• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengantar Sosiologi Hukum Islam | 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pengantar Sosiologi Hukum Islam | 1"

Copied!
228
0
0

Teks penuh

Penulis berharap buku ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan para pembacanya serta dapat digunakan sebagaimana mestinya. Akhir kata, saya berharap buku ini dapat diterbitkan dan dimanfaatkan sesuai fungsi dan isinya.

Pengertian Sosiologi Hukum

Hukum sebagai fenomena sosial empiris dapat dipelajari sebagai variabel bebas maupun sebagai variabel terikat. Sosiologi hukum adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara hukum dan fenomena sosial lainnya secara analitis dan empiris.

Ruang Lingkup; Metode, Kajian, Obyek dan Fungsi Sosiologi

Dalam hal ini, peraturan hukum tertentu yang lebih rendah diturunkan dari peraturan hukum yang lebih tinggi. Hans Kelsen berpendapat bahwa setiap aturan hukum harus didasarkan pada aturan hukum pada tingkat yang lebih tinggi.

Pengaruh Dari Sejarah Hukum Dan Filsafat Hukum

Aturan hukum yang mempunyai realitas normatif dapat disebut apa yang harus dilakukan atau apa yang harus dilakukan. Oleh karena itu, sepanjang tidak terjadi peristiwa-peristiwa konkrit, maka peraturan hukum hanya bersifat pedoman pasif.

Karakteristik dan Pendekatan Aspek Sosial Hukum Islam

Hukum Islam juga mencakup substansi-substansi yang diapropriasi di berbagai institusi sosial (Cik Hasan Bisri, 2004:31). Hukum Islam adalah hukum yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani, dunia dan akhirat.

Pendekatan Aspek Sosial dalamPenetapan Hukum Islam

Oleh karena itu, sebagian ahli hukum Islam mencoba memahami ilmu sosial sebagai alat untuk memahami hukum Islam. Pendekatan ilmu sosial ini digunakan untuk memahami apakah perilaku seseorang dalam masyarakat sudah sesuai dengan hukum Islam yang berlaku.

Hukum Islam dalam Pendekatan Sosiologi Hukum

Hukum Islam (fiqh, syariah) tidak hanya berfungsi sebagai hukum, tetapi juga sebagai nilai normatif. Kecenderungan mempelajari Islam, termasuk hukum Islam, merupakan sebuah fakta dan erat kaitannya dengan perubahan sosial di masyarakat.

Silmun = damai/damai, umat islam adalah orang yang berdamai, mendamaikan sesama muslim dan mendamaikan sesama umat islam. Salimun = sehat, maksudnya seorang muslim adalah orang yang sehat, bersih keadaannya, bersih dari hades dan najis, bersih jasmani dan rohani.

Perlindungan hukum yang diterapkan dan dijalankan di Indonesia sama sekali tidak menerapkan asas persamaan di depan hukum (equality before the law) dalam praktiknya. Peranan peraturan hukum cukup besar dalam kaitannya dengan pelaksanaan peraturan yang dilaksanakan oleh aparat penegak hukum. Dapat dikatakan bahwa berhasil tidaknya lembaga penegak hukum dalam menjalankan tugasnya sebenarnya dimulai pada saat peraturan hukum yang akan ditegakkan telah dirumuskan.

Aliran-Aliran Dalam Sosiologi Hukum

Mereka menolak memasukkan hal-hal yang tidak bisa diamati dari luar, seperti nilai dan tujuan. Arus positif ini diperkenalkan oleh Donald Black. Seperti yang dikatakan Black, ia hanya berurusan dengan fakta-fakta yang dapat diamati, ia tidak boleh memikirkan adanya tujuan hukum, maksud hukum, nilai-nilai dalam hukum, dan lain-lain. Menurut aliran ini, hukum merupakan turunan sehingga tidak dapat dipisahkan dari institusi primer seperti politik dan ekonomi.

Peletak-Peletak Dasar Sosiologi Hukum

Klasifikasi pertama yang dilakukan adalah antara hukum yang berhubungan dengan solidaritas mekanis atau solidaritas karena perbedaan. Durkheim kemudian membedakan hukum kontraktual dengan hukum non-kontraktual (hukum dalam negeri, hukum serikat buruh, hukum tata negara dan lain-lain). Sosiologi hukum Hakim Cardoso bermula dari refleksi perlunya modernisasi teknik hukum yang sebenarnya.

