• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KATALIS AMMONIUM MOLIBDAT DALAM REAKSI KALIUM IODIDA DAN HIDROGEN PEROKSIDA

N/A
N/A
47@ NINDA USNITA

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH KATALIS AMMONIUM MOLIBDAT DALAM REAKSI KALIUM IODIDA DAN HIDROGEN PEROKSIDA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL PRAKTIKUM KF III

PENGARUH KATALIS AMMONIUM MOLIBDAT DALAM REAKSI KALIUM IODIDA DAN HIDROGEN PEROKSIDA

Disusun Oleh:

NAMA: NINDA USNITA KELAS: KC 2022 NIM: 22030234078

PRODI KIMIA JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2023

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Reaksi kimia adalah proses dimana reaktan diubah menjadi produk. Reaksi kimia berlangsung pada kecepatan atau laju tertentu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju suatu reaksi perlu dikontrol jika kita ingin membandingkan laju dari berbagai reaksi. Faktor- faktor yang mempengaruhi laju reaksi terdiri dari suhu, konsentrasi, luas permukaan dan katalis. Katalis mempunyai peranan yang sangat penting dimana lebih dari 75% proses sintesis kimia di industri sangat bergantung pada ketersediaan katalis. Jenis industri yang memerlukan katalis antara lain industri energi, bahan bakar, farmasi, dan kimia. Katalis baik sebagai katalis homogen maupun heterogen, tersusun dari senyawa organik maupun anorganik, sehingga menjadi tema yang sangat menarik untuk diteliti dan dikembangkan. Laju reaksi dapat diketahui pada berbagai macam reaksi, salah satunya adalah reaksi kalium iodida dan hidrogen peroksida. Dalam reaksinya akan ditambahkan katalis amonium molibdat. Kehadiran katalis membantu reaksi menuju kesetimbangan lebih cepat. Selain katalis, spesies kimia lain dapat mempengaruhi reaksi. Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh katalis amonium molibdat pada reaksi kalium iodida dan hidrogen peroksida.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh katalis Ammonium Molibdat dalam Reaksi Kalium Iodida dan Hidrogen Peroksida?

C. Tujuan

(3)

1. Untuk mengetahui pengaruh katalis Ammonium Molibdat dalam Kalium Iodida dan Hidrogen Peroksida

BAB II DASAR TEORI

2.1. Laju Reaksi

Dalam ilmu Kimia laju reaksi memberikan informasi tentang perubahan konsentrasi reaksi setiap waktu.

Perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi dapat diukur setiap saat, misalnya setiap detik, menit, jam, dan seterusnya [ CITATION Sun071 \l 1033 ].

Laju reaksi adalah perubahan konsentrasi reaktan atau produk dalam satuan waktu. Laju suatu reaksi dapat menggambarkan seberapa cepat reaktan digunakan dan produk terbentuk. Seberapa cepat reaktan digunakan umumnya dipengaruhi oleh berbagai jenis perlakuan dalam sistem atau lingkungan. Sama seperti ketika suhu meningkat, energi kinetik partikel-partikel materi juga meningkat, sehingga memungkinkan terjadinya tumbukan yang lebih efektif sehingga mengakibatkan perubahan yang menyebabkan reaksi terjadi lebih cepat dibandingkan pada suhu semula. Semakin banyak partikel suatu zat, semakin cepat terjadi tumbukan efektif sehingga terjadi perubahan.

Hal ini terjadi dengan meningkatkan konsentrasi zat, yang dapat mempercepat reaksi.

Selain suhu dan konsentrasi, permukaan zat atau bentuk fisik zat juga mempengaruhi kecepatan reaksi zat tersebut.

Dalam penerapannya, jika laju reaksi tersebut sebanding dengan konsentrasi dua reaktan A dan B sehingga diperoleh persamaan:

v = k [A] [B]

(4)

Dimana koefisien k disebut konstanta laju, yang tidak bergantung pada konsentrasi (tetapi bergantung pada temperatur). Lain halnya dengan orde dari suatu reaksi kimia, orde reaksi nilainya ditentukan secara percobaan dan tidak dapat diturunkan secara teori, walaupun stoikiometrinya telah diketahui [ CITATION Atk66 \l 1033 ]. Adapun rumus laju reaksi diuraikan sebagai berikut:

Laju reaksi(v)=perubahan konsentrasi(ΔC) perubahan waktu(Δt)

Laju reaksi memiliki satuan M/s atau Ms-1- (M= molar dan s=sekon)

2.2. Faktor-faktor Laju Reaksi

Besar kecilnya nilai dari laju reaksi kimia dapat ditentukan dalam beberapa faktor yaitu konsentrasi pereaksi, luas permukaan sentuh, suhu, dan katalis.

1. Konsentrasi

Larutan yang pekat memiliki konsentrasi yang besar.

