• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH EKSTRAK BROTOWALI (Tinospora crispa L.) TERHADAP SIKLUS REPRODUKSI MENCIT (Mus musculus L. Swiss Webster)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH EKSTRAK BROTOWALI (Tinospora crispa L.) TERHADAP SIKLUS REPRODUKSI MENCIT (Mus musculus L. Swiss Webster) "

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH EKSTRAK BROTOWALI (Tinospora crispa L.) TERHADAP SIKLUS REPRODUKSI MENCIT (Mus musculus L. Swiss Webster)

Oleh :

Aulia Rahim1), Rina Widiana1), Ramadhan Sumarmin2) 1. Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

2. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Padang ABSTRAK

Brotowali (Tinospora crispa L.) have containt of alkaloid and it used as natural contraception. Contraception like pill, insection and IUD which distributed by government also has negative impact, because of that we need to find the alternative from plants which has potential to be a contraception. The aim of this researh is to find out the effect of brotowali extract toward the cycle reproduction of mice (Mus musculus L. Swiss Webster). This research used completely randomized design with 4 treatment and 6 replycation. The object which use in this test is female mice with weight 20-25 gram. Giving extract via oral used gevage needle with 0,5 cc volume for 26 days. The result showed brotowali extract can extenting of estrus cycle. Extenting estrus cycle reach out until ±13day (in one estrus cycle), extending proestrus and metestrus phase, where cutback in estrus phase. The largest added time in proestrus phase was found in B (1, 35 days) and D (1,93 days) in metestrus phase, whereas not significantly P < 0,05 in diestrus phase. Then in the control of estrus phase founded (1,4 days) and cutback in D (0,5 days), and in one estrus cycle we get total time on control (5,67 days), B (10,5 days), C (11,33 days) and D (12,80 days). It can conclude that the extract of brotowali directly influence reproductive cycle of the mice by axis hipotalamus, hipofisis and ovarium mechanism.

Key word: Alkaloid, Tinospora crispa L., Mus musculus L. Swiss Webster, Estrus Cycle.

PENDAHULUAN

Di Indonesia, laju pertambahan penduduk terus menunjukkan peningkatan. Untuk pengendalian pemerintah mencanangkan program keluarga berencana (KB) dengan menyediakan berbagai alat kontrasepsi yang bertujuan untuk menekan laju penduduk yang terus meningkat. Kontrasepsi yang disediakan pemerintah berupa kontrasepsi hormon berupa tablet, suntikan dan pemasangan IUD.

Menurut Syahrum (1994) salah satu tujuan KB adalah penjarangan kehamilan dengan cara mengatur agar tidak terjadi nidasi atau perkembangan dari zigot.

Kontrasepsi berupa pil, suntikan dan IUD yang disediakan cenderung mendatangkan efek samping, karena itu perlu dicari alternatif lain sebagai pengganti pil, suntikan dan IUD tersebut yang berasal dari tanaman yang berpotensi sebagai kontrasepsi. Salah satu bahan yang digunakan untuk menghindari efek samping ini adalah dengan pemberian bahan alami berupa ekstrak brotowali.

Brotowali (Tinospora crispa L.) merupakan tumbuhan yang hidup di daerah tropis, berupa tumbuhan merambat yang tersebar merata di hutan Indonesia. Brotowali mengandung damar lunak, pati, glikosida, pikroretosid, zat pahit pikroretin, harsa, alkaloid, berberin dan palmatin. Bagian akarnya mengandung alkaloid, berberin dan kolumbin. Daun dan batang mengandung alkaloid, saponin, tanin dan flavanoid (Supriadi, 2001). Batang brotowali mengandung senyawa alkaloid sebesar 2,22 % (Dweck, 2006).

Penundaan siklus estrus terjadi karena kurangnya hormon Lutheinizing Hormone (LH) dan Folicle Stimulating Hormone (FSH) yang dihasilkan hipofisis.

Harborn (1987) dalam Sumarmin (2001) mengatakan mekanisme yang jelas belum pasti tetapi hal yang mungkin terjadi adalah dengan kurangnya LH dan FSH maka dominasi estrogen akan semakin tinggi akibat adanya triterpenoid, terpenoid dan alkaloid sehingga keadaan ini lebih lanjut akan menyebabkan fase diestrus dan proestrus diperpanjang.

