memenuhi kebutuhan listrik tersebut, berdasarkan sumber dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM), Indonesia memiliki kapasitas pembangkit sebesar 81,2 gigawatt (GW). Bersumber dari perkataan Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan bauran energi primer di Indonesia masih didominasi oleh batu bara yaitu 67,21% di tahun 2022. Sementara 15,96% gas, dan 2,7% dari BBM, menyisakan kapasitas pembangkit berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) hanya sebesar 14,11%.
Kondisi tersebut masih menggambarkan jauhnya Indonesia dari komitmen Net Zero Emission pada 2060 dan komitmen bauran Energi Baru Terbarukan sebesar 23%
pada 2025. Maka dengan ini dibutuhkan campur tangan dan kesadaran seluruh masyarakat Indonesia untuk menggenapi komitmen-komitmen tersebut.
2 Gedung Perpustakaan Politeknik Negeri Jakarta merupakan salah satu fasilitas kampus Politeknik Negeri Jakarta dalam meningkatkan kualitas mahasiswa dan SDM. Gedung yang diresmikan pada Juli 2020 ini memiliki fasilitas yang lengkap antara lain perpustakaan, ruang serbaguna, dan juga aula besar yang dapat digunakan oleh civitas PNJ dan juga umum. Gedung Perpustakaan Politeknik Negeri Jakarta sebagai fasilitas umum tentu saja membutuhkan energi listrik yang cukup besar untuk kegiatan operasionalnya. Beban listrik ini antara lain digunakan untuk penerangan, pendingin ruangan, lift, komputer, dan juga peralatan listrik lainya. Kebutuhan listrik ini juga kemungkiinan akan naik seiring dengan perkembangan fasilitas kampus. Kebutuhan listrik Gedung Perpustakaan Politeknik Negeri Jakarta ini disupply dari langganan jaringan listrik PLN dan juga generator set (genset) untuk keperluan backup pada saat jaringan PLN mati. Ditengah kecemasan akan naiknya tarif listrik dan juga untuk mendukung komitmen pemerintah terhadap bauran energi baru terbarukan (EBT), saat ini, sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) banyak digunakan.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) adalah suatu sistem pembangkit yang mengonversi energi cahaya matahari menjadi energi listrik yang dapat digunakan melalui proses photovoltaic. Selain potensi matahari di Indonesia yang sangat baik karena terletak di garis khatulistiwa, sistem PLTS dapat memberikan dampak positif yang signifikan dalam jangka panjang bagi penggunanya karena tidak memerlukan bahan-bakar, terjangkau, dan minim perawatan.
Sesuai dengan peraturan ESDM terbaru yaitu Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 26 Tahun 2021 PLTS Atap yang Terhubung pada Jaringan Tenaga Listrik Pemegang IUPTL untuk Kepentingan Umum dan didiukungnya interkoneksi sistem PLTS dengan menggunakan Net Mettering, maka opsi penggunaan PLTS yang terhubung dengan jaringan ini sangat menarik karena dapat menghemat tagihan listrik setiap bulanya.
Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk melakukan analisa perancangan sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya On-Grid pada Gedung Perpustakaan Politeknik Negeri Jakarta sebagai energi alternatif yang gratis untuk mengurangi
3 tagihan listrik PLN dan sebagai salah satu komitmen mendukung pemerintah dalam penggunaan energi baru terbarukan (EBT) dari Politeknik Negeri Jakarta.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam melakukan penilitian ini, terdapat rumusan masalah yang akan dijawab dalam hasil penelitian ini. Dibawah ini merupakan rumusan masalah penilitan:
1. Seberapa besar potensi kapasitas Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap On-Grid pada Gedung Perpustakaan Politeknik Negeri Jakarta?
2. Bagaimanakah hasil perancangan sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap On-Grid yang optimal serta sistem proteksi kelistrikanya?
3. Bagaimana hasil perhitungan aspek tekno-ekonomi pada hasil analisa perancangan sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap pada Gedung Perpustakaan Politeknik Negeri Jakarta?
4. Seberapa besar Carbon Saving yang didapat ketika melakukan pemasangan sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya pada Gedung Perpustakaan Politeknik Negeri Jakarta?
1.3 Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian merupakan pertanyaan eksplisit tentang sesuatu yang ingin diketahui oleh peneliti. Pertanyaan penelitian dirumuskan dari pokok permasalahan yang hendak diteliti. Dibawah ini merupakan pertanyaan penelitian : 1. Apakah ada dan seberapa besar potensi sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) On-grid pada atap gedung Perpustakaan Politeknik Negeri Jakarta?
2. Apakah ada dan seberapa besar keuntungan secara ekonomi dari dampak pemasangan sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap On-grid pada gedung Perpustakaan Politeknik Negeri Jakarta?
3. Apakah ada dan seberapa besar penghematan karbon (carbon saving) dari dampak pemasangan sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap On-grid pada gedung Perpustakaan Politeknik Negeri Jakarta?
4 1.4 Batasan Masalah Penelitian
Batasan masalah penelitian merupakan batas-batas sebuah topik penelitian yang sedang dikaji dan diteliti. Dibawah ini merupakan batasan masalah penelitian:
1. Objek yang diteliti merupakan Gedung Perpustakaan Politeknik Negeri Jakarta.
2. Letak penempatan modul surya berada di atap Gedung Perpustakaan Politeknik Negeri Jakarta.
3. Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya berjenis On-Grid.
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari analisa perancangan ini adalah sebagai berikut :
1 Merancang perancangan sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap On-Grid pada Gedung Perpustakaan Politeknik Negeri Jakarta sesuai dengan potensi dan juga aturan yang berlaku.
2 Melakukan simulasi sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap On-Grid pada Gedung Perpustakaan Politeknik Negeri Jakarta menggunakan aplikasi PVSyst 7.2.11 untuk melihat efisiensi sistem dan simulasi hasil produksi sistem PLTS tersebut.
3 Menghitung aspek tekno-ekonomi dari pemasangan sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap On-Grid pada Gedung Perpustakaan Politeknik Negeri Jakarta.
1.6 Manfaat Penulisan 1. Bagi Pelaksana Skripsi
Mengetahui dan memperdalam ilmu dalam perancangan sistem pembangkit listrik tenaga surya on-grid yang optimal dan aman bagi sistem kelistrikan serta menguntungkan dalam aspek ekonomi.
5 2. Bagi Politeknik Negeri Jakarta
Sebagai bahan rekomendasi dan pengetahuan akan potensi dan keuntungan dari pemasangan sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya On-Grid pada Gedung Perpustakaan Politeknik Negeri Jakarta
1.7 Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam memahami proposal skripsi ini, berikut sistematika penulisannya.
a. BAB I Pendahuluan
Menguraikan latar belakang pemilihan topik, perumusan masalah, tujuan umum dan khusus, ruang lingkup penelitian dan pembatasan masalah, lokasi objek skripsi, garis besar metode penyelesaian masalah, manfaat yang akan didapat, dan sistematika penulisan keseluruhan skripsi.
b. BAB II Tinjauan Pustaka
Memaparkan rangkuman kritis atas pustaka yang menunjang penyusunan/
penelitian, meliputi pembahasan tentang topik yang akan dikaji lebih lanjut dalam skirpsi.
c. Bab III Metodologi
Menguraikan tentang metodologi, yaitu metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah/ penelitian, meliputi diagram alur penelitian, pembuatan jadwal kegiatan (observasi data, pemilihan komponen, serta energi yang di dapat), serta metode penentuan dan perhitungan PLTS.
d. Bab IV Biaya dan Jadwal Kegiatan
Bab ini menguraikan anggaran untuk mengerjakan tugas akhir atau skripsi dan jadwal kegiatan untuk menyelesaikannya.
