• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGAPLIKASIAN PERSON-CENTERED COUNSELING DALAM MENANGANI KESULITAN BELAJAR PAI

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PENGAPLIKASIAN PERSON-CENTERED COUNSELING DALAM MENANGANI KESULITAN BELAJAR PAI "

Copied!
111
0
0

Teks penuh

Penyusunan tesis ini merupakan kajian singkat tentang penerapan konseling person centered dalam mengatasi permasalahan pembelajaran siswa kelas VII PAI di SMP Negeri 3 Kalasan Yogyakarta. Tn. Tarom, Ny. Nuri Yuharyanti, Ny. Sri Maryanti dan seluruh keluarga besar SMP Negeri 3 Kalasan Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar, menimba pengalaman dan melakukan penelitian lapangan. Penerapan konseling person centered dalam menghadapi masalah dalam pembelajaran PAI Kelas VII di SMP Negeri 3 Kalasan Yogyakarta, Skripsi.

Diharapkan penggunaan konseling person centered dapat membantu siswa mengatasi kesulitan belajar melalui bimbingan individual guru PAI bekerjasama dengan konselor, kepala sekolah, guru kelas dan pengurus siswa. Perlakuan sederhana berupa remedial, pengayaan, motivasi, dan instruksional, (2) penggunaan konseling yang berpusat pada orang dalam pengobatan ketidakmampuan belajar VII. bimbingan, guru menganalisis alasan mengapa siswa mengalami kesulitan belajar, respon bagaimana siswa bereaksi atau mengambil keputusan, dan peran guru dalam memberdayakan, memotivasi dan mendengarkan siswa dengan baik, dll, meskipun guru tidak dapat menggunakan teori umum tentang konseling person centered sebagaimana mestinya, namun hanya praktik (3) pengembangan pembelajaran setelah penggunaan person center konseling dalam mengatasi kesulitan belajar PAI pada siswa VII. kelas berupa kesadaran siswa, peningkatan belajar, perubahan sikap, dan mendorong motivasi siswa untuk giat belajar dan mendalami ilmu agama sehingga dapat mengamalkan dengan baik.

Gambar I Denah SMP Negeri 3 Kalasan ...................................................................
Gambar I Denah SMP Negeri 3 Kalasan ...................................................................

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Jika penguasaan teknik person centered oleh guru pembimbing sudah dikuasai dengan baik, maka proses pelaksanaan konseling individual akan menciptakan hubungan yang unik dimana percakapan antara dua orang yang membicarakan masalah pribadi seperti kesulitan belajar yang dirasakan dapat tertangani secara optimal. Yuharyanti menemukan bahwa terdapat berbagai kesulitan belajar yang dialami siswa kelas VII SMP Negeri 3 Kalasan. Kesulitan belajar yang dialami siswa bukan hanya satu bentuk kesulitan belajar, melainkan beberapa bentuk kesulitan yang terkadang tumpang tindih.

Mengenai kesulitan belajar terdapat beberapa siswa yaitu 3 siswa di kelas VII. kelas yang memiliki kesulitan belajar yang dikategorikan sebagai kebutuhan khusus dan ditangani melalui pemberian konseling yang berpusat pada orang. Sehubungan dengan itu diperlukan penelitian tentang bagaimana cara mengatasi kesulitan belajar siswa melalui bimbingan dan penggunaan konseling seperti konseling yang berpusat pada pribadi untuk membantu.

Rumusan Masalah

  • Kegunaan Penelitian a. Secara Akademis

Kajian Pustaka

Berbeda dengan penelitian ini, penulis akan memaparkan penggunaan Person Centered Counseling untuk mengatasi kesulitan belajar PAI. 11 Ulvi Latifah, “Analisis Proses Bimbingan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Perspektif Person Centered Counseling Bagi Siswa Kelas X MAN 1 Magelang”, Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Sunan Kalijaga Negeri Universitas Islam Yogyakarta, 2015. Berbeda dengan penelitian ini, penulis akan menganalisis kesulitan belajar yang dialami siswa dan bagaimana cara guru mengatasinya melalui penerapan teori Person Centered Counseling di SMP Negeri 3 Kalasan.

Berbeda dengan penelitian ini, penulis akan menganalisis kesulitan belajar yang dialami siswa dan bagaimana guru. 12 Siti Qomala Khahayati, “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Pada Pendidikan Agama Islam Di SMP Pemuda Parakan Temanggung”, Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012.

Kerangka Teori

  • Kesulitan Belajar
  • Pendidikan Agama Islam
  • Pendekatan Penelitian
  • Penentuan Subjek
  • Metode Pengumpulan Data
  • Teknik Analisis data
  • Uji Keabsahan Data

Teknik konseling yang digunakan dalam konseling person centered adalah sebagai berikut: (1) penerimaan; (2) rasa hormat; (3) mengerti/mengerti, mengerti; (4) penjaminan/penentuan; (5) dorongan (6) pertanyaan terbatas/pertanyaan terbatas; dan (7) refleksi/. Hadi Suparto menyatakan bahwa masalah ketidakmampuan belajar ada jika seorang siswa jelas tidak memenuhi harapan yang diberikan sekolah kepadanya, baik harapan campuran sebagai tujuan kurikulum maupun harapan yang ada dalam pandangan atau asumsi guru dan kepala sekolah. . sekolah". 25. Sesuai dengan pengertian kesulitan belajar sebagaimana tersebut di atas, maka tingkah laku yang muncul dengan sendirinya akan ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu.