Siklus estrus adalah periode atau masa dari permulaan periode birahi ke periode birahi berikutnya.

Siklus estrus merupakan cerminan berbagai aktivitas yang saling berkaitan antara hipotalamus, hipofisis dan ovarium (Akbar, 2010). Siklus estrus terdiri dari empat fase yaitu fase proestrus, estrus, metestrus dan diestrus.

Siklus estrus merupakan salah satu aspek reproduksi yang menggambarkan perubahan kandungan hormon reproduksi yang disebabkan oleh aktivitas ovarium yang dipengaruhi hormon gonadotropin. Perubahan kandungan hormon reproduksi selanjutnya menyebabkan perubahan struktur pada jaringan penyusun saluran reproduksi (Toelihere, 1979).

Menurut Lufri dan Helendra (2009) pertumbuhan telur, folikel ovarium dan ovulasi dikendalikan oleh hormon FSH dan LH serta hormon steroid estrogen dan progesteron. Oleh sebab itu dapat dinyatakan pertumbuhan folikel ovarium dikendalikan oleh hormon estrogen yang dihasilkan oleh sel-sel granulosa dan FSH yang dihasilkan oleh pituitari (hipofisa). Hormon ini berperan penting dalam siklus reproduksi. Melalui

(2)

mekanisme Feed back, mekanisme umpan balik positif estradiol dan progesteron di bawah kondisi tertentu dapat meningkatkan pembebasan LH dan FSH selama siklus menstruasi, peningkatan konsentrasi estradiol pada bagian akhir dari fase folikel pra ovulasi dari LH adalah melaluia mekanisme ini.

Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian yang berjudul Pengaruh Ekstrak Brotowali (Tinospora crispa L.) terhadap Siklus Reproduksi Mencit (Mus musculus L. Swiss Webster) bertujuan untuk mengetahui Pengaruh ekstrak Brotowali (Tinospora crispa L.) terhadap Siklus Reproduksi Mencit (Mus musculus L. Swiss Webster).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Januari 2014 di Laboratorium Zoologi FMIPA UNP. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: pisau, lumpang, alu, kertas saring, cotton bud, erlenmeyer, timbangan analitik digital, waterbath, desikator, cawan petri, alat tulis, kertas label, spatula, botol ekstrak, botol minum mencit, batang pengaduk, gelas ukur, aluminium foil, baskom plastik, cuvac (spuit suntik), corong, neraca Ohaus, jarum gavage, korek api, jarum suntik, objek glass, cover glass, tissue dan mikroskop binokuler.

Bahan yang digunakan adalah mencit (Mus musculus L. Swiss Webster) betina, brotowali (Tinospora crispa L.), sekam, air biasa, pakan mencit, CMC 5%, eosin dan aquabidest.

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 6 ulangan, dengan perlakuan; Kontrol (A) : pemberian CMC 5%, Perlukuan (B) : diberi ekstrak brotowali dosis 5 x 10-2 mg/bb, Perlukuan (C) : diberi ekstrak brotowali dosis 6 x 10-2 mg/bb dan Perlukuan (D) : diberi ekstrak brotowali dosis 7 x 10-2 mg/bb.

Prosedur

1. Tahap Persiapan a. Persiapan Hewan Uji

Hewan uji diperoleh dari Laboratorium Zoologi FMIPA UNP. Kisaran umur 8-10 minggu dan berat badan 20-25 gram.

b. Persiapan Media

Mencit ditempatkan pada kandang berupa baskom plastik bentuk segi empat ukuran 30 cm (p) x 20 cm (l) x 10 cm (t) ditutupi kawat dan diberi sekam yang diganti dua kali seminggu. Pemberian pakan dan minum dilakukan setiap hari.

c. Pembuatan Ekstrak

Batang brotowali dipotong sepanjang ruas jari, lalu dijemur dibawah terik matahari sampai kering.

Ditimbang sebanyak 250 gram, ditumbuk sampai halus untuk dijadikan simplisia. kemudian direndam dalam methanol sebanyak 500 mililiter selama 72 jam.