e. Bagian Akhir Proposal Terdiri dari
- Daftar Pustaka - Lampiran
- Daftar Riwayat Hidup Penulis
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Efek Fotovoltaik
Gambar II.1 Efek Fotovoltaik Sumber : Buku Pegangan PLTS (2020)
Sistem PV memanfaatkan energi matahari dengan mengubahnya menjadi listrik melalui efek fotolistrik. Ini terjadi ketika foton yang masuk berinteraksi dengan permukaan konduktif, seperti sel silikon atau film logam, dan elektron dalam material menjadi tereksitasi dan melompat dari satu lapisan konduktif ke lapisan lainnya, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1. [1]
Pada sel surya silikon terdapat semikonduktor tipe-p atau tipe-n. Dengan men-doping semikonduktor, yaitu menambahkan sejumlah kecil unsur lain seperti boron atau fosfor ke struktur kristal silikon, terbentuk semikonduktor, masing- masing tipe-p atau n. Dengan demikian terdapat jumlah elektron dan lubang berlebih di dalam bahan, yang meningkatkan konduktivitasnya. Semikonduktor dengan doping tipe-p memiliki lebih banyak lubang (dan oleh karena itu bermuatan positif bersih), dan semikonduktor dengan doping tipe-n memiliki lebih banyak elektron (dan karena itu bermuatan negatif bersih). Dengan menyatukan bahan bermuatan negatif dan positif, timbullah suatu p-n junction, medan listrik di dalam
7 semikonduktor. Medan listrik ini berfungsi untuk memisahkan elektron dan lubang secara paksa, yang memungkinkan untuk penyaluran terarah dari arus listrik yang dihasilkan di dalam sel surya. Listrik DC ini diarahkan ke elektroda logam di kedua sisi sel surya dan dikirim ke kontak keluaran, di mana arus listrik ini dapat dikonsumsi dalam beban listrik. [2]
Pada gambar 2.7, eksitasi elektron dan pergerakannya dari lapisan-p ke lapisan-n menghasilkan perbedaan tegangan pada rangkaian listrik, menyebabkan elektron mengalir melalui sisa rangkaian untuk mempertahankan keseimbangan muatan. Sistem dirancang sedemikian rupa sehingga terdapat beban listrik di sirkuit eksternal, yang memungkinkan aliran arus melakukan fungsi yang berguna. Dengan kata lain, perilaku elektron dalam sel surya menciptakan tegangan yang dapat dimanfaatkan. [1]
2.1.2 Sistem Pembangkit Tenaga Listrik
Berdasarkan SNI 8395:2017, Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) adalah sistem pembangkit listrik yang energinya bersumber dari radiasi matahari, melalui konversi sel fotovoltaik. Sistem fotovoltaik mengubah radiasi sinar matahari menjadi listrik1. Semakin tinggi intensitas radiasi (iradiasi) matahari yang mengenai sel fotovoltaik, semakin tinggi daya listrik yang dihasilkannya. [3]
Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya ini memiliki konfigurasi, instalasi, dan kegunaan yang sangat banyak tergantung dengan fungsi dari sistem PLTS tersebut. Dasarnya, sistem PLTS dapat dibagi menjadi tiga sistem, on-grid, off-grid, dan hybrid.
8 Gambar II.2 Sistem PLTS On-Grid
Sumber : Buku Pegangan PLTS (2020)
Sistem PLTS On-grid adalah jenis sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya yang tersambung dengan jaringan distribusi (grid) pembangkit listrik lainya, di Indonesia yaitu jaringan PLN. [2] Sistem ini dalam pemakaianya tidak memerlukan baterai, melainkan sistem akan mengambil tegangan referensi dari jaringan.
Penggunaan sistem on-grid ini adalah bertujuan untuk penghematan penggunaan dan tagihan dari pemakaian listrik jaringan. Skema ekspor dan impor berlaku dalam perhitungan penghematan pada sistem ini. Ekspor adalah ketika hasil energi listrik yang dihasilkan oleh sistem PLTS melebihi dari energi yang dibutuhkan oleh beban listrik. Dalam hal ini, energi listrik berlebih dari sistem PLTS tersebut akan dikirimkan ke jaringan distribusi dan pemilik sistem PLTS akan mendapatkan insentif dari setiap energi listrik yang terkirim ke jaringan. Impor adalah ketika hasil energi listrik yang dihasilkan oleh sistem PLTS tidak mencukupi energi yang dibutuhkan beban listrik. Dalam hal ini, jaringan listrik akan mensuplai kekurangan energi yang dibutuhkan oleh beban listrik. Perhitungan ekspor-impor tersebut dilakukan oleh alat yang dikeluarkan oleh PLN sebagai pemilik jaringan listrik di Indonesia. Alat tersebut adalah kWh Ekspor-Impor. Aturan di Indonesia mengenai interkoneksi sistem PLTS terhadap jaringan listrik diatur dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) No. 26 Tahun 2021 tentang PLTS Atap
9 yang Terhubung pada Jaringan Tenaga Listrik Pemegang IUPTL untuk Kepentingan Umum.
Gambar II.3 Sistem PLTS Off-grid Sumber : Buku Pegangan PLTS (2020)
Suatu PLTS off-grid yang dikelola secara komunal atau yang sering disebut sistem PLTS berdiri sendiri (stand-alone), beroperasi secara independen tanpa terhubung dengan jaringan PLN. Sistem ini membutuhkan baterai untuk menyimpan energi listrik yang dihasilkan di siang hari untuk memenuhi kebutuhan listrik di malam hari. [4] Terdapat juga sistem PLTS off-grid yang tidak menggunakan baterai yaitu seperti pompa tenaga surya.
Gambar II.4 Sistem Pembangkit Listrik Hybrid Sumber : Buku Pegangan PLTS (2020)
10 PLTS Hybrid merupakan jenis PLTS yang dalam pengoperasiannya digabungkan dengan jenis pembangkit listrik lain, dengan sumber energi berbeda (dua atau lebih). Dalam upaya menyediakan pasokan tenaga listrik ke suatu sistem, guna mendapatkan kehandalan sitem yang lebih baik, yang berkelanjutan dan menggunakan manajemen operasi tertentu. Selain itu bertujuan agar dalampengusahaan energi listrik lebih ekonomis. [5]
2.1.3 Komponen Utama Sistem PLTS Modul Surya
Gambar II.5 Susunan Sel Surya Hingga Menjadi Panel Surya Sumber : Buku Pegangan PLTS (2020)
Modul surya terdiri dari sel-sel surya yang terhubung secara seri dan/atau paralel untuk mendapatkan keluaran daya yang diinginkan dari modul. Teknologi sel suirya yang beredar saat ini sudah sangat beragam. [2] Jenis-jenis sel surya adalah sebagai berikut :
• Silikon monokristalin (mono c-Si) – sel surya berbasis wafer dengan struktur kristal satu arah dengan tingkat tatanan struktur atom yang tinggi di seluruh sel surya.
• Silikon polikristalin / multikristalin (multi c-Si) – sel surya berbasis wafer yang terbuat dari polikristal multiarah dengan urutan atom yang sangat pendek.
11
• Silikon amorf (a-Si) dan silikon mikro-kristal (μc-Si) – keduanya merupakan teknologi lapisan film tipis. a-Si adalah struktur non-kristal, yang berarti ia tidak memiliki susunan atom yang teratur. μc-Si memiliki berbagai struktur, mulai dari atom amorf hingga multi-kristal.
• Silikon pita (ribbon silicon) (c-Si) –silikon berbasis wafer, diproduksi dengan menarik pita dari silikon yang meleleh, bukan dengan memotong wafer dari ingot silikon yang dikeraskan (seperti halnya dengan mono dan multi c-Si).
• Kadmium telluride (CdTe) – teknologi lapisan film tipis. Saat ini merupakan teknologi produksi sel surya yang paling murah.
• Tembaga indium sulfida (copper indium sulphide), CIS – salah satu keluarga semikonduktor lapisan film tipis adalah tembaga indium gallium sulfide (CIGS) dan tembaga indium gallium selenide (CIGSe).
