• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PERSEPSI

ETIS MAHASISWA AKUNTANSI UNIVERSITAS BRAWIJAYA Dewi Cahya Mawadah, Unti Ludigdo

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 165, Malang 65145, Indonesia

e-mail: dewicahya94429@gmail.com

ABSTRACT .

The objectives of the research are to identify the influence of: (1) the intellectual intelligence on ethical perception, (2) the emotional intelligence on ethical perception, (3) the spiritual intelligence on ethical perception, and (4) the intellectual intelligence, emotional intelligence, and spiritual intelligence on ethical perception. This research applies purposive sampling technique with the respondents of Universitas Brawijaya accounting students finishing or currently taking business and professional ethics subject. The data are gathered through questionnaires, and the analysis result indicates that intellectual intelligence, emotional intelligence, and spiritual intelligence partially and simultaneously has significant effect on the student’s ethical perception.

Keywords: Intellectual intelligence, emotional intelligence, spiritual intelligence, ethical perception

PENDAHULUAN

Profesi akuntan sebagai hal yang tidak terpisahkan dari praktik bisnis mengakibatkna banyak oknum yang terseret ke dalam praktik-praktik yang tidak etis. Dengan adanya pelanggaran etika tersebut, kepercayaan pengguna laporan keuangan dapat semakin menurun dan dianggap tidak profesional sehingga merusak citra akuntan.

Masalah etika merupakan sebuah hal yang wajib dimengerti oleh mahasiswa, seperti yang ditulis oleh Bartens (2013:31), etika merupakan refleksi dari pemikiran moral di mana kita berpikir mengenai apa yang dilakukan dan khusus nya menjelaskan apa yang harus

dilakukan dan tidak boleh untuk dilakukan.

Menurut Daniel Goleman (2005) bahwa social awareness adalah pemicu awal gerakan berikutnya seperti social skills, self management, dan self awareness. Selain kecerdasan emosional, satu hal lagi yang tidak dapat terpisahkan dalam kehidupan ini yaitu kecerdasan spiritual untuk menghadapi persoalan makna atau value di mana menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan orang lain. Menurut Sukidi (2004:26) elemen penting kecerdasan spiritual adalah hati, di mana kebenaran sejati sebenarnya terletak pada hati nurani yang sering bersembunyi di tengah adegan hidup

(2)

yang palsu dan menipu. Kecerdasan spiritual merupakan landasan dalam memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi kita (Zohar dan Marshall, 2005). Sehingga disimpulkan bahwa IQ memang penting kehadirannya dalam kehidupan manusia, agar manusia dapat memanfaatkan teknologi demi efisiensi dan efektifitas. Dan juga peran EQ yang memegang peran penting dalam membangun hubungan antara manusia yang baik dan meningkatkan kinerja, namun tanpa SQ yang mengajarkan nilai kebenaran maka hanya akan menciptakan kehancuran bagi dunia (Agustian,2003:65).

Menurut Belkaoui (1992) nilai etika terbagi menjadi lima nilai yaitu fairness, ethics, social responsibility, dan truth sebagai elemen penting dalam moralitas akuntansi. Unsur moralitas tersebut merupakan bagian yang sangat penting dalam memberikan suatu persepsi bahwa akuntansi tidak terlepas dari nilai- nilai etika. Sehingga akuntan tidak hanya diharapkan untuk membuat laporan keuangan yang akan dipergunakan untuk pengambilan keputusan perusahaan, namun akuntan diharapkan untuk membuat laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan dan menampilkan keadaan sebenarnya dari sebuah perusahaan atau organisasi di dalam laporan keuangan tersebut. Sehingga pada akhirnya kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual diperlukan seseorang untuk menjadi seorang akuntan yang baik.

Berbagai penelitian mengenai etika dapat dikelompokkan ke dalam tiga aspek yaitu : aspek individual

yang meliputi: religiusitas, suasana etis individu, sifat-sifat personal, kepercayaan bahwa orang lain lebih tidak etis, kecerdasan emosional, dan gender. Aspek organisasional meliputi: suasana organisasi. Aspek lingkungan meliputi: lingkungan organisasi dan lingkungan sosial. Hal tersebut telah memberikan bukti empiris mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku etis seseorang baik akuntan, mahasiswa, dan pegawai (Tikolah, Triyuwono, dan Ludigdo,2006) . Penelitian yang dilakukan oleh Maryani dan Ludigdo (2001) bertujuan untuk mengetahui faktor- faktor yang dianggap dapat mempengaruhi sikap dan perilaku etis akuntan. Hasil yang diperoleh terdapat sepuluh faktor yang dianggap mempengaruhi sikap dan perilaku mereka yaitu: religiusitas, pendidikan, emotional quotient, organisasional, lingkungan keluarga, imbalan yang diterima, pengalaman hidup, hukum, dan posisi atau kedudukan, serta faktor yang dianggap paling dominan pengaruhnya terhadap sikap dan perilaku tidak etis akuntan adalah religiusitas (Alim, Hapsari, dan Purwanti, 2007).

