• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengambilan, Preparasi, dan Pengujian Hidrokarbon Pada Sampel Tanah Y5 Irwan Adi Susanto no cover

N/A
N/A
IRWAN ADI SUSANTO XIPA5

Academic year: 2025

Membagikan "Pengambilan, Preparasi, dan Pengujian Hidrokarbon Pada Sampel Tanah Y5 Irwan Adi Susanto no cover"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

COVER ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Praktikum ... 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 2

2.1. Pengertian Sampel Tanah ... 2

2.2. Metode Pengambilan Sampel Tanah ... 2

2.3. Pengertian dan Prinsip Kerja Alat Sampel Tanah ... 2

2.3.1. Auger soil sampler ... 2

2.3.2. Ring soil sampler ... 4

2.4. Preparasi Sampel Tanah ... 4

2.5. Pencemaran Hidrokarbon ... 4

2.5.1. Senyawa Hidrokarbon ... 4

2.5.2. Total Petroleum Hydrocarbon (TPH) ... 5

2.5.3. Dampak Pencemaran Hidrokarbon ... 5

2.6. Metode Gravimetri ... 6

BAB III. METODOLOGI PELAKSANAAN ... 7

3.1. Gambar Alat dan Bahan beserta Fungsi ... 7

3.2. Cara Kerja ... 11

3.2.1. Pengambilan Sampel Tanah Tidak Terganggu ... 11

3.2.2. Pengambilan Sampel Tanah Terganggu... 11

3.2.3. Pengambilan Sampel Tanah Agregat Utuh ... 12

3.2.4. Preparasi Sampel Tanah ... 13

3.2.5. Uji Penentuan Kadar Air ... 14

3.2.6. Pengujian TPH ... 15

BAB IV. PEMBAHASAN ... 16

4.1. Data Hasil Praktikum ... 16

4.2. Analisis Prosedur ... 16

4.3. Analisis Data Hasil Praktikum ... 16

4.4. Perbandingan Pengambilan Sampel Tanah dengan Literatur ... 17

4.5. Perbandingan Preparasi Sampel Tanah dengan Literatur ... 17

4.6. Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Sampel Tanah ... 18

4.7. Faktor yang Mempengaruhi Kadar Air pada Tanah ... 18

4.8. Faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi TPH ... 19

4.9. Aplikasi Pengambilan, Preparasi, dan Pengujian Hidrokarbon pada Sampel Tanah di Bidang Teknik Lingkungan ... 19

(2)

LAMPIRAN ... 23 LAMPIRAN TAMBAHAN ... 39 LAMPIRAN ACC DHP ... 47

(3)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Alat, Bahan, dan Fungsi ... 7 Tabel 4.1. Pengujian Total Petroleum Hydrocarbon (TPH) ... 16

(4)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pengertian Sampel Tanah ... 23

Lampiran 2. Metode Pengambilan Sampel Tanah ... 25

Lampiran 3. Auger Soil Sampler ... 26

Lampiran 4. Ring Soil Sampler ... 28

Lampiran 5. Preparasi Sampel Tanah ... 30

Lampiran 6. Senyawa Hidrokarbon ... 32

Lampiran 7. Total Petroleum Hydrocarbon (TPH) ... 34

Lampiran 8. Dampak Pencemaran Hidrokarbon ... 36

Lampiran 9. Metode Gravimetri ... 38

Lampiran 10. Perbandingan Pengambilan Sampel Tanah... 39

Lampiran 11. Perbandingan Preparasi Sampel Tanah ... 39

Lampiran 12. Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Sampel Tanah ... 41

Lampiran 13. Faktor yang Mempengaruhi Kadar Air pada Tanah ... 42

Lampiran 14. Faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi TPH ... 43

Lampiran 15. Aplikasi Pengambilan, Preparasi, dan Pengujian Hidrokarbon pada Sampel Tanah di Bidang Teknik Lingkungan... 45

(5)

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tanah adalah lapisan terluar dari kerak bumi yang terdiri atas campuran material padat, cair, dan gas. Komponen utama yang membentuk tanah meliputi mineral, zat organik, air, udara, serta berbagai organisme hidup. Mineral biasanya berasal dari batuan yang telah mengalami pelapukan, sedangkan kandungan organik terbentuk dari sisa makhluk hidup seperti tumbuhan dan hewan yang membusuk dan terurai di dalam tanah.

Kehadiran air dan udara sangat penting karena keduanya berperan dalam penyediaan oksigen dan unsur hara yang dibutuhkan tanaman serta organisme lainnya. Tanah juga merupakan tempat hidup berbagai makhluk mikro dan makro seperti bakteri, cacing, serangga, dan jamur yang berkontribusi dalam penguraian bahan organik serta meningkatkan kesuburan tanah. Interaksi antar elemen tersebut menentukan karakteristik tanah, termasuk tingkat kesuburan, kemampuan menyerap air, dan struktur fisiknya.

Tanah memainkan peranan krusial dalam keseimbangan lingkungan, karena menjadi tempat tinggal bagi berbagai bentuk kehidupan, mulai dari mikroorganisme hingga tumbuhan dan hewan. Selain menjadi media utama bagi pertumbuhan tanaman, tanah juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan air serta sumber unsur hara esensial yang mendukung perkembangan tanaman. Kondisi tanah yang rusak atau mengalami degradasi bisa berdampak negatif terhadap lingkungan, seperti mempercepat terjadinya erosi, menghilangkan habitat alami, dan menurunkan kualitas air bersih. Oleh sebab itu, penting untuk merawat dan mengelola tanah secara berkelanjutan demi menjaga kesuburan serta memastikan keberlanjutan ekosistem dan kehidupan manusia di masa mendatang.

1.2. Tujuan Praktikum

a. Mahasiswa mampu mengetahui cara pengambilan sampel tanah yang benar agar didaptkan hasil pengujian yang valid.

b. Mahasiswa mampu mengetahui cara meminimalkan kesalahan hasil analisa lab melalui pengambilan dan preparasi sampel sebagai tahap awal penelitian.

c. Mahasiswa mampu menguji dan menghitung konsentrasi hidrokarbon pada sampel tanah terkontaminasi

(6)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Sampel Tanah

Pengambilan sampel tanah merupakan kegiatan untuk mengumpulkan sejumlah contoh tanah dari suatu wilayah guna mewakili kondisi umum tanah di area tersebut.