Gambar II.6 Jenis-Jenis Sel Surya Sumber : Buku Pegangan PLTS (2020)
12 Tabel II.1 Perbandingan Efisiensi Teknologi Sel Surya
Bahan Sel Efisiensi Luas Permukaan yang
Diperlukan untuk 1 kWp
Silikon Monokristalin 11-16 % 7-9 m2
Silikon Polikristalin 8-10 % 9-11 m2
Sel Amorf 4-7 % 16-20 m2
Lapisan Tipis Tembaga- Indium Diselenide
6-8 % 11-13 m2
Sumber : Buku Pegangan PLTS (2020)
Karakteristik keluaran sebuah modul surya dapat kita lihat melalui I-V curve yang tertera pada datasheet sebuah modul surya. Kurva I–V adalah representasi grafik dari hubungan antara arus, atau ampere (I), dan tegangan (V) dalam sebuah perangkat listrik seperti sel surya atau modul PV. listrik daya (P, diukur dalam watt) adalah produk arus dan tegangan, Kurva I–V menunjukkan bagaimana perubahan arus atau tegangan mempengaruhi output listrik. [6]
Gambar II.7 I-V Curve Modul Surya Sumber : Buku Install Your Own Solar Panels
13 Seperti yang Anda lihat pada kurva I–V dari satu modul PV (Gambar 2.7), kapan tegangan berada pada titik tertinggi (40 volt dalam contoh ini). arus pada 0.
Itu berarti tidak ada listrik yang mengalir (40 volt × 0 amp = 0 watt). Sebaliknya, saat arus berada pada titik tertinggi (9 amp) tetapi tegangannya pada 0, sekali lagi tidak ada daya (9 amp × 0 volt = 0 watt). Ini memberitahu bahwa untuk menciptakan listrik yang dapat digunakan, haruslah mencapai keseimbangan antara arus dan tegangan. Jika menempatkan modul PV di bawah sinar matahari penuh dan hubungkan plus (+) dan minus (–) nya, Anda membuat hubungan pendek dengan maksimal arus (aliran tinggi) tetapi tegangan nol (tidak ada tekanan) karena ada tidak ada hambatan terhadap aliran. Ini dikenal sebagai arus pendek nilai saat ini (I) pada lembar spesifikasi modul dan dapat dilihat di kurva I – V sebagai titik di mana kurva memotong Y (arus) sumbu. Jika Anda melepaskan kedua kabel, Anda membuat sirkuit terbuka kondisi yang memiliki tegangan maksimum (tekanan tinggi) tetapi nol arus (tidak mengalir). Sel surya aktif, tetapi tidak ada tempat untuk itu elektron untuk pergi, sehingga Anda tidak mendapatkan listrik. Ini adalah sirkuit terbuka nilai tegangan (V) pada lembar spesifikasi modul dan intinya grafik I–V di mana kurva memotong sumbu X (tegangan). [6]
Di setiap titik sepanjang kurva ini terdapat nilai daya (dalam watt) yang terkait dengan arus titik itu (amp) kali tegangannya (volt). Modul surya mendapatkan listrik paling banyak saat nilai gabungan tertinggi dari kedua arus dan tegangan sepanjang Kurva I–V; yaitu, ketika produk I × V adalah yang terbesar. Ini manis titik disebut titik daya maksimum (MPP, atau P). Ini selalu di dekat "lutut"
kurva I–V; dalam contoh ini, P adalah di sekitar 33volt dan 7,6 ampere. Ini juga tempat kami menginginkan modul untuk beroperasi dan sama dengan output pengenal modul (33 volt × 7,6 amp = 250,8 watt). [6]
14 Inverter On-Grid
Gambar II.8 Inverter On-Grid Produksi Growatt Sumber : Internet
Inverter adalah perangkat elektronik yang mengubah listrik DC menjadi listrik AC, misalnya, dari 12 VDC ke 230 VAC. Dalam sistem tenaga surya off- grid, sumber listrik DC adalah baterai atau bank baterai. [2] Dalam sistem yang terhubung ke jaringan, sumber listrik DC adalah rangkaian panel surya. [2] Dalam sistem off-grid, inverter yang ‘terhubung dengan jaringan’ hanya digunakan di jaringan mini (mini-grid) yang terhubung di sisi AC. [2] Jadi, pada umumnya inverter dapat diklasifikasikan sebagai ‘inverter baterai’ atau ‘inverter yang terhubung dengan jaringan’. [2]
Fungsi utama inverter yang terhubung ke jaringan [2]:
• Merubah daya DC yang dihasilkan oleh rangkaian panel surya menjadi daya AC sinusoidal yang dibutuhkan oleh jaringan dan memasukkan daya tersebut ke jaringan
• Pelacak MPP untuk memungkinkan produksi daya semaksimal mungkin dari rangkaian panel surya setiap saat
• Pemantauan rangkaian panel surya dan jaringan tenaga surya
15
• Peralatan keselamatan / pelindung kelistrikan – akan mati jika jaringan listrik mati atau jaringan listrik tidak berfungsi sesuai dengan parameter yang sudah ditetapkan, dan mencegah apa yang disebut sebagai ‘islanding (terjadi pemutusan aliran listrik pada jaringan distribusi yang dimiliki oleh perusahaan listrik sedangkan PLTS tetap bekerja – pent.)’
• Tampilan dan antarmuka untuk memantau masukan dan keluaran.
Standar sertifikasi yang harus dimiliki oleh sebuah inverter on-grid:
• Keselamatan: IEC 62093, IEC 61730, DIN EN 50178, 2006/95/EG
• Kesesuaian dengan jaringan (grid-conformity): DIN EN 60146 1-1, DIN EN 60146 1-3
• EMC (Electromagnetic compatibility atau kompatibilitas elektromagnetik) 2004/108/EG
• Efisiensi: IEC 61683
• Lembar data: DIN EN 50524.
2.1.4 Komponen Pendukung Sistem PLTS Mounting/ Penyangga Modul Surya
Gambar II.9 Metode Penggunaan Mounting untuk Tiap Jenis Atap Sumber : KESDM, SOLAR PHOTOVOLTAIC (PV) INSTALLATION SYSTEM
HANDBOOK
Jenis mounting atau penyangga modul surya yang dipilih bergantung pada jenis atap atau tempat yang akan ditempati modul surya. Terdapat banyak jenis atap, diantaranya atap miring, dan atap dak. Penempatan modul surya juga bisa diletakan di tanah.
16 Gambar II.10 Jenis-Jenis Mounting Atap Miring
Sumber : Internet
Pada atap miring, pemilihan mounting juga bergantung dengan jenis atap yang ada. Jenis atap tersebut akan bergantung pada jenis bracket yang digunakan.
Jenis L-feet digunakan untuk atap seng berbentuk trapezoidal, jenis kliplok digunakan untuk spandek berbentuk kliplok, dan bracket jenis hook digunakan untuk atap genteng. Pada atap datar dan pemasangan tanah, karena lebih flexible, jenis mounting dipilih melalui design dari layout modul surya dan bahan penyangga. Terdapat penyangga yang cocok untuk bentuk layout modul surya east- west, bertingkat dua. Berdasarkan bahan, terdapat mounting yang berbahan beton, alumunium, plastik, dan lain-lain.
17 Gambar II.11 Jenis-Jenis Mounting Atap Datar dan Tanah
Sumber : Internet
Pemilihan mounting haruslah memiliki bahan yang tahan terhadap cuaca luar dan kuat. Menurut SNI 03-1727-1989, beban yang diperbolehkan pada atap adalah antara 15-25 kg/m2 untuk pemasangan atap miring, dan sampai dengan 100 kg/m2 untuk atap datar. [7]
Kabel Penghantar
Gambar II.12 Jenis-Jenis Kabel Penghantar Sumber : Internet
Media penghantar listrik yang sering digunakan pada instalasi tenaga listrik adalah kabel listrik. Kabel listrik terdiri dari bahan isolasi dan konduktor. [8]
Pemilihan kabel dilakukan berdasarkan banyak faktor.
