PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN
(Studi pada Perusahaan Industri Property & Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2016)
Sheila Nurfitriana Sasmita
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Satriya Candra Bondan, SE., MM.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of good corporate governance towards the company performance of property & real estate industry firms listed in Indonesia Stock Exchange during 2012-2016. The corporate governance measured by managerial ownership, institutional ownership and proportion of independent board commissioners, while corporate performance proxied by Tobin’s Q ratio. The population in this research is all company in property & real estate industry listed in Indonesia Stock Exchange for the years 2012-2016. Purposive sampling method was used to collect the data from 9 sample companies. The results show that managerial ownership has negative and insignificant effect on company performance, institutional ownership has a negative and significant effect on company performance, and the proportion of independent board of commissioners has a positive and significant effect on company performance.
Keywords: Good Corporate Governance, Managerial Ownership, Institutional
Ownership, Proportion of Independent Board of Commissioners, Corporate Performance, Tobin's Q
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh good corporate governance yang diukur dengan variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional serta proporsi dewan komisaris independen terhadap kinerja perusahaan yang diproksikan dengan rasio Tobin’s Q pada perusahaan industri property & real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan industri property & real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2012-2016. Dengan menggunakan metode purposive sampling diperoleh sampel sebanyak 9 perusahaan. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan. Kepemilikan institusional menunjukkan pengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan sedangkan proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Kata Kunci: Good Corporate Governance, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Proporsi Dewan Komisaris Independen, Kinerja Perusahaan, Tobin’s Q
PENDAHULUAN
Isu mengenai corporate governance mulai menjadi topik penting, khususnya di Indonesia, yaitu setelah
Indonesia mengalami krisis berkepanjangan pada tahun 1998. Menurut Yudanto (1998), secara garis besar, terganggunya perekonomian Indonesia dicerminkan oleh tingkat pertumbuhan ekonomi tahun 1997 yang merosot menjadi 4,91% bahkan pada triwulan III tahun 1998 pertumbuhannya minus 17,13%, yang turun drastis dari rata-rata pertumbuhan selama tiga tahun terakhir sebesar 7,9%.
Berbagai pihak mengatakan bahwa lamanya proses perbaikan kondisi krisis ekonomi di Indonesia disebabkan oleh lemahnya penerapan good corporate governance pada perusahaan-perusahaan di Indonesia. Sutedi (2011) mengatakan bahwa good corporate governance (GCG) pertama kali diperkenalkan oleh Cadburry Committee pada tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut pada laporan mereka (Cadburry Report) yang didefinisikan sebagai hal yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar tercapai keseimbangan antara kekuatan dan kewenangan perusahaan. “Bank Dunia (World Bank) mendefinisikan GCG sebagai kumpulan badan hukum, peraturan, dan kaidahkaidah yang wajib dipenuhi, yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan untuk berfungsi secara efisien guna menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang
yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar keseluruhan”
(Effendi, 2016).
Hadirnya GCG dalam pemulihan krisis di Indonesia menjadi hal yang mutlak, namun pada kenyataannya penerapan GCG di Indonesia masih cukup jauh tertinggal apabila dibandingkan dengan negara- negara lain di Asia. Survey mengenai tingkat corporate governance dilakukan oleh Political Economic Risk Consultancy (PERC) pada tahun 2015 di sebelas negara yang menerapkan GCG di Asia menunjukkan hasil bahwa Indonesia menempati peringkat terbawah. Untuk itu, pemerintah mulai menghimbau perusahaan- perusahaan untuk menerapkan GCG agar dapat bersaing di dunia bisnis yang semakin ketat.
Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (2001), GCG memliki banyak manfaat bagi perusahaan, diantaranya adalah meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan,
meningkatkan pelayanan kepada stakeholder, mempermudah dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak rigid (karena faktor kepercayaan) yang akhirnya akan meningkatkan corporate value, mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Adapun tujuan dari GCG adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi seluruh pihak yang berkepentingan atau stakeholders karena peningkatan nilai perusahaan akibat meningkatnya kinerja perusahaan tersebut.
Penerapan GCG diawali karena adanya masalah keagenan, dimana terdapat perbedaan persepsi antara principal (pemilik) dan agent (manajer). Inti dari hubungan keagenan ini adalah adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan.
