• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komparatif Nilai Sosial Budaya Perkawinan Batak Toba Pada Penduduk Asal Dengan Perantauan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Komparatif Nilai Sosial Budaya Perkawinan Batak Toba Pada Penduduk Asal Dengan Perantauan"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian

  • Manfaat Penelitian
  • Manfaat Teoritis
  • Manfaat Praktis

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah yang diambil penulis adalah: Apakah terdapat perbedaan nilai sosial budaya upacara perkawinan Batak Toba pada masyarakat Desa Hutajulu dan masyarakat Desa Sidorame. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan, memperluas pengetahuan kepada peneliti dan juga kepada pembaca mengenai perbandingan nilai-nilai sosial budaya perkawinan Batak Toba antara masyarakat dalam negeri dan masyarakat perantauan, sehingga dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan. teori-teori dalam ilmu-ilmu sosial, khususnya sosiologi. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap representasi hasil penelitian dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya dan selanjutnya dapat digunakan sebagai informasi kepada masyarakat tentang bagaimana nilai-nilai sosial bersifat komparatif.

Kerangka Teori

  • Nilai Soaial Budaya Perkawinan Batak Toba
  • Perubahan Sosial dan Kebudayaan
  • Proses Perubahan Sosial dan Kebudayaan
  • Proses Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba
  • Masa Pra Perkawinan
  • Upacara Perkawinan
  • Upacara Pasca Perkawinan

Peristiwa Marhata sinamot juga dapat dianggap sebagai perkenalan resmi antara orang tua laki-laki dengan orang tua perempuan. Dalam tradisi masyarakat Batak Toba, martandang biasanya dibawakan oleh laki-laki dengan berbagai cara. Paulak une adalah keluarga pihak laki-laki yang menjenguk pihak perempuan dengan membawakan makanan adat bersama kedua mempelai.

Defenisi konsep

Responden laki-laki menjawab SS sebanyak 15% (15 orang) dan perempuan sebanyak 11% (11 orang), responden perempuan sebanyak 24% (24 orang) dan menjawab S sebanyak 22% (22 orang), dan responden perempuan sebanyak 12% (12 orang), dan responden KS sebanyak 12% (12 orang). orang) laki-laki dan 8% (8 orang) perempuan dan 6% (6 orang) responden yang terindikasi TS adalah laki-laki dan 2% (2 orang) perempuan. Responden laki-laki sebanyak 5% (5 orang) menyatakan SS dan 5% (5 orang) responden perempuan, responden laki-laki sebanyak 8% (8 orang) menyatakan S dan responden perempuan sebanyak 3% (3 orang) menyatakan KS adalah Responden sebanyak 20% (20 orang) dan responden perempuan sebanyak 10% (10 orang), dan responden yang terindikasi TS sebanyak 37% responden laki-laki (37 orang) dan responden perempuan sebanyak 12% (12 orang). Dari responden yang berindikasi KS, sebanyak 9% berjenis kelamin laki-laki (9 orang) dan 7% (7 orang) berjenis kelamin perempuan, serta 3% responden berindikasi TS berjenis kelamin laki-laki (3 orang) dan 2% (2 orang) berjenis kelamin perempuan. .).

Hipotesis

Operasional Variabel

Inilah unsur-unsur penelitian yang memberitahu kita bagaimana mengukur suatu variabel, sehingga dengan pengukuran tersebut kita dapat mengetahui indikator-indikator mana yang mendukung analisis variabel-variabel tersebut, (Singarimbun 1989:46) Penemuan operasional adalah uraian menyeluruh tentang prosedur-prosedur yang diperlukan untuk mencakup unit, unit dalam kategori tertentu dari setiap variabel. Berdasarkan pengertian definisi operasional di atas, maka operasionalisasi variabel adalah pengukuran konsep teoritis yang abstrak menjadi kata-kata tentang perilaku, gejala yang dapat diamati, dapat diuji dan dapat ditentukan oleh orang lain.

TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu unsur penting dalam terjadinya transaksi perkawinan pada masyarakat Batak Toba adalah penentuan besaran mahar (sinamot). Semua perkawinan dalam masyarakat Batak Toba harus melibatkan pihak laki-laki yang memberikan mahar. Hal ini terutama berlaku bagi masyarakat Batak Toba yang tinggal khususnya di perkotaan atau di perantauan.