Selanjutnya disaring atau filtrasi dengan menggunakan corong dan kertas saring untuk memisahkan serbuk batang brotowali dari filtratnya. Filtrat diuapkan di atas water bath sampai didapatkan ekstrak pekat. Ekstrak yang didapat berupa lempengan padat, lalu diserbukkan dengan cara ditumbuk dan ditimbang sesuai dengan dosis perlakuan. Kemudian ekstrak diemulsikan dan diencerkan dengan larutan CMC 5%

d. Pembuatan Larutan CMC 5%

Bubuk CMC ditimbang sebanyak 0,5 gram, dilarutkan dalam larutan aquabides hingga volume mencapai 100 ml dan diaduk hingga homogen.

Campuran tersebut disimpan dalam botol bertutup.

2. Tahap Pelaksanaan a. Pemberian ekstrak

Pemberian ekstrak brotowali dilakukan pada jam 10.00 WIB. Pemberian ini dilakukan secara konsisten setiap hari selama 26 hari (setara dengan lima siklus estrus). Pemberian ini dilakukan secara oral menggunakan jarum gavage dengan volume 0,5 cc.

b. Pengamatan siklus estrus

Awal kerja hapusan vagina, Cotton bud dibasahi kemudian diulas pada mukosa vagina mencit, kemudian diulas di atas objek glass dan diberi pewarnaan eosin dibiarkan kering. Setelah ulasan kering kemudian dilihat menggunakan mikroskop binokuler dengan perbesaran (10 x 40) kemudian ditulis pada buku pengamatan. Semua data yang diperoleh dianalisa dengan Analisis Varian (ANAVA) apabila terdapat perbedaan, dilanjutkan uji lanjut Duncan New Multiple Range Test (DNMRT).

HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL

Berdasarkan pengamatan pada apusan vagina maka dapat ditentukan fase-fase dari siklus estrus mencit (Mus musculus L. Swiss Webster).

Proestrus Estrus

Metestrus Diestrus Gambar 1 : Fase-fase siklus estrus

Hasil penelitian pemberian ekstrak brotowali menyebabkan perpanjangan siklus estrus pada mencit.

Pengaruh ekstrak brotowali yang diberikan secara oral terhadap siklus estrus mencit dapat dilihat padaTabel 1.

(3)

Tabel 1. Panjang Siklus Estrus Mencit

Perlakuan Panjang Siklus Estrus Mencit (Hari)

A 5,67a

B 10,50b

C 11,33bc

D 12,80c

Ket. Angka-angka pada kolom masing-masing fase siklus estrus yang diikuti huruf kecil yang sama, berbeda tidak nyata dan huruf yang berbeda,berbeda nyata pada

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa ekstrak brotowali berpengaruh tarhadap perpanjangan siklus estrus mencit. Rata-rata panjang siklus estrus pada perlakuan lebih lama dari kontrol, yaitu A selama 5,67 hari, B selama 10,50 hari, C selama 11,33 hari dan D selama 12,80 hari.

Hasil pengamatan masing-masing fase dari siklus estrus adalah sebagai berikut ini.

1. Fase Proestrus

Berdasarkan hasil pengamatan dari tiap-tiap perlakuan terdapat perbedaan panjang fase proestrus, hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Panjang Fase Proestrus Mencit

Perlakuan Panjang Fase Proestrus Mencit (Hari)

A 1,00a

B 1,35b

C 1,00a

D 0,93a

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa pemberian ekstrak brotowali berpengaruh terhadap perpanjangan fase proestrus mencit. A, C dan D tidak berbeda nyata, sedangkan antara kontrol dengan D berbeda.

2. Fase Estrus

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada tiap-tiap perlakuan, terdapat perpanjangan pada fase estrus. lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Panjang Fase Estrus Mencit

Perlakuan Panjang Fase Estrus Mencit (Hari)

A 1,40a

B 0,77b

C 0,67bc

D 0,50c

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa semakin tinggi dosis pemberian ekstrak brotowali maka

semakin pendek fase estrus pada mencit. Hasil tersebut menunjukkan terdapat perbedaan panjang fase estrus antara masing- masing perlakuan dengan kontrol.