Masalah keagenan (agency problem) merupakan hal yang dapat timbul apabila manajer dari suatu perusahaan tidak berwenang secara penuh atas kepemilikan saham perusahaan tersebut. Apabila suatu perusahaan yang berbentuk perusahaan perseorangan dikelola sendiri oleh pemiliknya, dapat diasumsikan bahwa manajer atau pemilik perusahaan tersebut akan mengambil tindakan sebaik mungkin untuk kesejahteraannya, yang diukur dalam bentuk peningkatan kekayaan perorangan dan juga
dalam bentuk kesenangan dan “fasilitas eksekutif”. Namun, apabila manajer perusahaan tersebut mengurangi hak kepemilikannya dengan membentuk perseroan dan menjual sebagian saham tersebut kepada pihak luar, maka pertentangan kepentingan bisa segera timbul.
Pelaksanaan GCG diharapkan dapat mengurangi permasalahan agensi yang timbul antara pemegang saham dan manajemen dengan melaksanakan enam prinsip dasar GCG. Menurut Ali (2016), adapun salah satu pengukuran yang digunakan untuk
mengukur GCG adalah
kepemilikan manajerial, sedangkan menurut Ningtyas (2014), GCG dapat diukur dengan variabel kepemilikan institusional dan proporsi dewan komisaris independen. Selain itu pula, ketiga variabel tersebut dapat berkontribusi dalam mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik, dimana dengan tata kelola perusahaan yang baik tersebut dapat meningkatkan kinerja perusahaan. GCG yang diukur dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan proporsi dewan komisaris independen dianggap mampu untuk mewujudkan penerapan
GCG karena melihat tata kelola perusahaan dari sudut pandang internal, seperti pada pemberian saham kepada manajerial perusahaan yang akan meningkatkan motivasi kerja para manajerial yang pada akhirnya akan diikuti dengan peningkatan kinerja perusahaan. Selain itu, kepemilikan institusional juga dapat mewujudkan penerapan GCG yang melihat tata kelola perusahaan dari sudut pandang eksternal, yaitu melalui pengawasan yang dilakukan oleh institusi-institusi pemilik saham, sehingga dengan adanya pengawasan yang lebih efektif maka kinerja perusahaan pun akan meningkat. Begitu pun dengan proporsi dewan komisaris independen, yang mampu mewujudkan penerapan GCG dengan melihat dari kedua sudut pandang, yaitu baik dari sudut pandang internal maupun eksternal sehingga dalam pengambilan keputusan perusahaan akan menjadi lebih obyektif dan independen.
Kepemilikan saham manajerial didefinisikan sebagai proporsi saham biasa yang dimiliki oleh para manajemen, yang dapat diukur dari presentase saham biasa
yang dimiliki oleh pihak manajemen yang secara aktif terlibat dalam pengambilan keputusan
perusahaan (Nur’aeni, 2010). Menurut teori keagenan, konflik antara principal dan agent dapat diminimalisir dengan mensejajarkan kepentingan antara principal dan agent, sehingga kehadiran kepemilikan saham oleh manajerial dapat mengurangi agency cost yang berpotensi untuk timbul. Semakin tinggi tingkat kepemilikan manajerial dalam suatu perusahaan maka manajemen perusahaan tersebut akan cenderung berusaha untuk meningkatkan kinerja serta menciptakan kinerja yang optimal untuk kepentingan para pemegang saham dan untuk dirinya sendiri sehingga kepemilikan manajerial akan mempengaruhi GCG dari setiap perusahaan.
Kepemilikan institusional dapat diukur dengan menggunakan rasio jumlah lembar saham yang dimiliki oleh institusi terhadap jumlah lembar saham perusahaan yang beredar secara keseluruhan.
Hal ini akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen sehingga kepemilikan institusional memiliki pengaruh terhadap
kinerja perusahaan yang dapat dijadikan sebagai salah satu indikator penilaiannya.
