Modal intelektual membantu menghubungkan perusahaan dan memobilisasi karyawan untuk mencapai tujuan (Rothenberg, 2003; Boiral, 2002), karena manajemen lingkungan yang efektif melibatkan pengetahuan langsung dan tidak langsung (Boiral, 2002). Sementara itu, Chen (2007) menyarankan untuk mengukur modal intelektual hijau dan menguji pengaruh modal intelektual hijau terhadap keunggulan kompetitif perusahaan. Komponen modal intelektual hijau mengikuti penelitian Chan dan Chen (2012) dan Huang dan Kung (2012), sedangkan variabel mediasi yaitu identitas organisasi hijau mengikuti penelitian Chen (2011) dan Chang dan Chen (2013).
Oleh karena itu penelitian ini menguji pengaruh modal intelektual hijau dan pengelolaan lingkungan pada keunggulan kompetitif hijau dengan identitas organisasi hijau sebagai variabel mediasi. Aset tidak berwujud dan modal intelektual merupakan kunci pengetahuan perusahaan dalam memperoleh keunggulan kompetitif (Segelod, 1998). Chen (2008), Huang dan Kung (2011), Chang dan Chen (2012) mendefinisikan modal intelektual hijau sebagai total cadangan dari semua aset, pengetahuan, kemampuan dan hubungan yang tidak berwujud yang terkait dengan perlindungan lingkungan dan inovasi hijau baik pada tingkat individu maupun di tingkat tingkat organisasi dalam sebuah perusahaan.
Keunggulan Bersaing Hijau Melalui Strategic Corporate Social Responsibility (CSR)
Pengembangan Hipotesis
Barney (1986) berpendapat bahwa jika budaya perusahaan memiliki nilai, unik dan dapat ditiru oleh anggotanya, maka budaya perusahaan dapat memberikan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Oleh karena itu, dari perspektif budaya organisasi sebagai alat strategis, perusahaan dapat memperoleh keunggulan kompetitif dari kelemahan, keunikan dan budaya organisasi yang dapat diulang (Fiol, 1991). Penelitian oleh Porter dan Vean der Linde (1995) memandang perusahaan sebagai perintis pengelolaan lingkungan yang dapat menikmati keunggulan inti mereka dengan memperoleh keunggulan kompetitif.
Kontribusi manajer dianggap penting karena mereka bertanggung jawab untuk menciptakan suatu bentuk budaya perusahaan untuk mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan (Fernandez et al., 2003). Identitas organisasi adalah kompetensi utama yang dapat mengarah pada keunggulan kompetitif dengan mengontekstualisasikan dan memberi makna pada perilaku adaptif baru. Gagasan mendapatkan komitmen setiap individu dalam organisasi sama dengan gagasan modal manusia hijau, yang secara positif mempengaruhi keunggulan kompetitif (Stewart, 1997;.
Sementara itu, Chen et al. 2006) membuktikan bahwa inovasi hijau (produk dan proses) berpengaruh positif terhadap proses dan keunggulan bersaing. Hal ini meningkatkan produktivitas perusahaan, mengembangkan pasar baru, meningkatkan citra perusahaan dan meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan (Russo dan Fouts, 1997). Beberapa penelitian sebelumnya telah menetapkan bahwa modal relasional perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap keunggulan kompetitif mereka (Johnson, 1999, Bontis, 1999).
Dengan demikian, modal relasional hijau digunakan untuk menyelidiki pengaruh positif modal relasional terkait dengan inovasi hijau dan pengelolaan lingkungan pada keunggulan kompetitif perusahaan. Oleh karena itu, dampak interaktif bersama dari suatu perusahaan terkait dengan pengelolaan lingkungan perusahaan dan inovasi hijau dapat membantu perusahaan menciptakan keunggulan kompetitif bagi perusahaan.
METODOLOGI PENELITIAN 1. Sampel Penelitian
Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda untuk menguji pengaruh variabel bebas dan variabel terikat yaitu menggunakan regresi linier.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1. Pengumpulan Data dan Sampel
Statistik Deskriptif
Dapat dikatakan bahwa dukungan manajemen pada organisasi di Indonesia terkait dengan kesadaran lingkungan masih rendah. Artinya, perusahaan/organisasi di Indonesia sebenarnya sudah mulai menyadari pentingnya peran perusahaan/organisasi dalam menjaga lingkungan. Namun dalam prakteknya, perlindungan lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan/organisasi di Indonesia masih belum dilaksanakan secara maksimal.
