Alternatifnya adalah ekstrak senyawa alam, terutama senyawa yang mengandung N, O, P, S dan atom dengan pasangan elektron bebas. Unsur yang mengandung pasangan elektron bebas selanjutnya dapat berperan sebagai ligan membentuk senyawa kompleks dengan logam (Ludiana dan Handani, 2012). Pencegahan atau pengendalian laju korosi dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya adalah dengan menambahkan inhibitor seperti zat-zat yang berguna dalam menghambat laju korosi.
Penggunaan inhibitor untuk mengendalikan laju korosi pada industri masih menggunakan senyawa yang sangat beracun (kromat dan arsenik), sehingga masih dibatasi oleh kebijakan lingkungan (Mulyaningsih et al., 2019). Oleh karena itu, tujuan dari praktikum ini adalah pertama untuk mengetahui penambahan inhibitor K2CrO4 0,6 N dan inhibitor KNO3 0,6 N terhadap laju korosi logam Al serta mengetahui efektifitas antara larutan inhibitor K2CrO4 0,6 N dan inhibitor KNO3 0,6 N. untuk membandingkan larutan terhadap laju korosi pada logam Al. Proses ini akan merusak logam dengan cara mengikis logam yang kemudian akan menurunkan sifat mekanik logam tersebut (Yanuar et al., 2017).
Tingkat ketahanan suatu material terhadap korosi biasanya memiliki laju korosi antara 1 hingga 200 mpy (Afandi et al., 2015). Material Selection and Design (pemilihan dan desain material) Dengan memilih material yang sesuai dengan kondisi lingkungan kerja, sehingga proses korosi dapat diminimalkan. Inhibitor korosi adalah zat yang ditambahkan ke lingkungan dalam jumlah kecil untuk mengurangi laju korosi logam. Secara umum inhibitor korosi berasal dari senyawa organik dan anorganik yang mengandung gugus yang mempunyai pasangan elektron bebas, seperti senyawa nitrit, kromat dan fosfat, senyawa urea, fenilalanin, imidazolin dan amina.
Efektivitas penggunaan inhibitor korosi bergantung pada seberapa besar interaksi yang terjadi antara inhibitor dengan permukaan logam (SARAGIH, 2017). Mekanisme kerja inhibitor dapat digambarkan sebagai berikut: inhibitor mula-mula membentuk lapisan tipis pada permukaan logam dan karena pengaruh lingkungan (misalnya pH) maka akan terbentuk karat dan merupakan lapisan pasif pada permukaan logam, sehingga melindungi logam yang berada di bawah tekanan. lapisan (Utomo, 2015). Menurut Saragih (2017), inhibitor bekerja untuk menurunkan laju korosi dengan berbagai cara, yaitu: . a) Mengubah polarisasi katodik dan anodik (kemiringan Tafel) b) Mengurangi pergerakan ion menuju permukaan logam c) Meningkatkan hambatan pada permukaan logam.
Inhibitor korosi adalah bahan kimia yang bila ditambahkan ke suatu lingkungan, dapat mengurangi laju korosi yang terjadi di lingkungan tersebut terhadap logam-logam di dalamnya. Berdasarkan bahan dasar pembuatannya, inhibitor korosi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu inhibitor yang terdiri dari bahan anorganik dan bahan organik. Inhibitor korosi organik merupakan inhibitor korosi yang berasal dari bahan-bahan alami yang tersedia di alam.
![Tabel di bawah ini adalah penggolongan tingkat ketahanan material berdasarkan laju korosinya Tabel 1](https://thumb-ap.123doks.com/thumbv2/123dok/11276128.0/3.893.226.665.528.774/tabel-adalah-penggolongan-tingkat-ketahanan-material-berdasarkan-korosinya.webp)
Pembahasan
Dari Gambar 3.1 terlihat adanya pengaruh penambahan inhibitor K2CrO4 dan KNO3 masing-masing 3 ml terhadap laju korosi logam Al dengan variabel larutan asam H2SO4 10 ml, 15 ml, 20 ml, 25 ml, 30 ml , dan berair. Dari hasil di atas terlihat efek penambahan inhibitor dan tanpa inhibitor, dimana laju korosi meningkat pada logam yang tidak diberi inhibitor. Dilihat dari Gambar 3.1, sebagian besar penambahan inhibitor KNO3 dan K2CrO4, laju korosi cenderung meningkat, dan hal ini tidak sesuai dengan fungsi penambahan inhibitor, karena pada literatur yang kami temukan, laju korosi semakin menurun seiring dengan penambahan. inhibitor akibat adsorpsi inhibitor pada permukaan aluminium (Sanjaya et al., 2018).