Realisme Hukum Dan Selanjutnya

Untuk menembus lapisan yang lebih dalam dari realitas sosial hukum, yang melampaui tingkat model yang relevan dan berpusat pada simbol, nilai, dan keyakinan kolektif saat ini. Rasionalisasi dogmatis dan simbol-simbol ilusi telah menjadikannya sebagai "penghalang, bukannya bantuan" dan menjadikan penyakit perbudakan sebagai simbol. Pembubaran ilmu-ilmu sosial yang khas ke dalam sosiologi simbol menurut Arnold sangat diperlukan di zaman sekarang, karena belum pernah ada sebelumnya simbol-simbol yang merosot menjadi berhala (berhala) memainkan peran yang begitu merugikan dan tidak menjadi hambatan yang menghalangi pergerakan langsung masyarakat. masyarakat. Konsep-konsep Arnold yang begitu menarik perhatian dan menimbulkan diskusi yang hidup dan luas, sangat bernilai dari sudut pandang sosiologi jiwa manusia, karena Arnold sangat memahami makna pentingnya simbol-simbol dalam realitas sosial, dan khususnya dalam realitas hukum tidak mungkin mencapai kesimpulan yang dapat diterima, karena ketiadaan simbol-simbol sosial semuanya merupakan proyeksi subjektif, fantasi, ilusi yang tidak masuk akal.

Beberapa Mazhab Dewasa Kini

Di negara-negara Anglo-Saxon, perkembangan teori pluralis dalam ilmu politik sejalan dengan perkembangan sosiologi hukum terkini di Perancis. Sinzheimer, yang mendasarkan pendapatnya secara bersamaan pada Gierke, Erlich dan Weber, mengangkat masalah dasar diferensiasi dan hierarki berbagai bagian sosiologi hukum. Di antara tulisan sosiologi hukum genetika Eropa Tengah, sebagaimana diterapkan dalam masyarakat kontemporer, perlu diperhatikan.

Tiga Pilihan Cara: Kajian Normatif; Kajian Filosofis; Kajian

Kajian ini lebih menitikberatkan pada seperangkat nilai-nilai ideal, yang harus selalu menjadi acuan dalam segala pembentukan, pengaturan dan pelaksanaan peraturan hukum. Kajian ini lebih banyak diperankan oleh kajian filsafat hukum atau law in ideas. Tujuan utama kajian filsafat ini adalah untuk memahami secara mendalam hakikat hukum. Oleh karena itu, filsafat hukum mengandaikan adanya teori pengetahuan (epistemologi) dan etika. Filsafat hukum dapat memberikan penjelasan dan landasan filosofis bagi keberadaan teori hukum dan ilmu hukum.Ketiga disiplin ilmu tersebut dapat menjadi alat pelaksana pembangunan hukum, seperti penemuan hukum, bantuan hukum, dan penegakan hukum.

Menuju Pendekatan Sosiologi Terhadap Hukum

Di Indonesia, perselisihan yang tidak sehat antara sosiolog di satu sisi dan ahli hukum di sisi lain mengakibatkan hilangnya kemampuan melihat dan keinginan membaca realitas hukum (maknanya). Sosiologi hukum yang muncul di Skandinavia bertepatan dengan perubahan pemerintahan sosialis. Di bidang ekonomi, peraturan perundang-undangan diberlakukan di Skandinavia untuk mempercepat perubahan dan munculnya negara kesejahteraan. Bentrokan juga terjadi antara ideologi sosialis dan liberal yang sangat mendorong dilakukannya penelitian sosiologi hukum.

Pemikiran Hukum Sosiologis

Dengan terciptanya hak-hak tertentu bagi beberapa kelompok, khususnya dalam masyarakat, maka hukum akan sangat erat kaitannya dengan permasalahan hubungan antar bangsa, dengan konsumen, dengan keluarga, serta meningkatnya intervensi negara dalam pengaturan kehidupan. Ciri yang sangat jelas dari metode dalam penelitian non-doktrinal adalah dengan menggunakan peran logika induksi untuk menemukan prinsip-prinsip umum (keseragaman empiris) dan teori-teori (baik miniatur, jarak menengah, dan rgand) melalui silogisme. Dalam silogisme induksi ini, Premis (kecuali konklusi), selalu merupakan hasil pengamatan yang terverifikasi. Silogisme induktif digunakan untuk mencapai kesimpulan deskriptif atau penjelasan tentang ada tidaknya hubungan (kausal atau korelatif) antara variabel sosio-hukum yang berbeda. Ini adalah pemikiran hukum sosiologis.

Kaidah-Kaidah Sosial Dan Hukum

Kedamaian melalui keselarasan antara ketertiban dan ketentraman merupakan ciri yang membedakan hukum dengan aturan sosial lainnya.

