• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KOMUNIKASI PIMPINAN DAN BEBAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI PADA DINAS PENCEGAH DAN PEMADAM KEBAKARAN KOTA MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH KOMUNIKASI PIMPINAN DAN BEBAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI PADA DINAS PENCEGAH DAN PEMADAM KEBAKARAN KOTA MEDAN"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dinas pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota Medan merupakan Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kota Medan yang menangani urusan wajib perintah ketenteraman dan ketertiban umum dengan sub urusan kebakaran dengan kewajiban. Dalam melaksanakan tugas tersebut Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran menyelenggarakan fungsi perumusan kebijakan,melaksanakan kebijakan,dan melaksanakan evaluasi,pelaporan dalam urusan pemerintahan bidang ketentraman dan ketertiban umum sub urusan kebakaran.

Dalam kehidupan sehari-hari komunikasi sangat penting bagi kehidupan seseorang dan di pakai setiap saat dalam berinteraksi antara individu dengan individu lainnya dengan kelompok masyarakat. Seorang pemimpin secara rutin harus berkomunikasi dengan pegawai untuk menyampaikan berbagai informasi penting yang berkaitan dengan kegiatan instansi. Seorang pemimpin harus lebih baik berkomunikasi dengan pegawai agar apa yang disampaikan lebih jelas dan efektif di lingkungan kerja.

Menurut Ali dan Haider (2012) interaksi yang baik antara anggota akan menghasilkan komunikasi efektif. Disamping indikasi rendahnya motivasi, juga terdapat permasalahan lain yaitu komunikasi yang kurang efektif. Pentingnya berkomunikasi bagi kehidupan seseorang dapat dikembangkan kemampuan berkomunikasi dengan seseorang sehingga berkomunikasi sangat efektif untuk mencapa tujuan tersebut.

Komunikasi pimpinan tentu saja mempengaruhi kerja pegawai dimana perintah atau intruksi yang digunakan pimpinan dalam pemberian tugas sangat mempengaruhi kerja pegawai. Organisasi tidak akan bertahan jika tidak terjalin komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan. ketika komunikasi pimpinan dengan bawahan kurang aktif didalam suatu isntansi tentu saja akan menghambat proses pekerjaan,dan perintah atau intruksi yang di berikan pimpinan dalam pemberian tugas terkadang kurang dimengerti oleh pegawai juga akan membuat

(2)

2

pegawai menjadi kurang minat dalam menyelesaikan pekerjaan, sehingga komunikasi dan kepuasan kerja yang tidak efektif dapat menghambat peningkatan kerja pegawai. Jenis komunikasi yang digunakan pimpinan yaitu jenis komunikasi vertikal.

Beban kerja merupakan suatu yang muncul dari interaksi antara tuntutan tugas,lingkungan kerja dimana digunakan sebagai tempat kerja,keterampilan perilaku dan pesepsi pekerjaan. Menurut Sunyoto (2017) beban kerja merupakan sebuah proses atau kegiatan yang terlalu banyak dan dapat menyebabkan ketegangan dalam diri seseorang. Beban berarti tanggungan yang harus dikerjakan sebagai tanggungan yang menjadi tanggung jawabnya. Hal ini dapat menimbulkan penurunan kinerja pegawai yang disebabkan oleh tingkat keahlian yang dituntut terlalu tinggi, kecepatan kerja mungkin terlalu tinggi dan sebagainya. Beban kerja yaitu suatu keadaan pekerjaan yang harus dipertanggung jawabkan penyelesaiannya oleh pegawai dengan beban kerja yang cukup berat dengan kemampuan yang terbatas dimiliki oleh pegawai jika beban kerja terlalu tinggi akan menyebabkan resiko kerja seperti stress dan kelelahan berlebihan, dan jika beban kerja terlalu rendah akan mengakibatkan kebosanan pada pegawainya dapat mengurangi efesiensi instansi.

Dinas pencegah dan pemadam kebakaran kota Medan terdiri dari 4 UPT dengan 165 personil 21 armada. Pelaksanaan tugas yang sifatnya 24 jam sehari,7 hari seminggu dibutuhkan pengaturan shift kerja dan prosedur tetap yang terinci sehingga dalam melaksanakan tugasnya dapat tercapai sesuai yang diinginkan.

petugas memiliki beban kerja yang berat seperti petugas memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar dalam memadamkan api, menyelamatkan jiwa,dan harta benda seseorang, petugas sering menghadapi masyarakat yang marah-marah dan tidak mengerti pekerjaan pemadam kebakaran, dan petugas juga dituntut untuk selalu siaga dalam melakukan pekerjaan karena kejadian kebakaran tidak dapat diprediksi sebelumnya serta petugas juga melakukan upaya penyelamatan darurat non kebakaran.

Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk mendapatkan hasil kerja yang optimal. Ketika pegawai merasakan kepuasan

(3)

3

dalam bekerja, maka ada upaya optimal untuk menyelesaikan tugas pekerjaanya dengan segenap kemampuan yang dimiliki. Hal ini lebih lanjut akan peningkatan produktivitas kerja yang diharapkan oleh instansi. Baik atau tidaknya komunikasi pimpinan juga mempengaruhi kepuasan dalam bekerja. Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang bersifat individual. Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya.Dengan demikian kepuasan kerja merupakan evaluasi yang menggambarkan seseorang atas perasaan sikapnya senang atau tidak senang, puas atau tidak puas dalam bekerja.