Molekul-molekul dalam larutan pekat berjumlah lebih banyak, susunannya lebih rapat sehingga lebih mudah bertumbukan. Hal ini mengakibatkan tumbukan yang terjadi lebih banyak. Pada larutan encer yang memiliki konsentrasi kecil, letak antarmolekul lebih longgar sehingga tumbukan antarmolekul tidak semudah pada larutan pekat. Selain itu, pada larutan encer jumlah molekulnya lebih sedikit sehingga jumlah molekul yang bertumbukan lebih sedikit.

2. Luas Permukaan Sentuh

Luas permukaan sentuh memiliki peranan yang sangat penting, sehingga menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu juga, apabila semakin kecil luas permukaan bidang sentuh, maka semakin kecil

(5)

tumbukan yang terjadi antar partikel, sehingga laju reaksi pun semakin kecil. Karakteristik kepingan yang direaksikan juga turut berpengaruh, yaitu semakin halus kepingan itu, maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi,sedangkan semakin kasar kepingan itu, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi.

3. Suhu

Jika suatu zat dipanaskan, partikel-partikel zat tersebut menyerap energi kalor. Pada suhu yang lebih tinggi, molekul bergerak lebih cepat sehingga energi kinetiknya bertambah. Peningkatan energi kinetik menyebabkan kompleks teraktivasi lebih cepat terbentuk karena energi aktivasi lebih cepat terlampaui.

Dengan demikian, reaksi berlangsung lebih cepat.

4. Katalis

Katalis adalah zat yang dapat mempercepat laju reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi sehingga kompleks teraktivasi lebih mudah terbentuk.

Adapun zat yang keberadaanya dapat memperlambat laju reaksi disebut inhibitor. Dalam suatu reaksi kimia, katalis tidak ikut bereaksi secara tetap sehingga dianggap tidak ikut bereaksi. Secara umum, katalis yang digunakan dalam reaksi kimia ada tiga jenis, yaitu katalis homogen, heterogen, dan biokatalis [ CITATION Sut08 \l 1033 ].

2.3. Ammonium Molibdat

Amonium molibdat merupakan senyawa anorganik yang memiliki rumus kimia (NH4)2MoO4 dan memiliki massa molekul relatif 196,01. Ion dari amonium dapat membentuk isomolibdat. Amonium molibdat digunakan

(6)

untuk pembuatan serbuk logam bermutu tinggi, lembaran atau kawat, untuk analisis kolorimetri fosfat dan arsenat, dan digunakan sebagai katalis. Amonium molibdat dapat dibuat dengan mereaksikan molibdenum oksida dengan larutan berair kelebihan amonia. Kristal yang dihasilkan dipanaskan hingga menguapkan airnya.Sifat fisik amonium molibdat adalah berupa warna putih kristal, memiliki massa jenis 2,276 g/cm3, terurai ketika dipanaskan, larut dalam air dan tidak larut dalam alkohol dan amonia cair. Sifat kimia dari amonium molibdat adalah mudah terurai bila dipanaskan atau bila bereaksi dengan alkali. Amonium molibdat juga bereaksi dengan timbal klorida dan garam lainnya untuk membentuk logam molibdat. Amonium molibdat juga bereaksi dengan fosfat atau arsenat membentuk amonium fosfomolibdat atau amonium arsenomolibdat [ CITATION Ros15 \l 1033 ].

2.4. Kalium Iodida

Kalium iodida (KI) mempunyai sifat fisik berupa kristal atau bubuk putih, struktur kalium iodida bersifat monosiklik, massa jenis kalium iodida sebesar 3,90 g/cm3.

Stabil pada suhu normal, dengan titik leleh 560℃ dengan dekomposisi parsial, dapat melepaskan oksigen, larut dalam air tetapi tidak larut dalam alkohol dan lemak amonia.

Kalium iodida berbentuk bubuk tidak berwarna. Ini memiliki titik leleh di 681℃ dan titik didih 1,330℃. Kalium iodida bersifat ionik (K+ dan I-). KI diproduksi dengan mereaksikan KOH dan iodium [ CITATION Ros15 \l 1033 ].

2.5. Hidrogen Peroksida

Hidrogen peroksida (H2O2) mempunyai sifat fisis yaitu bentuk larutan tidak berwarna, tidak stabil dalam bentuk murni, rasa pahit, densitas 1,463 gram/ml, dan titik didih 150,2℃. Hidrogen peroksida dapat dibuat

(7)

denganreaksi autoksidasi etil antrakuinol menjadi toluena atau benzena. Selain itu, hidrogen peroksida juga dapat dibuat dengan pemanasan 2-propanol dengan oksigen pada suhu 100℃ dengan tekanan di bawah 10 sampai 20 atm.