Lembaga-Lembaga Kemasyarakatan

Memberikan bimbingan kepada anggota masyarakat setempat tentang bagaimana bersikap atau bersikap dalam menghadapi permasalahan masyarakat, khususnya yang menyangkut kebutuhan pokok. Tidak mudah untuk menentukan hubungan antara hukum dengan pranata sosial lainnya, apalagi dalam menentukan hubungan timbal balik yang ada. Penegak dan pelaksana hukum merasa terikat dengan hukum yang diterapkannya dan membuktikannya dalam pola perilakunya.

Kelompok-Kelompok Sosial Dan Hukum

Lapisan-Lapisan Sosial Dan Hukum

Seiring berjalannya waktu, interaksi sosial yang dinamis akibat pengalaman akan berubah menjadi nilai-nilai sosial, yaitu gagasan-gagasan abstrak yang hidup di benak sebagian besar masyarakat tentang apa yang dianggap baik dan buruk dalam kehidupan bermasyarakat. Jika kekuasaan dikaitkan dengan hukum, maka setidaknya ada dua hal yang menonjol, pertama, pembuat, penegak, dan pelaksana undang-undang adalah warga negara yang menduduki jabatan yang mengandung unsur kekuasaan, namun tidak dapat menggunakan kekuasaannya secara sembarangan karena ada batasan praktisnya. Penggunaan kekerasan itu sendiri Kedua, karena sistem hukum antara lain menciptakan dan merupakan hak dan kewajiban beserta pelaksanaannya. Dalam hal ini ada hak warga negara yang tidak dapat dilaksanakan karena tidak dapat dilaksanakan karena yang bersangkutan tidak mempunyai kekuasaan untuk melaksanakannya, dan sebaliknya ada hak yang didukung oleh kekuasaan tertentu.

Budaya Hukum

Penegakan Hukum

Kedua orang ini dianggap sebagai murid Durkheim, namun Houriou-lah yang terus mencari sintesis antara realisme dan idealisme sebagai landasan sosiologi hukum, berbeda dengan apa yang dianggap Duguit sendiri. Ia ingin menunjukkan bahwa apa yang disebut “ilmu hukum” yang dilakukan oleh para ahli hukum hanyalah sebuah teknik yang bersifat relatif yang bertujuan untuk mencapai tujuan praktis dan sementara, dan berkat sistematisasi khayalan, tidak mampu memahami apa pun kecuali permukaan luarnya saja. . realitas hukum integral dan spontan di semua tingkatan. Bab ini mengkaji “konsekuensi sosial aktual dari lembaga-lembaga hukum dan doktrin-doktrin hukum,” dan oleh karena itu lebih memperhatikan cara kerja hukum dibandingkan dengan isi abstraknya.

Lewelyn menyatakan dalam buku pertamanya bahwa satu-satunya yang dapat menjadi landasan ilmiah ilmu hukum adalah sosiologi hukum: “tidak dapat dihindari untuk memberikan kesempatan kepada sosiologi hukum untuk melakukan tugasnya sendiri, tanpa campur tangan, sebelum hasil-hasil tertentu dapat dicapai. digunakan untuk melawan ilmu hukum (yurisprudensi)”. Yurisprudensi, “teknik hukum” yang ‘rahasianya yang tak kasat mata’, diusulkan Arnold untuk dianalisis bersama dengan hukum, menurutnya itu adalah simbol tersendiri, namun justru nomor satu "yang paling maha suci".

  • Tatanan Hukum Pada Masa Hindia-Belanda
  • Tatanan Hukum Pada Masa Penjajahan Jepang
  • Tatanan Hukum Sejak tahun 1945 sampai tahun 1998
  • Menuju Tatanan Hukum Responsif

Hal ini dengan sendirinya menghapus tatanan hukum kolonial Belanda, sedangkan tatanan hukum yang baru belum dituangkan secara tertulis. Tatanan hukum yang ditampilkan merupakan tatanan hukum yang represif karena konfigurasi politik saat ini bertolak belakang dengan apa yang terjadi pada era demokrasi parlementer. Pada masa Orde Baru dan Pemerintahan Transisi (di bawah Orde Baru), tatanan hukum Indonesia muncul dalam berbagai bentuk.

Hukum Sebagai Sistem Nilai

Hukum sebagai perwujudan nilai-nilai berarti kehadirannya dimaksudkan untuk melindungi dan memajukan nilai-nilai yang dianut masyarakat. Donald Black, salah satu sosiolog hukum terkemuka Amerika, menolak keras pembahasan nilai, karena sosiologi hukum harus konsisten sebagai ilmu faktual, sehingga segala sesuatunya harus didasarkan hanya pada apa yang dapat diamati dan dikualifikasi. Berbeda dengan Donald Black, Philip Selznick dan kawan-kawan dari Berkeley berpendapat bahwa hakikat hukum justru terletak pada ciri-ciri hukum sebagai lembaga yang menunjang dan melindungi nilai-nilai. ​dan moralitas disucikan, setiap negara juga berbeda dalam praktik hukumnya.