Organisasi dituntut untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan unggul, sehingga akan meningkatkan performa yang nantinya mencapai tingkat kepuasan kerja yang tinggi. Locke dalam waluyo, (2013:125). Mengatakan kepuasan kerja adalah hasil dari tenaga kerja yang berkaitan dengan motivasi kerja. Kepuasan kerja merupakan salah satu kunci bagi pegawai dalam menjalankan tugasnya. Pegawai yang memiliki kepuasan kerja akan menunjukkan sikap dan emosi yang positif sehingga mampu bekerja dengan baik dan benar, selain itu kepuasan kerja pegawai akan berdampak positif terhadap kualitas pelayanan yang akan diberikan nantinya bagi organisasi. Pegawai akan bekerja dengan baik apabila mereka merasa puas dengan apa yang mereka harapkan kepuasan kerja pegawai akan berdampak positif terhadap efektivitas organisasi, melalui perbaikan sikap dan tingkah laku serta keterampilan pegawai. Sehingga, bagi masyarakat akan menikmati hasil yang maksimum dari organisasi tersebut.Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap pegawai dinas pencegah dan pemadam kebakaran kota medan dengan judul“ PENGARUH KOMUNIKASI PIMPINAN DAN BEBAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI

1.2Rumusan Masalah

(4)

4

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penelitian merumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh komunikasi pimpinan terhadap kepuasan kerja pegawai pada Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota Medan?

2. Bagaimanakah pengaruh beban kerja terhadap kepuasan kerja pegawai pada Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota Medan?

3. Bagaimanakah pengaruh komunikasi pimpinan dan beban kerja terhadap kepuasan kerja pegawai pada Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota Medan?

1.3Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh komunikasi pimpinan terhadap beban kerja pegawai pada Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota Medan

2. Untuk mengetahui pengaruh beban kerja terhadap kepuasan kerja pegawai pada Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota Medan 3. Untuk mengetahui pengaruh komunikasi pimpinan dan beban kerja

secara simultan terhadap kepuasan kerja pegawai pada Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota Medan.

1.4Manfaat penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, peneliti berharap penelitian ini akan memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, anatara lain:

1. Bagi Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota Medan

Sebagai bahan masukan menyusun kebijakan dalam komunikasi pimpinan dan menciptakan lingkungan kerja senyaman mungkin sehingga dapat meningkatkan kepuasan kerja pegawai agar tercapainya tujuan instansi tersebut.

2. Bagi pembaca

(5)

5

Sebagai bahan informasi tentang pengaruh komunikasi pimpinan dan beban kerja terhadap kepuasan kerja pegawai.

3. Bagi Universitas HKBP Nommensen

Sebagai Tambahan literature kepustakaan di Bidang sumber Daya Manusia (SDM) khususnya komunikasi pimpinan,beban kerja,dan kepuasan kerja

4. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk memperoleh pemahaman dan wawasan yang lebih mendalam khususnya dalam bidang ilmu manajemen sumber daya manusia

(6)

6

BAB II

LANDASAN TEORI, PENELITIAN TERDAHULU DAN HIPOTESISI

2.1 Komunikasi pimpinan

2.1.1 Pengertian komunikasi pimpinan

Komunikasi pimpinan merupakan suatu cara yang dimiliki oleh seseorang dalam mempengaruhi sekelompok atau orang bawahan untuk bekerja sama dan berdaya upaya dengan penuh semangat dan keyakinan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan Putra (2013:252)

Salah satu teori komunikasi pimpinan yang populer dan banyak diterapkan adalah teori likert atau 4 gaya komunikasi kepemimpinan, teori ini adalah teori sistem manajerial yang didasarkan oleh beberapa variabel yang berhubungan pengambilan keputusan, penentuan tujuan, pengendalian dan kinerja. Teori komunikasi kepemimpinan ini banyak digunakan untuk menganalisis pengaruh gaya komunikasi kepemimpinan terhadap perubahan kerja dari bawahannya.

Dalam teori likert, komunikasi kepemimpinan dibedakan oleh 4 yaitu : 1. Gaya penguasa mutlak atau authoritarian

Pimpinan dideskripsikan memiliki sifat yang otoriter,berfokus pada tugas semata dan sangat terstruktur, hubungan interpesonal antar pimpinan dan bawahan dianggap tidak penting dan tidak mempengaruhi kerja pegawai.

2. Gaya penguasa semi mutlak atau benevolent authoritative

Kepemimpinan seperti ini masih memiliki sifat otoritas namun sudah mulai terbuka dan memberikan kepercayaan pada bawahannya.

3. Gaya pemimpin penasihat atau consultativ

4. Pimpinan bersifat terbuka dan sudah memberikan kepercayaan lebih kepada bawahannya.dalam hal ini karyawan memiliki hak mengemukakan pendapat

5. Gaya kepemimpinan partisipatif

Pimpinan berkeyakinan bahwa organisasi akan berjalan lebih baik dengan adanya partisipatif aktif dari pegawainya.

(7)

7

Menurut Kaswan (2017:239) Komunikasi adalah penyampaian informasi dari satu orang ke orang lain untuk menciptakan pemahaman dan perasaan yang sama. Hambatan komunikasi dalam organisasi terdapat dalam berbagai konteks, antara lain terjadinya penyimpangan komunikasi antara atasan dan bawahan maupun satu karyawan dengan karyawan lainnya, sehingga menghambat interaksi karyawan dalam melaksanakan pekerjaan. Sedangkan menurut (Syamsudin dan Firmansyah, 2016:241) Komunikasi adalah struktur dan fungsi organisasi yang berhubungan dengan antara satu individu dan individu lain, komunikasi dan proses penggorganisasian serta budaya organisasi dalam satu pekerjaan yang dimiliki suatu organiasi.