Dari statistik deskriptif di atas terlihat bahwa modal relasional hijau untuk perusahaan/organisasi di Indonesia secara umum cukup baik karena semua konstruk memiliki rata-rata lebih dari 3. Artinya organisasi/perusahaan di Indonesia sudah cukup tanggap terhadap lingkungan konsumen, sehingga perusahaan/organisasi di Indonesia memperhatikan kualitas produk atau jasa yang mendukung keramahan lingkungan. Dari statistik deskriptif di atas terlihat bahwa budaya organisasi di Indonesia secara umum cukup baik, hal ini terlihat dari rata-rata semua konstruk diatas 3.
Perusahaan/organisasi di Indonesia merespon sangat baik terhadap pengelolaan lingkungan dan perlindungan organisasi, dan telah memasukkan kedua hal tersebut secara langsung maupun tidak langsung dalam visi organisasi. Dari statistik deskriptif di atas, perusahaan/organisasi secara umum cukup berhasil dalam mengintegrasikan, berkolaborasi, membangun dan mengkonfigurasikan kompetensi dan sumber daya untuk melengkapi pengelolaan lingkungan dan inovasi lingkungan yang berbeda dari pesaing atau yang dilakukan oleh organisasi/perusahaan lain. Demikian pula, standar deviasi yang relatif tinggi dari semua konstruk menunjukkan bahwa masih terdapat ketidaksesuaian pemahaman tentang pengelolaan lingkungan dan perlindungan lingkungan pada semua tingkatan perusahaan/organisasi.
Berdasarkan hasil statistik deskriptif di atas, telah dilakukan upaya oleh perusahaan/organisasi di Indonesia untuk menerapkan strategi keunggulan bersaing yang mengakomodir lingkungan pelanggan/konsumen, namun belum banyak dilakukan di Indonesia. Diduga perusahaan/organisasi di Indonesia masih mencari bentuk-bentuk terkait green product atau green service yang mereka hasilkan.
Pengujian Green Human Capital, Green Structural Capital, Green Relational Capital, Budaya Organisasi yang Berorientas Lingkungan, Kepemimpinan yang
Pengujian secara simultan menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel independen yang terdiri dari green human capital, green structural capital, green relational capital, budaya organisasi berwawasan lingkungan, kepemimpinan berwawasan lingkungan dan keterampilan berwawasan lingkungan berpengaruh penting dalam identitas organisasi berwawasan lingkungan. Hal ini mengatakan bahwa budaya organisasi lingkungan merupakan strategi dalam kerangka manajerial baru dari perspektif identitas organisasi hijau yang merespon tren baru untuk pembangunan berkelanjutan yang terkait dengan perlindungan lingkungan dan pembangunan ekonomi. Penelitian ini mengacu pada penelitian Chen (2011) yang meneliti hubungan antara budaya organisasi lingkungan dan kepemimpinan lingkungan terhadap identitas organisasi hijau.
Seperti Chen (2011), pentingnya identitas organisasi hijau dalam organisasi merupakan sumber penting pengembangan identitas organisasi dan mencerminkan visi organisasi yang tidak dapat disikapi dalam masalah lingkungan demi keberlanjutan dalam keunggulan kompetitif perusahaan/organisasi. Dalam penelitian ini, yang berpengaruh signifikan terhadap identitas organisasi hijau untuk pengelolaan lingkungan organisasi adalah budaya organisasi lingkungan dan kapabilitas lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa budaya organisasi, sumber daya dan kompetensi perusahaan/organisasi yang terkait dengan pengelolaan lingkungan dan perlindungan lingkungan menunjukkan identitas organisasi dalam menanggapi permasalahan lingkungan.
Dalam penelitian Chen (2011) menyatakan bahwa green organization identity berpengaruh positif signifikan terhadap green competitive advantage, maka penelitian ini menguji pengaruh green human capital, green structural capital terhadap green organization identity. Dalam pengujian ini, dari ketiga komponen modal intelektual hijau, hanya modal manusia hijau yang berpengaruh positif terhadap identitas organisasi hijau, sehingga perusahaan sebaiknya menginvestasikan modal manusia hijau dalam identitas organisasi hijau. Adapun modal struktural hijau dan modal relasional hijau, mereka tidak berpengaruh pada identitas organisasi hijau. Ditengarai bahwa meskipun organisasi telah menjaga komitmen pimpinan organisasi dan kepedulian organisasi terhadap pengetahuan pegawai dalam pengelolaan lingkungan dan perlindungan lingkungan, namun belum dilaksanakan secara optimal.