Berdasarkan uraian di atas maka peneltian ini ingin menguji pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi Universitas Brawijaya

KAJIAN PUSTAKA Persepsi dan Teori Atribusi

Persepsi merupakan sebuah proses di mana setiap individu menginterpretasikan dan mengatur kesan sensoris guna memberikan pengertian kepada lingkungannya.

(3)

Bagaimanapun yang kita nilai dapat berbeda secara substansial dari kenyataan yang sebenarnya (Robbins dan Judge, 2008:175). Persepsi menjadi fungsi penting bagi individu dalam membuat suatu keputusan, karena persepsi menjadi landasan bagi individu untuk menyusun identifikasi, analisis, serta menyimpulkan suatu objek atau subjek yang dipersepsikan. Jadi persepsi merupakan pandangan dari pengamatan seseorang terhadap sebuah objek yang dilihatnya yang kemudian diinterpretasikan menjadi sebuah makna.

Menurut teori atribusi, proses pembentukan persepsi dimulai dari jalan observasi mengenai suatu objek

atau subjek kemudian

diinterpretasikan menjadi persepsi (Tampubolon,2012:66). Teori atribusi ini mengacu tentang bagaimana seseorang menjelaskan penyebab perilaku orang lain atau dirinya sendiri yang akan ditentukan apakah dari faktor internal misalnya sifat, karakter, sikap, dll ataupun faktor eksternal misalnya tekanan situasi atau keadaan tertentu yang akan memberikan pengaruh terhadap perilaku individu (Luthans, 2005:182).

Robbins dan Judge menunjukan terdapat tiga faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu: faktor dalam diri sendiri, faktor dalam situasi dan faktor dalam target.

Dalam penelitian ini persepsi etis akuntan adalah pandangan dan interpretasi seorang mahasiswa akuntansi terhadap aktivitas di sekitarnya yang nantinya dapat menjadi dasar seorang akuntan melalui suatu proses yang didapat dari pengalaman dan pembelajaran terhadap etika, dengan kecerdasan intelektual, keceerdasan emosional

dan kecerdasan spiritual sebagai bagian dari aspek individual yang mempengaruhi persepsi etis.

Teori Etika

Etika berasal dari kata Yunani

ethos” dalam bentuk tunggal yang berarti: tempat tinggal, padang rumput, kandang, kebiasaan, watak, adat, perasaan, sikap, cara berpikir.

Atau bentuk jamaknya “ta etha

yang berarti adat istiadat. Dalam hal ini etika sama pengertiannya dengan moral. Moral berasal dari kata Latin:

mos atau mores yang berarti adat istiadat, kebiasaan kelakuan, tabiat, watak, akhlak, cara hidup. Pellokila (2012) Etika yang difungsikan dalam interaksi sosial menghasilkan hal-hal yang benar, baik, sopan, beradab, tata tertib, dan sebagainya; atau hal- hal yang sesuai dengan etika. Hal-hal yang sesuai etika itu disebut etis atau kata-kata dan tindakan-tindakan yang sesuai dengan azas yang disepakati secara umum. Etika dan etis hanya dapat terlihat jelas melalui tindakan- tindakan ataupun kata-kata dari orang yang memilikinya. Jika seseorang tidak mempunyai etika yang baik, maka ia bertindak tidak etis; dan sebaliknya.

Secara umum terdapat beberapa teori etika yang penting dalam pemikiran moral khususnya dalam etika bisnis menurut Bertens yaitu : utilitarianisme, deontologi, teori hak, dan teori keutamaan.

Kecerdasan Intelektual

Intelegensi menurut Stoddard merupakan kemampuan untuk melakukan kegiatan yang bersifat sukar, rumit, abstrak, efisien, beradaptasi untuk mencapai tujuan, mempunyai nilai sosial dan orisinil (Zubaidi 2009:7). Sejalan dengan hal tersebut Walters dan Gardner yang

(4)

mendefinisikan intelegensi sebagai suatu serangkaian kemampuan yang memungkinan individu untuk memecahkan masalah atau produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya tertentu (Azwar 2004:7).

