SKRIPSI
OLEH :
RISMA KARLINA SITORUS NIM :1762201138
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS LANCANG KUNING PEKANBARU
2021
OLEH
RISMA KARLINA SITORUS 1762201138
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Good Corporate Governance yang terdiri dari Dewan Direksi, Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Komite Audit, dan Ukuran perusahaan terhadap Financial Distress. Pengumpulan data menggunakan metode Purposive Sampling terhadap perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019, sebanyak 20 Perusahaan yang digunakan sebagai sampel dan metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Regresi Linear Berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Dewan direksi, Kepemilikan Manajerial, Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Financial distress. Sedangkan variabel yang tidak mempengaruhi Financial Distress adalah Komisaris Independen, Kepemilikan institusional, dan Komite audit.
Kata Kunci : Good Corporate Governance, ukuran perusahaan dan Financial distress,
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN
Suatu perusahaan didirikan untuk memperoleh keuntungan sehingga mampu bertahan dan berkembang dalam jangka panjang. Kenyataannya dalam menjalankan usaha hal tersebut seringkali tidak sesuai harapan. Seringkali perusahaan yang telah beroperasi mengalami jatuh bangun sehingga mengalami kesulitan keuangan yang berujung kebangkrutan. Ketika suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan, hal tersebut akan menjadi pertimbangan bagi para investor dan kreditor yang akan berinvestasi. Sehingga perusahaan harus bisa menunjukkan kinerja yang baik agar perusahaan bisa memperoleh suntikan dana tersebut untuk keberlangsungan perusahaan yang sedang dijalankan.
Kinerja suatu entitas dapat dilihat dari analisis laporan keuangan. Hasil analisis laporan entitas bisa digunakan sebagai bahan pengambilan kebijakan dan pengambilan keputusan bagi pemilik perusahaan, manajer dan investor. Analisis rasio dari laporan keuangan juga bisa digunakan sebagai media untuk memprediksi kesulitan keuangan atau Financial distress yang dihadapi oleh perusahaan. Menurut Brahmana (2007) kesulitan keuangan terjadi karena kurangnya kemampuan suatu entitas untuk melakukan dan memelihara stabilitas kinerja keuangan sehingga entitas berada dalam kondisi rugi operasional dan bersih untuk periode tersebut.
Financial distress merupakan suatu kondisi perusahaan yang sedang Mengalami kesulitan keuangan dan berpotensi kebangkrutan. Menurut pendapat Fahmi (2013) bahwa Financial distress merupakan tahap penurunan kondisi keuangan perusahaan yang terjadi sebelum pailit atau likuidasi. Perusahaan yang mengalami Financial distress dianggap tidak mampu dalam memenuhi kewajibannya atau dengan kata lain mengalami kebangkrutan. Hal ini dikarenakan arus kas operasi perusahaan tidak mencukupi untuk membayar kewajiban jangka pendek perusahaan. Semakin besar kewajibannya perusahaan, semakin besar pula resiko terjadinya Financial distress.
Penurunan keuangan perusahaan dapat terjadi disemua perusahaan baik yang berskala besar maupun berskala kecil karena faktor penyebab terjadinya Financial distress bisa berasal dari dalam (internal) maupun diluar (eksternal) perusahaan. Fenomena yang terjadi pada perusahaan BUMN sampai saat ini merupakan tema yang menarik untuk dikaji. Kesulitan keuangan yang mengancam operasional BUMN menjadi hal yang sangat penting karena perusahaan ini menyerap pendanaan pemerintah.
Di era saat ini perusahaan BUMN diharapkan sebagai penggerak keuangan yang sangat berpengaruh dalam pembangunan di negara ini yang paling dominan.
Menurut Suwandi, dkk (2018) DiIndonesia perusahaan BUMN maupun perusahaan swasta belum belum sepenuhnya menganut prinsip good corporate governance, maka masih banyak perusahaan yang mengalami financial ditress.
Untuk bertahan di dunia usaha, perusahaan harus memiliki konsep penerapan good corporate governance untuk perusahaannya.