Proporsi dewan komisaris independen merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja suatu perusahaan, karena komponen dewan komisaris di dalam suatu perusahaan memiliki peranan yang penting, yaitu mengawasi dan menasehati kinerja dewan direksi dalam menjalankan tugasnya di sebuah perusahaan. Komisaris independen merupakan anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan, bukan berasal dari pegawai perusahaan tersebut dan juga tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, serta kepemilikan saham yang memiliki tugas untuk membantu dan merencanakan strategi jangka panjang perusahaan, serta mengulas dan mengevaluasi penerapan strategi-strategi tersebut secara berkala.
Dalam penerapan GCG, diharuskan adanya dewan komisaris independen dengan harapan dapat mendorong serta menciptakan iklim yang lebih independen, objektif dan dapat menempatkan kesetaraan sebagai prinsip utama di dalam memperhatikan berbagai
kepentingan para pemegang saham minoritas dan juga stakeholder lainnya.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ali (2016), Ningtyas (2014), Lestari (2013) dan Sabrinna (2010), dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional serta proporsi dewan komisaris independen dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengukur GCG, dimana GCG akan mempengaruhi kinerja perusahaan karena semakin baik tingkat GCG maka akan meningkatkan kinerja perusahaan.
Kinerja perusahaan merupakan penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba (Sucipto, 2003).
Kinerja perusahaan dapat diukur oleh rasio yang salah satunya adalah rasio Tobin’s Q, karena Tobin’s Q memberikan gambaran mengenai kinerja perusahaan yang dilihat dari segi internal dan juga eksternal.
Tobin’s Q merupakan sebuah konsep dari James Tobin (1969), yang menurut Ningtyas (2014) merupakan rasio yang paling baik dalam memberikan informasi dalam menilai perusahaan.
Perhitungan di dalam Tobin’s Q terdapat seluruh unsur yang berhubungan dengan utang dan modal saham suatu perusahaan.
Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan, dapat
disimpulkan bahwa kinerja perusahaan merupakan faktor penting bagi perusahaan karena kinerja perusahaan merupakan aspek pertama yang dilihat oleh investor serta menggambarkan bagaimana perusahaan memiliki kemampuan dalam mengolah sumber dayanya. Menjaga kinerja perusahaan merupakan tujuan utama setiap perusahaan. Salah satu industri yang mampu menjaga stabilitas kinerja perusahaannya adalah industri property & real estate. Industri property & real estate merupakan industri yang memiliki permintaan yang baik di dalam pasar modal yang dibuktikan dari data trading volume untuk industri property & real estate yang cenderung stabil.
Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini akan menguji untuk menganalisis dan membuktikan apakah variabel GCG memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan, sehingga peneliti menyusun penelitian dengan judul “Pengaruh Good Corporate
Governance Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi pada Perusahaan Industri Property &
Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2012-2016)”.
LANDASAN TEORI Teori Agensi
Corporate governance muncul karena adanya masalah keagenan, yaitu adanya pemisahan kepemilikan antara principal dengan pengendalian perusahaan oleh agent. Adanya pemisahan kepemilikan antara principal dengan pengendalian perusahaan oleh agent cenderung menimbulkan konflik keagenan diantara keduanya. potensi kepentingan dapat terjadi di antara pihakpihak yang berhubungan, seperti antara pemegang saham dengan manajer perusahaan (agency cost of equity) atau antara pemegang saham dengan kreditur (agency costs of debt) (Jensen dan Meckling, 1976).
Good Corporate Governance
Good Corporate Governance (GCG) pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee pada tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut pada laporan mereka (Cadbury Report). Menurut Cadbury, good corporate governance mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar tercapai keseimbangan antara kekuatan dan kewenangan perusahaan (Sutedi, 2011).
Corporate governance merupakan suatu proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis serta urusan-urusan perusahaan, dalam rangka meningkatkan kemakmuran bisnis dan akuntabilitas perusahaan, dengan tujuan utama mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders yang lain (Malaysian
Finance Committee on Corporate Governance, February 1999).
Arti Penting Good Corporate Governance
Good corporate
governance diperlukan sebagai suatu sistem yang dapat mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan konsisten dengan peraturan perundang-undangan.