Menurut Liliweri (2014:241) Tujuan komunikasi organisasi adalah sebagai berikut:

1. Menyatakan pikiran.

2. Membagi Informasi.

3. Menyatakan perasaaan dan emosi.

4. Melakukan koordinasi.

2.1.2 Jenis Informasi Yang Dikomunikasikan Pimpinan

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, sebuah instansi tidak pernah terlepas dari komunikasi yang dilakukan oleh pimpinan dalam membina, mendidik, mengarahkan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Alfajar (2014:241) Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi pimpinan yaitu:

1. Supportiveness

Partisipasi adalah kegiatan untuk membangkitkan perasaan dan keikutsertaan dalam mengambil bagian kegiatan suatau organisasi.

2. Pembuatan keputusan adalah hasil dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan diantara beberapa alternatif yang tersedia.

3. Keterbukaan adalah bagaimana seseorang bisa melihat permasalahan dari berbagai sisi dan tidak tertutup terhadap berbagai pihak.

(8)

8

4. Tujuan penampilan yang tinggi adalah bagaimana seorang berpenampilan dalam berkominikasi agar mencerminkan kepribadiannya.

Jenis informasi yang bisa di komunikasikan pimpinan kepada bawahannya tersebut dilakukan dengan dua tipe komunikasi pimpinan, yaitu:

1. Komunikasi formal adalah mengikuti jalur hubungan formal yang tergambar dalam susunan atau struktur organisasi

2. Komunikasi informal adalah tidak mengikuti jalur struktural sehingga bisa saja terjadi antara seseorang yang mempunyai struktural formal yang berbeda.

2.1.3 Fungsi komunikasi pimpinan

Dalam terjadinya komunikasi tidak terlepas dari bentuk dan fungsi komunikasi, dimana komunikasi yang baik jauh dari fungsi yang mendukung ke efektifan komunikasi. Adapun fungsi komunikasi itu sendiri adalah sebagai berikut:

1. Menginformasikan (to inform)

Kegiatan komunikasi ini memberikan penjelasan kepada pegawai atau tugas-tugas yang akan diberikan, penerangan mengenai bentuk informasi yang disajikan dari seorang pimpinan kepada pegawai serta target yang ingin dicapai oleh organisasi

2. Mendidik (to educate)

Penyebaran informasi tersebut sifatnya memberikan pendidikan atau pengajaran suatu pengetahuan kepada pegawai, menyebar luaskan kreativitas untuk membuka wawasan dan kesempatan untuk memperoleh pendidikan secara luas.

3. Mempengaruhi (to influence)

Komunikasi sebagai sarana untuk mempengaruhi khalayak untuk memberi motivasi,mendorong untuk mengikuti kemajuan orang lain melalui apa yang dilihat, dibaca,dan didengar,serta memperkenalkan nilai-nilai baru untuk mengubah sikap dan perilaku yang lebih baik.

(9)

9 2.1.4 Idikator Komunikasi Pimpinan

Komunikasi pimpinan merupakan suatu pengiriman informasi berserta pemahamanya dengan menggunakan simbol verbal dan non verbal dalam mempengaruhi sekelompok orang atau bawahan untuk bekerja sama dan berdaya upaya dengan penuh semangat dan keyakinan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Ernawati (2016:8-9) indikator komunikasi pimpinan sebagai berikut:

1. Komunikasi Yang Mudah Dimengerti

Berkaitan dengan bagaimana pimpinan menyampaikan informasi dengan singkat kata-kata yang mudah dipahami dan detail.

2. Perintah atau Instruksi

Memerintah atau menginstruksikan pegawai dalam bekerja berkaitan dengan bagaimana pimpinan menyampaikan instruksi dengan jelas, memberitahukan tugas dengan jelas serta cara mengerjakan tugas dengan baik.

3. Kesempatan Memberi Saran dan Masukan

Berkaitan dengan memberi kesempatan kepada setiap pegawai untuk menyampaikan pendapat mereka saat rapat dan menghargai setiap saran serta masukan dari pegawai.

4. Hubungan Pegawai Dalam Kerja Dan Diluar Kerja

Komunikasi yang baik anatara pimpinan dan bawahan sangat menentukan adanya hubungan yang baik antara keduanya sehingga akan terciptanya hubungan yang harmonis dalam suatu instansi.

2.2 Beban Kerja

2.2.1 Pengertian Beban Kerja

Beban kerja merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan oleh setiap organisasi. Karena beban kerja menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai.

Beban kerja merupakan sekumpulan tugas yang diberikan oleh pimpinan organisasi kepada setiap pegawai dalam suatu organisasi dimana harus

(10)

10

diselesaikan dengan waktu yang sudah ditentukan oleh pimpinan. Dalam hal ini pimpinan harus memperhatikan beban kerja yang diberikan terhadap pegawai sehingga tidak memberi pengaruh yang buruk terhadap pegawai

Menurut Danang (2012:64) mendefinisikan beban kerja yang terlalu banyak dapat menyebabkan ketegangan dalam diri seseorang sehingga menimbulkan stres. Hal ini bisa disebabkan oleh tingkat keahlian yang dituntun terlalu tinggi.kecepataan kerja mungkin terlalu tinggi,volume kerja terlalu banyak, dan sebagainya. Menurut Munandar (2013:383) mendefinisikan beban kerja suatu kondisi dari pekerjaan dengan uraian tugasnya yang harus diselesaikan dalam batasan waktu tertentu. Berdasarkan berbagai definisi diatas, dapat diambil kesimpulan, beban kerja adalah jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan oleh seseorang dalam jangka waktu tertentu.Beban kerja fisik maupun mental dapat dipandang dari sudut obyektif dan subyektif.