18 Faktor awal dari pemilihan kabel adalah jenis dari kabel tersebut. Setiap kabel listrik mempunyai kode yang menunjukkan tipe kabel tersebut, mulai dari jenis bahan konduktor, jumlah inti kabel, bahan isolasi, aplikasi untuk dalam ruangan atau luar ruangan, fleksibilitas, dan sebagainya. Beberapa kode kabel yang sering kita jumpai diantaranya seperti NYA, NYAF, NGA, NYM, NYMHY, NYY, NYYHY dan lain-lain.[8] Jenis kabel tersebut haruslah sesuai dengan penggunaan dan lokasi pemasangan.
Kabel listrik mempunyai ukuran luas penampang inti kabel yang berhubungan dengan kapasitas penghantaran arus listriknya. [8] Dalam istilah PUIL, besarnya kapasitas hantaran kabel dinamakan dengan Kuat Hantar Arus (KHA). [8] Pemilihan KHA kabel dipengaruhi oleh faktor seberapa besar arus yang akan melewati kabel penghantar, seberapa voltage drop akibat panjang kabel, metode penempatan kabel penghantar. Faktor-faktor tersebut akan menentukan seberapa besar diameter kabel penghantar yang akan dipakai.
Circuit Breaker
Gambar II.13 MCB dan MCCB Sumber : Internet
Circuit Breaker merupakan suatu komponen proteksi listrik yang berfungsi memutus arus pada saat terjadi arus yang melebihi spesifikasi dari circuit breaker tersebut.[9] Komponen ini fungsi utamanya adalah memutus sebagai proteksi arus listrik berlebih. Circuit Breaker dibedakan menjadi dua yaitu Moulded Case Circuit
19 Breaker (MCCB) dan Miniature Circuit Breaker (MCB). Perbedaanya adalah MCCB memiliki kapasitas arus yang lebih besar dan cenderung pada listrik 3 fasa sementara MCB memiliki kapasitas arus yang lebih rendah dan bermain pada listrik 1 fasa.
Ketika memilih Circuit Breaker perlu mengetahui tipe yang sesuai dengan peralatan listrik yang diproteksi. Dibawah ini merupakan tipe-tipe dari Circuit Breaker berdasarkan trip arus maksimumnya :
• Tipe B yang dipasang pada perumahan atau industri ringan. Mengalami trip saat arus lebih dari 3 hingga 5 kali dari batas maksimum
• Tipe C yang bermanfaat untuk lampu penerangan, kendaraan kecil dan industri yang membutuhkan arus lebih tinggi
• Tipe D digunakan untuk mesin las, mesin produksi, X-Ray, motor besar, lampu penerangan dan peralatan elektronik yang menghasilkan lonjakan arus tinggi.Jenis ini mengalami trip apabila arus 10 hingga 25 dari batas normal dan ditangani oleh teknisi listrik profesional.
Surge Arrester
Gambar II.14 Surge Arrester Merk Schneider Sumber : Internet
20 Surge Arrester adalah komponen sistem proteksi yang penting. Fungsi utama dari komponen ini adalah untuk mencegah kerusakan komponen listrik utama dari over-voltage akibat petir. [9] Surge Arrester berfungsi untuk membelokan tegangan paku dengan menggunakan komponen atau perangkat Metal Oxyde Vasitor (MOV). Komponen MOV bekerja dengan prinsip kerja mirip dengan Kapasitor Nonpolar, tetapi tanpa penyimpanan muatan listrik di MOV tersebut. Jadi jika ada tegangan masuk yang melebihi batas MOV, maka tegangan listrik ini akan di buang ke grounding melalui salah satu kutup MOV. Dengan sistem kerja Surge Arrester tersebut, maka perangkat ini akan memberikan pengamanan terhadap peralatan elektronik akibat tegangan kejut atau induksi petir.
Dalam memilih arrester yang sesuai untuk suatu kepentingan tertentu, beberapa faktor harus diperhatikan, yaitu [10] :
• Kebutuhan perlindungan : ini berhubungan dengan kekuatan isolasi dari alat yang harus dilindungi dan karakteristik impuls dan arrester.
• Tegangan sistem : ialah tegangan maksimum yang mungkin timbul pada jepitan arrester.
• Arus hubung singkat : ini hanya diperlukan pada arrester jenis ekspulsi
• Jenis arrester : apakah arrester jenis gardu, jenis saluran atau jenis distribusi
• Faktor kondisi luar : apakah normal atau tidak normal (2000 meter atau lebih di atas permukaan laut), temperatur dan kelembaban yang tinggi serta pengotoran.
• Faktor ekonomi : faktor ekonomi adalah perbandingan antara ongkos pemeliharaan dan kerusakkan bila tidak ada arrester, atau bila dipasang arrester yang lebih rendah mutunya.
21 Sistem Pentanahan atau Grounding
Gambar II.15 Jenis-Jenis Pemasangan Grounding Sumber : KESDM
Sistem pembumian (Grounding System) adalah suatu perangkat instalasi yang berfungsi untuk mengamankan arus lebih dan tegangan lebih listrik yang diakibatkan oleh petir maupun gangguan internal listrik akibat kegagalan isolasi dengan melepas muatan listrik ke tanah. [9]
Berdasarkan PUIL 2011 syarat pengujian tahanan pentanahan adalah resistansi pembumian perlengkapan dan instalasi listrik yang diamankan lebih baik kurang dari 5 omh. Hal ini disebabkan ketika terjadi gangguan hubung singkat, resistansi gangguan umumnya sebesar 17 ohm. Maka untuk membatasi tegangan sentuh 50 V resistansi pentanahan (Rground) yang sebaiknya diperoleh kurang dari 5 ohm. [11]
22 KWH Meter Exim
Gambar II.16 kWh Exim PLN Sumber : Indotrading.co.id
KWH Meter Exim berfungsi sebagai alat pembaca ekspor-impor listrik dari jaringan PLN akibat adanya sistem PLTS. KWH Meter Exim ini bisa didapatkan dengan melakukan pengurusan ke PLN setempat.
2.1.5 Dasar Perhitungan Kelistrikan
Sebelum kita mulai bermain dengan tenaga surya, diperlukan pemahaman tentang listrik. Penting memiliki pengetahuan tentang tegangan, arus, hambatan, daya dan energi. Memiliki istilah-istilah ini dengan jelas akan membantu memahami sistem PLTS. [12]
• Tegangan mengacu pada perbedaan potensial antara dua titik. Sebuah contoh yang baik dari ini adalah baterai AA: voltase adalah perbedaan antara ujung positif dan ujung negative baterai. Tegangan diukur dalam volt dan memiliki simbol 'V'.
• Arus adalah aliran elektron dalam suatu rangkaian. Saat ini diukur dalam amp (A) dan memiliki simbol 'I'. Saat memeriksa catu daya, biasanya akan ditampilkan arus pada catu daya diri.
• Perlawanan adalah oposisi terhadap arus listrik dalam material saat ini mengalir melalui. Perlawanan diukur dalam ohm dan memiliki simbol 'R'.
• Hubungan antara voltase, arus, dan hambatan adalah 𝑽 = 𝑰 𝒙 𝑹 II.1
23
• Daya mengukur tingkat konversi energi. Itu diukur dalam watt (W) dan memiliki simbol 'P'.
𝑷 = 𝑽 𝒙 𝑰 II.2
• Energi mengacu pada kapasitas untuk bekerja: daya dikalikan dengan waktu. Energi memiliki simbo ‘'E'. Energi biasanya diukur dalam joule (satu joule sama dengan satu watt-detik), tetapi energi listrik biasanya ditunjukkan sebagai watt-jam (Wh), atau kilowatt-jam (kWh), di mana 1 kWh = 1.000 Wh.