Hal ini mencerminkan bahwa organisasi di Indonesia sudah mengenal perlindungan lingkungan dan pengelolaan lingkungan, namun masih menganggap hal tersebut bukan menjadi prioritas utama perusahaan dalam keberlanjutan jangka panjang organisasi. Identitas organisasi hijau hanya dapat tercermin pada kemampuan karyawan untuk memiliki kompetensi dalam perlindungan lingkungan, yang terlibat secara produktif dan berkontribusi pada perlindungan lingkungan, dan dukungan manajer atau manajer organisasi/bisnis bagi karyawan baik secara individu maupun kelompok untuk bekerja menghasilkan. produk dan layanan sesuai dengan lingkungan perlindungan lingkungan.
Pengujian Pengujian Green Human Capital, Green Structural Capital, Green Relational Capital, Environmental Organizational Culture, Environmental Leadership,
Namun, sesuai dengan penelitian Chen (2011), identitas organisasi hijau bukanlah mediator antara manusia hijau modal manusia hijau, modal struktural hijau, modal relasional hijau, budaya organisasi lingkungan, manajemen lingkungan, kemampuan lingkungan, identitas organisasi hijau berpengaruh signifikan pada keunggulan kompetitif hijau. Untuk meningkatkan pengetahuan dan kompetensi lingkungan karyawan, penting untuk meningkatkan aktivitas lingkungan (Ramus dan Steger, 2000; Rothenberg, 2003, Huang dan Kung, 2011). Sebaliknya, kurangnya dukungan manajemen puncak, kurangnya sumber daya dan komitmen yang tidak kompeten dari karyawan serta kurangnya kerjasama antara modal intelektual hijau, pengelolaan lingkungan dan identitas organisasi hijau akan mengakibatkan kegagalan untuk mencapai tujuan lingkungan perusahaan/organisasi.
Dari komponen intelektual hijau terlihat bahwa hanya green human capital yang mempengaruhi green identity organisasi, sedangkan yang mempengaruhi green competitive advantage adalah green structural capital dan green relational capital. Sedangkan dari pengelolaan lingkungan organisasi yang berpengaruh positif adalah budaya organisasi hijau dan kapabilitas hijau, sedangkan komponen pengelolaan lingkungan organisasi tidak ada satupun yang berpengaruh terhadap keunggulan kompetitif hijau. Dengan demikian, identitas organisasi hijau gagal memediasi hubungan antara modal intelektual hijau dan keunggulan kompetitif hijau dan hubungan antara pengelolaan lingkungan organisasi dan keunggulan kompetitif hijau.
Adanya pengaruh positif yang signifikan dalam penelitian ini memberikan potensi bahwa penerapan pengetahuan lingkungan, perlindungan lingkungan dan pengelolaan lingkungan telah dilaksanakan oleh organisasi/perusahaan jasa. Adanya pengaruh positif antara green human capital terhadap green organization identity, green structural capital dan green relational capital terhadap green competitive advantage merupakan elemen utama dalam pengembangan keberlanjutan perusahaan/organisasi. Dapat disimpulkan bahwa semakin besar penekanan perusahaan pada tanggung jawab sosial dan lingkungan, maka semakin besar pula perusahaan akan berinvestasi dalam modal intelektual hijau, sehingga perusahaan dapat menjalankan strategi keberlanjutan jangka panjang yang membantu bisnis organisasi/perusahaan.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa penerapan pengetahuan lingkungan, pengelolaan lingkungan dan perlindungan lingkungan oleh organisasi atau pengelola perusahaan/organisasi masih dianggap belum menjadi prioritas dalam bisnis perusahaan/organisasi tersebut. Demikian pula dengan pihak eksternal perusahaan seperti investor dan pelanggan masih belum menerapkan environmentalisme yang memaksa perusahaan untuk melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan.
Kesimpulan, Keterbatasan dan Penelitian Selanjutanya 1. Kesimpulan
Padahal Indonesia sudah memiliki peraturan seperti aktieselskabsloven (UU PT) no.40 tahun 2007 PP no.47 tahun 2012 tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan, hal ini tidak menjadikan aturan tersebut sebagai perhatian utama perusahaan/organisasi. Apalagi bagi perusahaan/organisasi jasa yang merasa tidak memiliki dampak negatif terhadap lingkungan karena tidak ada limbah yang dihasilkan seperti perusahaan manufaktur, maka sepertinya masalah lingkungan bukan menjadi tanggung jawab organisasi/perusahaan jasa. Oleh karena itu, penelitian ini hanya menggunakan sampel kecil dan tidak mengklasifikasikan responden yang bekerja di perusahaan/organisasi jasa dan non jasa.
The impact of ownership structure on intellectual capital efficiency: Evidence from the emerging Polish market. Intellectual Capital and Firm Performance in Australia Department of Accounting and Business Law, Working Paper Series no. 12. Intellectual capital and financial performance of banks in Bahrain Journal of Business Management and Accounting, Vol.