2.2.2 Indikator Beban Kerja

Menurut Suci (2017:24) untuk mengidentifikasikan beban kerja, dalam dunia kerja dikenal beberapa indikator untuk mengetahui seberapa besar beban kerja yang harus diemben oleh karyawan.

Indikator tersebut anatara lain:

1) Kondisi pekerjaan

Kondisi pekerjaan yang dimaksud yakni bagaimana cara karyawan dapat memahami suatu pekerjaannya dengan baik. Kesalahan dalam mengerjakan tugas.

2) Pengguna waktu

Waktu kerja yang sesuai dengan SOP tentunya akan meminimalisir beban kerja karyawan. Namun ada kalanya suatu organisasi tidak memiliki SOP.

Pengguna waktu kerja yang diberikan kepada karyawan cenderung berlebihan atau sangat sempit.

3) Target yang harus dicapai

Target kerja yang ditetapkan oleh perusahaan tentunya secara lansung akan mempengaruhi beban kerja yang diterima oleh karyawan. Semakin

(11)

11

sempit waktu yang disediakan untuk melaksanakan pekerjaan tertentu atau tidak seimbangnya antara waktu penyelesaian terget pelaksanaan dan volume kerja yang diberikan, akan semakin besar beban kerja yang diterima dan dirasakan oleh karyawan.

4) Lingkungan kerja

Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitaran para pekerja dan yang mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas.

2.3 Kepuasan Kerja

2.3.1 Pengertian Kepuasan Kerja

Menurut Sunyoto (2012:210) didalam penelitian sinurat Elferida menyatakan bahwa kepuasan kerja (job satisfaction) adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dimana para karyawan memandang pekerjaanya. Menurut Priansa (2014:291) didalam penelitian Nurul Fazriyah mengemukakan bahwa kepuasan kerja merupakan perasaan pegawai terhadap pekerjaannya, apakah senang/suka tidak suka sebagai hasil interaksi pegawai dengan lingkungan pekerjaanya atau sebagai persepsi sikap mental, juga sebagai hasil penelitian pegawai terhadap pegawai terhadap pekerjaannya.Menurut As’ad (2012) kepuasan kerja adalah perasaan karyawan melawan pekerjaannya. Selain faktor yang mempengaruhi kepuasan karyawan adalah lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja kondusif dapat mendorong efektivitas perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya, serta akan menimbulkan semangat dan gairah kerja karywan.

Menurut Ferry Panjaitan dkk (2019) Kepuasan kerja adalah suatu pekerjaan yang dinikmati dalam pekerjaan dengan memperoleh pujian hasil kerja, penempatan, perlakuan, peralatan, dan suasana lingkungan kerja yang baik.

Karyawan yang lebih suka menikmati kepuasan kerja dalam pekerjaan akan lebih mengutamakan pekerjaan daripada balas jasa walaupun balas jasa itu sangat lah penting.

Berdasarkan dasar teori maka dapat diketahui bahwa kepuasan kerja pegawai akan mendorong semangat karyawan untuk meningkatkan kerja pegawai

(12)

12

baik secara lansung maupun bertahap. Adapun aspek-aspek pekerjaan seperti upah atau gaji yang diterima, kesempatan pengembangan karir, hubungan dengan pegawai lainnya, penempatan kerja, jenis pekerjaan,struktur organisasi perusahaan dan mutu pengawasan. Sedangkan aspek-aspek dengan dirinya antara lain umur, kondisi kesehatan, kemampuan pendidikan. Pegawai akan merasa puas dalam bekerja apabila aspek-aspek pekerjaan dan aspek-aspek dirinya terpenuhi dan sebaliknya jika aspek-aspek tersebut tidak terpenuhi maka pegawai akan merasa tidak puas.

2.3.2 Dimensi Kepuasan Kerja

Faktor-faktor dimensi yang mempengaruhi kepuasan kerja sebagai berikut:

1. Faktor psikologis merupakan faktor yang berhubungan dengan kewajiban pegawai, yang meliputi minat, ketentraman dalam bekerja, sikap terhadap kerja, bakat, dan keterampilan.

2. Faktor fisik merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik pegawai meliputi jenis pekerjaan,pengaturan waktu istirahat, perlengkapan kerja, kondisi kesehatan pegawai, umur dan sebagainya.

3. Faktor finansial merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan serta kesejahteraan pegawai, yang meliputi sistem dan besarnya gaji, jaminan sosial, tunjangan, fasilitas yang diberikan, promosi jabatan dan sebagainya.

2.3.3 Indikator Kepuasan Kerja

Menurut tolak ukur kepuasan kerja tertentu berbeda-beda antara pegawai yang satu dengan yang lainnya, hal tersebut dikarenakan tiap indivudu memiliki standar kepuasan yang tidak sama (berbeda). Menurut Ernawati (2016:14)

Adapun beberapa indikator-idikator kepuasan kerja sebagai berikut:

1.Minat Dalam Bekerja

Hal ini berkaitan dengan sejumlah mana pegawai memandang pekerjaannya sebagai pekerjaan yang menarik sehingga meminimalisir keinginan pegawai untuk pindah/beralih dari pekerjaannya tersebut.

(13)

13 2.Kesempatan Untuk Bekerja

Merupakan hal yang ditunggu pegawai dalam melaksanakan pekerjaan mereka.