Penerapan GCG perlu didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha. Inti dari kebijakan GCG adalah agar pihak-pihak yang berperan dalam menjalankan perusahaan memahami dan menjalankan fungsi dan peran sesuai wewenang dan tanggung jawab. Pihak yang berperan meliputi pemegang saham, dewan komisaris, komite, direksi, pimpinan unit dan karyawan. Konsep Good Corporate Governance Inti dari konsep good corporate governance adalah internal balance dan external balance. Internal balance adalah hubungan antar organ perusahaan, yaitu RUPS, komisaris dan diireksi dalam hal yang
berkaitan dengan struktur kelembagaan dan mekanisme operasional dari ketiga organ perusahaan tersebut, sedangkan external balance adalah pemenuhan tanggung jawab perusahaan sebagai entitas bisnis dalam masyarakat dan stakeholder.
Prinsip Good Corporate Governance
Di Indonesia, berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN Kep- 117/MMBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 Pasal 3 tentang penerapan praktik corporate governance, menyatakan bahwa dalam penerapan good corporate governance terdapat prinsip yang harus dilakukan oleh setiap perusahaan, diantaranya adalah transparancy, independency, accountability, responsibility dan fairness.
Manfaat dan Tujuan Good Corporate Governance
FCGI (2001)
mengungkapan bahwa corporate governance memiliki banyak manfaat bagi perusahaan antara lain: (1) Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholder, (2) Mempermudah dana pembiayaan yang lebih murah
dan tidak rigid (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate
value. Mengembalikan
kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia, (3) Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholders’s value dan deviden.
Faktor yang Mempengaruhi Good Corporate Governance
Terdapat dua faktor yang memegang peranan dalam GCG, yaitu faktor eksternal, yang merupakan beberapa faktor yang berasal dari luar perusahaan yang sangat mempengaruhi keberhasilan penerapan GCG serta faktor internal, yang merupakan pendorong keberhasilan pelaksanaan praktik GCG yang berasal dari dalam perusahaan.
Struktur Kepemilikan
Menurut Wahyudi dan Pawestri (2006) struktur kepemilikan adalah jenis institusi atau perusahaan yang memegang saham terbesar dalam suatu perusahaan. Struktur kepemilikan tersebut dapat berupa investor individual, pemerintah serta institusi swasta sedangkan menurut
Faisal (2005), struktur kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk mengurangi konflik antara manajemen dan pemegang saham.
Terdapat beberapa struktur kepemilikan saham yang kerap dilakukan oleh perusahaan dalam rangka penerapan GCG yang diantaranya adalah kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional.
Kepemilikan manajerial merupakan kondisi yang menggambarkan adanya kepemilikan saham oleh manajer di dalam suatu perusahaan. Kepemilikan saham manajeral didefinisikan sebagai proporsi saham biasa yang dimiliki oleh para manajemen, yang diukur dari persentase saham biasa yang dimiliki oleh pihak manajemen yang secara aktif terlibat di dalam pengambilan keputusan perusahaan (Nur’aeni, 2010).
Berikut adalah rumus untuk menghitung rasio kepemilikan manajerial.
Sumber : Perdana dan Raharja (2014)
Kepemilikan institusional
didefinisikan sebagai kepemilikan saham oleh pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwakilan serta institusi lainnya pada akhir tahun (Sabrinna, 2010). Menurut Wening (2007), kepemilikan institusional merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
kinerja perusahaan karena dengan adanya kepemilikan saham oleh pihak institusi akan mendorong tingkat pengawasan terhadap kinerja manajemen mencapai titik yang lebih optimal. Berikut adalah rumus untuk
menghitung rasio kepemilikan institusional.
Sumber : Perdana dan Raharja (2014)
Proporsi Dewan Komisaris Independen
Dewan komisaris independen merupakan anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan, namun bukan merupakan pegawai serta tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, dan kepemilikan saham. Dewan komisaris independen memiliki tugas untuk membantu dalam merencanakan strategi jangka panjang perusahaan, serta secara berkala melakukan evaluasi atas implementasi strategi tersebut.
Dewan komisaris independen merupakan hal yang sangat penting di dalam penerapan GCG karena dewan komisaris independen dianggap mampu mendorong dan menciptakan iklim yang lebih independen, obyektif serta mampu menempatkan kesetaraan sebagai
prinsip utama dalam
memperhatikan kepentingan para pemegang saham minoritas dan stakeholder lain. Berikut adalah rumus untuk menghitung rasio proporsi dewan komisaris independen.