Ini adalah kesulitan dalam koordinasi motorik (dispractice) di mana siswa tidak dapat mengontrol gerakan tubuhnya. 3) Kesulitan belajar khusus. Kesulitan siswa tertentu mungkin tumpang tindih ketika seorang siswa mungkin mengalami kesulitan belajar lebih dari satu jenis. Siswa dengan ketidakmampuan belajar memiliki karakteristik khusus, yaitu kurangnya kemampuan untuk memahami informasi dan sudut pandang materi.

Jadi siswa dengan motivasi belajar tinggi akan mempermudah proses belajar mengajar dan sebaliknya siswa dengan motivasi belajar rendah akan banyak mengalami kesulitan belajar. Mengatasi kesulitan belajar tidak lepas dari faktor-faktor penyebab kesulitan belajar seperti yang telah diuraikan di atas. Secara garis besar hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesulitan belajar dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: 36.

Data dari tahap pertama diolah dan dipelajari untuk mengetahui secara pasti penyebab masalah belajar anak, dalam pengolahan data langkah yang dapat dilakukan adalah identifikasi. Diagnosis adalah suatu keputusan (penetapan) mengenai hasil pengolahan data, yaitu berupa keputusan mengenai jenis masalah, faktor dan penyebab kesulitan belajar. Teori psikologi yang terkait adalah psikologi humanistik dan psikologi pendidikan yang berkaitan dengan situasi dan tempat yang berkaitan dengan mengatasi kesulitan belajar siswa.

Subyek yang menjadi sumber informasi utama atau key informant adalah 3 siswa berkelainan belajar dan Ibu Sri Maryanti sebagai guru mata pelajaran PAI kelas VII dan Ibu Nuri Yuharyanti S.Pd sebagai guru BK kelas VII. Dari beliau, penulis memperoleh informasi tentang penerapan teori konseling yang berpusat pada pribadi dalam mengatasi kesulitan belajar siswa kelas VII SMP Negeri 3 Kalasan.

Sistematika Pembahasan

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi teknik sumber yaitu membandingkan dan mengecek ulang tingkat kepercayaan informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang ada pada metode kualitatif. Membandingkan data observasi dengan data wawancara b. Membandingkan apa yang terlihat secara umum dengan apa yang ada. Bagian inti memuat uraian penelitian dari pendahuluan sampai dengan bagian penutup yang dituangkan dalam bentuk bab-bab secara keseluruhan.

Pada setiap bab terdapat sub bab yang menjelaskan topik dari bab yang dimaksud. Uraian yang berbeda ini dipaparkan sebelum membahas berbagai isu terkait penerapan Person Centered Counseling dalam mengatasi kesulitan belajar pada bagian selanjutnya. Setelah membahas gambaran umum lembaga, bab III berisi pemaparan data beserta analisis kritis terhadap penerapan Personal-Centered Counseling dalam mengatasi kesulitan belajar Pendidikan Agama Islam, serta kelebihan dan kekurangan aplikasi ini dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. di SMP Negeri 3 Kalasan.

Akhirnya, bagian terakhir dari tesis ini terdiri dari daftar pustaka dan lampiran yang berfungsi sebagai pelengkap dan pendukung.

PENUTUP PENUTUP

Simpulan

Penerapan konseling person centered dalam pengelolaan kesulitan belajar PAI diawali dengan guru memahami kondisi siswa, mengobservasi pembelajaran di kelas, sejauh mana siswa dapat menguasai materi pembelajaran PAI, bagaimana sikap siswa terhadap guru, teman disekitarnya dan di masyarakat. Guru menganalisis kasus-kasus kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa dan menerapkan teknik konseling Person-centered dengan cara menerima siswa dalam segala keadaan, menunjukkan respek atau penghargaan, memahami situasi siswa, menciptakan ketenangan, memberikan motivasi atau dorongan dan menunjukkan empati yang membuat siswa merasakan. nyaman dengan guru/pengawas. Proses konseling yang berpusat pada orang juga melalui tahapan yang berbeda seperti tatap muka, berkomunikasi, mendengarkan, mengkonfirmasi, menunjukkan empati, mendukung hingga tahap dimana siswa mampu membuat keputusan tentang solusi apa yang ingin mereka lakukan.