BUMN seharusnya memiliki kemampuan keuangan secara mandiri bahkan perusahaan BUMN ini seharusnya mampu membantu keuangan negara sebagaimana yang terjadi dinegara lain.
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan BUMN yang rentan mengalami kebangkrutan, beberapa perusahaan BUMN dibidang aneka industri mencatatkan nilai rendah (www.cnnindonesia.com).
Berikut ini disajikan tabel Earning Per Share pada perusahaan BUMN yang mengalami kondisi Financial distress antara periode 2017-2019
Tabel 1.1 Tingkat Kesulitan Keuangan (Financial Distress) Perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI periode 2017-2019
Nama Perusahaan Earning PerShare
2017 2018 2019
PT.KRAS 13,132 (0,087) (0,0260)
PT.GIAA (0,00837) (0,0089) 0,0003
PT.KAEF 58,84 88,51 (2,29)
PT.TINS 67 18 (82)
www.idx.ac.id
Berdasarkan tabel tersebut bahwa EPS di perusahaan BUMN cenderung Fluktuatif dan negatif pada periode tersebut sehingga akan berdampak terhadap kemungkinan terjadinya tingkat kesulitan keuangan pada perusahaan BUMN.
Menteri keuangan Sri mulyani menyatakan beberapa perusahaan BUMN ini rentan mengalami kebangkrutan, hal ini dikarenakan kinerja BUMN yang dinilai buruk, PT.Krakatausteel menjadi salah satu sorotan dari beberapa Badan Usaha Milik Negara yang disoroti oleh menteri keuangan Sri Mulyani Indrawati karena perusahaan tersebut mengalami kerugian sehingga menorehkan nilai terburuk dengan (0,47), PT.Krakatausteel juga mengumumkan restrukrisasi utang sebesar 30 triliun, restrukrisasi utang merupakan upaya yang dilakukan perseroan
demi menyelamatkan krakatausteel karena perusahaan plat merah tersebut telah mencatatkan kerugian selama 8 tahun berturut-turut, selain itu PT Garuda Indonesia yang mengalami kesulitan keuangan, direktur utama Irfan syahputra mengungkapkan masih negatifnya arus kas maskapai pelat merah yang dipimpinnya hal ini diperparah dengan kondisi utang yang totalnya mencapai 32 triliun (www.cnbcindonesia.com). Dan hal tersebut bisa diliat dari Rasio keuangan yang di publish dilaporan keuangan Tahunan.
Berikut disajikan tabel Debt to Equity Ratio perusahaan BUMN tahun 2017-2019
Tabel 1.2 Debt To Equity Ratio
Nama perusahaan 2017 2018 2019
PT.Garuda Indonesia. Tbk 1.81 2,94 2.48
PT.Krakatau steel.Tbk 288,4 335,2 823,2
www.idx.ac.id
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa rasio DER di perusahaan BUMN mengalami Fluaktif ditahun tertentu dan semakin tingginya rasio DER menunjukkan total hutang semakin besar.
Faktor Internal perusahaan yang bisa mempengaruhi kondisi Financial distress yaitu Ukuran perusahaan.Ukuran suatu perusahaan dapat menggambarkan seberapa besar total aset yang dimiliki perusahaan tersebut. Menurut Rajan dan Zingales (1994) dalam supryanto dan Falikhatun (2008) perusahaan yang memiliki total aset yang besar akan mudah pula dalam melakukan diversifikasi
dan kemungkinan perusahaan yang akan mengalami kondisi kebangkrutan akan semakin kecil. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Stroey (1994) dalam penelitian Fachrudin (2011) bahwa semakin besar total aset yang dimiliki suatu perusahaan maka perusahaan tersebut diharapkan mampu dalam melunasi kewajiban dimasa, sehingga suatu perusahaan diharapkan dapat menghindari permasalahan keuangan.