METODOLOGI PENELITIAN

  • Lokasi Penelitian
  • Populasi dan Teknik Penarikan Sampel
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Analisis Data
  • Keterbatasan Penelitian
  • Jadwal Kegiatan

Dari data diatas terlihat bahwa responden Desa Hutajulu berjumlah 6% responden laki-laki (60 orang) dan 40 responden perempuan. Dari data diatas terlihat bahwa responden Desa Hutajulu sebanyak 64% responden berjenis kelamin laki-laki (64 orang) dan sama-sama berjenis kelamin perempuan. sebanyak 36% (36 orang). Dari data diatas terlihat bahwa responden Desa Hutajulu sebanyak 56% responden laki-laki (56 orang) dan 44% responden perempuan (44 orang).

Responden laki-laki dari Desa Hutajulu sebanyak 15% (15 orang) menyatakan SS dan 11% (11 orang) menyatakan S. Responden laki-laki dari Desa Hutajulu sebanyak 18% (18 orang) menyatakan SS dan 14% (14 orang) menyatakan S dari Desa Hutajulu , 21% responden laki-laki (21 orang) dan 19 perempuan. Dari data di atas terlihat bahwa responden di Desa Hutajulu berjumlah 60% laki-laki (60 orang) dan 40% perempuan (40 orang).

Responden laki-laki dari Desa Hutajulu sebanyak 17% (17 orang) menyatakan SS dan responden perempuan sebanyak 9% (9 orang), responden laki-laki sebanyak 26% (26 orang) menyatakan S dari Desa Hutajulu dan responden perempuan sebanyak 19 orang. Laki-laki Desa Hutajulu sebanyak 17% (17 orang) menyatakan SS dan 9% (9 orang) menyatakan S dari Desa Hutajulu, responden laki-laki sebanyak 24% (24 orang) dan perempuan sebanyak 21 responden. ) dan responden perempuan sebanyak 2% (2 orang) yang menyatakan bahwa S dari desa Hutajulu sebanyak 7% responden laki-laki (7 orang) dan 4% responden perempuan (4 orang).

Responden laki-laki Desa Hutajulu yang menyatakan SS sebanyak 32% responden laki-laki (32 orang) dan 10% responden perempuan (10 orang), yang menyatakan S Desa Hutajulu sebanyak 22% responden laki-laki (22 orang) dan perempuan sebanyak 15% ( 15 orang).

HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

Gambaran Kota Medan Secara Umum

  • Gambaran Medan Perjuangan Secara Umum
  • Gambaran Kelurahan Sidorame Barat II

Kecamatan Medan Perjuangan dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor: 35 Tahun 1992 tanggal 13 Juli 1992 yang dulunya merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Medan Timur. Letak wilayah Kecamatan Medan Perjuangan sebagai berikut : Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Medan Tembung. Secara geografis Kecamatan Medan Perjuangan merupakan wilayah daratan yang mengalami dua musim setiap tahunnya (musim panas dan musim hujan dengan suhu antara 23-32 derajat Celcius).

Dalam memimpin pemerintahan dan melaksanakan pembangunan di Kecamatan Medan Perjuangan dilengkapi dengan 1 (satu) unit gedung kantor bupati, berlantai dua, serta mempunyai personel sebanyak 23 orang, kepala desa sebanyak 9 orang, dan perangkat desa sebanyak 40 orang. Data kependudukan yang diperoleh dari kantor kecamatan Medan Perjuangan menunjukkan jumlah penduduk pada tahun 2000 sebanyak 94.789 jiwa, terdiri dari suku, agama atau agama yang berbeda atau heterogen. Jumlah penduduk Kecamatan Medan Perjuangan yang terdiri dari suku-suku berdasarkan kecamatan dapat digambarkan pada tabel di bawah ini.