Dalam praktik ini, terdapat konsep penting yang disebut teori pengambilan sampel. Teori ini bertujuan untuk menentukan cara yang paling efektif dalam memilih sampel agar gambaran kondisi tanah dapat diperoleh secara tepat. Selain itu, teori ini juga mendukung pengembangan metode pengambilan sampel yang efisien dari segi waktu dan biaya tanpa mengurangi mutu informasi yang diperoleh. Dengan metode yang sesuai, proses ini memungkinkan analisis yang lebih akurat terhadap sifat fisik maupun kimia tanah.

Pengambilan sampel tanah yang tepat sangat berperan dalam berbagai bidang, seperti pertanian, teknik geoteknik, dan penelitian lingkungan, guna menunjang pengelolaan tanah secara berkelanjutan (Faridlah, 2016).

Sampel tanah yang diperoleh kemudian dianalisis melalui dua jenis pendekatan, yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Untuk analisis kualitatif, digunakan metode PUTS. Sementara itu, analisis kuantitatif dilakukan di laboratorium dengan menggunakan sejumlah teknik. Kandungan nitrogen dianalisis menggunakan metode Kjeldahl, sedangkan fosfor dianalisis dengan metode Bray. Kadar kalium diukur dengan bantuan spektrometer. Selain itu, kandungan karbon organik ditentukan menggunakan metode Walkley dan Black, dan tingkat keasaman tanah (pH) diukur menggunakan alat pH meter (Karamoy, 2022).

2.2. Metode Pengambilan Sampel Tanah

Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan menggunakan metode sistematik, yaitu teknik yang mengutamakan ketepatan dalam menentukan lokasi pengambilan sampel. Metode ini didasarkan pada pola tertentu, seperti grid berbentuk persegi, segitiga, atau heksagon. Pendekatan ini memungkinkan distribusi titik sampel yang mewakili kondisi lahan secara proporsional dan menyeluruh. Dalam pelaksanaannya, titik- titik pengambilan ditentukan berdasarkan peta layout area yang telah dirancang sebelumnya, kemudian pengambilan sampel dilakukan langsung di lapangan menggunakan alat khusus untuk pengambilan tanah (Harjayanti et al., 2023).

Tujuan dari pengambilan sampel tanah adalah untuk mengetahui sifat fisik dan kimia tanah, tekstur, serta kandungan bahan organik. Sampel tanah setebal 1 cm sudah cukup untuk mewakili karakteristik lapisan atas tanah di suatu area. Umumnya, pengambilan sampel pada lapisan permukaan dilakukan pada kedalaman 0–10 cm, yang sering dijadikan batas standar untuk lapisan atas. Selain itu, pengambilan sampel pada kedalaman yang lebih dalam juga bisa dilakukan untuk memperoleh informasi tambahan mengenai sebaran vertikal dari karakteristik tertentu dalam profil tanah (Maestroni and Cannavan, 2018).

2.3. Pengertian dan Prinsip Kerja Alat Sampel Tanah 2.3.1. Auger soil sampler

Auger soil sampler merupakan alat yang digunakan untuk mengambil sampel tanah dengan cara mengebor ke dalam tanah hingga mencapai kedalaman tertentu.

Alat ini memiliki bentuk menyerupai bor dengan bilah spiral yang berfungsi mengangkat tanah ke permukaan tanpa menyebabkan banyak perubahan pada strukturnya. Alat ini banyak dimanfaatkan dalam bidang pertanian dan penelitian tanah karena kemampuannya yang cepat dan efisien dalam mengambil sampel di berbagai kedalaman. Sampel yang diperoleh menggunakan auger dapat dianalisis lebih lanjut untuk mengidentifikasi sifat fisik, kimia, serta tingkat kesuburan tanah sesuai kebutuhan analisis (Feng et al., 2022).

Auger soil sampler digunakan untuk pengambilan sampel tanah, namun

(7)

efektivitasnya dalam mempertahankan integritas sampel lebih rendah dibandingkan dengan Probe A dan C. Penggunaan Auger B menunjukkan bahwa stabilitas nutrisi pada kedalaman lebih dalam (20–40 cm) cenderung berfluktuasi, yang mengindikasikan potensi terjadinya kontaminasi yang lebih tinggi. Selain itu, durasi yang diperlukan untuk pengambilan sampel dengan Auger B lebih lama, sementara Probe C mampu menyelesaikan proses tersebut dua kali lebih cepat, dan Probe A juga menunjukkan efisiensi yang lebih baik. Berdasarkan waktu yang lebih lama serta akurasi yang lebih rendah, penggunaan Auger B kurang optimal untuk pengambilan sampel tanah dalam jumlah besar di area yang luas (Nicoletti et al., 2023).

2.3.2. Ring soil sampler

Dalam penelitian ini, alat ring soil sampler digunakan untuk mengambil sampel tanah utuh sebelum dan setelah pemrosesan tanah. Setiap perlakuan diulang tiga kali. Alat ini memiliki spesifikasi tinggi 4 cm, dengan diameter dalam 7,63 cm dan diameter luar 7,93 cm.

Kedua ujung tabung disegel dengan plastik untuk menjaga agar tanah tetap utuh.

Pengambilan sampel dilakukan pada kedalaman 10–20 cm di bawah permukaan tanah dengan menggunakan metode simple random sampling (SRS), mengikuti pendekatan systematic sampling (SyS). Sampel tanah diambil satu hari sebelum pemrosesan tanah dimulai dan diambil kembali 30 hari setelah perlakuan tanah pertama dilakukan (Yanti et al.,

2019).

Ring soil sampler bekerja dengan prinsip untuk mempertahankan integritas struktur tanah saat proses pengambilan sampel dilakukan. Langkah pertama dalam penggunaannya adalah meletakkan ring sample di atas permukaan tanah yang telah diratakan, dengan sisi tajam menghadap ke bawah agar dapat dengan mudah menembus tanah. Untuk mempermudah pengambilan sampel, tanah di sekitar ring digali dengan jarak sekitar 10 cm dari bagian luar ring, hingga mencapai kedalaman sekitar 10-15 cm. Penggalian dilakukan dengan hati-hati agar tanah dalam ring tetap utuh dan tidak terganggu. Setelah ring sample terpasang dengan sempurna, bagian bawah tanah yang masih melekat dipotong dengan hati-hati menggunakan pisau atau alat pemotong lainnya. Langkah ini bertujuan untuk memastikan sampel tanah dapat diangkat dengan benar tanpa merusak strukturnya. Sampel yang diperoleh kemudian dianalisis lebih lanjut untuk mengidentifikasi berbagai sifat fisik tanah, seperti kandungan air, porositas, dan kepadatan (Arif, 2022).