𝑬 = 𝑷 𝒙 𝒕 II.3 2.1.6 Aspek Tekno-Ekonomi
Tekno ekonomi adalah ilmu pengetahuan yang berorientasi pada pengungkapan dan perhitungan nilai-nilai ekonomi yang terkandung dalam suatu rencana kegiatan teknik. [13] Faktor-faktor yang dianalisis dalam analisa aspek tekno-ekonomi adalah sebagai berikut :
• Biaya siklus hidup suatu sistem adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh suatu sistem, selama kehidupannya. Pada sistem PLTS, biaya siklus hidup (LCC) ditentukan oleh nilai sekarang dari biaya total sistem PLTS yang terdiri dari biaya investasi awal, biaya jangka panjang untuk pemeliharaan dan operasional serta biaya penggantian baterai. (Santiari, 2011) Biaya siklus hidup (LCC) diperhitungkan dengan rumus sebagai berikut [13] :
𝑳𝑪𝑪 = 𝑪 + 𝑶&𝑴 II.4
LCC = Biaya siklus hidup (Life Cycle Cost)
C = Biaya investasi awal adalah biaya awal yang dikeluarkan untuk pembelian komponen-komponen PLTS, biaya instalasi, dan biaya lainnya misalnya biaya rak penyangga
• Biaya energi merupakan perbandingan antara biaya total per tahun dari sistem dengan energi yang dihasilkannya selama periode yang sama
24 (Santiari, 2011). Dilihat dari sisi ekonomi, biaya energi PLTS berbeda dari biaya energi untuk pembangkit konvensional. [13]
𝑳𝑪𝑶𝑬 =𝑳𝑪𝑪 𝒙 𝑪𝑹𝑭
𝑨 𝒌𝑾𝑯 II.5 COE = Cost of Energi atau Biaya Energi (Rp/kWh).
CRF = Faktor pemulihan modal.
A kWh = Energi yang dibangkitkan tahunan (kWh/tahun).
• Net Present Value (NPV) menyatakan bahwa seluruh aliran kas bersih dinilaisekarangkan atas dasar faktor diskonto (discount factor). Teknik ini menghitung selisih antara seluruh kas bersih nilai sekarang dengan investasi awal yang ditanamkan (Santiari, 2011). Untuk menghitung Net Present Value (NPV) dipergunakan rumus sebagai berikut [13]:
II.6
NFCt = Net Cash Flow periode tahun ke-1 sampai ke-n.
II = Investasi awal (Initial Investment) i = Tingkat diskonto.
n = Periode dalam tahun (umur investasi).
• IRR adalah tingkat suku bunga yang menghasilkan nilai NPV sama dengan nol (karena nilai sekarang dari arus kas masuk sama dengan investasi awal).
[13]
II.7 2.1.7 Carbon Saving
Carbon saving adalah suatu hasil dari tindakan mengurangi kadar karbon yang keluar menuju atmosfer akibat kegiatan sehari-hari. Penggunaan sistem PLTS adalah salah satu dari carbon saving. Menurut badan riset dari Amerika, National
25 Renewable Energy Laboratory (NREL), kadar karbon yang dihasilkan dari energi yang dihasilkan sistem PLTS adalah sebesar 40 gram CO2/ kWh. Hal ini lebih bersih dibandingkan dengan energi dari PLTU yang menghasilkan karbon sebesar 700 gram CO2/ kWh. Energi dari PLTG adalah sebesar 400 gram CO2/kWh.
2.2 Kajian Literatur
Buku yang berjudul “Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya” yang ditulis oleh Renewables Academy (RENAC) GIZ merupakan buku bahan ajar, pedoman, dan panduan dalam merancang sistem pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) untuk menjawab kebutuhan masa depan para professional dalam bidang energi baru terbarukan. Buku ini berisi materi yang menjelaskan dari konsep fundamental energi listrik, peraturan instalasi listrik, K2, energi matahari, jenis-jenis sistem PLTS, pemilihan komponen sistem PLTS, perancangan, komisioning sistem PLTS, monitoring sistem PLTS, hingga aspek keekonomian sistem PLTS. [2]
Selanjutnya, Buku “Panduan Perencanaan dan Pemanfaatan PLTS Atap di Indonesia” yang disusun oleh USAID (United States Agency for International) merupakan buku yang berisi materi mengenai konsep sistem PLTS atap dan pemahaman teknis perencanaan dan perancangan sistem PLTS atap. Buku ini memiliki panduan dalam perancanaan yang sangat detail dari kegiatan survei, perancangan, instalasi, komisioning, penyambungan, hingga administrasi. [3]
Kajian terhadap jurnal juga dilakukan pada penelitian analisa perancangan ini. Pada jurnal berjudul “Perancangan Teknis dan Ekonomis Pembangkit Listrik Tenaga Surya Sistem On-Grid”, bernomor ISSN (online) 2579-5406, yang ditulis oleh Jufrizel M.T. dan Muhammad Irfan, S.T. ini membahas tentang perancangan teknis sistem PLTS dan juga aspek tekno-ekonomi pada objek yang berupa Gedung Terpadu PT. Pertamina RU II Dumai. Hasil perancangan pada jurnal ini adalah sistem PLTS On-Grid dengan kapasitas modul surya sebesar 517 kWp dengan inverter sebesar 100 kW. Dampak ekonomis dari sistem PLTS ini adalah didapat nilai CFB sebesar Rp.108.943.024.578, CFC sebesar Rp. 23.263.500.042, NPV sebesar Rp. 85.679.524.536, BCR sebesar Rp. 30,9 dan PP selama 17,5 tahun.
Jurnal ini melakukan perancangan sistem PLTS yang sangat baik yang diperkuat
26 dengan analisa melalui aplikasi PVSyst. Aspek tekno-ekonomi juga sangat lengkap dibahas pada jurnal ini. Melalui jurnal ini penulis mendapatkan ilmu mengenai studi kasus perancangan sistem PLTS beserta aspek tekno-ekonominya. Satu hal yang tidak ada di dalam jurnal ini adalah perhitungan komponen proteksi pada sistem PLTS yang telah dirancang. [14]
Kegiatan perancangan sistem PLTS On-grid juga didapatkan pada jurnal yang berjudul “Studi Perancangan dan Analisa Daya Pembangkit Listrik Tenaga Surya dengan Sistem On-Grid pada Pondok Pesantren Tanbihul Ghofilin Kabupaten Banjarnegara”, bernomor ISSN (Online): 2685-0206, yang ditulis oleh Ayu Inka Avinda, Kartono, dan Darjat ini membahas perancangan sistem PLTS On-grid pada objek yang berupa Pondok Pesantren Tanbihul Ghofilin. Hasil dari perancangan pada jurnal ini adalah sistem PLTS 11,7 kWp dengan aspek keekonomian yaitu NPV sebesar Rp. 361.429.602 dan nilai balik 4,4 tahun. Jurnal memiliki fokus pembahasan pada aspek keekonomian dari sistem PLTS sehingga tidak membahas perancangan sistem PLTS. Jurnal ini juga menggunakan perhitungan keekonomian dengan menggunakan aplikasi Retscreen 8.0.1.31. [15]
Analisa perancangan pada Pondok Pesantren Tanbihul Ghofilin Kabupaten Banjarnegara juga dilakukan pada jurnal yang berjudul “Studi Perancangan dan Analisa Daya Pembangkit Listrik Tenaga Surya dengan Sistem On-Grid pada Pondok Pesantren Tanbihul Ghofilin Kabupaten Banjarnegara”, bernomor ISSN (online) 2685-0206, yang ditulis oleh Ali Firmansyah, Kartono, dan Jaka Windarta.