Dimana mereka bisa mendapatkan kesempatan untuk belajar hal-hal baru, menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dan mendapatkan peluang untuk menerima tanggung jawab serta memberikan umpan balik yang positif atas pekerjaan yang dilakukan.

3. Besarnya Gaji

Pegawai dapat merasa puas dengan gaji yang diterima apabila kebijakan mengenai upah dirasa adil yang didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu dan standart pengupahan komunitas yang berlaku oleh karena itu gaji haru ditentukan sedemikian rupa agar kedua belah pihak yaitu pegawai dan perusahaan merasa sama-sama diuntungkan. Karena pegawai yang merasa puas dengan gaji yang diterimanya akan menciptakan kepuasan kerja yang diharapkan dapat berpengaruh pada kerja pegawai.

4. Gaji Yang Diterima Tepat Waktu

Ketepatan waktu dalam penerimaan gaji juga menjadi tolak ukur kepuasan yang dirasakan pegawai atas pekerjaan mereka. Gaji yang dikeluarkan tepat waktu tentu akan mempermuda pegawai dalam memenuhi kebutuhan mereka dan sebaliknya menggangu kenyamanan pegawai dan dapat menjadi pemicu menurunya kepuasan pegawai atas pekerjaan mereka.

5.Promosi Jabatan

Kesempatan atas promosi jabatan akan mengakibatkan pengaruh yang berbeda terhadap kepuasan kerja, karena adanya perbedaan balas jasa yang diberikan, pengembangan karir yang didaptkan pegawai akan memberikan kesempatan untuk pertumbuhan pribadi, tangung jawab yang banyak, dan status sosial yang meningkat. Jika setiap pegawai memiliki kesempatan yang sama dalam mengembangkan karirnya secara adil dan benar maka diharapkan mampu memberikan kepuasan kepada para pegawai.

6.Interaksi Karyawan Dengan Karyawan Lain

Dukungan sosial dapat diartikan sebagai pemberian dukunan,saran dan bantuan kepada sesama rekan kerja. Rekan kerja yang saling mendukung akan membuat

(14)

14

pekerjaan lebih menyenangkan. Baik hubungan antara rekan kerja sangat besar artinya bila rangkain pekerjaan tersebut memerlukan kerjasama tim yang tinggi.

Anggota tim yang mempunyai tingkat ke-eratan tinggi cenderung menyebabkan para pekerja lebih puas berada dalam suatu kelompok. Kepuasan timbul terutama berkat kurangnya ketegangan, kurangnya kecemasan dalam kelompok karena lebih mampu menyelesaikan diri dengan tekanan pekerjaan.

7.Fasilitas Kantor

Fasilitas perusahaan sangat dibutuhkan oleh pegawai sebagai pendukung dalam menyelesaikan pekerjaan yang ada di perusahaan. Selain itu ada hal yang perlu diperhatikan oleh perusahaan yakni tentang cara memanusiakan pegawai seperti tersedianya fasilitas untuk pegawai beristirahat setelah lelah bekerja dan juga tersediannya tempat ibadah.

8.Interaksi Antara Pegawai Dengan Atasan

Hubungan atasan dengan bawahan atau pegawai harus di jaga dengan baik dan harus saling menghargai antara atasan dengan bawahan, dengan saling mengahargai maka akan menimbulkan rasa hormat diantara individu masing- masing.

9.Ketentraman Dalam Bekerja

Ketentraman yang diciptakan suatu perusahaan akan mewujudkan pemeliharaan pegawai dengan baik, namun tidak bisa diciptakan oleh pimpinan perusahaan.

Ketentraman bekerja akan tercipta bila semua elemen yang ada diperusahaan secara bahu-membahu mencitakan kondisi ketentraman yang stabil. Ketentraman kerja untuk sebuah kantor memang harus diperhatikan dalam lingkungan kerja agar pegawai dapat bekerja dengan tenang dan nyaman.

(15)

15 2.4 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu sebagai dasar untuk melakukan penelitian yaitu:

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Nama peneliti Judul penelitian Variabel Hasil penelitian

1 Ernawati (2016:3) Pengaruh komunikasi pimpinan terhadap kinerja pegawai pada dinas pendapatan daerah Kabupaten Kutai Timur

Variabel Dependent (Y): Kinerja pegawai Variabel Independen (X1):Komunikasi pimpinan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komunikasi pimpinan terhadap kinerja pegawai pada Dinas pendapatan Daerah Kabupaten Kutai Timur. Data menunjukan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan komunikasi pimpinan terhadap kinerja pegawai pada Dinas pendapatan Daerah Kabupaten Kutai Timur 2 Anggraini,Ranti

(2019:9)

Pengaruh motivasi dan Beban Kerja, terhadap Kepuasan Kerja karyawan pada PT. Sumber Tirta Anugrah Rezeki Pekan baru

Variabel Bebas (X) 1.Motivasi (X1) 2.Beban Kerja (X2) Variabel Terkait (Y) 1.Kepuasan Kerja karyawan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh motivasi dan beban kerja terhadap kepuasan kerja karyawan. Hasil analisis data atau regresi linier berganda menunjukkan bahwa secara parsial (t) variabel motivasi dan beban kerja berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan PT.Sumber Tirta Anugrah Rezeki Pekan Baru. Secara simultan (f) motivasi dan beban kerja

berpengaruh secara bersama-sama terhadap kepuasan kerja karyawan PT. Sumber Tirta Anugrah Rezeki pekan Baru.