(8)

2.4. Preparasi Sampel Tanah

Tahap preparasi sampel tanah merupakan langkah krusial yang perlu dilakukan untuk mempersiapkan material tanah sesuai dengan parameter yang akan dianalisis.

Langkah pertama adalah pengambilan sampel tanah dari lokasi yang telah ditentukan, dengan memastikan bahwa sampel yang diambil benar-benar representatif. Setelah itu, sampel tanah biasanya dibersihkan secara manual untuk menghilangkan material organik kasar seperti akar, daun, atau kerikil yang dapat memengaruhi hasil analisis. Proses selanjutnya adalah pengeringan sampel tanah, bertujuan untuk mengurangi kadar air yang ada. Pengeringan dilakukan dengan suhu yang tidak melebihi 36℃ untuk mencegah perubahan sifat tanah. Setelah pengeringan, sampel tanah digerus hingga mencapai ukuran lebih kecil dari 2 mm, kemudian diayak untuk memisahkan fraksi ukuran partikel tanah yang akan dianalisis lebih lanjut (Dzakir et al., 2022).

Metode alternatif untuk preparasi sampel tanah sering digunakan, tergantung pada jenis analisis yang akan dilakukan. Salah satu metode yang umum adalah pencucian sampel tanah dengan menggunakan aquadest atau air demineralisasi. Tujuan dari pencucian ini adalah untuk menghilangkan garam terlarut, ion-ion, atau kontaminan lain yang mungkin ada dalam tanah yang dapat mempengaruhi hasil analisis kimia. Setelah pencucian, sampel tanah biasanya dikeringkan kembali, seringkali menggunakan oven pada suhu yang lebih tinggi, seperti 110°C, selama waktu tertentu untuk menguapkan kandungan air dalam sampel. Tanah yang telah dikeringkan kemudian digerus menjadi serbuk halus dengan ukuran partikel yang lebih kecil, seperti lolos saringan 250 mesh.

Ukuran partikel yang seragam sangat penting dalam analisis yang memerlukan homogenitas sampel, seperti penentuan kandungan unsur hara atau analisis mineralogi (Fitri et al., 2021).

2.5. Pencemaran Hidrokarbon 2.5.1. Senyawa Hidrokarbon

Hidrokarbon merupakan kelompok senyawa organik yang terdiri dari unsur karbon (C) dan hidrogen (H). Senyawa ini menjadi dasar penting dalam studi senyawa organik lainnya, seperti benzena, alkil halida, alkohol, fenol, aldehida, keton, asam karboksilat dan turunannya, serta amina. Reaksi yang melibatkan hidrokarbon biasanya menghasilkan lebih dari satu produk, memiliki mekanisme yang dapat melibatkan lebih dari dua tahap, dan menunjukkan hubungan yang erat antara reaksi senyawa alkana, alkena, dan alkuna (Purwanto, 2021).

Hidrokarbon terdiri dari molekul-molekul organik yang saling terhubung melalui ikatan kovalen. Ikatan tersebut bisa berupa ikatan tunggal, ganda, atau tripel, yang mencerminkan karakteristik senyawa hidrokarbon jenuh maupun tidak jenuh. Senyawa hidrokarbon jenuh memiliki ikatan tunggal dan dapat berbentuk siklik atau asiklik. Di sisi lain, senyawa hidrokarbon tidak jenuh memiliki ikatan rangkap dua atau tiga antara atom karbon dalam molekulnya, dan bahkan dapat membentuk ikatan aromatic (Giovany et al., 2022).

(9)

2.5.2. Total Petroleum Hydrocarbon (TPH)

Total petroleum hydrocarbon (TPH) adalah konsentrasi pencemar hidrokarbon dari minyak bumi yang terdapat dalam tanah, yang dinyatakan dalam satuan mg hidrokarbon per kg tanah. TPH diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berdasarkan komponen penyusunnya, yaitu alifatik, alisiklik, dan aromatik, dengan senyawa aromatik dibagi lagi menjadi poliaromatik dan monoaromatik. Monoaromatik merupakan bagian dari hidrokarbon minyak bumi yang cenderung mudah menyebar di tanah karena kelarutannya yang tinggi dalam air. Kehadiran senyawa aromatik dan logam berat ini meningkatkan potensi risiko pencemaran lingkungan akibat sifatnya yang persisten dan toksik (Hadrianto, 2018).

Total petroleum hydrocarbon (TPH) merujuk pada minyak bumi atau minyak mentah yang terdiri dari berbagai senyawa. Bumi sendiri mengandung antara 50%

hingga 98% minyak bumi, yang dianggap sebagai komponen utama dalam sumber daya minyak bumi. TPH sering kali terlepas ke lingkungan melalui insiden tumpahan minyak, produk sampingan dari penggunaan komersial, atau pembuangan dari industri. Selain tumpahan minyak yang disebabkan oleh aktivitas manusia, jutaan ton minyak bumi juga masuk ke lingkungan laut setiap tahunnya melalui rembesan alami. Faktor-faktor yang mempengaruhi hal ini meliputi bentuk senyawa organik dalam TPH, durasi paparan, serta jumlah zat kimia yang terlibat dalam kontak tersebut (Sayed et al., 2018).

2.5.3. Dampak Pencemaran Hidrokarbon

Pencemaran hidrokarbon memberikan dampak yang signifikan terhadap sifat fisik dan kimia tanah serta sedimen, yang secara substansial menghambat pergerakan air dan oksigen di dalamnya. Perubahan ini, pada gilirannya, memengaruhi permeabilitas, kelembapan, pH tanah, ketersediaan nutrisi penting, dan kondisi redoks lingkungan, yang dampaknya dirasakan luas di seluruh ekosistem. Paparan langsung tanaman terhadap hidrokarbon mengganggu proses perkembangannya dengan membatasi penetrasi cahaya yang penting untuk fotosintesis serta menghalangi penyerapan nutrisi dari tanah, yang pada akhirnya menurunkan produktivitas primer dan hasil pertanian. Ancaman pencemaran ini tidak hanya terbatas pada lingkungan perairan, karena hidrokarbon juga dapat meresap ke dalam ekosistem bawah tanah melalui proses perkolasi dan deposisi atmosfer, yang memperluas dampaknya ke habitat alami yang lebih tersembunyi (Alaidaroos, 2023).