Hasil jurnal ini adalah Hasil perancangan adalah 3 variasi sistem PLTS on-grid dengan kapasitas modul surya sebesar 11,7 kWp dengan hasil energi sebesar 16,136 kWh per tahun, kapasitas modul surya sebesar 3,15 kWp dengan hasil energi sebesar 4,364 kWh per tahun, kapasitas modul surya sebesar 1,35 kWp dengan hasil energi sebesar 1,825 kWh per tahun. Berbeda dengan jurnal sebelumnya, jurnal ini fokus terhadap perancangan sistem PLTS On-grid pada Pondok Pesantren Tanbihul Ghofilin. [16] Kedua jurnal tersebut memberikan penulis pengetahuan dalam perancangan sistem PLTS On-grid dengan aspek tekno-ekonominya denga menggunakan aplikasi PVSyst dan Retscreen 8.0.1.31.
27 Untuk mendalami studi kasus mengenai perancangan sistem PLTS On-grid penulis melakukan tinjauan jurnal lainya. Jurnal berjudul “Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap Gedung Sekolah di Denpasar”, Jurnal SPEKTRUM Vol.6, No.4, yang ditulis oleh H. Kristiawan, I.N.S Kumara, dan I.A.D. Giriantari ini melakukan analisa potensi sistem PLTS Atap pada Gedung SDN 5 Pedungan.
Simulasi ini dilakukan dengan bantuan aplikasi Helioscope dengan membuat dua variable ukur berupa modul surya yang sama dengan sudut kemiringan atap sebesar 30,96 derajat dan sudut optimal matahari pada daerah tersebut sebesar 15 derajat.
Hasil perancangan tersebut menghasilkan sistem PLTS sebesar 32 kWp dengan kesimpulan energi yang dihasilkan modul surya dengan sudut optimal 15 derajat lebih besar dari sudut modul surya yang sama dengan sudut atap. Penulis mendapat pengetahuan akan perbedaan sudut pada hasil energi sistem PLTS. [17]
Mengetahui pengaruh arah azimuth modul surya terhadap hasil energinya merupakan hal yang penting. Jurnal berjudul “Pengaruh Sudut Kemiringan dan Arah Penempatan Terhadap Daya Keluaran pada Modul Panel Surya”, bernomor ISSN (online) 2684-8201, yang ditulis oleh I Gusti Agung Bagus Wirajati dan I Made Agus Kusuma Natha ini membahas mengenai hasil pengujian modul surya 100 Wp dengan variable berupa besaran tilt modul surya (0, 15, 30,dan 45) serta arah azimuthnya untuk mengetahui dampak variable tersebut terhadap hasil energinya. Hasil dari pengujian ini adalah arah azimuth 30 derajat arah utara dengan sudut kemiringan 15 derajat. Jurnal ini memberikan pengetahuan akan pentingnya menentukan sudut azimuth dan besaran sudut tilt modul surya dalam kegiatan perancangan sistem PLTS. [18]
Selain mengetahui pengaruh azimuth dan tilt modul surya terhadap keluaranya, penting untuk mengetahui faktor-faktor lain yang mempengaruhi keluaran modul surya sebelum melakukan perancangan. Jurnal berjudul “Pengaruh Temperatur Permukaan Panel Surya Terhadap Daya yang Dihasilkan dari Berbagai Jenis Sel Surya”, bernomor ISSN 2622-7002, yang ditulis oleh Partaonan Harahap ini membahas mengenai dampak temperatur terhadap energi keluaran modul surya.
Hasil penelitian jurnal ini adalah semakin besar intensitas lux maka kinerja panel
28 sel surya semakin meningkat. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan daya yang dihasilkan yaitu temperatut permukaan panel sel surya sangat berpengaruh terhadap efisiensi yang dihasilkan dari panel surya yang artinya semangkin rendah suhu permukaan maka efisiensi PV akan semangkin meningkat begitupun sebaliknya. [19]
Dalam merancang sistem kelistrikan, penulis mencantumkan beberapa jurnal hasil tinjauan. Jurnal yang berjudul “Analisis Kelayakan Instalasi Listrik Rumah Tinggal diatas 15 Tahun Berdasarkan PUIL 2011 di Kecamatan Tanjung Padan”, bernomor ISBN 978-979-1373-56-2, ini membahas tentang analisa kelayakan pada instrument listrik yaitu tahanan isolasi, resistansi pentanahan, luas penampang penghantar, dan MCB pada rumah tinggal di kecamatan Tanjungpadan.
Hasil analisa ini adalah persentase faktor kelayakan tahanan isolasi sebesar 93%, resistansi pentanahan instalasi sebesar 0%, luas penampang penghantar sebesar 85% dan pengaman instalasi (MCB) ditinjau dari kondisi fisiknya sebesar 89%, maka secara keseluruhan installasi rumah tinggal di kecamatan Tanjungpandan 100% tidak laik pakai. Jurnal ini memberikan pengetahuan akan langkah-langkah inspeksi kelayakan sistem kelistrikan. [19]
Penggunaan Software ETAP juga perlu dilakukan untuk mendukung simulasi keamanan sistem kelistrikan. Jurnal yang dibuat oleh Sumitro Pandapotan dengan judul “Penggunaan ETAP 12.6 Sebagai Software Analisis Power Quality”, bernomor membahas tentang analisa sistem kelistrikan pada PT. X menggunakan ETAP 12.6. Hasil dari analisa ini adalah overload KHA pada Cable 1, Cable 12, dan Cable 5. Overload In pada CB 23, CB 8, dan CB 18. Nilai THD arus pada plant sebesar 1,5% dan THD tegangan sebesar 2,5%. [20] Penggunaan ETAP juga dilakukan dalam studi kasus pada jurnal berjudul “Analisa Perbaikan Penampang Penghantar Guna Mengurangi Drop Tegangan dan Simulasi ETAP 16.0 pada JTR GD KRDB di Wilayah Kerja PT. PLN (Persero) ULP Serang Kota”, bernomor ISSN 2086-9479, yang ditulis oleh Dhanny Abdullah dan Badaruddin membahas tentang analisa perbaikan penampang penghantar dengan metode manual dan menggunakan ETAP pada JTR GD KRDB. Hasil dari analisa ini adalah
29 didapatkanlah tegangan pelayanan pelanggan tenaga listrik mengalami peningkatan sebesar 22 volt untuk jurusan 1 dengan uprating penghantar 120 mm2 dan nilai drop tegangan yang terhitung sebesar 6 %. Serta sebesar 14 volt untuk jurusan 2 dengan uprating penghantar 120 mm2 dengan nilai jatuh tegangan yang terhitung sebesar 4% sesuai dengan standar (SPLN No.1 Tahun 1995). [21] Kedua jurnal ini memberikan informasi mengenai penggunaan ETAP dalam pengujian short-cirtcuit dan load-flow juga melihat potensi drop voltage pada kabel.
Sistem pentanahan atau grounding juga merupakan salah satu faktor sistem keamanan kelistrikan yang penting. Penulis mencari referensi mengenai penentuan grounding yang layak. Jurnal yang dibuat oleh Relikson Saragih, Yusniati, Ramayulis Nasution, dan Armansyah dengan judul “Studi Peralatan Proteksi Sambaran Petir Lightning Arrester pada Jaringan Distribusi 20 kV”, bernomor ISSN (online) 2598-1099, membahas tentang analisa studi lightning arrester pada jaringan distribusi 20 kV untuk mencegah kerusakan akibat petir. Didapatkan hasil analisa berupa penggunaan Jenis arester ekspulsi (expulsion type) atau tabung pelindung (protector tube) dan jenis katup. [21] Jurnal ini memberi informasi mengenai sizing dan pemilihan jenis grounding yang layak pada sebuah instalasi listrik.
30 2.3 Kerangka Pemikiran
Gambar II.17 Kerangka Pemikiran
Gedung Perpustakaan Politeknik Negeri Jakarta merupakan fasilitas umum yang memiliki banyak fungsi dan kegunaan untuk mengakomodir kebutuhan civitas Politeknik Negeri Jakarta dan kepentingan umum. Oleh karena kebutuhan tersebut, gedung Perpustakaan Politeknik Negeri Jakarta memiliki beban listrik yang cukup besar untuk kebutuhan penerangan, sistem pendingin ruangan, komputer, sistem lift, dan peralatan listrik lainya.