Dari berbagai sudut pandang inteligensi selalu ada dua tema yang selalu muncul dalam definisi tersebut di mana para ahli cenderung sepakat menyatakan bahwa inteligensi merupakan: 1) kapasitas untuk belajar dari pengalaman, dan 2) kapasitas seseorang untuk beradaptasi terhadap lingkungan (Zubaidi 2009:9).

Kecerdasan Emosional

Kecerdasan Emosional atau emotional intelligence merupakan kemampuan untuk mengenali perasaan diri sendiri dan orang lain, kemampuan memotivasi diri, mengelola emosi yang baik pada diri sendiri dan dalam berhubungan dengan orang lain. Gagasan yang serupa oleh Salovey dan Mayer (1990) bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan memantau serta mengendalikan perasaaan diri sendiri dan orang lain dan menggunakan perasaan tersebut untuk memandu pikiran dan tindakan (Goleman, 2005).

Goleman dengan mengacu kepada Salovey dan Mayer membagi kecerdasan emosional menjadi dua kecakapan emosi yaitu : kecakapan pribadi di mana kecakapan ini menentukan bagaimana mengelola diri sendiri, yang terdiri dari:

kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, dan kecakapan sosial untuk menentukan bagaimana menangani suatu hubungan yang terdiri dari:

empati dan keterampilan sosial (Goleman, 2005).

Kecerdasan Spiritual

Zohar dan Marshall (2002) mengemukakan kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan untuk menghadapi serta memecahkan persoalan makna dan nilai, untuk menempatkan perilaku dan hidup seseorang dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, memungkinkan seseorang untuk menyatukan hal-hal yang bersifat intrapersonal dan interpersonal, serta menilai tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.

Spiritual berarti segala sesuatu di luar tubuh fisik manusia. Dimensi spiritual adalah inti kita, pusat kita, komitmen kita pada sistem nilai kita.

Daerah yang amat pribadi dari kehidupan dan sangat penting.

Dimensi ini memanfaatkan sumber yang mengilhami dan mengangkat semangat kita dan mengikat kita pada kebenaran tanpa batas waktu mengenai aspek humanitas (Nggermanto, 2005)

Rerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesis

Pengaruh Kecerdasan Intelektual terhadap Persepsi Etis

Menurut Alfred Binet inteligensi merupakan sebagai kapasitas untuk menilai atau mengambil kesimpulan, menalar dan memahami sesuatu dengan baik (Zubaidi, 2009:6).

Penelitian mengenai kecerdasan intelektual yang dilakukan oleh Tikollah, dkk (2006) menyatakan bahwa kecerdasan intelektual sebagai kemampuan adaptasi, serta orang dengan tingkat inteligensi yang tinggi akan memiliki kemampuan untuk mengorganisasi tingkah lakunya sehingga dapat bertindak lebih efektif dan lebih tepat. Dengan

(5)

demikian kecerdasan intelektual berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi dalam bertindak dan berpikir secara rasional terhadap tingkah laku mereka

H1: Kecerdasan intelektual berpengaruh positif terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi

Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Persepsi Etis

Menurut Goleman seseorang dengan kecerdasan emosi yang baik memiliki beberapa kecakapan yaitu:

mengerti emosi mana yang sedang dirasakan dan mengapa, menyadari keterkaitan antara perasaan dengan pikiran, perbuatan serta perkataanya, mengetahui bagaimana perasaan mereka mempengaruhi kinerja, dan mempunyai kesadaran yang menjadi pedoman untuk nilai-nilai dan sasaran-sasaran mereka. Kesadaran itulah yang mendasari bagaimana emosi mempengaruhi perbuatan kita (Goleman, 2005:84). Dengan demikian, kecerdasan emosional berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi dalam mengontrol emosi sesuai dengan kondisi dan situasi, sehingga dapat memberikan dampak yang positif.

H2: Kecerdasan emosional berpengaruh positif terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi

Pengaruh Kecerdasan Spiritual terhadap Persepsi Etis

Dari sudut pandang psikologi, bahwa ruang psikologi memiliki arti kecerdasan. Kecerdasan spiritual

melibatkan kemampuan

menghidupkan kebenaran yang paling dalam. Itu berarti mewujudkan hal yang terbaik, utuh, dan paling manusiawi dalam batin.

Dalam konteks tersebut hati menjadi

elemen penting dalam hal kecerdasan spiritual. Bahkan inti dari kecerdasan spiritual berada pada suara hati nurani, SQ mengajak bahkan membimbing manusia menjadi diri yang asli dan otentik agar terciptanya suatu harmoni (Sukidi, 2004). Hasil penelitian Maryani dan Ludigdo (2001) menunjukkan bahwa faktor religiusitas (kecerdasan spiritual) memengaruhi sikap etis akuntan.