Pencemaran yang disebabkan oleh minyak dan bahan kimia dari aktivitas industri kelapa sawit dapat memberikan dampak yang besar terhadap flora dan fauna di suatu daerah. Minyak yang mengapung di permukaan air sangat berbahaya bagi burung laut yang biasanya berada di atasnya. Lapisan minyak yang menutupi tubuh burung dapat membuat mereka kesulitan membersihkan diri, dan saat berusaha menjilati tubuhnya, burung tersebut malah menelan minyak yang akhirnya mencemari dirinya sendiri. Selain itu, ekosistem mangrove dan perairan payau juga mengalami kerusakan. Mikroorganisme yang terpapar pencemaran akan

(10)

2.6. Metode Gravimetri

Salah satu metode yang umum digunakan untuk menentukan kandungan kalsium karbonat (CaCO₃) dalam batu gamping adalah teknik gravimetri. Teknik ini termasuk dalam kategori analisis kuantitatif, di mana penentuan kadar suatu senyawa dilakukan berdasarkan massa produk reaksi yang telah diisolasi dan dimurnikan. Secara prinsip, analisis gravimetri melibatkan tahapan pengendapan, penyaringan, pengeringan, dan penimbangan zat hasil reaksi untuk memperoleh nilai kandungan senyawa dengan tingkat akurasi yang tinggi. Keunggulan utama dari metode ini adalah tingkat ketelitiannya yang sangat baik, meskipun pelaksanaannya memerlukan waktu yang relatif panjang dan ketelitian tinggi selama setiap tahapan proses (Amir et al., 2022).

Sampel yang telah melalui tahap preparasi akan ditimbang hingga mencapai massa konstan, yaitu saat bobotnya tidak mengalami perubahan meskipun dilakukan penimbangan berulang kali. Langkah ini bertujuan untuk memastikan bahwa seluruh kandungan air atau senyawa volatil telah benar-benar menguap. Metode ini didasarkan pada prinsip pelarutan sampel dalam akuades guna mengekstrak analit yang diinginkan.

Setelah analit terbentuk, proses pengendapan dilakukan agar senyawa tersebut terpisah dari larutan dan terbentuk sebagai padatan. Endapan yang diperoleh kemudian disaring, dikeringkan, dan ditimbang secara teliti. Gravimetri dikenal sebagai metode analisis yang cukup sederhana namun efektif dalam memperoleh senyawa dalam bentuk padat yang murni. Karena hasil akhirnya bergantung pada massa, ketelitian dalam tahap pemisahan dan pengeringan sangat penting untuk menghasilkan data kuantitatif yang presisi

(Tumangger et al., 2021).

(11)

BAB III. METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1. Gambar Alat dan Bahan beserta Fungsi

Tabel 3.1. Alat, Bahan, dan Fungsi

No Nama Gambar Fungsi

1. Corong Kaca

Gambar 3.1. Corong Kaca Sumber: Dokumentasi

Pribadi, 2025

Digunakan untuk

memindahkan cairan ke wadah lain agar tidak tumpah.

2. Gelas Ukur

Gambar 3.2. Gelas Ukur Sumber: Dokumentasi

Pribadi, 2025

Digunakan untuk

mengukur volume cairan secara akurat.

3. Hot Plate Stirrer

Gambar 3.3. Hot Plate Stirrer

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2025

Untuk memanaskan dan penguapan pada cairan ataupun sampel.

4. Kertas Filter

Gambar 3.4. Kertas Filter Sumber: Dokumentasi

Pribadi, 2025

Untuk memisahkan

partikel-partikel padat.

(12)

5. Kertas Aluminium Foil

Gambar 3.5. Kertas Aluminium Foil Sumber: Dokumentasi

Pribadi, 2025

Untuk menutup atau

membungkus botol

sampel saat proses penguapan.

6. N-Heksana

Gambar 3.6. N-Heksana Sumber: Dokumentasi

Pribadi, 2025

Sebagai bahan pelarut untuk mengekstrak hidrokarbon dari sampel tanah.

7. Penjepit Tabung

Gambar 3.7. Penjepit Tabung

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2025

Untuk menjepit tabung reaksi atau mengambil tabung reaksi yang panas setelah proses penguapan.

8. Spatula

Gambar 3.8. Spatula Sumber: Dokumentasi

Pribadi, 2025

Untuk mencampurkan dan juga mengambil bahan kimia padat.

9. Gelas Arloji

Gambar 3.9. Gelas Arloji Sumber: Dokumentasi

Pribadi, 2025

Untuk tempat

menimbang sampel

tanah.

(13)

10. Vortex Mixer

Gambar 3.10. Vortex Mixer Sumber: Dokumentasi

Pribadi, 2025

Untuk mencampur

sampel tanah dengan larutan secara merata dan juga efisien.

11. Gelas Beaker

Gambar 3.11. Gelas Beaker

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2025

Wadah untuk

menampung cairan dan juga untuk proses penguapan.

12. Timbangan Analitik

Gambar 3.12. Timbangan Analitik

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2025

Untuk menimbang

massa sampel dalam akurasi tinggi.

13. Rak Tabung Reaksi

Gambar 3.13. Rak Tabung Reaksi

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2025

Untuk menaruh tabung reaksi agar tetap tegak dan stabil.

(14)

14. Sampel Tanah

Gambar 3.14. Sampel Tanah

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2025

Bahan yang digunakan untuk pengamatan.

15. Termometer

Gambar 3.15. Termometer Sumber: Dokumentasi

Pribadi, 2025

Untuk mengukur suhu / temperatur dengan akurasi yang tinggi.

16. Botol Voil

Gambar 3.16. Botol Voil Sumber: Dokumentasi

Pribadi, 2025

Sebagai wadah untuk menaruh sampel dalam pengujian.

(15)

Mulai

Sampel tanah diambil menggunakan alat pengambil sampel tanah (auger soil sampler) hingga kedalaman 15-25 cm.

Selesai

Sampel dimasukkan ke dalam wadah (ring), kemudian diberi label sebelum diletakkan di dalam coolbox.

Mulai

Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Masukkan sampel ke dalam kantong plastik tebal yang sudah diberi label, lalu tutup dengan rapat.

Selesai 3.2. Cara Kerja

3.2.1. Pengambilan Sampel Tanah Tidak Terganggu

3.2.2. Pengambilan Sampel Tanah Terganggu

Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Sampel tanah diambil dengan menggunakan sekop atau bor tanah.