Sumber : Chen dan Jaggi (2000)
Kinerja Perusahaan (Tobin’s Q)
Kinerja perusahaan merupakan penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba (Sucipto, 2003).
Keputusan investasi yang dilakukan oleh investor atas suatu perusahaan didasarkan pada baik buruknya tingkat kinerja perusahaan tersebut, sehingga sangat penting bagi setiap perusahaan untuk mengukur dan mengetahui apakah kinerja perusahaan tersebut baik atau buruk. Kinerja perusahaan merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya.
Salah satu cara alternatif yang paling banyak digunakan dalam data keuangan perusahaan adalah Tobin’s Q, sebuah teori yang dikembangkan oleh James Tobin pada tahun 1969. Menurut Ningtyas (2014), rasio Tobin’s Q merupakan rasio yang paling baik dalam memberikan informasi untuk menilai perusahaan. Dalam perhitungan Tobin’s Q, terdapat semua unsur yang berhubungan
dengan utang dan modal saham perusahaan.
Menggunakan Tobin’s Q sebagai alat ukur dalam menghitung kinerja perusahaan merupakan pilihan yang sangat tepat,
karena Tobin’s Q tidak hanya memberikan gambaran tentang aspek fundamental, namun juga menggambarkan sejauh mana pasar menilai perusahaan dari berbagai aspek yang dapat dilihat oleh pihak luar, termasuk investor.
Rasio ini merupakan konsep yang berharga karena menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian dari setiap dolar investasi inkremental (Herawaty, 2008).
Adapun perhitungan yang digunakan untuk menghitung Tobin’s Q adalah:
Sumber : Klapper dan Love (2002) Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka pikir penelitian, maka kerangka konsept penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Hipotesis
H1: Terdapat pengaruh kepemilikan manajerial terhadap
kinerja perusahaan industri property
& real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016 H2: Terdapat pengaruh kepemilikan
institusional terhadap
kinerja perusahaan industri property
& real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016 H3: Terdapat pengaruh proporsi dewan
komisaris independen terhadap kinerja perusahaan industri property & real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksplanatori dengan pendekatan kuantitatif.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan industri
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan Institusional
Proporsi D.
K.
Independen
Kinerja Perusahaan:
Tobin ’s Q
Gambar 1. Kerangka Konsep
property & real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20122016. Dilakukan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling deengan kriteria sampel yang akan dipergunakan sebagai berikut:
1. Perusahaan industri property & real estate yang secara berturutturut mendapatkan laba pada periode 2012-2016 2. Perusahaan industri
property & real estate yang memiliki kelengkapan data variabel GCG dan kinerja perusahaan untuk mendukung penelitian Perusahaan yang memenuhi kriteria diantaranya adalah Agung
Podomoro Land Tbk.,
Bhuawanatala Indah Permai Tbk., Ciputra Development Tbk., Intiland Development Tbk., Greenwood Sejahtera Tbk., Pudjiadi Prestige Tbk., Pakuwon Jati Tbk., Roda Vivatex Tbk. serta Summarecon Agung Tbk.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dan sumber data yang digunakan merupakan data sekunder, yaitu berupa laporan
keuangan akhir tahun per tanggal 31 Desember 20122016 yang dipublikasikan dalam website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id).
Definisi Operasional Variabel Variabel independen dalam penelitian ini adalah good corporate governance yang diukur dengan variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional serta proporsi
dewan komisaris independen.
Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah kinerja perusahaan yang diproksikan dengan menggunakan rasio Tobin’s Q. Metode Analisis Data
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi tentang data yang dilihat dari nilai rata-rata, standar deviasi, maksimum, dan minimum
(Ghozali, 2011).
Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi kedua variabel yang ada yaitu variabel bebas dan terikat mempunyai distribusi data yang normal atau tidak (Ghozali, 2011). Dalam penelitian ini alat analisis yang digunakan adalah uji KolmogorovSmirnov, dengan taraf signifikansi 0.05. Jika nilai Asym Sig > 0.05 maka data berdistribusi normal.