Untuk memenuhi kebutuhan listrik gedung perpustakaan, Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) berlangganan dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai perusahaan penyedia listrik di Indonesia. PNJ sebagai pengelola harus membayar tagihan listrik sesuai dengan besar energi yang telah digunakan sesuai dengan tarif yang berlaku. Disisi lain, Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) menyebutkan, hingga 2022 presentase pembangkit listrik bertenaga fosil di Indonesia mencapai 83,17%. Dalam hal ini listrik yang disuplai oleh PLN, yang dipakai juga oleh perpustakaan PNJ, mayoritas berasal dari energi fosil. Hal tersebut jelas bertolak belakang dengan komitmen Indonesia yaitu Net Zero
31 Emission dan komitmen pemerintah dalam bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23% pada 2025.
Penggunaan sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya On-Grid dapat menjadi solusi permasalahan tersebut. Dengan menggunakan sistem PLTS, gedung perpustakaan akan mendapat suplai listrik gratis yang berasal dari energi matahari.
Dengan sistem On-Grid ini terdapat skema ekspor-impor menggunakan Net Mettering atau kWh ekspor-impor. skema ekspor-impor ini dapat digambarkan dengan sebuah neraca. Ketika energi listrik yang dihasilkan oleh sistem PLTS melebihi dari kebutuhan listrik gedung perpustakaan maka listrik berlebih tersebut dapat dikirim ke jaringan PLN dengan imbalan pemotongan tagihan listrik bulan selanjutnya sesuai dengan jumlah energi yang dikirim. Listrik dari sistem PLTS yang dikirim ke jaringan PLN disebut dengan “ekspor” Sebaliknya, ketika energi listrik yang dihasilkan dari sistem PLTS kurang dari kebutuhan listrik gedung perpustakaan atau ketika malam hari, maka jaringan PLN akan mensuplai sisa kebutuhan listrik gedung perpustakaan. Listrik dari jaringan PLN yang mensuplai gedung perpustakaan disebut juga dengan “impor”. Dengan adanya sistem PLTS ini dapat mengurangi beban tagihan listrik gedung perpustakaan PNJ.
Listrik dari sistem PLTS yang merupakan hasil konversi energi dari matahari ini tidak menghasilkan emisi dibanding dengan menggunakan listrik dari pembangkit fosil. Maka dengan menggunakan listrik dari sistem PLTS ini, Politeknik Negeri Jakarta mendukung komitmen pemerintah dalam menggenapi Indonesia menuju Net Zero Emission pada 2060 dan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) Indonesia sebesar 23% pada tahun 2025.
32
BAB III METOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipilih pada skripsi ini yaitu penelitian kuantitatif,
“Penelitian yang bertujuan menjelaskan fenomena dengan mengumpulkan data berupa angka yang dianalisis menggunakan metode berbasis matematis atau statistik tertentu“, Gunderson (2002). Penelitian kuantitatif ini berjenis desain experimental yaitu jenis penelitian yang dapat didefinisikan sebagai: eksperimen dalam kondisi terkendali yang dibuat untuk menunjukkan kebenaran yang diketahui atau menguji validitas suatu hipotesis. [22]
3.2 Objek Penelitian
Pada skripsi ini, objek yang ditentukan adalah Gedung Perpustakaan Politeknik Negeri Jakarta yang berada di alamat JRHG+478, Y, Kukusan, Kecamatan Beji, Kota Depok, Jawa Barat 16425.
Gambar III.1 Gedung Perpustakaan Politeknik Negeri Jakarta Sumber : Google Maps
3.3 Metode Pengambilan Sampel
Untuk melakukan penelitian ini sampel menggunakan data awal berupa hasil survei atap, gambar teknik sistem kelistrikan gedung, data tagihan listrik gedung beberapa bulan terakhir. Data ini akan dianalisa untuk kegiatan perancangan sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya On-Grid yang akurat sesuai referensi.
33 3.4 Jenis dan Sumber Data Penelitian
Jenis dan sumber data penelitian yang digunakan yaitu data kuantitatif yang merupakan data sekunder yang diperoleh dari pihak lain atau sumber yang sudah tersedia.
3.5 Metode Analisa Data
34 Gambar III.2 Diagram Metode Analisa Data
35 Dalam melakukan analisa yang berkaitan dengan skripsi yang berjudul
“Analisa Perancangan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya On-Grid pada Gedung Perpustakaan Politeknik Negeri Jakara”, didapatkan konsep kerangka berpikir. Demikian dibawah ini adalah penjelasan diagram metode analisa data pada gambar 3.2 :
1. Studi literatur. Studi literatur adalah kegiatan mencari informasi dan referensi terkait dengan metode dan perhitungan pada kegiatan analisa ini.
Referensi dari kegiatan Studi literatur ini didapatkan dari sumber buku dan jurnal yang dapat dipertanggung-jawabkan.
2. Pengambilan data. Pengambilan data adalah kegiatan untuk mendapatkan data pada sekitar objek analisa yang kemudian data ini akan digunakan untuk acuan analisa agar sesuai dengan kondisi aktual sekitar objek analisa.
Data yang diambil adalah, antara lain:
- Data survei atap Gedung Perpustakaan Politeknik Negeri Jakarta - Data sistem kelistrikan Gedung Perpustakaan Politeknik Negeri Jakarta - Data tagihan listrik Gedung Perpustakaan Politeknik Negeri Jakarta 3. Pengolahan data. Pengolahan data adalah kegiatan mengolah seluruh data
yang sudah didapatkan. Sebelum melakukan kegiatan perancangan, Pada kegiatan Analisa Perancangan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya On- Grid pada Gedung Perpustakaan Politeknik Negeri Jakarta terdapat beberapa data yang perlu dianalisa terlebih dahulu antara lain:
- Analisa Data Sistem Proteksi pada Gedung Perpustakaan Politeknik Negeri Jakarta
- Analisa Data Sistem Distribusi pada Gedung Perpustakaan Politeknik Negeri Jakarta
Analisa ini dilakukan untuk mengetahui kondisi aktual objek yang akan dianalisa sebelum melakukan kegiatan selanjutnya.
4. Design teknis PLTS. Kegiatan design teknis PLTS adalah proses melakukan perancangan sistem PLTS on-grid pada objek analisa, Gedung Perpustakaan Politeknik Negeri Jakarta. Kegiatan design teknis PLTS ini
36 meliputi sizing modul surya, sizing inverter, sizing sistem perkabelan, sizing sistem proteksi, dan sizing grounding. Kegiatan design teknis PLTS ini dilakukan berdasarkan referensi dari kegiatan Studi Literatur dan mengacu pada data hasil analisa kegiatan pengolahan data.
5. Analisa sistem kelistrikan sesudah dipasang sistem PLTS dengan aplikasi ETAP. Untuk menjamin hasil design yang aman terdapat sistem kelistrikan pada objek analisa, Gedung Perpustakaan Politeknik Negeri Jakarta, dilakukan simulasi sistem proteksi kelistrikan dengan menggunakan Aplikasi ETAP. Jika terdapat potensi tidak aman, maka akan dilakukan revisi pada design teknis PLTS.
6. Simulasi sistem PLTS dengan menggunakan aplikasi PVSyst. Kegiatan ini adalah proses mensimulasikan sistem PLTS dengan cara menginput hasil design teknis pada aplikasi PVSyst. Hasil simulasi PVSyst dapat memberikan informasi terkait efisiensi sistem yang dirancang dan juga energi yang dihasilkan dari sistem PTLS tersebut secara rinci dan informatif.
7. Perhitungan tekno-ekonomi hasil energi sistem PLTS. Kegiatan ini adalah proses perhitungan dampak aspek economical dari penggunaan sistem PLTS pada objek, Gedung Perpustakaan Politeknik Negeri Jakarta. Pada kegiatan ini dilakukan perhitungan biaya modal awal, biaya operasional yang nanti akan digunakan untuk menghitung keuntungan dan balik modal dari pemasangan sistem PLTS pada objek. Data yang menjadi input pada kegiatan ini adalah hasil simulasi PVSyst.