(16)

16 3 Nurhanipah Hesti

Zulkarnaen Wandy,Safari Tenang (2019:147)

Pengaruh komunikasi

organisasi terhadap kepuasan kerja Karyawan pada PD BPR LPK Garut kota Bayongbong

Variabel Bebas (X):

1.Komunikasi organisasi (X1) variabel terkait (Y) 1.Kepuasan kerja (Y1)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif dengan mengumpulkan data yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, menyajikan serta menganalisa sehingga dapat memberikan gambaran yang cukup jelas atas objek yang diteliti dan kemudian dapat ditarik kesimpulan untuk menggambarkan,

menjelaskan keadaan yang ada di perusahaan berdasarkan faktor dan data yang dikumpulkan kemudian disusun secara sistematis.

Komunikasi organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan PD.

4 Fajriana Nugraha dan Suherna (2019:4)

Pengaruh beban kerja dan komunikasi terhadap kepuas kerja karyawan melalui mediasi stres kerja dan hubungan rekan kerja

Variabel Bebas (X1):

1.beban kerja (X1) 2.komunikasi (X2) Variabel Terkait (Y) 1.Kepuasan kerja karyawan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa: 1) Beban kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kepuasan kerja; 2) Komunikasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja; 3) Beban kerja berpengaruh positif terhadap stres kerja; 4) Komunikasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap hubungan rekan kerja; 5) Stres kerja

(17)

17 2.5 Kerangka Berpikir

2.5.1 Pengaruh Komunikasi Pimpinan Terhadap Kepuasan Kerja

Komunikasi pimpinan merupakan hubungan kerja atasan dan bawahan yang mana hubungan tersebut sangat penting dalam suatu pekerjaan agar terjalin kerjasama yang baik terjalin oleh semua pihak dalam suatu perusahaan. Sistem perilaku dijelaskan bahwa budaya organisasi mempengaruhi kepemimpinan dan komunikasi, selanjutnya kepemimpinan dan komunikasi mempengaruhi motivasi, dan pada akhirnya motivasi mempengaruhi kepuasan kerja.

Menurut Tenang Safari (2019:25), Pengaruh komunikasi organisasi terhadap kepuasan kerja pegawai pada PD BPR LPK Garut Komunikasi organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai.

2.5.2 Pengaruh Beban kerja Terhadap Kepuasan kerja

Apabila seseorang memikul beban pekerjaan yang terlalu berat dan merasa tertekan maka besar kemungkinan orang tersebut akan merasakan ketidak puasan terhadap pekerjaannya. Beban kerja yang terlalu berat yang disebabkan semakin ketatnya persaingan akan membuat karyawan lebih cepat mengalami stress dan kepanikan, sehingga tidak dapat menikmati pekerjaannya lagi. Karenanya porsi dari pembagian dari beban kerja harus disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas seseorang dalam menyelesaikan pekerjaannya.

Menurut Ranti Anggraini (2019:25) Pengaruh motivasi dan Beban Kerja, Kepuasan Kerja karyawan pada PT. Sumber Tirta Anugrah Rezeki Pekan baru menunjukkan bahwa secara persial dan simultan variabel motivasi dan beban kerja berpengaruh secara bersama-sama terhadap kepuasan kerja karyawan.

2.5.3 Pengaruh Komunikasi Pimpinan Dan Beban Kerja Secara Simultan Dengan Kepuasan Kerja

Komunikasi Pimpinan dan Beban Kerja yang baik secara simultan anatara pimpinan dengan bawahan sangat menentukan adanya pengaruh yang baik.

Apabila pegawai dalam instansi mempunyai semangat yang tinggi dan memiliki komunikasi yang baik terhadap pimpinan hal ini akan memudahkan pegawai

(18)

18

mencapai tujuan yang telah ditetapkan instansi. Pegawai yang merasa puas akan lebih mungkin terlibat dalam organisasi yang dapat meningkatkan produktivitas, sedangkan pegawai yang tidak puas maka akan mempengaruhi berjalannya organisasi dalam pencapaian tujuan.

Berdasarkan teori-teori dan kajian-kajian penelitian terdahulu, maka disusun kerangka berpikir mengenai pengaruh komunikasi pimpinan dan beban kerja terhadap kepuasan kerja pada Dinas Pencegah Dan Pemadam Kebakaran Kota Medan.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

2.6 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, Maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Komunikasi pimpinan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai pada Dinas Pencegah Dan Pemadam Kebakaran Kota Medan.

2. Beban kerja berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai pada Dinas Pencegah Dan Pemadam Kebakaran Kota Medan.

3. Komunikasi pimpinan dan beban kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai pada Dinas Pencegah Pemadam Kebakaran Kota Medan.

Komunikasi pimpinan (X1)

Kepuasan kerja (Y)

Beban Kerja (X2)

(19)

19

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif yaitu dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengukur variabel bebas dengan menggunakan angka dan juga penelitian kuantitatif dengan menggunakan variabel-variabel dan data berupa informasi.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Dinas Pencegah Dan Pemadam Kebakaran Kota Medan Jalan Kapten Maulana Lubis Nomor 2 Medan. Waktu penelitian dimulai pada bulan November 2022 sampai dengan selesai.