3. Fase Metestrus

Berdasarkan pengamatan terhadap fase metestrus didapatkan hasil yang berbeda pada masing- masing perlakuan. Lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Panjang Fase Metestrus Mencit

Perlakuan Panjang Fase Metestrus Mencit (Hari)

A 1,13a

B 1,57b

C 1,80bc

D 1,93c

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa ekstrak brotowali berpengaruh terhadap perpanjangan fase metestrus, hal ini dapat dilihat pada perbedaan panjang fase metestrus antara kontrol dengan masing-masing perlakuan.

4. Fase Diestrus

Berdasarkan pengamatan yang sudah dilakukan pada fase diestrus pada masing-masing perlakuan didapatkan hasil berbeda tidak nyata pada fase diestrus. Lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Panjang Fase Diestrus Mencit

Perlakuan Panjang Fase Diestrus Mencit (Hari)

A 1,47a

B 1,33a

C 1,50a

D 1,63a

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa pemberian ekstrak brotowali tidak berpengaruh terhadap panjang fase diestrus mencit. Hasil rata-rata perpanjangan hari pada fase diestrus tersebut diantaranya A selama 1,47 hari, B selama 1,33 hari, C selama 1,50 hari dan D selama 1,63 hari.

B. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan (Tabel 1) dapat dilihat terjadi perubahan panjang pada masing-masing perlakuan, seperti pada B, C, dan D lebih lama dari A (kontrol). Meningkatnya panjang fase pada siklus estrus ini diduga disebabkan oleh zat aktif alkaloid yang bersifat estrogenik, sehingga meningkatkan kadar estrogen dalam darah. Tingginya kadar estrogen dalam darah dapat menghambat sekresi hormon gonadotropin (FSH), sehingga mengakibatkan perkembangan folikel di dalam ovarium menjadi tertunda. Penundaan perkembangan folikel ini akan mengakibatkan siklus estrus diperpanjang. Rugh (1966) mengatakan bahwa

(4)

penundaan siklus estrus dapat saja disebabkan oleh senyawa kimia alami dari tumbuhan yang masuk ke dalam tubuh melalui oral.

Perpanjangan siklus estrus pada beberapa perlakuan yang telah dilakukan disebabkan oleh perubahan panjang masing-masing fase pada siklus estrus. Hasil pengamatan fase proestrus (Tabel 2) dapat dilihat bahwa terjadi perubahan panjang berdasarkan rerata hari, seperti pada B lebih panjang dibandingkan kontrol. Perpanjangan fase proestrus tidak terlalu memberikan kontribusi besar terhadap perpanjangan pada siklus estrus. Perpanjangan fase proestrus diduga disebabkan oleh alkaloid yang terkandung dalam brotowali, akibatnya estrogen dalam darah meningkat.

Meningkatnya estrogen akan menekan laju sekresi LH dan FSH dari hipofisis, sehingga menyebabkan terhambatnya perkembangan folikel dalam ovarium, fase proestrus diperpanjang. Menurut Harborn (1987) dalam Sumarmin (2001), menyatakan kurangnya LH dan FSH maka dominasi estrogen akan semakin tinggi akibat adanya triterpenoid, terpenoid, dan alkaloid sehingga keadaan ini lebih lanjut akan menyebabkan fase diestrus dan fase proestrus diperpanjang

Berdasarkan hasil pengamatan fase estrus (Tabel 3) dapat dilihat bahwa ekstrak brotowali berpengaruh terhadap panjang fase estrus. Panjang rerata fase estrus pada masing-masing perlakuan B, C dan D lebih kecil dibandingkan A (Kontrol), fase estrus terpendek terdapat pada D sebesar 0,50 hari. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa semakin besar dosis yang diberikan maka fase estrus semakin dipercepat, tapi perubahan ini tidak berada di luar kisaran normal panjang fase estrus seperti dinyatakanoleh Rugh (1968) kisaran normal fase estrus berlangsung 1 sampai 3 hari.

Perpanjangan fase estrus diduga disebabkan oleh zat aktif alkaloid. Pemberian zat bersifat estrogenik dapat menekan laju sekresi LH dari hipofisis.