Hidrogen peroksida dapat mengalami reaksi oksidasi dan reduksi. Hidrogen peroksida bertindak sebagai oksidator [ CITATION Ros15 \l 1033 ].

(8)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Alat

1 Labu ukur 10 ml 2 Labu ukur 50 ml 3 Tabung reaksi 4 Stopwatch 5 Pipet tetes 6 Gelas Beaker B. Bahan

1 Larutan Kalium Iodida 0,5 M 2 Larutan asam sulfat 0,5 M

3 Larutan Hidrogen Peroksida 30% 10 M 4 Larutan amilum

5 Larutan Ammonium Molibdat 6 Aquades

C. Alur Percobaan 1. Pengenceran

Reaksi : H2O2(aq) + H2O (l) → H2O2(aq) [ CITATION Yud08 \l 1033 ]

10 tetes Larutan H2O2 10 M

- Dimasukkan ke dalam labu ukur - Diencerkan sampai 50 ml dengan

aquades

Larutan H2O2 encer

2 tetes Larutan KI0,5 M

- Dimasukkan ke dalam labu ukur - Diencerkan sampai 10 ml dengan

aquades Larutan KI encer

(9)

Reaksi :

KI(aq) + H2O (l) → KI(aq) [ CITATION Nis13 \l 1033 ]

Reaksi :

(NH4)2MoO4 (aq) + H2O (l) → (NH4)2MoO4 (aq) [ CITATION Feb18 \l 1033 ]

2. Reaksi dengan dan tanpa katalis menggunakan katalis ammonium molibdat

 Tabung 1

2 tetes Larutan Ammonium Molibdat - Dimasukkan ke dalam labu ukur - Diencerkan sampai 10 ml dengan

aquades

Larutan Ammonium Molibdat encer

1 tetes larutan H2SO4

- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 1

- Ditambahkan dengan 2 tetes larutan kanji

- Ditambahkan dengan 1 tetes larutan H2O2 encer

- Ditambahkan 5 tetes aquades - Ditambahkan 1 tetes larutan

ammonium molibdat

- Ditambahkan 1 tetes larutan KI - Diamati dan dicatat waktu saat penambahan KI sampai timbul warna biru

Hasil

(10)

Reaksi:

2H+ (aq) + 2I- (aq) H2O2 (aq) + I2 (aq) + 2H2O (l) Oxidasi = 2I-(aq) I2(aq) + 2e-

Reduksi = H2O2(aq) + 2H+(aq) + 2e- 2H2O(l)

Redoks = 2I-(aq) + H2O2(aq) + 2H+(aq) I2(aq) + 2H2O(l) [ CITATION Dit15 \l 1033 ] + nI2

 Tabung 2

Reactions:

(NH4)3MoO4

1 tetes larutan H2SO4

- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 1

- Ditambahkan dengan 2 tetes larutan kanji

- Ditambahkan dengan 1 tetes larutan H2O2 encer

- Ditambahkan 5 tetes aquades - Ditambahkan 1 tetes larutan KI - Diamati dan dicatat waktu saat penambahan KI sampai timbul warna biru

Hasil

(11)

Oxidasi = 2I-(aq) I2(aq) + 2e-

Reduksi = H2O2(aq) + 2H+(aq) + 2e- 2H2O(l)

Redoks = 2I-(aq) + H2O2(aq) + 2H+(aq) I2(aq) + 2H2O(l) [ CITATION Dit15 \l 1033 ] + nI2

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P. (1966). Kimia Fisika Jilid 2 Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga.

Febriani, Y. (2018). Determination of Phosphorus Content In Green Okra Using Visible Spechtometry. Journal of Pharmaceutical and sciences, 40.

Nisa, A. (2013). Penentuan Kadar Iodida Secara Spektofotometri Berdasarkan Pembentukan Ion Kompleks Iod-Amilum Menggunakan Oksidator Persulfat. Kimia Student Jurnal, 88.

Rosalia. (2015). Kajian Empiris Mekanisme Reaksi Hidrogen Peroksida Dengan Iodida pada Suasana Asam. Jurnal Penelitian Kimia, 11, 73.

Rosalina. (2015). Kajian Empiris Mekanisme Reaksi Hidrogen Peroksida Dengan Iodida pada Suasana Asam. Jurnal Penelitian Kimia, 73.

Sunarya, Y., & Setiabudi, A. (2007). Mudah dan Aktif Belajar Kimia . Bandung: PT. Setia Purna Inves.

Sutresna, N. (2008). Kimia. Bandung: Grafindi Media Pratama.

Yudi, M. (2008). Kinetika Katalitik Ion-Ion Logam Transisi Pada Reaksi Penguraian Hidrogen Peroksida . Jurnal Chemical, 44.

(13)

Referensi

Dokumen terkait