Pada Gambar 3.1, laju korosi dengan menggunakan KNO3 mempunyai nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan K2CrO4 dan tanpa inhibitor nilainya hampir sama. Perlu diketahui bahwa semakin rendah nilai impak penambahan suatu inhibitor berarti mampu menghambat laju korosi lebih baik dibandingkan dengan inhibitor lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat (Karim dan Yusuf, 2012) bahwa inhibitor KNO3 lebih baik dan efektif dalam menghambat laju korosi dibandingkan inhibitor K2CrO4 dan tanpa inhibitor.
Pada kasus inhibitor KNO3, penurunan laju korosi disebabkan oleh adanya inhibitor yang membentuk lapisan tipis pada permukaan. Kemudian laju korosi aluminium tanpa inhibitor ini meningkat antara lain karena semakin lama aluminium terkena larutan H2SO4 maka semakin tinggi pula, karena ion sulfat juga terdapat di dalam air dalam konsentrasi yang cukup tinggi dan merupakan bahan pencemar, sehingga menyebabkan sulfat. oleh bakteri SRB. diubah menjadi sulfida korosif (Muhdani, 2017). Gambar 3.2 menunjukkan bahwa nilai efisiensi setiap penambahan inhibitor K2CrO4 dan inhibitor KNO3 dengan konsentrasi relatif terhadap fraksi yang diperoleh menunjukkan hasil yang tidak konsisten atau fluktuatif.
Dari literatur yang kami peroleh, efektivitas laju korosi akan cenderung meningkat seiring dengan penambahan kadar dan volume inhibitor ke dalam larutan (Priyotomo, 2019). Hal ini menunjukkan adanya kontradiksi pada hasil percobaan, jika dilihat dari grafik hasilnya berfluktuasi yang disebabkan oleh kurangnya ketelitian dalam penambahan inhibitor sehingga volume yang ditambahkan tidak sesuai sehingga mempengaruhi laju korosi yang dihasilkan sehingga efisiensi yang dihasilkan. juga diperoleh secara tidak tepat.
![Gambar 3. 1 Laju Korosi dari Penambahan K 2 CrO 4, KNO 3](https://thumb-ap.123doks.com/thumbv2/123dok/11276128.0/37.893.233.723.128.344/gambar-laju-korosi-dari-penambahan-k-cro-kno.webp)
Kesimpulan
Nilai efisiensi yang lebih tinggi diperoleh antara inhibitor KNO3 dan K2CrO4 ketika inhibitor KNO3 digunakan. Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, penggunaan inhibitor KNO3 lebih efektif dalam menurunkan laju korosi pada aluminium. Hal ini terlihat dari efektivitas KNO3 yang selalu positif dibandingkan K2CrO4, namun hasil yang diperoleh masih bervariasi.
PENGARUH KONSENTRASI INHIBITOR EKSTRAK DAUN TEH (Camelia sinensis) TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON JADWAL 40 B ERW. Pengaruh Konsentrasi Scale Corrosion Inhibitor dan Antimicrobial Inhibitor Terhadap Laju Korosi Baja Aisi 1010 Pada Sistem Pendingin Sekunder Rsg-Gas Batan Serpong. INVESTIGASI EKSPERIMENTAL PENGENDALIAN LAJU KOROSI FATIK PADA ALUMINIUM T3 2024-T3 DI LINGKUNGAN AIR LAUT DENGAN PENAMBAHAN INHIBITOR POTASSIUM KROMAT (K2CrO4) XVII, 19–27.
Pengaruh penambahan inhibitor alami terhadap laju korosi material pipa pada larutan air laut buatan.