Hukum Sebagai Ideologi

Pada abad ke-18, kontrak bukanlah hasil kesepakatan individu, melainkan implementasi praktis dari adat istiadat dan aturan tradisional. Pada abad ke-20 terjadi transformasi yang menghancurkan aturan-aturan lama, sama seperti abad ke-19 yang menghancurkan tatanan abad ke-18. Di sini juga terjadi transformasi pemikiran ideologis yang diperlukan untuk membenarkan praksis abad ke-20.

Hukum Sebagai Rekayasa Sosial

Legitimasi kontrak pada abad ke-29 adalah ideologi persaingan bebas yang dihasilkan dari interaksi sukarela antar individu, yang pada hakikatnya bebas dan setara satu sama lain. Ciri penting kapitalisme abad ke-20 adalah penggantian persaingan pasar bebas yang tak terkendali dengan integrasi dan koordinasi dalam perekonomian. Penggunaan hukum sebagai sarana rekayasa sosial tidak lepas dari anggapan dan pemahaman bahwa pemidanaan merupakan sarana (instrumen) yang digunakan untuk mencapai tujuan yang jelas.

  • Hubungan Antara Perubahn Sosial dan Hukum
  • Hukum Sebagai Alat Untuk Mengubah Masyarakat
  • Hukum Sebagai Sarana Pengatur Perikelakuan
  • Batas-batas Penggunaan Hukum

Perubahan yang terjadi pada suatu masyarakat dapat terjadi karena berbagai sebab. Dapat dikatakan bahwa peraturan hukum sebagai alat untuk mengubah masyarakat mempunyai peranan yang penting, terutama dalam hal perubahan yang diinginkan atau perubahan yang direncanakan. Rumusan tugas penegakan hukum untuk melakukan tindakan positif atau negatif sesuai dengan kepatuhan atau pelanggaran aturan hukum.

Hukum, Kelas dan Kekuasaan

Dalam analisis hukum, permasalahan utama yang diangkat adalah permasalahan mengenai hubungan antara hukum dan kelas serta hakikat ideologi. Kekuasaan dan hukum merupakan hal yang sangat penting: jika hukum tanpa kekuasaan menjadi lumpuh, maka kekuasaan tanpa hukum hanyalah kekuasaan. Hukum dan kekuasaan adalah dua sistem sosial. Semakin tertib dan teratur suatu masyarakat, semakin sedikit dukungan yang dibutuhkan dari kekuasaan. Hak itu sendiri sebenarnya adalah kekuatan.

Hukum dan Ideologi

Tugas analisis ideologi hukum adalah menjelaskan sifat, sumber dan pengaruhnya dalam suatu masyarakat. Dalam pendekatan strukturalis, hukum dan bentuk-bentuk ideologi yang dominan dalam suatu masyarakat pada suatu momen sejarah tertentu dianggap sebagai suatu struktur yang diciptakan oleh berbagai tingkatan yang relatif independen, yaitu ekonomi, ideologi, dan politik. Bagi kaum strukturalis, yang tampak dalam beberapa karya teoritis Perancis adalah bahwa fungsi dan pengaruh hukum dan ideologi hukum cenderung ditentukan secara dogmatis oleh teori yang diawali dengan analisis empiris.

Individualisme Hukum

Penciptaan dan pelaksanaan undang-undang sangat dipengaruhi oleh konfigurasi politik, konfigurasi politik yang demokratis akan menghasilkan undang-undang yang responsif, sedangkan konfigurasi politik yang otoriter akan melahirkan produk hukum yang represif (Mahfud MD, 1998). Melalui berbagai produk legislasi dan praktik hukum yang dilakukan oleh birokrasi, aparat keamanan, dan pengadilan, terlihat bagaimana kekerasan beroperasi dan direproduksi dalam berbagai sikap dan perilaku sosial masyarakat Indonesia. Penegakan hukum di Indonesia telah melembagakan kekerasan dalam berbagai bentuk peraturan, kebijakan dan keputusan hukum yang mengakibatkan kesenjangan sosial ekonomi, diskriminasi dan perilaku kekerasan sehari-hari.

Referensi

Dokumen terkait

"Cyber conflict and Islam Ethics on the Ustadz Harassment cases in the YouTube Community", Asian Social Science and Humanities Research Journal (ASHREJ),