Selain menggunakan ukuran perusahaan faktor internal perusahaan dalam memprediksi financial distress adalah Good corporate governance yang diterapkan perusahaan. Apabila suatu perusahaan gagal dalam mengatasi kesulitan keuangan perusahaan tersebut dapat dikatakan memiliki Tata kelola perusahaan yang buruk, Tata kelola perusahaan bertujuan untuk memastikan bahwa manajer perusahaan selalu mengambil tindakan yang tepat serta tidak mementingkan diri sendiri. Hanafi Brealiastiti (2016) menyatakan bahwa mekanisme good corporate governance dapat menentukan sukses tidaknya pengelolaan suatu perusahaan. Tata kelola perusahaan menjadi salah satu syarat utama dari manajemen yang sehat di antara perusahaan-perusahaan diseluruh dunia.
Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur hubungan antara dewan komisaris, direksi dan manajemen agar terciptanya keseimbangan dalam pengelolaan perusahaan. Adanya perbedaan kepentingan antara pihak internal dan pihak eksternal perusahaan akan menimbulkan penyalahgunaan laporan keuangan. Christiawan dan Tarigan (2007) mengemukakan bahwa manajer akan mengambil keputusan bisnis dalam rangka memaksimalkan sumber
daya perusahaan, disisi lain pemegang saham sebagai pihak principal tidak dapat mengawasi semua keputusan yang diambil dan aktivitas yang dilakukan manajer sebagai pihak agent. Apabila salah satu kesalahan yang dilakukan oleh pihak agent dalam mengambil keputusan akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan dan akan berakhir dengan kesulitan keuangan atau financial distress. Hutagalung (2012) menyebutkan bahwa dewan direksi merupakan komposisi terpenting pada tata kelola perusahaan. Jumlah dewan direksi yang besar akan meminimalisir kemungkinan terjadinya kesulitan keuangan Emiraldi (2007). Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Radifan (2015) bahwa Dewan direksi berpengaruh negatif signifikan terhadap Financial distress. Hasil penelitian tersebut juga senada dengan penelitian Kusanti (2015). Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan Fathonah (2016) yang menyatakan bahwa dewan direksi tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap Financial distress
Dewan komisaris pada umumnya membentuk komite-komite untuk membantu tugas dari dewan komisaris dalam melaksanakan tanggung jawab dan wewenang dari dewan komisaris, komite yang dibentuk oleh dewan komisaris ialah komite audit. Ketika melaksanakan tugasnya kompetensi dari komite audit sangat diperhitungkan, kompetensi audit dapat digambarkan seberapa besar tingkat pemahaman dalam menjalankan tugasnya dimana komite audit ini sangat diperlukan diperusahaan dimana pengetahuan dan kompetensi yang dimiliki akan membantu meningkatkan kinerja keuangan perusahaan sehingga akan mengurangi kemungkinan perusahaan yang akan mengalami financial distress. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sastriana dan Fuad (2013) menyatakan bahwa
komite audit berpengaruh negatif terhadap Financial distress. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Haq dan Rikumahu (2016) yang menyatakan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap Financial distress.
Selain komite audit komposisi terpenting pada tata kelola perusahaan adalah kepemilikan manajerial. Semakin besarnya kepemilikan manajerial mampu menurunkan potensi Financial distress Emiraldi (2007). Ni wayan dan Ni Merkusiwati (2014) mengatakan bahwa pengawasan terhadap manajemen perusahaan, yaitu kebijakan yang akan diambil akan lebih ketat jika ada kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan. Dapat disimpulkan bahwa jika disuatu perusahaan terdapat kepemilikan saham oleh pihak manajemen maka diharapkan suatu perusahaan bisa membuat kinerja perusahaan akan semakin baik sehingga perusahaan akan mampu untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya financial distress. Penelitian yang dilakukan oleh Riadiani dan Wahyudin (2015) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif signifikan terhadap Financial distress. Namun berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Barus (2017) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap Financial distress
Kepemilikan institusional juga merupakan komposisi terpenting pada tata kelola perusahaan, kepemilikan institusional akan membuat manajer memfokuskan perhatian pada kinerja disuatu perusahaan, sehingga hal tersebut mampu mengurangi tindakan manajer yang akan dapat mementingkan diri sendiri Cornet et al (2006). Kepemilikan institusional yang semakin besar diharapkan dapat meningkatkan aktiva perusahaan sehingga akan mengurangi atau
meminimalisir terjadinya financial distress. Penelitian yang dilakukan oleh Harahap (2017) menyatakan kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap Financial distress. Namun berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Anjana (2017) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap Financial distress.