Dan subsuku Batak merupakan subsuku dengan jumlah terbanyak yaitu 20.457 jiwa atau 21,58% dari total suku Batak, dan 21,71% dari total penduduk Kecamatan Medan Perjuangan. Dan suku yang jumlahnya paling sedikit di daerah ini adalah subetnis Batak Karo yaitu 4.739 jiwa atau 10,00% dari total suku Batak yang ada di Kecamatan Medan Perjuangan, dan 4,99% dari total penduduk. Selain itu, jika digambarkan jumlah penduduk Kecamatan Medan Perjuangan menurut agama dan kepercayaannya dapat dilihat pada tabel berikut. Peraturan Daerah Nomor 35 Tahun 1992 menetapkan Wilayah Kecamatan Medan Perjuangan terdiri atas 9 kecamatan, salah satunya adalah Kecamatan Sidorame Barat II. Kecamatan ini dulunya merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Medan Timur, namun setelah dikeluarkan Peraturan Pemerintah menjadi Kecamatan Sidorame Barat II. Menjadi kecamatan/kecamatan Kabupaten Medan Perjuangan.

Belajar dari data mengenai jumlah penduduk di atas, khususnya berdasarkan suku, baik di Kecamatan Medan Perjuang secara keseluruhan, Suku Batak Toba merupakan suku terbesar yaitu berjumlah 20.579 jiwa atau 21,71% dari total penduduk di Kecamatan Medan Perjuang, setelah suku Tapanuli Tengah. , berjumlah 20.457 atau 21,58% dari total penduduk Kecamatan Medan Perjuangan, kemudian disusul suku Jawa dan seterusnya.

Gambaran Umum Kabupaten Humbang Hasundutan

  • Gambaran Masyarakat Kecamatan Pollung
  • Gambaran Masyarakat Desa Hutajulu

Data di atas menunjukkan bahwa responden perempuan di Desa Hutajulu adalah laki-laki sebanyak 34% (34 orang) dan laki-laki sebanyak 66% (66 orang). Responden laki-laki dari Desa Hutajulu berusia 1 juta sebanyak 24% (24 orang), dan Desa Hutajulu sebanyak 13% (13 orang), responden laki-laki dari Desa Hutajulu sebanyak 25% (25 orang), dan responden perempuan dari Desa Hutajulu sebanyak 15% (11 orang). ) responden yang menyatakan SC berjenis kelamin laki-laki dan 9% (9 orang) berjenis kelamin perempuan, serta 5% (5 orang) responden laki-laki menyatakan TS dan 3% (3) perempuan.

25% (25 orang) laki-laki terindikasi SS dan 21% (21 orang) perempuan, 15% (15 orang) laki-laki terindikasi S dan 11% (11 orang) perempuan dan Responden terindikasi TS. 11% adalah laki-laki (11 orang) dan 9% (9 orang) adalah perempuan, dan TS dilaporkan oleh 5% laki-laki (5 orang) dan 3% (3 orang) perempuan. Dari data di atas terlihat bahwa responden di Desa Hutajulu berjumlah 65% laki-laki (65 orang) dan 65% perempuan. Dari responden yang terindikasi KS, sebanyak 21% berjenis kelamin laki-laki (21 orang) dan 8% responden (8 orang), serta 7% responden berindikasi TS adalah laki-laki (7 orang) dan 2% (2 orang) berjenis kelamin perempuan. .).

Dari data diatas terlihat bahwa responden Desa Hutajulu sebanyak 63% responden laki-laki (63 orang) dan 37% responden perempuan (37 orang). Dari Desa Sidorame, responden laki-laki sebanyak 70% (70 orang) dan responden perempuan 30% (30 orang). Responden laki-laki Desa Hutajulu yang menyatakan SS sebanyak 5% responden laki-laki (5 orang) dan 7% responden perempuan (7 orang), yang menyatakan S Desa Hutajulu sebanyak 4% responden laki-laki (4 orang) dan responden perempuan. Dari data diatas terlihat bahwa responden Desa Hutajulu sebanyak 62% responden laki-laki (62 orang) dan 38% responden perempuan (38 orang).

Responden yang mengisytiharkan SC, responden lelaki sehingga 25% (25 orang) dan responden perempuan sehingga 23% (23 orang), dan responden yang mengisytiharkan TS sebagai responden lelaki sehingga 28% (28 orang) dan responden perempuan sama banyak. seperti 9% (9 orang).