(16)

Mulai

Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Sampel dimasukkan ke dalam kantong plastik, kotak seng, atau kotak kayu, kemudian diberi label sebelum ditempatkan dalam peti kayu atau

kardus yang kokoh.

Selesai

3.2.3. Pengambilan Sampel Tanah Agregat Utuh

Sampel tanah diambil seberat 2 kg menggunakan cangkul pada kedalaman antara 0 hingga 20 cm.

(17)

Mulai

Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Fasilitasi penempatan sampel tanah dengan menaruhnya di atas tray atau nampan yang telah dibersihkan permukaannya.

Simpan pada suhu ruangan hingga sampel benar-benar kering.

Haluskan sampel tanah yang telah kering menggunakan rolling pin atau palu karet.

Sampel tanah disaring menggunakan ayakan dengan ukuran mesh 10.

Selesai

Simpanlah di dalam wadah yang kering dan tertutup.

3.2.4. Preparasi Sampel Tanah

(18)

Mulai

Panaskan cawan kosong dalam oven selama 1 jam pada suhu 105℃.

Letakkan cawan kosong di dalam desikator selama 15 menit, kemudian timbang berat cawan tersebut.

Menimbang sampel tanah seberat 5 gram.

Masukkan 5 gram sampel tanah ke dalam cawan porselen, kemudian timbang berat cawan beserta sampelnya.

Mengoven sampel selama satu jam pada suhu 105℃.

Masukkan kembali cawan yang berisi sampel ke dalam desikator selama 15 menit, kemudian timbang kembali berat cawan beserta

sampelnya.

Selesai 3.2.5. Uji Penentuan Kadar Air

(19)

Selesai

Timbanglah botol sampel terlebih dahulu.

Sampel tanah yang telah dikeringkan dari kadar airnya kemudian digerus dengan menggunakan mortar sebanyak 5 gram.

Tambahkan 10 ml pelarut organik seperti n-heksana dan kocok menggunakan shaker dengan kecepatan tinggi hingga terlihat minyak

terpisah dari sampel.

Supernatan sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam botol sampel.

Minyak yang tersisa kemudian ditimbang setelah diuapkan menggunakan waterbath pada suhu 70℃.

Selesai 3.2.6. Pengujian TPH

(20)

BAB IV. PEMBAHASAN 4.1. Data Hasil Praktikum

Tabel 4.1. Pengujian Total Petroleum Hydrocarbon (TPH)

Berat Botol Vial (g) Berat Minyak (g)

14,93 15,08

Perhitungan TPH:

𝑻𝑷𝑯 (%) = e − a

4 gram sampel × 100

Keterangan:

a = berat botol vial (g) e = berat minyak (g)

Perhitungan:

TPH (%) = 𝑒−𝑎

4 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 × 100

= 15,08−14,93

4 ×100

= 0,15

4

= 3,75 %

4.2. Analisis Prosedur

Prosedur analisis tanah ini telah dilaksanakan sesuai dengan standar yang berlaku.

Sampel tanah terganggu dikumpulkan menggunakan sekop atau bor tanah, lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik tebal dan diberi label identifikasi yang jelas. Untuk sampel tanah utuh, pengambilan dilakukan dengan menggunakan auger soil sampler dan ring khusus, kemudian disimpan dalam coolbox agar kondisi kelembaban tetap terjaga.

Sementara itu, sampel agregat tanah utuh diambil menggunakan cangkul dan disimpan di dalam kotak berbahan kayu atau seng guna menghindari kerusakan struktur. Setelah proses pengeringan alami pada suhu ruang, tanah dihancurkan secara manual dan diayak menggunakan ayakan dengan ukuran mesh 10. Sampel yang telah siap kemudian disimpan dalam wadah tertutup rapat untuk menjaga kualitasnya. Pada pengujian kadar air, sampel ditimbang terlebih dahulu, kemudian dikeringkan dalam oven, didinginkan menggunakan desikator, dan ditimbang kembali untuk menentukan selisih berat.

Sedangkan pada uji Total Petroleum Hydrocarbon (TPH), sampel tanah kering diekstraksi menggunakan n-heksana dengan bantuan shaker, supernatannya diuapkan, lalu minyak hasil ekstraksi ditimbang. Seluruh rangkaian proses ini membutuhkan ketelitian tinggi, pelabelan yang sistematis, serta penanganan bahan kimia yang sesuai standar keamanan laboratorium.

4.3. Analisis Data Hasil Praktikum

Berdasarkan hasil analisis Total Petroleum Hydrocarbon (TPH), kandungan minyak dalam sampel tanah diketahui sebesar 3,75%. Nilai ini diperoleh dengan mengurangkan berat botol vial kosong (14,93 gram) dari berat botol berisi minyak hasil ekstraksi (15,08 gram), sehingga didapatkan berat minyak sebesar 0,15 gram. Berat minyak tersebut kemudian dibagi dengan berat sampel tanah sebesar 4 gram, lalu dikalikan 100 untuk mendapatkan

×100

(21)

persentase. Hasil ini menunjukkan bahwa 4 gram tanah mengandung sekitar 3,75%

minyak, yang mengindikasikan potensi pencemaran hidrokarbon di lokasi pengambilan sampel. Perhitungan ini berperan penting dalam menilai tingkat kontaminasi serta menjadi dasar untuk perencanaan langkah pemulihan lahan.

4.4. Perbandingan Pengambilan Sampel Tanah dengan Literatur

Berdasarkan referensi literatur, pengambilan sampel tanah dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sampel tanah utuh dan sampel tanah terganggu. Sampel tanah utuh diambil menggunakan ring sampler untuk keperluan analisis sifat fisik seperti kerapatan isi, permeabilitas, dan porositas. Sementara itu, sampel tanah terganggu digunakan untuk analisis parameter yang tidak bergantung pada struktur tanah asli, seperti tekstur dan kadar air. Jika dibandingkan dengan prosedur praktikum yang dilaksanakan, metode yang diterapkan sudah sesuai dengan pedoman tersebut. Pada praktikum, pengambilan sampel tanah utuh dilakukan dengan auger dan ring sampler, lalu disimpan dalam coolbox untuk menjaga kondisi struktur tanah agar tetap stabil hingga analisis dilakukan.