8. Kesimpulan. Kegiatan menyimpulkan hasil design teknis PLTS pada Gedung Perpustakaan Politeknik Negeri Jakarta dengan hasil perhitungan tekno-ekonomi yang dapat menjadi informasi dan referensi bagi Politeknik Negeri Jakarta sebagai pemilik objek analisa.
37
BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
Tabel IV.1 Tabel Jadwal dan Kegiatan
4.2 Anggaran Biaya Kegiatan Penelitian
No. Kegiatan Volume Satuan Unit Cost (Rp)
Jumlah (Rp) 1. Penyusunan Proposal 3 Paket 20.000 60.000 2. Penggandaan
Proposal
4 Paket 20.000 80.000
3. Keperluan Survei Lapangan
5 Paket 50.000 250.000
4. Transportasi Penelitian
5 Liter 10.000 50.000
5. ATK dan Penyusunan Laporan Skripsi
1 Paket 350.000 350.000
6. Penggandaan Laporan Skripsi
4 Paket 40.000 160.000
7. Keperluan Darurat 1 Unit 100.000 150.000
JUMLAH 1.100.000
Minggu Ke 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan Proposal Studi Pustaka
Pengambilan Data Lokasi Analisa Data
Perancangan Sistem PLTS
Pengujian dan Simulasi Sistem PLTS Revisi atau perbaikan
Penyusunan Laporan
Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3 Bulan ke-4
Aktifitas Waktu
38
DAFTAR PUSTAKA
[1] T. Morales, “Design of Small Photovoltaic (PV) Solar-Powered Water Pump Systems Natural Resources Conservation Service,” 2010.
[2] “Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya-Bahan Pengajaran.”
[3] A. Rachmi, B. Prakoso, Hanny Berchmans, I. Devi Sara, and Winne,
“Panduan Perencanaan dan Pemanfaatan PLTS atap di Indonesia,” in PLTS Atap, Jakarta, 2020, p. 94.
[4] B. Ramadhani, Instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya Dos & Don’ts.
Jakarta: Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH, Energising Development (EnDev) Indonesia, 2018.
[5] I. G. Ngurah and A. Dwijaya, Draft Buku Ajar, no. September. 2019.
[6] Joseph Burdick & Philip Schimdt, Install Your Own Solar Panels, vol. 1, no.
1. 2017.
[7] E. Conservation, Solar Photovoltaic ( Pv ) Installation System Handbook Directorate General for New , Renewable Energy , and Energy Conservation. 2015.
[8] A. Eka, P. Lestari, and P. Oetomo, “Analisis Pemilihan Penghantar Tenaga Listrik Paling Effisien Pada Gedung Bertingkat,” Progr. Stud. Tek. Elektro - ISTN, vol. XXIII, no. 2, pp. 61–68, 2021.
[9] K. E. Riset, Sistem Proteksi pada Instalasi Penyediaan PLTS, no. Oktober.
2021. doi: 10.1016/j.cjca.2014.06.019.
[10] R. Saragih, Yusniati, R. Nasution, and Armansyah, “Studi Peralatan Proteksi Sambaran Petir Lightning Arrester Pada Jaringan Distribusi 20 KV,” J.
Electr. Technol., vol. 5, no. 1, pp. 32–36, 2020.
[11] ANGGI SUMARNA, “Analisis Kelayakan Instalasi Listrik Rumah Tangga,”
Pros. Semin. Nas. Penelit. Pengabdi. Pada Masy., vol. 7, p. 6, 2021.
[12] Michael Boxwell, Solar Electricity Handbook, vol. 11, no. 1. 2017. [Online].
Available: http://journal.um-
surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/2203
[13] Y. A. Nugroho, “Analisis Tekno-Ekonomi Pembangkit Listrik Tenaga Surya ( PLTS ) Di PT Pertamina ( Persero ) Unit Pengolahan IV Cilacap,” IEA Clean Coal Cent., vol. 11, no. 9, p. Issue 18-4, 2016, [Online]. Available:
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-12820-Presentation.pdf
39 [14] M. Irfan, “Perencanaan Teknis dan Ekonomis Pembangkit Listrik Tenaga
Surya Sistem On-Grid,” pp. 18–19, 2017.
[15] A. I. Avinda, K. Karnoto, and D. Darjat, “Analisis Kelayakan Ekonomi Pembangkit Listrik Tenaga Surya Dengan Sistem on Grid Pada Pondok Pesantren Tanbihul Ghofiliin Kabupaten Banjarnegara,” Transient J. Ilm.
Tek. Elektro, vol. 10, no. 4, pp. 686–692, 2021, doi:
10.14710/transient.v10i4.686-692.
[16] A. Firmansyah, K. Karnoto, and J. Windarta, “Studi Perancangan Dan Analisa Daya Pembangkit Listrik Tenaga Surya Dengan Sistem on Grid Pada Pondok Pesantren Tanbihul Ghofiliin Kabupaten Banjarnegara,” Transient J. Ilm. Tek. Elektro, vol. 10, no. 4, pp. 693–700, 2021, doi:
10.14710/transient.v10i4.693-700.
[17] H. Kristiawan, I. N. S. Kumara, and I. A. D. Giriantari, “Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap Gedung Sekolah di Kota Denpasar,” J.
SPEKTRUM Vol. 6, No. 4 Desember 2019, vol. 6, no. 4, pp. 1–5, 2019.
[18] I. Wirajati and I. M. A. K. Natha, “Pengaruh sudut kemiringan dan arah penempatan terhadap daya keluaran pada modul panel surya,” J. Appl. Mech.
Eng. Green Technol., vol. 11, no. 1, pp. 5–9, 2021, doi:
10.31940/jametech.v2i1.2461.
[19] P. Harahap, “Pengaruh Temperatur Permukaan Panel Surya Terhadap Daya Yang Dihasilkan Dari Berbagai Jenis Sel Surya,” RELE (Rekayasa Elektr.
dan Energi) J. Tek. Elektro, vol. 2, no. 2, pp. 73–80, 2020, doi:
10.30596/rele.v2i2.4420.
[20] S. Pandapotan, “Penggunaan ETAP 12 . 6 Sebagai Software Analisis Power Quality,” Tek. Elektro,Prodi Tek. List. Negeri Jakarta, vol. 1, no. Electrical Software, pp. 123–127, 2017.
[21] D. Abdullah and B. Badaruddin, “Analisa Perbaikan Penampang Penghantar Guna Mengurangi Drop Tegangan dan Simulasi Etap 16.0 Pada JTR GD KRDB di Wilayah Kerja PT. PLN (Persero) ULP Serang Kota,” J. Teknol.
Elektro, vol. 11, no. 1, p. 24, 2020, doi: 10.22441/jte.2020.v11i1.004.
[22] A. Fauzy, Metode Penelitian, i. Jakarta: CV. Pena Persada, 2022.
40 Lampiran 1c
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama Lengkap : Andre Halomoan Sitorus
2. NIM : 1902421021
3. Tempat, Tanggal Lahir : Depok, 9 Januari 2002 4. Jenis Kelamin : Laki-laki
5. Alamat : Jln. Kediri III No. 230 RT.005/RW.016, Kel.
Mekarjaya, Kec. Sukmajaya, Kota Depok, Jawa Barat.
6. Email : [email protected] 7. Pendidikan
SD (2007-2013) : SD Tugu Ibu I Depok SMP (2013-2016) : SMPN 03 Depok SMA (2016-2019) : SMAN 03 Depok
9. Program Studi : Teknik Pembangkit Tenaga Listrik 10. Bidang Peminatan : -
11. Tempat/Topik OJT : PT. Atap Surya Nusantara/ Pembangkit Listrik Tenaga Surya