Melalui teknik dan tahapan tersebut sebagian besar dosen pembimbing dapat menerapkannya walaupun masih mengalami kekurangan, seperti dosen masih banyak bicara daripada mendengarkan mahasiswa, padahal waktu bimbingan seharusnya milik mahasiswa, dosen pembimbing tetap tidak mampu menempatkan dirinya sebagai perantara, seperti mengatakan bahwa masalah pembelajaran yang terjadi disebabkan oleh guru yang tidak kompeten padahal seharusnya pengawas hanya membantu menyadarkan siswa sendiri tanpa menyalahkan siapapun. Perkembangan pembelajaran setelah penerapan Person-Centred Counseling ditandai dengan perubahan sikap siswa terhadap pembelajaran, peningkatan hasil belajar siswa, kesadaran belajar, keberanian siswa menyampaikan masalah pembelajaran yang dihadapi, terbentuknya sikap optimis dan keberanian untuk mengambil keputusan, sikap menemukan konsep diri yang positif, peningkatan rasa percaya diri dan motivasi, peningkatan rasa penghargaan, rasa hormat kepada guru, dan sebagainya.

Saran

Dan yang paling penting adalah kesadaran siswa untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Kolaborasi antar guru seperti guru PAI dan guru CC penting dilakukan jika seorang guru belum mampu mengatasi kesulitan belajar siswa. Hal itu lebih baik daripada guru memilih sikap acuh tak acuh, atau membiarkan siswa terjerumus ke dalam masalah yang mengganggu proses pembelajaran.

Kepala sekolah dan guru harus bekerjasama dan berkoordinasi dengan baik satu sama lain, terbuka untuk memberikan masukan atau saran untuk meningkatkan kinerja kolektif. Jamaris, Martini, Disabilitas Belajar: Perspektif, Penilaian dan Solusi Bagi Anak Usia Dini dan Anak Usia Sekolah, Bogor: Ghalia Indonesia, 2014. Khayati, Siti Qomala, “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Dalam Pendidikan Agama Islam di SMP Parakan Temanggung”, Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012.

Latifah, Ulvi , “Analisis Proses Bimbingan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Benjolan Dalam Perspektif Person-Centered Counseling Bagi Siswa Kelas X MAN 1 Magelang”, Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Sains. Rosyada, Ulfa Danni, Jurnal "Model Pendekatan Client Centered Counseling dan Penerapannya dalam Praktek", Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, 2016, Diakses 4 Desember 2017.

Pedoman Wawancara

  • Untuk Kepala Sekolah dan Guru SMP Negeri 3 Kalasan
  • Untuk Perwakilan Siswa Kelas VII

Prosedur apa yang dilakukan guru ketika menggunakan konseling yang berpusat pada orang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa. Apakah ada hal-hal yang mendukung atau menghambat pelaksanaan bimbingan dengan konseling person centered dalam penanganan ketidakmampuan belajar PAI. Dari hasil wawancara tersebut, penulis memperoleh informasi bahwa ada beberapa siswa kelas VII. kesulitan belajar kelas PAI dalam membaca dan mengaji Al-Qur'an.

Dalam multiple interview ini, penulis melakukan wawancara dengan guru bimbingan dan konseling, yang juga sangat memahami situasi siswa dan berperan dalam mengatasi kesulitan belajar. Beberapa langkah dijelaskan oleh guru BC untuk memahami kesulitan belajar yang terjadi pada siswanya. Menurutnya, memahami kesulitan belajar yang dialami siswa merupakan kunci untuk lebih banyak berinteraksi dengan siswa, guru mata pelajaran dan guru ke rumah untuk memahami perkembangan belajar siswa.

Dari hasil wawancara tersebut peneliti mengetahui bagaimana guru memahami siswa dan mengalami kesulitan belajar serta bagaimana guru. Dalam wawancara kesekian kali ini, penulis dan guru PAI menggali informasi tentang bagaimana respon siswa terhadap kesulitan yang mereka temui dalam belajar PAI. Penulis menyimpulkan bahwa siswa mampu mengatasi masalah kesulitan belajar PAI dengan menempuh jalur konsultasi dengan guru PAI untuk membimbing mereka dalam mengambil keputusan dan memperbaikinya.

Beberapa siswa memilih untuk membiarkan diri mereka sendiri dan bahkan tidak merasa berjuang untuk belajar PAI. Dalam wawancara kesekian kalinya dengan guru BK ini, penulis menemukan banyak penggalan pengalaman guru BK dalam menghadapi masalah siswa, termasuk masalah belajar. Hasil wawancara kali ini penulis dan sdri. Nuri Yuharyati berbagi informasi tentang pengamatan penulis terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar PAI, serta informasi tentang dampak penerapan Person Centered Counseling untuk mengatasi kesulitan belajar PAI.

Informan adalah salah satu siswa kelas VII yang mengalami kesulitan belajar PAI, informan juga merupakan salah satu siswa yang mengadu ke beberapa guru karena selain hasil evaluasi belajarnya sering di bawah KKM, mereka juga diketahui memiliki perilaku yang sangat buruk selama pembelajaran atau di luar kelas. Pada pertemuan kedua dengan informan dan penulis, mereka banyak menggali tentang penanganan guru PAI dan konseling guru dalam mengatasi kesulitan belajar yang dialaminya dengan Personal-Centred Counseling, meskipun siswa tidak memahaminya.

Gambar

Gambar I Denah SMP Negeri 3 Kalasan ...................................................................

Referensi

Dokumen terkait

the sale of items whether goods or materials, or the exposure or offer for sale of items, by retail, except for goods produced at the dwelling or building, but does no include bed and