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mendeteksi gejala korelasi antara satu variabel independen dengan variabel independen lainnya (Ghozali, 2011). Ada atau tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nilai tolerance >0.1 dan nilai VIF
<10 maka tidak terjadi gejala multikolinearitas.
Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2011), uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). . Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW), dimana hasil pengujian ditentukan berdasarkan nilai Durbin-Watson (DW).
Uji Heterokedastisitas
Menurut Ghozali (2011) uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain. Dalam
penelitian ini uji
heteroskedastisitas menggunakan uji Scatterplot. Apabila grafik hasil uji scatterplot membentuk pola yang tidak beraturan dan menyebar
maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Uji Kelayakan Model
Uji kelayakan model dapat dilakukan melalui pengukuran nilai statistik F yang bertujuan untuk menguji apakah substruktur model yang digunakan telah layak atau dinyatakan baik (good of fit), sehingga dapat dipastikan model regresi tersebut dapat digunakan (Priyatno, 2012). Pengujian kelayakan model dilakukan dengan cara membandingkan angka taraf signifikansi (sig) hasil perhitungan dengan taraf signifikansi 0.05. apabila nilai signifikansi <0.05 maka model dikatakan layak untuk digunakan.
Analisis Linier Berganda
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis linear berganda.
Analisis regresi linear berganda bertujuan untuk menganalisis besarnya hubungan dan pengaruh variabel independen yang jumlahnya lebih dari dua (Ghozali, 2011). Adapun formulasi persamaan regresi linear berganda pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
Y= α + β
1X
1+ β
2X
2+ β
3X
3Koefisien Determinasi (R
2)
Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen
(Ghozali, 2011). Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel- variabel dependen.
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Linier Berganda Tabel 1.
Hasil Analisis Linier Berganda
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. Keterangan
B Std.
Error Beta
(Cons tant)
.748 .348
-.095
-.285 .489
2.148 .038
1 KM -.030 .038 -.773 .444 Tidak
Signifikan
KI -.008 .003 -2.345 .024 Signifikan
DK .021 .005 3.841 .000 Signifikan
a. Dependent Variable: KinerjaPerusahaan
Hasil perhitungan regresi linier berganda digunakan untuk memprediksi besarnya pengaruh antara variabel independen yang jumlahnya lebih dari dua terhadap variabel dependen. Dengan dasar pengambilan keputusan melihat nilai Sig. < 0.05. Jika nilai terpenuhi, maka variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Berikut adalah hasil analisis linear berganda:
Y= 0.748 – 0.030KM - 0.008KI +
0.021DK
Berdasarkan persamaan regresi tersebut, maka dapat diartikan:
1. Hasil uji regresi linier berganda variabel kepemilikan manajerial terhadap kinerja perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q diperoleh nilai signifikansi 0.444 >
0.05 dan nilai koefisien regresinya negatif sebesar -0.030, maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh secara tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan sehingga dapat dinyatakan bahwa hipotesis pertama (H1) ditolak.
2. Hasil uji regresi linier berganda variabel kepemilikan institusional terhadap kinerja perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q diperoleh nilai signifikansi 0.024 <
0.05 dan nilai koefisien regresinya negatif sebesar -0.008, maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perusahaan sehingga dapat dinyatakan bahwa hipotesis kedua (H2) diterima.
3. Hasil uji regresi linier berganda variabel proporsi dewan komisaris independen terhadap kinerja perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q diperoleh nilai signifikansi 0.000 < 0.05 dan nilai koefisien regresinya positif sebesar 0.021, maka
dapat disimpulkan bahwa proporsi dewan komisaris independen berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perusahaan sehingga dapat dinyatakan bahwa hipotesis ketiga (H3) diterima.
Uji Koefisien Determinasi Tabel 2. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .682a .465 .426 .35391
a. Predictors: (Constant), DK, KI, KM
Berdasarkan Tabel 2, diperoleh nilai Adjusted R Square sebesar 0.426 atau 42.6%, maka dapat diartikan bahwa pengaruh variabel good corporate governance yang diukur dengan variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan proporsi dewan komisaris independen terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan rasio Tobin’s Q adalah sebesar 42.6%. Sedangkan sisanya, yaitu sebesar 57.4% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian ini.