Selain kepemilikan institusional tindakan manajemen disuatu perusahaan juga dapat diawasi dengan keberadaan komisaris independen. Jika disuatu perusahaan memiliki jumlah independent commissioner yang semakin banyak maka suatu perusahaan akan memiliki pengelolaan yang semakin baik. Emiraldi (2007) menyebutkan bahwa jumlah yang semakin banyak dari komisaris independen disuatu perusahaan maka akan mampu meminimalisir kemungkinan terjadinya financial distress dikarenakan semakin banyak pihak independen yang mengawasi manajemen perusahaan. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sastriana dan Fuad (2013) bahwa komisaris independen berpengaruh negatif signifikan terhadap Financial distress. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Helena (2018) yang menyatakan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh terhadap Financial distress.
Motivasi penelitian ini dilakukan untuk menguji ketidakkonsistenan hasil penelitian terdahulu dan mengkonfirmasi kembali teori yang mendasari hubungan antara variabel. Penelitian ini hanya fokus pada perusahaan BUMN selama 3 tahun (2017-2019).
Rumitnya permasalahan keuangan menjadi bahan yang menarik untuk diteliti, karena semua perusahaan pasti akan berusaha untuk menghindari
permasalahan ini dan terhindar dari resiko kebangkrutan. Penelitian ini menggunakan perusahaan BUMN yang terdaftar di bursa efek indonesia (BEI) tahun 2017-2019. Berdasarkan uraian diatas dan dari hasil penelitian sebelumnya maka peneliti tertarik untuk meneliti topik tersebut dengan judul “PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP FINANCIAL DISTRESS PADAPERUSAHAAN BUMN YANG TERDAFTAR DI BEI 2017-2019
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah dewan direksi berpengaruh terhadap financial distress?
2. Apakah komisaris independen berpengaruh terhadap financial distress?
3. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap financial distress?
4. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya financial distress?
5. Apakah komite audit berpengaruh terhadap financial distress?
6. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap Financial distress ?
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1.3.1 TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan dari rumusan masalah yang dibahas diatas tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui Pengaruh dewan direksi terhadap financial distress perusahaan di BUMN
2. Mengetahui pengaruh komisaris independen terhadap financial distress perusahaan BUMN
3. Mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial terhadap financial distress perusahaan BUMN
4. Mengetahui pengaruh kepemilikan institusional terhadap financial distress perusahaan BUMN
5. Mengetahui pengaruh komite audit terhadap financial distress perusahaan BUMN
6. Mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap financial distress perusahaan BUMN
1.3.2 MANFAAT PENELITIAN
Peneliti berharap dengan dilakukannya penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan
Kegunaan penelitian ini bagi perusahaan agar menjadi pertimbangan untuk memprediksi potensi kebangkrutan bagi perusahaan dan membuat perusahaan semakin mampu dalam menangani masalah yang diteliti oleh peneliti, sehingga perusahaan dapat melakukan evaluasi terhadap kinerja perusahaan agar dapat mengantisipasi masalah kebangkrutan yang bisa terjadi diperusahaan.
2. Bagi investor
Kegunaan penelitian ini bagi investor untuk membantu
memberikaninformasi dan menjadi pertimbangan kepada investor dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penanaman investasi yang dilakukan saat ini dan dimasa yang akan datang dalam mengetahui tingkat potensi kebangkrutan pada perusahaan
3. Bagi penulis
Kegunaan penelitian ini bagi penulis merupakan sarana belajar untuk mengetahui sejauh mana teori yang digunakan dan diperoleh untuk diterapkan dalam praktek serta untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis khususnya materi kebangkrutan yang menjadi topik penelitian ini.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Kegunaan penelitian bagi peneliti selanjutnya dapat menjadi refrensi dan bahan dalam melanjutkan penelitian ini sehingga menambah pengetahuan dan wawasan dalam menganalisis potensi kebangkrutan dalam perusahaan.