Karakteristik Responden

  • Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan…
  • Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pekerjaan
  • Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia
  • Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Penghasilan

Analisis Komparatif Terhadap Nilai Sosial Budaya Perkawinn Batak

  • Pandangan Responden Pada Masa Pra Perkawinan …
  • Martandang
  • Mangaririt
  • Tanda Hata olo
  • Marhusip
  • Marhata Sinamot
  • Upacara Perkawinan
    • Marsibuha-buhai
    • Marunjuk
  • Pasca Perkawinan
    • Paulak Panaru
    • Paulak Une
    • Maningkir Tangga

Pandangan Responden Terhadap Perubahan Nilai Sosial Budaya

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tata cara keluar tangga adat masih dilakukan di Desa Hutajulu yaitu dengan jumlah penduduk yang sama (dan jumlah penduduk di Desa Sidorame sama). Satu hal yang tidak dapat dipungkiri adalah modernisasi dalam segala aspeknya telah mampu mengubah aspek kehidupan. Nilai-nilai budaya yang menjadi pedoman perilaku masyarakat Batak Toba dan dibentuk menjadi perubahan khususnya bagi generasi muda masyarakat Batak Toba, dimana perubahan nilai mengacu pada melonggarnya ikatan adat.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Desa Sidorame lebih banyak yang menyatakan ketidaksetujuannya terhadap masyarakat yang menyetujui adanya perubahan upacara perkawinan adat Batak Toba yaitu sebesar 449% (49 orang) dibandingkan dengan masyarakat di Desa Hutajulu yaitu sebesar 30% (30 orang). Modernisasi telah menyebabkan terjadinya perubahan dalam bentuk perkawinan, secara umum kita dapat melihat bahwa masyarakat Batak Toba mengalami perubahan.

Modernisasi Menyebabkan Terjadinya Perubahan Bentuk Perkawinan… 86

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penduduk Desa Hutajulu lebih banyak yang tidak setuju dengan pihak yang menyetujui adanya perubahan upacara perkawinan adat Batak Toba yaitu sebesar 48% (48 orang) dibandingkan dengan Desa Sidorame yaitu sebesar 18% (18 orang). ). . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penduduk Desa Hutajulu lebih cenderung tidak setuju dengan masyarakat yang menyetujui perubahan upacara adat perkawinan adat Batak Toba yaitu sebesar 42% (42 orang), sama dengan Desa Sidorame yaitu 42 orang. % (42 orang). rakyat). Mangaririt, tahap mangaririt, masih ditemukan di lapangan. Sebagian besar responden dari Desa Hutajulu menyatakan bahwa tahapan wahana mangari masih dilakukan, begitu pula responden dari Desa Sidorame.

Marhusip, dari hasil penelitian diketahui tingkat tersebut masih berada di Desa Hutajulu dan Desa Sidorame. 100 orang) dari Desa Hutajulu menyatakan sangat setuju dengan adanya level tersebut, begitu pula 100 orang dari Desa Sidorame. Dari data di lapangan, responden dari Desa Hutajulu dan Desa Sidorame menyatakan terdapat derajat marhat sinamot.

Sebagian besar responden Desa Hutajulu menyatakan tahap ini masih dilaksanakan 100%, dan Desa Sidorame menyatakan tahap ini masih dilaksanakan 100%. Marjuk, responden Desa Hutajulu lebih banyak yang menyatakan masih melaksanakan tahapan perkawinan adat yaitu sebesar 46% (46 orang), dibandingkan dengan responden Desa Sidorame yang menyatakan masih melakukan tahapan perkawinan adat sebesar 45% (45 orang). Mayoritas responden Desa Hutajulu menyatakan 100% tahapan tersebut juga menyatakan masih dilaksanakan.

Mayoritas responden Desa Hutajulu menyatakan bahwa 100% tahapan tersebut menyatakan masih dilaksanakan, laki-laki sebanyak 55% (55 orang) dan perempuan sebanyak 45% (45 orang).

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Berapa besar biaya produksi, pendapatan dari usaha pengolahan kopi arabika dan untuk menganalisis nilai tambah yang