Pembahasan Hasil Penelitian Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Kinerja Perusahaan
Hasil penelitian ini pada variabel kepemilikan manajerial
menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh secara tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan industri property & real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2012-2016.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hipotesis yang telah dirumuskan namun mendukung penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Sabrinna (2010) serta Lestari (2013) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh secara tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sangat rendahnya rata-rata kepemilikan saham oleh manajerial yang dibuktikan dari hasil deskripsi uji statistik deskriptif yang menunjukkan angka rata-rata kepemilikan manajerial mengindikasikan bahwa kepemilikan saham oleh manajerial yang dianggap dapat meningkatkan rasa kepemilikan atau sense of belonging terhadap perusahaan oleh manajerial yang semakin besar yang diharapkan juga akan meningkatkan kinerja manajerial tidak terbukti pada penelitian ini. jumlah kepemilikan saham oleh manajerial sangat rendah, sehingga deviden dan capital gain yang akan didapatkan oleh manajerial juga sangat rendah. Dengan rendahnya jumlah deviden dan capital gain yang akan diterima menyebabkan kurangnya rasa kepemilikan oleh manajerial
terhadap perusahaan sehingga kinerja perusahaan pun juga tidak meningkat.
Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Perusahaan Hasil penelitian pada variabel kepemilikan institusional menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan industri property & real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2012-2016.
Mendukung hasil penelitian ini, penelitian Wiranata dan Yeterina (2013) serta Rifqi (2013) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh signifikan secara negatif terhadap kinerja perusahaan.
Semakin tinggi tingkat kepemilikan saham oleh institusional maka semakin rendah kinerja perusahaan. Hal ini disebabkan karena kepemilikan institusional merupakan pemilik sementara yang lebih memfokuskan kepada laba jangka pendek. Kepemilikan jumlah saham yang tinggi oleh institusi ini menyebabkan pihak institusi bertindak untuk kepentingan mereka sendiri dengan mengorbankan kepentingan
pemegang saham minoritas dan akan membuat terjadinya ketidakseimbangan dalam penentuan arah kebijakan perusahaan yang nantinya menyebabkan keadaan tidak kondusif. Keadaan yang tidak kondusif ini tidak akan meningkatkan kinerja perusahaan atau justru akan menurunkan kinerja perusahaan. Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen Terhadap Kinerja Perusahaan
Hasil penelitian ini pada variabel proporsi dewan komisaris independen menunjukkan bahwa proporsi dewan
komisaris independen berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan industri property & real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2012-2016.
Hal tersebut ditunjukkan dari hasil uji statistik deskriptif, dengan ratarata proporsi dewan komisaris independen sebesar 40,3684% sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai tersebut telah sesuai dengan Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Peraturan di Bidang Pasar Modal menyatakan bahwa komposisi dari dewan komisaris independen adalah wajib paling kurang 30% dari jumlah seluruh anggota dewan komisaris. Dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa semakin banyak
anggota komisaris independen maka proses pengawasan yang dilakukan lebih efektif sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan yang diikuti dengan meningkatnya kepercayaan oleh investor.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis linier berganda, didapatkan kesimpulan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh secara tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan sedangkan kepemilikan institusional memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. Selain itu, proporsi dewan komisaris independen berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka saran yang dapat diberikan peneliti sebagai hasil penelitian yang agar dapat bermanfaat bagi pihakpihak terkait, yaitu perusahaan industri property
& real estate, pihak manajemen perusahaan diharapkan dapat memperhatikan dan meningkatkan kinerja perusahaan yang merujuk pada implementasi good corporate governance di dalam suatu perusahaan, yang dapat diukur dengan kepemilikan institusional
serta proporsi dewan komisaris indepeden yang telah terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 2016. Impact of Corporate Governance on Firm’s Financial
Performance (A
Comparative Study of
Developed and Non Developed Markets). Arabian Journal of Business and Management Review Volume 6 Issue 6
1000272.
Alridge, E. J. dan A. S. Sutojo. 2008. Good Corporate Governance: Tata Kelola Perusahaan yang Sehat. Jakarta:
Damar Media Pustaka.