Dari hasil penelitian sebelumnya mengenai pengaruh kecerdasan spiritual terhadap persepsi etis mahasiswa yang telah dilakukan oleh Maryani dkk. (2001), Tikollah dkk.

(2006), dan Wardana (2016) mendapatkan hasil bahwa kecerdasan spiritual berpengaruh positif terhadap persepsi etis mahasiswa. Maka dari itu kecerdasan spiritual mempunyai peran penting bagi seseorang dalam bertindak berdasarkan nilai dan norma yang telah berlaku.

H3: Kecerdasan spiritual berpengaruh positif terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi

Bagan rerangka teoritis digunakan sebagai gambaran mengenai dasar pemikiran dalam penelitian yang dilakukan, berdasarkan hipotesis yang diteliti, maka disusun rerangka teroritis sebagai berikut:

Gambar 1

Bagan Rerangka Teoritis

(6)

METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif jurusan akuntansi Universitas Brawijaya, Mahasiswa yang diteliti adalah mahasiswa jurusan akuntansi Universitas Brawijaya angkatan 2016 dan 2017 hal ini karena mahasiswa angkatan tersebut telah menempuh mata kuliah etika bisnis dan profesi dan telah menekuni di bidang akuntansi dengan waktu yang cukup lama.

Penelitian ini menggunakan metode non-probability sampling yaitu purposive sampling. Sedangkan untuk menentukan jumlah sampel yang diteliti peneliti menggunakan rumus Slovin dengan jumlah sampel yang didapatkan sebanyak 100 sampel

Jenis Penelitian dan Metode Pengumpulan Data

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif.

Sumber data dalam penelitian adalah data primer. Sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui pengisian kuisioner oleh responden yang disebar oleh peneliti kepada mahasiswa jurusan akuntansi fakultas ekonomi dan bisnis Universitas Brawijaya angkatan 2016 dan 2017. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan kuisioner. Angket atau kuisioner adalah suatu daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya yang akan dijawab oleh responden (Sekaran, 2013).

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Dalam penelitian terdapat variabel penelitian. Variabel penelitian menurut Sugiyono (2009) adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan..

Dalam penelitian ini hanya terdapat dua macam variabel yaitu:

Variabel Independen

Variabel Independen atau sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia variabel independen disebut sebagai variabel bebas.

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat atau dependen (Sugiyono, 2017:39). Dalam penelitian ini, variabel independen yang digunakan adalah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual.

Kecerdasan Intelektual (X1)

Instrumen penelitian dibuat berdasarkan indikator-indikator kecerdasan Intelektual yang dikemukakan oleh Sternberg 1981 dalam Azwar (2004:44). Alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel kecerdasan intelektual adalah dengan menggunakan kuisioner yang terdiri dari sepuluh pertanyaan yang diadopsi dari Saputra (2018) yang diukur menggunakan skala Likert dari skor satu hingga lima, indikator tersebut terdiri dari tiga aspek yaitu:

1. Kemampuan Memecahkan Masalah

Kemampuan memecahkan masalah dapat berupa kecerdasan dalam bidang akademik yang

melibatkan tindakan

(7)

menganalisis, membandingkan dan menilai. Menurut Sternberg, proses kognitif bertanggung jawab terhadap perilaku kecerdasan. Kecerdasan ini digunakan untuk mengenali,

memecahkan masalah,

merumuskan strategi, menyusun dan menyampaikan informasi.

2. Intelegensi Verbal

Intelegensi verbal meliputi kemampuan dalam berbahasa, memiliki kosakata yang baik, membaca dengan penuh pemahaman, ingin tahu secara intelektual dan menunjukan keingintahuan yang tinggi.

3. Intelegensi Praktek

Kecerdasan ini meliputi adaptasi dengan lingkungan, menata lingkungan yang ada agar sesuai dengan minat, keterampilan, dan nilai yang dimiliki. Kemampuan ini memungkinkan seseorang untuk menyatu dengan lingkungannya dengan mengubah orang, lingkungan, atau bahkan keduanya. Dengan kata lain kemampuan untuk beradaptasi dengan dunia luar.

Kecerdasan Emosional (X2)

Kecerdasan emosional merupakan sebuah kemampuan dalam bidang empati dan keterampilan sosial di mana empati, yang melibatkan kemampuan membaca perasaan orang lain, dan keterampilan sosial, yang berarti mampu mengelola perasaan orang lain dengan baik (Goleman,2005:39).