1.4 SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk menggambarkan secara garis besar batas dan luasnya penulisan, penulis dapat membagi proposal ini menjadi 7 bagian, yaitu sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II : TELAAH PUSTAKA
Pada bagian ini menjelaskan gambaran dari fenomena yang terjadi atau pernyataan mengapa hal tersebut penting untukditeliti.
BAB III : METODE PENELITIAN
Dalam Bagian ini menjelaskan tentang motode penelitian yang terdiri dari objek penelitian, populasi dan sampel,teknik pengambilan sampel, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, identifikasi dan operasionalisasi variabel, dan analisis data.
BAB IV : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BUMN
Meliputi sejarah singkat perusahaan dan aktivitas perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang akan meliputi gambaran umum hasil penelitian, pengujian asumsi klasik, model regresi dan pengujian hipotesis.
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN
Merupakan bab penutup yang berisi keismpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, 2006, Board structure and ownership in malaysia: in case of ditress edlisted companies, Jurnal ofcorporateGovernance, 6(5), pp: 582-594
Anthony, Robert N, dan Vijay Govindarajan, 2012, Management Control system, Jakarta: Salemba Empat.
Asnawi, Said kelana dan chandra wijaya, 2005, Riset Keuangan:
Pengujian-pengujian eempiris, edisi-1, Jakarta: Gramedia pustaka utama
Baridwan, zaki, 2013, Intermediate Accounting, Edisi Ke- 8,Yogyakarta,BPFE.
Brigham, Eugene F, and Joel F.Houston, 2010, Dasar-dasar manajemen keuangan, Jakarta: Salemba Empat.
Brigham, Eugene F, dan Joul F. Houston, 2014, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Jakarta: Salemba Empat.
Cornet M.M, Alan J.Marcus, Anthony Saunders, and Hassan Tehranian, 2006, Earning Management, Corporate governance, and True Financial Performance, Http://papers.ssrn- com/s013/papers.cfm?abtract_id=886142
Damodaran, Aswath, 2001, Corporate Finance Theory and Practice 2nd, USA: Jhon Wiey&Sons.inc.
Dewi, Ni nyoman Kristiana dan Jadti, I ketut, 2014, Pengaruh Karakteristik Ekdekutif, Karakteristik Perusahaan Dan Dimensi Tata Kelola
Perusahaan Yang Baik Pada TaxAvoidance Di Bursa Efek Indonesia, ISSN: 2302-8556, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol.6,No.2, Hal 249-260.
Deviacita, A.w,2012, Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate governance terhadap financial distress, Diponegoro E- journalofAccounting, Vol.1, No-1, Hal 1-15.
Emiraldi, Nur Dp, 2007, Analisis Pengaruh Tata Kelola Perusahaan Terhadap Kesulitan Keuangan, Jurnal Akuntansi dan Bisnis, 9(1), pp:88-108
Elloumi dan Gueyie, 2001, Financial Distress and Corporate governance, An Empirical Analysis, MCB Universitas Press.
Efendi.muh,Arief, 2018, The Power Of Good Corporate governance edisi ke-2, Jakarta: Salembaempat
Fachrudin, Khaira Amalia, 2011, Analisis Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, Dan AgencyCost Terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan keuangan, 13(1), PP:37-46 Fahmi Irham, 2011, Analisis Laporan Keuangan, Bandung: Alfabeta
Gamayuni, Rindu Rika, 2011, Analisis ketepatan model almant sebagai alat untuk memprediksi kebangkrutan (studi empiris perusahaan manufaktur di BEI), Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.16 No,2
Gitman, Lawrence, 2009, Principles of Manajerial Finance, United States: Pearson Addisom Wesley.