3.3 Populasi dan Sampel dan Teknik Sampling

Populasi adalah jumlah keseluruhan obyek yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidang Fungsional pada Dinas Pencegah Dan Pemadam Kebakaran Kota Medan berjumlah 271 pegawai.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Untuk penentuan jumlah sampel digunakan rumus Slovin, sebagai berikut:

=1 + ( )

Di mana:

n= Jumlah sampel N= Ukuran populasi e= Standar error

(20)

20

Standar error ditentukan sebesar 10% Dari rumus tersebut di atas, maka dapat dihitung jumlah sampel sebagai berikut:

n=

( , )

n=

,

n=

,

=

73

Berdasarkan perhitungan diatas maka sampel yang diambil dalam penelitian adalah 73 sampel.

Metode pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah stratified proportional random sampling. stratified proportional random sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarakan strata menurut golongan yang terdapat di Dinas Pencegah Dan Pemadam Kebakaran Kota Medan.

Adapun rincian sampel berdasarkan stratified proportional random sampling,berdasarkan golongan dari Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Populasi Berdasarkan Jenjang Jabatan Fungsional

Kategori Jenjang Gol Populasi Sampel

Keterampilan

Pemula II/a 48 12%

Terampil II/b 25 7%

II/C 25 7%

II/d 25 7%

Mahir III/a 34 9%

III/b 34 9%

Penyelia III/c 40 11%

III/d 40 11%

Jumlah 271 73

Sumber: Dinas Pencegah Dan Pemadam Kebakaran Kota Medan

3.4 Jenis Data Penelitian

(21)

21 3.4.1 Data Primer (Primary Data)

Data primer merupakan data yang diperoleh lansung dari responden yang ada dilokasi penelitian Data tersebut diperoleh dari hasil kuesioner serta wawancara dan diskusi dengan pegawai Dinas Pencegah Dan Pemedam Kebakaran Kota Medan.

3.4.2 Data Sekunder (Secondary Data)

Data sekunder merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan untuk melengkapi data primer yang meliputi data mengenai sejarah dan perkembangan instansi, struktur organisasi dan uraian tugas perusahaan, jumlah pegawai serta buku-buku ilmiah dan literatur lainnya yang diperoleh sehubungan dengan masalah yang diteliti.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dilakukan dengan cara-cara berikut:

1. Kuesioner atau angket merupakan daftar pertanyaan atau pernyataan yang akan disebarkan menggunakan googel form kepada responden. Dalam pengisian kuesioner akan dubuat petunjuk pengisian kuesioner. Daftar pertanyaan yang diberikan kepada pegawai yaitu identitas responden, dan pernyataan yang akan diberikan yaitu gambaran umum yang berkaitan dengan pengaruh komunikasi pimpinan dan beban kerja terhadap kepuasan kerja pegawai pada Dinas Pencegah Dan Pemadam Kebaran Kota Medan.

2. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data dengan melakukan tanya jawab kepada beberapa pegawai yang mengetahui permasalahan umum mengenai komunikasi pimpinan dan beban kerja terhadap kepuasan kerja.

3.6 Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Pada penelitian ini variabel-variabel yang di operasionalkan adalah semua variabel yang termasuk dalam hipotesis yang telah dirumuskan. Untuk memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan penelitian, maka definisi dari variabel-variabel tersebut akan di uraikan sebagai berikut.

(22)

22 Tabel 3.2

Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Indikator Skala

ukur

Komunikasi pimpinan (X1)

Menurut Ernawati (2016: 8-9) Suatu pengiriman informasi beserta pemahamanya dengan mengunakan simbol verbal dalam mempengaruhi sekelompok orang atau bawahan untuk bekerja sama dan berdaya upaya dengan penuh semangat dan keyakinan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

Menurut Ernawati (2016: 8-9)

1.Komunikasi yang mudah dimengerti 2.Perintah/Instruksi.

3.Kesempatan

memberikan saran dan masukan saat rapat.

4.Hubungan pegawai dalam bekerja dan diluar kerja

Likert

Beban Kerja (X2)

Menurut Munandar (2013:383) Beban kerja suatu kondisi dari pekerjaan dengan uraian tugasnya yang harus diselesaikan dalam batasan waktu tertentu. Berdasarkan berbagai definisi diatas, dapat diambil

kesimpulan, beban kerja adalah jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan oleh seseorang dalam jangka waktu

tertentu.

Menurut Suci (2017:24) 1.Kondisi pekerjaan 2.Pengguna Waktu 4.Target yang harus dicapai

5.Lingkungan kerja

Likert

Kepuasan Kerja (Y)

Menurut Priansa (2014:291)

Kepuasan kerja merupakan perasaan pegawai terhadap pekerjaannya, apakah senang/suka atau tidak

Menurut Ernawati (2016: 14)

1.Minat dalam bekerja 2.Kesempatan untuk

Likert

(23)

23 senang/tidak suka sebagai hasil

interaksi pegawai dengan lingkungan pekerjaannya atau sebagai hasil interaksi pegawai dengan lingkungan pekerjaan atau sebagai persepsi sikap mental,juga sebagai hasil penelitian pegawai terhadap pekerjaannya.

belajar

3.Besarnya gaji 4.Gaji yang diterima tepat waktu

5.promosi jabatan 6.Interaksi pegawai dengan pegawai lain 7.Fasilitas Kantor 8.Interaksi antara pegawai dengan atasan 9.Ketentraman dalam bekerja

3.7 Skala Pengukuran Variabel

Adapun masing-masing dari pengukuran variabel penelitian ini adalah dengan menggunakan Skala Likert yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan presepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Penelitian ini menggunakan 5 tingkat Skala, yaitu sebagai berikut.