Variabel ini diukur dengan indikator- indikator kecerdasan emosional yang diusulkan oleh Goleman (2005). Alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel kecerdasan emosional adalah dengan menggunakan kuisioner yang terdiri

dari lima belas pertanyaan yang diadopsi dari Melandy dan Aziza (2006). Dalam penelitian ini, variabel ini diukur menggunakan lima instrumen yaitu:

a) Kesadaran diri; kesadaran emosi, penilaian diri secara teliti, dan kepercayaan diri.

b) Pengaturan diri; kendali diri, sifat yang dapat dipercaya, kewaspadaan, adaptibilitas, dan inovasi.

c) Motivasi; dorongan prestasi, komitmen, inisiatif, dan optimisme.

d) Empati; memahami orang lain, orientasi pelayanan, mengembangkan orang lain, mengatasi keragaman, dan kesadaran politis.

e) Keterampilan sosial; pengaruh, komunikasi, kepemimpinan, katalisator perubahan, manajemen konflik, pengikat jaringan, kolaborasi dan kooperasi, dan kemampuan tim.

Kecerdasan Spiritual (X3)

Danah Zohar dan Ian Marshall mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan dalam menghadapi persoalan makna atau value, merupakan kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain (Agustian, 2005:46). Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen yang diadopsi dari model yang dikembangkan oleh Zohar dan Marshall. Alat ukur untuk mengukur variabel kecerdasan spiritual adalah dengan menggunakan kuisioner yang terdiri dari empat belas pertanyaan yang diadopsi dari Zohar dan

(8)

Marshall (2005:14) yang menguji kecerdasan spiritual dengan instrumen yang terdiri dari:

a) Kemampuan bersikap fleksibel yaitu dapat menyesuaikan diri secara spontan dan aktif agar mencapai hasil yang baik, memiliki pandangan yang pragmatis (sesuai kegunaan), dan efisien tentang realitas.

b) Kesadaran yang tinggi dan mendalam sehingga bisa menyadari berbagai situasi yang datang dan menanggapinya.

c) Kapasitas diri dalam menghadapi dan memanfaatkan penderitaan untuk tetap tegar dalam menghadapi musibah serta mengambil hikmah dari setiap masalah itu.

d) Kualitas hidup yang berprinsip pada visi dan nilai,

e) Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu agar selalu berfikir sebelum bertindak agar tidak terjadi hal yang tidak diharapkan.

f) Cara pandang yang holistik dimana melihat keterkaitan diantara segala sesuatu yang berbeda sehingga dapat memandang kehidupan yang lebih besar dan mampu menghadapi serta memanfaatkan, melampaui kesengsaraan dan rasa sehat, serta memandangnya sebagai suatu visi dan mencari makna dibaliknya.

g) Memiliki kecenderungan untuk bertanya “mengapa?” atau

“bagaimana?” dan mencari jawaban yang mendasar,

h) Kemudahan untuk bekerja melawan konvensi.

Satuan pengukuran yang digunakan untuk mengukur varibel independen adalah skala likert.

Jawaban dari setiap instrumen yang

menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat setuju hingga sangat tidak setuju.

Variabel Dependen

Variabel Dependen sering disebut sebagai variabel output, kriterian, dan konsekuen. Dalam bahasa Indonesia variabel dependen sering disebut variabel terikat.

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2017:39). Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai variabel dependen adalah persepsi etis mahasiswa akuntansi Universitas Brawijaya. Persepsi etis merupakan tanggapan, penerimaan langsung dari serapan, atau merupakan proses seseorang mengetahui sikap dan perilaku (Kamus Bahasa Indonesia, 2001).

Indikator yang digunakan dalam pengukuran variabel ini menggunakan skenario yang terdiri dari delapan pernyataan yang diusulkan oleh Landry et al. (2004) dalam Wandari (2018).

HASIL DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa program S1 Akuntansi angkatan 2016 dan 2017.

Pemilihan responden dipilih berdasarkan mahasiswa semester 6 dan 8 yang telah menempuh mata kuliah etika bisnis dan profesi akuntansi. Pengambilan data dilakukan dengan cara menyebar kuisioner secara online melalui google form yang dikirim melalui media sosial. Berdasarkan jumlah kuisioner yang terkumpul mendapat sebanyak 102 kuisioner.

(9)

Pengujian Hipotesis

Teknik analisis yang digunakan dalam pengujian hipotesis pertama, kedua dan ketiga pada penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linier sederhana dan hipotesis keempat menggunakan teknik analisis regresi linier berganda.