Ghozali, Imam, 2013, Aplikasi Analisis Multivariate dengan program
IBM SPSS, Semarang, Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Multivariate dengan SPSS, Semarang:Universitas Diponegoro
Hamdani, 2016, Good Corporate governance, Tinjauan Etik dalam bisnis, Jakarta: Mitra Wacana Media
Hanaf, Jeffry, Peran Mekanisme GoodCorporateGovernance dalam mencegah perusahaan mengalami Financial Distress, Jurnal akuntansi, Vol.1 No.1, pp 195-220
Hanggraeni, Dewi, 2016, Manjemen Risiko dan Good Corporate governance: Pengujian pentingnya Enterprise Risk Manajemen terhadap praktik Good Corporate governance dan Kinerja perusahaan, Jakarta:Universitas Indonesia,(UI-Press).
I Gusti Agung dan Ni ketut, 2015, Pengaruh Good Corporate governance, Financial Indikator, dan Ukuran perusahaan pada Financial Distress, Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 10.3(2015), ISSN:2302-8556.
Indri Evanng Hapsari, 2012, Kekuatan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Komdisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur Di BEI, Jurnal Dinamika Manajemen, Vol.3 No.2.Hal.101-109
Ikatan Akuntansi Indonesia, 2015, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta IAI
KNKG (Komite Nasional Kebijakan Governance), 2006, Pedoman Umum
Good Corporate governance
Ni Wayan dan Merkosiwati, 2014, Pengaruh Mekanisme Corporate governance, Likuiditas, Leverage, Dan Ukuran Perusahaan Pada Financial Distress, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 7.1 pp.93-106.
Ni Wayan dan Ni Kt.lely, 2014, Pengaruh Mekanisme Corporate governance, Likuiditas, Dan Ukuran Perusahaan Pada Financial Distress, E- Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 7.1, 93-106, ISSN: 2302-8556
Nur Rhomadhona, Muhammad, 2013, Analisis perbandingan kebangkrutan model Altman, Model Springate, dan Model Zmijewski, E-jurnal Universitas Negeri Surabaya
Prasetyantoko, 2008, Corporate governance, Jakarta: Gramedia pustaka.
Rega Putra dan Vanica Serly, 2020, Pengaruh Karakteristik Komite Audit
Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Financial Distress, Jurnal Eksplorasi Akuntansi, Vol.2, No 3, Seri C, Agustus 2020, Hal 3160-3178, ISSN: 2656-3649
Riyanto, Bambang, 2008, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Yogyakarta, GPFE.
Rustendi,T dan Farid J.2008, Pengaruh Hutang Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur (Survei Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta), Jurnal Akuntansi FE Universitas Siliwang, Vol.3 No.1
Sujoko&Soebianto, ugi, 2007, Pengaruh struktur kepemilikan saham, leverage, faktor intern, dan faktor ekstern terhadap nilai perusahaan, jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol.9.No.1 Hal 41-48
Sujianto, 2001, Dasar-dasar Management Keuangan, Yogyakarta, BPFF Sugiyono, 2016, Metode Penelitian (Kualitatif, Kuantitatif, R&D),
Bandung: Alfabeta
Supriyanto, Eko, dan Falikhatun, 2008, Pengaruh Pertumbuhan Penjualan Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Keuangan Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, 10(1), pp:13-22
Sutedi, Ardian, 2012, GoodCorporateGovernance, Jakarta: Sinar Grafika Syafitri,Tria,Nuzula, Nila F & Nurlaily, Ferina, 2018, Pengaruh Good
Corporate governance Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Perusahaan Industri Sub Sektor Logam Dan Sejenisnya Yang Terdaftar di BEI periode 2012-2016. Jurnal Manajemen Teori dan Terapan. Vol.3, No.2, PP.189-215
Ujiyantho, Arief.M, dan Pramuka B.A, 2007. Mekanisme Corporate governance, Manajemen Laba, dan Kinerja Keuangan, simposium Nasional Akuntansi X, AKPM-01:1-26, Universitas Diponegoro.
www.idx.ac.id www.tempo.com