Sedangkan sampel tanah terganggu dikumpulkan menggunakan sekop atau bor, kemudian disimpan dalam kantong plastik tebal sesuai prosedur standar. Dengan demikian, metode praktikum yang dilakukan telah sejalan dengan standar literatur, baik dari segi alat yang digunakan, teknik pengambilan, maupun tujuan analisis masing- masing jenis sampel (Yusra et al., 2023).

.

4.5. Perbandingan Preparasi Sampel Tanah dengan Literatur

Menurut literatur, pengambilan sampel tanah dibedakan menjadi dua, yaitu sampel tanah utuh untuk analisis sifat fisik seperti kerapatan dan permeabilitas, serta sampel tanah terganggu untuk analisis tekstur dan kadar air. Prosedur praktikum yang dijalankan telah mengikuti standar tersebut, di mana sampel utuh diambil menggunakan auger dan ring, kemudian disimpan dalam coolbox untuk mempertahankan struktur aslinya.

Sementara itu, sampel terganggu diambil dengan sekop atau bor tanah dan disimpan dalam kantong plastik tebal untuk menjaga kualitas sampel meski strukturnya tidak dipertahankan. Langkah-langkah tersebut menunjukkan bahwa metode praktikum telah selaras dengan teknik dan tujuan pengambilan sampel sebagaimana dijelaskan dalam literatur ilmiah. Hal ini penting untuk memastikan akurasi dalam analisis laboratorium selanjutnya (Nurmahribi, 2021).

(22)

4.6. Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Sampel Tanah

Dalam proses persiapan sampel tanah sebelum dilakukan analisis, beberapa tahapan penting dilakukan. Sampel terlebih dahulu diratakan di atas nampan yang bersih dan dibiarkan mengering secara alami pada suhu ruang. Setelah kering, tanah dihancurkan menggunakan rolling pin, lalu disaring dengan ayakan berukuran mesh tertentu, dan disimpan dalam wadah kering yang tertutup rapat. Prosedur ini telah mengikuti pedoman standar yang merekomendasikan preparasi awal sampel tanah sebelum analisis laboratorium. Tahapan lainnya meliputi pemerataan tanah untuk menghilangkan unsur asing seperti akar, sisa tanaman, batuan kecil, dan kotoran lainnya, dilanjutkan dengan penghalusan menggunakan lumpang porselen, pengayakan dengan mesh 0,5 mm, serta penyimpanan dalam kantong plastik berlabel untuk menjaga identitas sampel. Setelah itu, sampel diletakkan kembali di nampan bersih dan disimpan di ruang khusus yang bebas dari kontaminasi serta terlindung dari paparan sinar matahari langsung, guna menjaga kualitas dan keakuratan hasil analisis (Farahnaz et al., 2018)

Kondisi tanah sangat berpengaruh dalam proses pengambilan sampel. Faktor- faktor yang diperhatikan meliputi kedalaman, warna, tekstur, struktur, konsistensi, porositas, dan kondisi perakaran. Untuk mendapatkan data yang akurat, sampel diambil dari horizon atas hingga horizon bawah, guna menghindari pencampuran antar horizon yang dapat menurunkan kualitas data. Hal ini penting karena kandungan bahan organik biasanya semakin berkurang seiring bertambahnya kedalaman horizon tanah (Maharani et al., 2015).

4.7. Faktor yang Mempengaruhi Kadar Air pada Tanah

Ketersediaan air di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tekstur tanah, kandungan bahan organik, dan berat volume tanah. Tanah bertekstur pasir memiliki banyak pori makro yang memungkinkan air mengalir dengan cepat dan mudah, sedangkan tanah liat, yang didominasi pori-pori mikro, mampu menahan air lebih lama.

Kehadiran bahan organik dalam tanah juga berperan penting karena dapat meningkatkan kemampuan tanah untuk menyimpan air. Selain itu, berat volume tanah menggambarkan tingkat kepadatan tanah, di mana tanah dengan porositas tinggi umumnya memiliki aliran air yang lebih lancar dibandingkan tanah yang lebih padat. Semua faktor ini bersama- sama menentukan seberapa banyak air yang dapat disimpan dan tersedia bagi tanaman (Jayanti dan Mowidu, 2015).

Selain faktor utama seperti tekstur dan bahan organik, kadar air tanah juga memiliki keterkaitan erat dengan kandungan karbon organik (C-Organik) dan tingkat keasaman (pH) tanah. Berdasarkan hasil penelitian, peningkatan kadar air umumnya diikuti oleh naiknya kadar C-Organik serta menurunnya pH tanah. Misalnya, pada sampel dengan kadar air tertinggi sebesar 20%, ditemukan kadar C-Organik mencapai 59,30%, dengan pH H₂O sebesar 3,114 dan pH KCl sebesar 1,759. Sebaliknya, pada sampel dengan kadar air terendah 13%, kadar C-Organik tercatat sebesar 48,64%, dengan pH H₂O 3,359 dan pH KCl 2,062. Data ini menunjukkan bahwa kandungan air tanah berpengaruh terhadap tingkat keasaman dan kandungan bahan organik, yang pada akhirnya mempengaruhi sifat kimia tanah secara keseluruhan (Kusuma dan Yanti, 2021).

(23)

4.8. Faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi TPH

Konsentrasi Total Petroleum Hydrocarbons (TPH) dalam tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk tekstur tanah, kandungan bahan organik, serta kondisi lingkungan sekitarnya.

Tekstur tanah berperan dalam menentukan kemampuan retensi air; tanah berpasir, dengan pori- pori besar, mempercepat pergerakan air tetapi memiliki kapasitas penyimpanan air yang rendah, sedangkan tanah liat dengan pori-pori kecil mampu mempertahankan air lebih lama meski memperlambat sirkulasi udara dan air. Kandungan bahan organik dalam tanah meningkatkan kapasitas tanah untuk menahan air, sehingga turut berperan dalam memengaruhi distribusi dan konsentrasi TPH. Selain itu, faktor lingkungan seperti tingkat kelembapan, suhu, dan pH tanah juga berkontribusi besar terhadap aktivitas mikroba yang berperan dalam proses degradasi TPH, serta memengaruhi kelarutan senyawa hidrokarbon di dalam tanah. Kombinasi faktor-faktor ini menentukan seberapa cepat atau lambat TPH dapat terurai atau bertahan di dalam tanah (Jia et al., 2022).