Berikut hasil dari uji hipotesis menggunakan SPSS ver.24.0 .

1. Kecerdasan Intelektual berpengaruh positif terhadap Persepsi Etis

Hipotesis pertama pada penelitian ini menyatakan bahwa kecerdasan intelektual berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa. Hipotesis pertama diuji dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana.

Besar nilai korelasi (R) sebesar 0.449.

R Square (koefisien determinan) adalah presentase pengaruh variabel kecerdasan intelektual terhadap persepsi etis yaitu sebesar 0.201 yang artinya bahwa pengaruh variabel kecerdasan intelektual terhadap persepsi etis adalah sebesar 20.1% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukan dalam model ini.

Dari tabel Koefisien bahwa konstanta sebesar 7.756 menyatakan bahwa jika tidak ada nilai kecerdasan intelektual (X=0) maka nilai persepsi etis sebesar 7.756. koefisien nilai X sebesar 0.545 menyatakan bahwa setiap ada peningkatan 1 nilai kecerdasan intelektual (X bertambah sebesar 1) maka nilai persepsi etis naik sebesar 0.545. persamaan regresi dapat ditulis sebagai berikut:

Persamaan Regresi : Y = a + bX Atau Y = 7.756 + (0.545X) Hasil perolehan nilai t hitung sebesar 4.969 dimana lebih besar dari t tabel yaitu 1.660. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa kecerdasan intelektual berpengaruh positif terhadap persepsi etis mahasiswa.

Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi kecerdasan intelektual seseorang maka semakin tinggi persepsi etisnya.

2. Kecerdasan Emosional berpengaruh positif terhadap Persepsi Etis

Hipotesis kedua pada penelitian ini menyatakan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa. Hipotesis kedua diuji dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana.

Besar nilai korelasi (R) sebesar 0.302.

R Square (koefisien determinan) adalah presentase pengaruh variabel kecerdasan emosional terhadap persepsi etis yaitu sebesar 0.091 yang artinya bahwa pengaruh variabel kecerdasan emosional terhadap persepsi etis adalah sebesar 9.1% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukan dalam model ini.

Tabel Koefisien menunjukan konstanta sebesar 14.342 menyatakan bahwa jika tidak ada nilai kecerdasan emosional (X=0) maka nilai persepsi etis sebesar 14.342. koefisien nilai X sebesar 0.275 menyatakan bahwa setiap ada peningkatan 1 nilai kecerdasan emosional (X bertambah sebesar 1) maka nilai persepsi etis naik sebesar 0.275 persamaan regresi dapat ditulis sebagai berikut:

Persamaan Regresi : Y = a + bX Atau Y = 14.342 + (0.275X) Hasil perolehan nilai t hitung sebesar 3.131 dimana lebih besar dari t tabel yaitu 1.660. Dengan demikian dapat

(10)

disimpulkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh positif terhadap persepsi etis mahasiswa.

Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional seseorang maka semakin tinggi persepsi etisnya.

3. Kecerdasan Spiritual berpengaruh positif terhadap Persepsi Etis

Hipotesis ketiga pada penelitian ini menyatakan bahwa kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa. Hipotesis ketiga diuji dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana.

Besar nilai korelasi (R) sebesar 0.418. R Square (koefisien determinan) adalah presentase pengaruh variabel kecerdasan spiritual terhadap persepsi etis yaitu sebesar 0.175 yang artinya bahwa pengaruh variabel kecerdasan spiritual terhadap persepsi etis adalah sebesar 17.5% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukan dalam model ini.

Tabel Koefisien menunjukan konstanta sebesar 8.617 menyatakan bahwa jika tidak ada nilai kecerdasan spiritual (X=0) maka nilai persepsi etis sebesar 8.617. koefisien nilai X sebesar 0.373 menyatakan bahwa setiap ada peningkatan 1 nilai kecerdasan spiritual (X bertambah sebesar 1) maka nilai persepsi etis naik sebesar 0.373. persamaan regresi dapat ditulis sebagai berikut:

Persamaan Regresi : Y = a + bX Atau Y = 8.617 + (0.373X) Hasil perolehan nilai t hitung sebesar 4.556 di mana lebih besar dari t tabel yaitu 1.660. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual berpengaruh positif terhadap persepsi etis mahasiswa. Hal ini

menunjukan bahwa semakin tinggi kecerdasan spiritual seseorang maka semakin tinggi persepsi etisnya.

4. Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual secara Simultan berpengaruh terhadap Persepsi Etis Mahasiswa

Hipotesis keempat pada penelitian ini yang menyatakan bahwa kecerdasan intelektual kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual secara bersama- sama berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa

Besar nilai korelasi (R) sebesar 0.492. R Square (koefisien determinan) adalah presentase pengaruh variabel X1, X2 dan X3 terhadap persepsi etis yaitu sebesar 0.242 yang artinya bahwa pengaruh variabel ketiga variabel tersebut terhadap persepsi etis adalah sebesar 24.2% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukan dalam model ini.

Tabel Koefisien menunjukan konstanta sebesar 2.924 menyatakan bahwa jika tidak ada nilai variabel X (X=0) maka nilai persepsi etis sebesar 2.924. Koefisien nilai X1 sebesar 0.391, X2 sebesar -0.036, dan X3 sebesar 0.235, persamaan regresi dapat ditulis sebagai berikut:

Persamaan Regresi : Y = a + bX1 + bX2 + bX3

Atau Y = 2.924 + 0.391X1 + (- 0.036)X2 + 0.235X3

Hasil perolehan nilai F hitung sebesar 10.243 dimana lebih besar dari F tabel yaitu 2.70. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara kecerdasan Intelektual, kecerdasan emosional,

(11)

dan kecerdasan spiritual terhadap persepsi etis mahasiswa.

Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dari kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi Universitas Brawijaya. Berikut adalah pembahasan dari hasil pengujian dalam penelitian ini:

1. Pengaruh Kecerdasan Intelektual terhadap Persepsi Etis Mahasiswa

Penelitian ini menemukan bahwa kecerdasan intelektual berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa sebesar 20,1%, sedangkan sisanya sebesar 79,19% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.

Hal tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual berpengaruh positif dan signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa.

Hasil yang didapat dari penelitian ini mendukung hasil penelitian mengenai kecerdasan intelektual yang dilakukan oleh Tikollah, dkk (2006), dan Wardana dan Mimba (2016) menyatakan bahwa kecerdasan intelektual sebagai kemampuan adaptasi, serta orang dengan tingkat inteligensi yang tinggi akan memiliki kemampuan untuk mengorganisasi tingkah lakunya sehingga dapat bertindak lebih efektif dan lebih tepat. Ini berarti bahwa makin tinggi inteligensi seseorang maka akan semakin terdorong untuk bersikap dan berperilaku etis. walaupun saat ini sudah banyak ditemukannya kecerdasan lainnya. Namun, kecerdasan intelektual tetap menjadi hal yang tidak dapat ditinggalkan.

Bagaimanapun kecerdasan intelektual tetap mempengaruhi pola pikir seorang mahasiswa.

2. Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Persepsi Etis Mahasiswa

Penelitian ini menemukan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa sebesar 9,1%, sedangkan sisanya sebesar 90,9% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.

Hal tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh positif dan signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa.

Hasil yang diperoleh penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya mengenai pengaruh kecerdasan emosional terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi telah dilakukan oleh Tikollah (2006), Wardana (2016), Lucyanda (2012), dan Aprilianto (2017). Bahwa kecerdasan emosional berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi dalam mengontrol emosi sesuai dengan kondisi dan situasi, sehingga dapat memberikan dampak yang positif. Ini berarti bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional seseorang maka akan semakin terdorong untuk memiliki persepsi etis.

3. Pengaruh Kecerdasan Spiritual terhadap Persepsi Etis Mahasiswa

Penelitian ini menemukan bahwa kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa sebesar 17,5%, sedangkan sisanya sebesar 82,5% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.

Hal tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual berpengaruh positif dan signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi akan memotivasi dirinya untuk berfikir lebih kritis dan terbuka, memiliki rasa ingin tahu dan

(12)

kepercayaan diri yang lebih tinggi, memiliki rasa toleransi, serta memahami arti pentingnya sebuah proses yang harus dilalui dimana semua dilandaskan oleh iman dan kodratnya sebagai mahluk ciptaan tuhan.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya mengenai pengaruh kecerdasan spiritual terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi telah dilakukan oleh Maryani dan Ludigdo (2001) menunjukkan bahwa faktor religiusitas (kecerdasan spiritual) memengaruhi sikap etis akuntan. Dari hasil penelitian sebelumnya mengenai pengaruh kecerdasan spiritual terhadap persepsi etis mahasiswa yang telah dilakukan oleh (Maryani dkk. (2001), Tikollah dkk. (2006), dan Wardana (2016) mendapatkan hasil bahwa kecerdasan spiritual berpengaruh positif terhadap persepsi etis mahasiswa. Maka dari itu kecerdasan spiritual mempunyai peran penting bagi seseorang dalam bertindak berdasarkan nilai dan norma yang telah berlaku.

4. Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual secara Simultan terhadap Persepsi Etis Mahasiswa

Penelitian ini menemukan bahwa Kecerdasan Intelekktual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual secara bersama-sama terhadap Persepsi Etis Mahasiswa sebanyak 24,2%. Hasil penelitian ini mendukung hipotesis keempat semakin tinggi Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual maka persepsi etis mahasiswa akan meningkat.

PENUTUP

Penelitian ini telah menguji variabel kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap persepsi etis. hasil penelitian ini menunjukan bahwa baik secara parsial maupun simultan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdaasan spiritual berpengaruh positif terhadap persepsi etis sehingga pentingnya mengembangkan trio kecerdasan tersebut bersama-sama.

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyarankan untuk mengembangkan variabel diluar kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual yang dapat mempengaruhi persepsi etis.

DAFTAR PUSTAKA

Agustian, Ary Ginanjar, 2005.

Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi Dan Spiritual Esq Emotional Spiritual Quotient The Esq Way 165 1 Ihsan, 6 Rukun Iman Dan 5 Rukun Islam. Jakarta: Penerbit Arga

Azwar, Saifuddin. 2004. Pengantar Psikologi Inteligensi.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar Bimo Walgito. (2007). Psikologi

Kelompok. Yogyakarta: Andi Goleman, Daniel. 2005. Kecerdasan

Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi. Alih Bahasa Oleh Alex Tri Kantjono Widodo. Jakarta:

Pt Gramedia Pustaka Utama

(13)

Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program Spss. Semarang:

Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Indirianto, Nur., & Supomo, Bambang. 2013. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi Dan Manajemen.

Yogyakarta: Bpfe

Jalaludin Rahmat. 1996. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT.

Remaja Rosda Karya, Hal.58.

Luthans, Fred. 2005. Organizational Behavior 10th Edition. Alih Bahasa: Vivin Andhika, Dkk.

Yogyakarta: Andi

Nggermanto, A. (2005). Quantum Quotient: Kecerdasan Quantum Cara Praktis Melejitkan Iq,Eq Dan Sq Yang Harmonis.

Bandung: Nuansa.

Robbins, 2015. Perilaku Organisasi Organizational Behavior.

Jakarta: Salemba Empat Sekaran Suhardana, 2006. Pengantar Etika Dan Moralitas Hindu Bahan Kajian Untuk Memperbaiki

Tingkah Laku.

Paramita,Surabaya.

Sukidi. 2004. Rahasia Sukses Hidup Bahagia Kecerdasan Spiritual Mengapa Sq Lebih Penting Daripada Iq Dan Eq. Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.

Bandung : Penerbit Alfabeta

Sukrisno Agoes Dan I Cenik Ardana.

2014. Etika Bisnis Dan Profesi Tantangan Membangun Manusia Seutuhnya. Jakarta Selatan: Penerbit Salemba Empat

Tikollah, M. Ridwan, Iwan Triyuwono , Dan H Unti Ludigdo 2006. “Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi”. Simposium Nasional Akuntansi Ix, 23-26 Agustus 2006

Tuanakotta, T.M. 2007. Setengah Abad Profesi Akuntansi. Jakarta:

Penerbit Salemba.

Zulganef, 2013. Metode Penelitan Sosial Dan Bisnis. Yogyakarta:

Graha Ilmu

Zohar, D. Marshall, (2002). Sq:

Memanfaat Kecerdasan Spiritual Dalam Berpikir Holistik Untuk Memaknai Kehidupan. Cetakan Kelima.

Mizan, Bandung. Diterjemahkan Oleh Rahmi Astuti, Ahmad Nadjib Burhani Dan Ahmad Baiqunindari Sq: Spiritual Intellegience-The Ultimate Intellegence.

Zohar, Danah, Dan Ian Marshall.

2005. Spiritual Capital:

Memeberdayakan Sq Di Dunia Bisnis. Bandung: Mizan Media Utama

Referensi

Dokumen terkait

PENULIS BERTANYA LAGI TENTANG PROGRES ARTIKEL YANG DI RESUBMIT: TANGGAL 5 JULI 2022... TANGGAPAN EDITOR TERHADAP PERTANYAAN PENULIS: TANGGAL 6

Data Analysis The data gathered from the respondents were analyzed and interpreted with the use of the following statistical tools: Mean Score was employed to determine and establish