Tabel 3.3

Instrumen Skala Likert

No Alternatif Jawaban Skor

1 Sangat Setuju (ss) 5

2 Setuju (S) 4

(24)

24

3 Kurang Setuju (KS) 3

4 Tidak Setuju (TS) 2

5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Sumber: Sudiyono (2012:133) dalam penelitian Amelia Delvi.

3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas 3.8.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk menguji apakah data yang telah didapat setelah penelitian merupakan data yang valid dengan alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Uji validitas ini dilakukan pada Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota Medan. Dengan membagi kusioner kepada 73 Orang pegawai. Dalam penelitian ini digunakan kriteria sebagai beriku:

1.Jika r hitung ≥ r tabel dengan taraf signifikan 0,5 maka pertanyaan-pertanyaan yang digunakan dalam kusioner penelitian dinyatakan valid.

2. Jika r hitung <r tabel dengan tariff signifikan 0.05 maka pertanyaan-pertanyaan yang digunakan dalam kusioner penelitian dinyatakan tidak valid

3.8.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat ukur untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variable. Suatu kuesioner reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan Cronbach Alpha. Koefisien Cronbach Alpha yang > 0,60 menunjukkan kehandalan (reliabilitas) instrumen. Jika selain itu, Cronbach Alpha yang semakin mendekati 1 menunjukkan semakin tinggi konsistensi internal reliabilitasnya.

3.9 Uji Asumsi Klasik 3.9.1 Uji Normalitas

Pengujian normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat, variabel bebas atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak model regresi yang

(25)

25

baik adalah memiliki distribusi data normal atau penyebaran data statistik pada sumbu diagonal dari grafik distribusi normal. Pengujian normalitas dalam penelitian ini digunakan dengan melihat normal probability plot yang dibandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari data normal. Sedangkan dasar pengambilan keputusannya adalah jika data menyebar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histrogram menuju pola distribusi normal maka model regresi memenuhi normalitas.

3.9.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukannya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dalam model regresi dapat dilihat dari tolerance value atau variance inflation factor (VIF)

3.10 Metode Analisis Data 3.10.1 Metode Deskriptif

Analisis deskriptif adalah metode yang dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang diperlukan, kemudian data-data tersebut diklasifikasikan, dianalisis dan di interprestasikan secara objektif sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai topik ataupun masalah yang diteliti.

Analisis deskriptif dilakukan untuk mendeskriptifkan data karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, umur dan pendidikan terakhir, serta untuk mengetahui tanggapan responden terhadap nilai variabel penelitian. Data diperoleh dari data primer berupa kuesioner yang diisi oleh responden penelitian.

3.10.2 Metode Regresi Linier Berganda

Metode Regresi Linier Berganda dilakukan untuk mengetahui seberapa besarnya pengaruh antara Komunikasi pimpinan, beban kerja (X) terhadap kepuasan kerja (Y),adalah persamaan regresi adalah:

Y=a+b2 X1+b2 X2+e Keterangan:

(26)

26 Y=Kepuasan Kerja

a = Konstanta

b1 dan b2 = Koefisien Regresi Berganda X1 = Komunikasi Pimpinan

X2 = Beban Kerja e=Standart Error

3.11 Pengujian Hipotesis 3.11.1 Uji Parsial (Uji-t)

Uji ini digunakan untuk mengetahui signifikan dari pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara individual dan menganggap dependen yang lain kostan.

Signifikan pengaruh tersebut dapat destimasi dengan membandingkan antara nilai thitung dengan nilai thitung

Hipotesis yang akan diuji adalah : 1.Komunikasi pimpinan (X1)

H0 :b1 = 0, Komunikasi pimpinan dan beban kerja secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja

H1 : b1 ≠ 0, Komunikasi pimpinan dan beban kerja secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja

Kriteria penerima atau penolak H0 yaitu sebagai berikut:

• H0: diterima,jika thitungttabel pada α = 5%

• H1 : diterima,jika thitung> ttabel untuk α =5%

3.11.2 Uji Simultan (Uji-F)

(27)

27

Uji ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh variabel independen secara simultan atau bersama variabel dependen. Dalam penelitian ini, hipotesis yang digunakan adalah :

Hipotesis yang akan diuji adalah:

H0: b1 = b2 = 0, artinya komunikasi pimpinan dan beban kerja secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai pada Dinas Pencegan Dan Pemadam Kenakaran Kota Medan.

H1: b1,b2 ≠ 0, artinya komunikasi pimpinan dan beban kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja Pegawai pada Dinas Pencegah Dan Pemadam Kebakaran Kota Medan

• H0: diterima jika Fhitung ≤ Ftabel pada α = 5%

• H1 : ditolak jika Fhitung > Ftabel pada α = 5%

3.12 Koefisien Determinasi (R2)

Uji ini dilakukan untuk mengukur seberapa besar variabel bebas (komunikasi pimpinan dan beban kerja) terhadap variabel terkait (kepuasan kerja). Nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 dan 1 (0<R2<1). Apabila nilai dari R2 semakin kecil maka kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel akan semakin terbatas, dan jika nilai R2 semakin besar mendekati 1 maka kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen semakin membaik.

(28)

28

Referensi

Dokumen terkait

Definisi beban kerja dan kondisi kerja dalam penelitian ini adalah tunjangan yang diberikan kepada seluruh pegawai pada lingkungan kerja instansi Dinas Tenaga Kerja

Beban kerja X2 berpengaruh terhadap kinerja karyawan Y Hipotesis secara statistik dirumuskan sebagai berikut : H0 : βx1 y ≥ 0 H1 : βx1 y ≤ 0 Pengujian hipotesis berdasarkan hasil