4.9. Aplikasi Pengambilan, Preparasi, dan Pengujian Hidrokarbon pada Sampel Tanah di Bidang Teknik Lingkungan

Dalam bidang teknik lingkungan, pengambilan sampel tanah dilakukan untuk berbagai keperluan, salah satunya adalah untuk mengevaluasi kualitas tanah. Sampel yang diperoleh kemudian dianalisis di laboratorium melalui pengukuran berbagai parameter seperti suhu, pH, kadar kelembapan, serta sifat-sifat kimia lainnya. Proses analisis ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik fisik, kimia, dan biologi tanah. Data yang dihasilkan dari pengukuran tersebut menjadi dasar untuk menilai sejauh mana tanah memenuhi syarat untuk berbagai jenis penggunaan lahan, seperti pertanian, konstruksi, atau rehabilitasi lingkungan.

Dengan demikian, analisis tanah berperan penting dalam mendukung keputusan pengelolaan sumber daya tanah secara berkelanjutan (Suleman et al., 2016).

Teknik pengambilan, persiapan, dan pengujian hidrokarbon dalam sampel tanah juga dapat dimanfaatkan dalam studi remedia lingkungan, khususnya dalam upaya mengeliminasi kontaminan minyak bumi (crude oil) dari tanah. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah metode co-composting dalam skala laboratorium, yang menggabungkan tanah tercemar dengan bahan organik yang mudah terurai. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis konsentrasi hidrokarbon dalam tanah yang telah terkontaminasi, mengkaji efektivitas proses co- composting secara aerobik, serta membandingkan pengaruh berbagai jenis limbah organik, seperti limbah kebun dan limbah dari Rumah Potong Hewan (RPH), dalam meningkatkan efisiensi degradasi hidrokarbon. Dengan demikian, penelitian ini juga mendukung identifikasi bahan organik yang paling optimal untuk proses bioremediasi tanah tercemar minyak (Barakwan, 2017).

(24)

BAB V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan

Kegiatan praktikum ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan keterampilan praktis kepada mahasiswa mengenai prosedur lengkap dalam pengambilan, preparasi, dan analisis sampel tanah, khususnya dalam pengukuran kadar Total Petroleum Hydrocarbon (TPH). Berdasarkan hasil laboratorium, ditemukan kadar TPH sebesar 1,7125%, yang dihitung dari selisih massa botol vial kosong dan massa setelah ekstraksi minyak dari 4 gram sampel tanah. Nilai tersebut menunjukkan adanya kontaminasi hidrokarbon di area pengambilan sampel. Seluruh prosedur telah dilaksanakan sesuai dengan standar yang berlaku, mulai dari pengambilan sampel tanah utuh dan terganggu, proses pengeringan alami, pengayakan, hingga ekstraksi menggunakan pelarut n- heksana dan pemanasan dengan waterbath. Hasil yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh karakteristik fisik dan kimia tanah seperti tekstur, kandungan bahan organik, berat jenis, porositas, suhu, kelembaban, dan pH. Tanah dengan kadar organik tinggi cenderung lebih mampu mengikat air dan hidrokarbon, sedangkan tanah liat lebih efektif mempertahankan kelembapan dibandingkan dengan tanah berpasir. Selain sebagai metode identifikasi pencemaran, prosedur ini juga berperan penting dalam evaluasi kesesuaian lahan untuk pertanian dan pemantauan kualitas tanah akibat aktivitas manusia. Dalam konteks teknik lingkungan, metode ini menjadi dasar dalam studi remediasi tanah tercemar, seperti penerapan teknik co-composting aerobik yang memanfaatkan limbah organik dari kebun atau rumah potong hewan untuk mengurangi kandungan hidrokarbon secara signifikan. Oleh karena itu, penguasaan seluruh proses ini sangat krusial untuk mendukung upaya pelestarian tanah dan pemulihan lingkungan yang berkelanjutan.

5.2. Saran

Selama praktikum, disarankan untuk melakukan pengambilan sampel tanah terganggu dan tidak terganggu guna memahami seluruh prosedur kerja secara komprehensif. Hal ini penting agar setiap tahapam pengambilan sampel dapat diterapkan secara langsung. Selain itu, praktikan sebaiknya mempelajari materi terlebih dahulu agar pelaksanaan praktikum lebih efektif dan optimal.

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Alaidaroos BA. Advancing eco-sustainable bioremediation for hydrocarbon contaminants:

challenges and solutions. Processes 11(10): 1-33.

Amir AA. 2021. Analisis Kandungan Kalsium Karbonat (Caco3) Batu Gamping sebagai Bahan Baku Pembuatan Marmer. Skripsi. Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar.

Arif A. 2022. Prediksi Tingkat Bahaya Erosi Menggunakan Usle di Lahan Pertanian Lereng Barat Laut Gunung Lawu Kabupaten Karanganyar. Skripsi. Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta.

Darza SE. Dampak pencemaran bahan kimia dari perusahaan kapal Indonesia terhadap ekosistem laut. Jurnal Ilmiah MEA 4(3): 1831-1852.

Dzakir LO, Dullah NM, Hariono. 2022. Analisis sifat fisik tanah limonit dan saprolit dengan pengujian konsistensi atterberg. Mining Science and Technology Journal 1(2): 104- 109.

Faridhlah M. Studi Karakteristik Tanah Residual Vulkanik Berdasarkan Sifat Magnetik dan Keteknikan Tanah. Skripsi. Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia.

Feng Y, Huang S, Pang Y, Huang K, Liu C. 2022. Granular dynamics in auger sampling.

Journal of Fluid Mechanics, 935, A26.

Fitri MA, Syahriyah FA, Rahkadima YT. 2021. Penggunaan tanah vertiol sebagai bahan baku pembuatan silika. Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan 5(1): 50-54.

Giovany AA, Sutadiwiria Y, Syavitri D, Cahyanigrati, Rendy PR. 2022. Studi karakteristik hidrokarbon dengan metode ekstraksi geokimia biomarker pada cekungan Jawa Barat Utara. Jurnal Homepage 56(3): 181-190.

Hadrianto P. 2018. Mikroorganisme pendegradasi tph (total petroleum hydrocarbon) sebagai agen bioremediasi tanah tercemar minyak bumi. Jurnal Sainshealth 2(2): 35- 42.

Harjayanti H, Indrasari W, Budi E. 2023. Pemetaan sebaran kualitas tanah dengan menggunakan parameter suhu, kelembaban, ph, salinitas, dan medan magnet.

Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) 11(1): 71-76.