Penekanan terhadap kadar LH akan mengakibatkan masa ovulasi dipercepat, karena untuk terjadinya ovulasi dibutuhkan LH dalam jumlah besar, sesuai yang dikemukakan Rusmiati (2010), bahwa tingginya kadar estrogen dalam darah dapat menghambat hipofisis dalam mensekresikan hormon gonadotropin (FSH dan LH). Penurunan konsentrasi FSH dan LH secara tidak langsung akan mengakibatkan terganggunya masa ovulasi, sehingga masa ovulasi dipercepat.

Metestrus adalah stadium lanjut dari fase estrus. Hasil pengamatan fase metestrus (Tabel 4) dapat dilihat adanya perubahan panjang fase pada tiap-tiap perlakuan. Berdasarkan rerata panjang tiap-tiap perlakuan pada fase metestrus (Tabel 6), dapat dilihat bahwa B, C, dan D lebih panjang dibandingkan A, dimana fase metestrus terpanjang terdapat pada D sebesar 1,93 hari. Perpanjangan ini diduga dipengaruhi oleh efek zat aktif alkaloid menekan sekresi LH dan FSH oleh kelenjar hipofisis. Penekanan terhadap kadar LH dan FSH meningkatkan kadar estrogen sehingga menyebabkan perpanjangan fase tersebut, hal ini sesuai

yang dikemukakan oleh Palupi (2008), bahwa penekanan kadar LH dan FSH secara langsung yang dihasilkan hipotalamus maupun hipofisis dapat meningkatkan produksi hormon estrogen dan progesteron.

Fase selanjutnya adalah fase diestrus, fase ini merupakan fase akhir dari siklus estrus. Berdasarkan hasil pengamatan fase diestrus (Tabel 5) didapatkan hasil secara keseluruhan dari analisis statistik menunjukkan dosis yang diberikan berpengaruh tidak nyata terhadap perpanjangan fase diestrus.

Berdasarkan keterangan di atas, menunjukkan bahwa fenomena ini memperlihatkan bahwa ekstrak brotowali mampu mempengaruhi siklus reproduksi pada mencit secara langsung melalui mekanisme poros hipotalamus, hipofisis, dan ovarium. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mulai dari dosis 5 x 10-2 mg/bb sudah dapat digunakan sebagai alternatif kontrasepsi alami.

Kesimpulan

Ekstrak brotowali yang diberikan peroral pada mencit dapat memperpanjang siklus estrus hingga ±13 hari sehingga dapat memperjarang kehamilan, jadi dapat disimpulkan ekstrak ini dapat digunakan sebagai alternatif obat kontrasepsi alami.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis menyarankan supaya melakukan penelitian mengenai pengaruh ekstrak brotowali terhadap morfometri ovarium mencit (Mus musculus L.

Swiss Webster).

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, B. 2010. Tumbuhan dengan Kandungan Senyawa Aktif yang Berpotensi Sebagai Bahan Anti Fertilitas. Adabia Press. Jakarta.

Dweck, A.C, Cavin, J.-P., 2006. A review of Andawali (Tinospora crispa). Personal Care Magazine 7,

1–3, Available at:

www.dweckdata.com/published papers/Tinospora crispa.pdf.

Lufri dan Helendra. 2009. Biologi Perkembangan Hewan Jilid I. UNP Press: Padang.

Palupi, J. 2008. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Per Oral Terhadap Folikulogenesis Ovarium Mencit (Mus musculus). Jurnal Kesehatan, Vol 6 (2). diakses 12 Desember 2012

Rugh, R. 1966. The Mouse and Its Reproduction.

Burgess. Publ. Co. Inc. London

Sumarmin, R. 2001. “Uji In Vivo Ekstrak kulit Batang Angsana (Pterocarpus indicus W.) terhadap Fertilitas Mencit Betina (Mus musculus L.

(5)

Swiss Webster)”. Laporan Hasil Penelitian Proyek Pengembangan Diri. FMIPA Universitas Negeri Padang.

Syahrum, M.H. 1994. Reproduksi dan Embriologi : Dari Satu Sel menjadi Organisme. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.

Toelihere, MR. 1979. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa : Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah mempelajari dan mendapatkan penjelasan yang sejelas-jelasnya mengenai penelitian yang berjudul “PENGARUH POSISI GERAKAN DHUHA 8 RAKAAT TERHADAP TEKANAN