Bursa Efek Indonesia. 2017 (On-Line) diakses pada periode Desember 2017dalam http://www.idx.co.id.
Cadbury Report. 1992. Report of Committee on The Financial Aspects of Corporate
Governance. Great Britain: Gee.
CGPI. 2009. Good Corporate Governance dalam Perspektif Manajemen Stratejik. Diakses pada periode Desember 2017 dalam http://www.iicg.org.
Chen, C. J. P. dan Jaggi, B. 2000.
Association Between Independent Non-Executive Directors, Family Disclosures in Hongkong. Journal of Accounting and Public Policy.
Vol. 19 : 285-310.
Daniri, Mas Achmad. 2005. Good Corporate Governance: Konsep dan
Penerapannya dalam Konteks Indonesia, Cetakan 1.
Jakarta: PT. Ray Indonesia.
Effendi, Muh. Arief. 2016. The Power Of Corporate Governance: Teori dan Implementasi. Edisi 2. Jakarta:
Salemba Empat.
Fama, E. F., & Jensen, M. C. 1983.
Separation of Ownership and Control. Journal of Law and Economics 26, 301 - 325.
FCGI. 2001. Corporate Governance: Tata Kelola Perusahaan Edisi ke-3 Jilid 1. FCGI.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Jensen, Michael C. dan Meckling.
William H. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost,
and Ownership
Structure. Journal of Financial Economics, Vol. 3, No. 4, October pp. 305-360.
Klapper, L.F., dan I. Love. 2002. Corporate Governance, Investor Protection and
Performance in Emerging Markets.
World Bank Policy Research Working Paper 2818.
Komite Nasional Kebijakan
Governance. 2012. Prinsip Dasar Pedoman Good Corporate Governance.
Diakses pada periode Desember 2017 dalam http://www.knkgindones ia.com.
Lestari, Prastya Puji. 2013. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan.
Jurnal Ekonomi
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.
Malaysian Finance Committee on Corporate Governance.
February, 1999. Corporate Governance. Diakses pada periode Desember 2017 dalam www.id.yahoo.co.id.
Manuputty, Gino Giovanno. 2012.
Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Perusahaan yang
Mengalami Kesulitan Keuangan (Financial Distress) dan
Tidak Mengalami Kesulitan Keuangan (Non
Financial Distress).
Thesis. Fakultas
Ekonomika dan Bisnis, Universitas
Diponegoro.
Masdupi, Erni. 2005. Analisis Dampak Struktur Kepemilikan pada Kebijakan Hutang dalam Mengkontrol Konflik
Keagenan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 2 No. 1, Hal.
57-69.
Ningtyas, Kilat Liliani. 2014. Pengaruh Good Corporate Governance terhadap
Nilai Perusahaan (Studi Kasus pada perusahaan yang
terdaftar di Islamic Jakarta Index).
Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB) Vol.
17, No. 1, Desember 2014.
Nur’aeni. 2010. Pengaruh
Struktur Kepemilikan Saham Terhadap Kinerja Perusahaan.
Jurnal Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.
Parhusip, Hara AG. 2016. Pengaruh Struktur Modal dan
Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB) Vol.
37, No. 2, Agustus 2016.
Perdana, Ramadhan Sukma dan Raharja. 2014. Analisis Pengaruh
Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan.
Diponegoro Journal of Accounting. Semarang:
Universitas
Diponegoro.
Priyatno, Duwi. 2012. Cara Kilat Belajar Analisis Data dengan SPSS 20.
Edisi Kesatu. Yogyakarta:
ANDI
Sabrinna, Anindhita Ira. 2010.
Pengaruh
Corporate Goverance dan Struktur Kepemilikan terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro
Semarang.
Shleifer, A dan R. W. Vishny. 1997. A Survey of
Corporate Governance. Journal of Finance.
52 (2), 737-783.
Republik Indonesia. 2002. Surat Keputusan Menteri BUMN KEP-117/M-MBU/2002
Tanggal 1 Agustus 2012.
Sekretariat Negara.
Jakarta.
Sugiyono. 2014. Metode
Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sutedi, Adrian. 2011. Good Corporate Governance. Jakarta:
Sinar Grafika.