Karamoy LT. 2022. Analysis of nutrition levels of nitrogen, phospore, potassium, c-organic and pH in rice soil in Dumoga District, Bolaang Mongondow Regency. Jurnal Agroekoteknologi Terapan 3(2): 338-348.

Maestroni B, Cannavan A. 2018. Integrated Analytical Approaches for Pesticide Management. Academic Press, London, United Kingdom.

Nicoletti JV, Franchi MR, Motomiya AVDA., Motomiya WR, Molin JP. 2023. Efficiency and quality of soil sampling according to a sampling tool. Revista Brasileira de Engenharia Agrícola e Ambiental, 27, 480-486.

Purwanto K. 2021. Analysis on students’ understanding of hydrocarbon compounds in organic chemistry ii course. Jurnal Kimia dan Pendidikan 6(2): 219-230.

Sayed K, Baloo L, Sharma NK. 2021. Bioremediation of Total Petroleum Hydrocarbons (TPH) by bioaugmentation and biostimulation in water with floating oil spill containment booms as bioreactor basin. International Journal of Environmental Research and Public Health 18(5): 1-26.

Tumangger J, Amna U, Fajri R, Amril Y. 2021. Analisis kadar serat kasar dan kadar abu pada tepung beras (oryza sativa l.) menggunakan metode gravimetri. Jurnal Kimia Sains dan Terapan 3(2): 1-4.

Yanti D, Yanuar M, Solahudin M. 2019. Pengaruh pengolahan tanah dan penambahan

(26)

DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Barakwan RA. 2017. Penyisihan Hidrokarbon Pada Tanah Tercemar Crude Oil di Pertambangan Minyak Bumi Rakyat Wonocolo, Bojonegoro dengan Metode CoComposting Aerobik. Skripsi. Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Farahnaz N, Sophian I, Mulyo A, dan Hendarmawan. 2018. Potensi tanah mengembang hasil lapukan batuan vulkanik berdasarkan indeks plastisitas di Kawasan Desa Cilayung. Padjadjaran Geoscience Journal 2(1): 82-89.

Jayanti KD, Mowidu I. 2015. Hubungan antara kadar fraksi pasir, fraksi klei, bahan organik dan berat volume terhadap kadar air tersedia pada tanah sawah di Kabupaten Poso. Jurnal AgroPet 12(1): 6-10.

Jia W, Cheng L, Tan Q, Liu Y, Dou J, Yang K, Yang Q, Wang S, Li J, Niu G, Zheng L, Ding A. 2022. Response of the soil microbial community to petroleum hydrocarbon stress shows a threshold effect: research on aged realistic contaminated fields.

Microbiology Journal 14(1): 1-15.

Kusuma YR, Yanti I. 2021. Pengaruh kadar air dalam tanah terhadap kadar C-Organik dan keasaman (pH) tanah. Indonesian Journal of Chemical Research 6(2): 92-97.

Maharani PH, Sunarminto BH, dan Hanudin E. 2015. Penggunaan fungsi pedotransfer untuk memperkirakan permeabilitas tanah di Sumatera Selatan dan Riau. Ilmu Pertanian18(1): 39-40.

Nurmahribi W. 2021. Analisis Penentuan C-Organik pada Sampel Tanah TH.20.77.

Laporan Tugas Akhir. Program Studi Diploma III Analisis Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Indonesia.

Suleman S, Rajamuddin UA, Isrun. 2016. Penilaian kualitas tanah pada beberapa tipe penggunaan lahan di Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi. Jurnal Agrotekbis 4(6): 712-718.

Yusra, Khusrizal, Hastriana KH. 2023. Variasi umur pamelo rakyat terhadap perubahan sifat fisik tanah di Kabupaten Bireuen Propinsi Aceh. Jurnal Agrium 20(2): 140- 149.

(27)

LAMPIRAN Lampiran 1. Pengertian Sampel Tanah

(28)
(29)

Lampiran 2. Metode Pengambilan Sampel Tanah

(30)

Lampiran 3. Auger Soil Sampler

(31)
(32)

Lampiran 4. Ring Soil Sampler

(33)
(34)

Lampiran 5. Preparasi Sampel Tanah

(35)
(36)

Lampiran 6. Senyawa Hidrokarbon

(37)
(38)

Lampiran 7. Total Petroleum Hydrocarbon (TPH)

(39)
(40)

Lampiran 8. Dampak Pencemaran Hidrokarbon

(41)
(42)

Lampiran 9. Metode Gravimetri

(43)

LAMPIRAN TAMBAHAN Lampiran 10. Perbandingan Pengambilan Sampel Tanah

Lampiran 11. Perbandingan Preparasi Sampel Tanah

(44)
(45)

Lampiran 12. Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Sampel Tanah

(46)

Lampiran 13. Faktor yang Mempengaruhi Kadar Air pada Tanah

(47)

Lampiran 14. Faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi TPH

(48)
(49)

Lampiran 15. Aplikasi Pengambilan, Preparasi, dan Pengujian Hidrokarbon pada Sampel Tanah di Bidang Teknik Lingkungan

(50)
(51)

LAMPIRAN ACC DHP

Referensi

Dokumen terkait

stabilisasi kolom pasir sebesar (0,574)., nilai Compression Index (Cc) terendah terjadi pada sampel tanah dengan menggunakan stabilitas kolom pasir pada jarak pengambilan

Penelitian karakteristik tanah lempung lunak dari Tanon, Sragen yang distabilisasi menggunakan kolom pasir dengan judul “Pengaruh Jarak Pengambilan Sampel Pada

>30cm, kondisi sampel tanah terganggu dan kering udara. 2) Variasi diameter butiran tanah lolos No. 3) Bahan stabilisasi yang digunakan adalah kapur padam yang

Data yang dicatat antara lain : Nama sampel yang diuji, nama pemilik sampel, alat dan bahan kimia yang digunakan untuk pengujian sampel, tanggal sampel masuk, dan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel tanah terganggu yang diambil di lahan perkebunan karet dengan tanaman sela meranti, damar, gaharu dan

Plat dari bahan multiplek yang digunakan sebagai alat untuk penyebar beban dengan ukuran yang menyesuaikan pada tiap model variasi susunan kolom, baik itu untuk pola

Compression Index (Cc) tertinggi terjadi pada pada pengambilan sampel tanah tanpa stabilisasi kolom pasir sebesar (0,574)., nilai Compression Index (Cc) terendah

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel tanah terganggu yang diambil di lahan perkebunan karet dengan tanaman sela meranti, damar, gaharu dan