• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MANAJEMEN MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN

(Studi pada Perusahaan Kosmetik dan Keperluan Rumah Tangga yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2016)

Oleh:

Marhendra Dewi Paramitasari Dosen Pembimbing:

Dr. Atim Djazuli, SE., MM

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Abstrak

Manajemen modal kerja berperan penting dalam mengukur keberhasilan perusahaan dalam meningkatkan laba. Tujuan penelitian ini adalah menguji dan menganalisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan. Penelitian ini menjelaskan pengaruh periode persediaan, periode piutang dan periode hutang terhadap return on asset (ROA) perusahaan.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang dilakukan pada perusahaan kosmetik dan keperluan rumah tangga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Sampel yang digunakan adalah PT. Akasha Wira Internasional Tbk, PT. Martina Berto Tbk, PT.

Mandom Indonesia Tbk, dan PT. Unilever Indonesia Tbk periode 2012-2016. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.

Analisis yang meliputi days of sales in inventory (DSI), days of sales outstanding (DSO) dan days of payables outstanding (DPO) menggunakan data yang dikumpulkan dari laporan keuangan tahunan perusahaan, hasil penelitian menunjukkan bahwa days of sales in inventory (DSI) dan days of sales outstanding (DSO) mempunyai nilai signifikan negative terhadap Return on Assets (ROA). Jadi perusahaan dapat meningkatkan labanya dengan mempercepat periode persediaan dan periode piutangnya. Untuk days of payables outstanding (DPO) memiliki nilai signifikan positif terhadap Return on Assets (ROA), jadi perusahaan dapat meningkatkan labanya dengan memperlama periode hutangnya.

Kata Kunci : Manajemen Keuangan, Modal Kerja, Manajemen Modal Kerja, days of sales in inventory (DSI), days of sales outstanding (DSO), days of payables outstanding (DPO), Profitabilitas, Return on Assets (ROA).

(2)

PENDAHULUAN Latar belakang

Industri kosmetik wanita merupakan industri yang dinamis, banyak perusahaan dengan jenis dan merek kosmetik beragam, berminat untuk mengembangkan pasarnya di Indonesia.

Banyaknya persepsi bahwa kecantikan telah menjadi kebutuhan juga merupakan salah satu alasan semakin banyak produsen yang terjun dalam bisnis ini sebagai lahan menguntungkan untuk dijajaki yang akhirnya memunculkan banyak varian perawatan kecantikan dan inovasi kosmetik terbaru untuk memenuhi keinginan konsumen.

Industri kosmetik di Indonesia mengalami perkembangan pesat, keadaan ini menimbulkan persaingan bisnis yang ketat dan kompetitif. Jumlah penduduk sekitar 250 juta jiwa, menjadikan Indonesia sebagai pasar yang menjanjikan bagi perusahaan kosmetik. Mayoritas industri kosmetik membidik target konsumen utama kaum wanita, tapi saat ini mulai berinovasi produk-produk kosmetik untuk pria (www.kemenperin.go.id ,2018).

Tingginya tingkat pertumbuhan bisnis Makeup Artist (MUA) yang berkembang di Indonesia, juga meningkatkan penjualan dan daya beli masyarakat terhadap produk- produk kosmetik. Menurut riset pasar www.duniaindustri.com, pada tahun 2015 pasar kosmetik nasional tumbuh 9%

dengan nilai mencapai Rp 64,34 triliun, meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2014) sebesar Rp 59,03 triliun. Selama periode 2010-2015, perkembangan pasar industri kosmetik nasional meningkat. Rata-rata mencapai 13,6% per tahunnya.

Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya harus ditunjang dengan strategi yang matang, termasuk

dalam penilaian kinerja keuangan yang baik. Menurut Karadagli (2012), secara konvensional penilaian kinerja keuangan perusahaan berfokus pada keputusan keuangan jangka panjang seperti keputusan investasi, struktur modal, deviden, dan sebagainya. Disamping keputusan jangka panjang sebenarnya keputusan jangka pendek seperti aktiva lancar adalah merupakan elemen penting dari total aktiva yang perlu untuk dianalisis dan dikelola secara berhati-hati (Nazir dan Afza, 2009). Aktiva lancar yang dimaksud merupakan aset yang memiliki tingkat perputaran yang tinggi dan yang paling cepat bisa dijadikan uang tunai, dengan penetapan periode waktu tertentu 1 tahun (Irham Fahmi, 2013:31).

Modal kerja merupakan salah satu indikator penting dari aktiva lancar yang dimiliki perusahaan untuk membiayai kegiatan operasinya sehari-hari, dimana dana yang dikeluarkan tersebut diharapkan dapat kembali masuk ke perusahaan dalam waktu singkat melalui hasil penjualannya.

Menurut Kasmir (2011:25), modal kerja diartikan sebagai investasi yang ditanamkan dalam aktiva lancar atau aktiva jangka pendek seperti kas, bank, surat-surat berharga, piutang, persediaan dan aktiva lancar lainnya. Modal kerja seharusnya tetap ada dalam perusahaan sehingga operasional perusahaan menjadi lebih lancar serta tujuan akhir perusahaan untuk menghasilkan laba akan tercapai (Ambarwati, 2010:112).

Pengelolaan modal kerja yang baik merupakan hal yang sangat penting dalam perusahaan. Apabila perusahaan tidak dapat memperhitungkan tingkat modal kerja secara tepat sehingga terjadi kekurangan, maka perusahaan akan mengalami kondisi insolvency (tidak mampu memenuhi kewajiban jatuh tempo)

(3)

dan kemungkinan akan bangkrut, sedangkan penetapan modal kerja yang berlebih akan menyebabkan dana menganggur tanpa penggunaan secara produktif sehingga mengakibatkan inifisiensi (pemborosan dalam operasi perusahaan) dan membuang kesempatan memperoleh laba yang optimal.

Pengelolaan modal kerja yang efektif dan efisien akan memperlancar kegiatan operasional perusahaan.

Keefektifan penggunaan modal kerja dari suatu perusahaan ditunjukkan oleh perputaran modal kerja perusahaan tersebut, sehingga apabila modal kerja dikelola secara efisien akan dapat meningkatkan laba perusahaan dan berpengaruh juga kepada kinerja perusahaan tersebut. Pengelolaan modal kerja ini dikenal sebagai manajemen modal kerja. Manajemen modal kerja (working capital management) merupakan manajemen dari elemen-elemen aktiva lancar dan elemen-elemen hutang lancar (Harjito dan Martono, 2014:74-75).

Elemen-elemen penting yang terdiri dari aktiva lancar dan kewajiban lancar yaitu kas, piutang dagang, persediann dan utang dagang (Farah Margaretha, 2007:70).

Tujuan dari manajemen modal kerja adalah mengelola aktiva lancar dan hutang lancar sehingga diperoleh modal kerja neto yang layak dan menjamin tingkat profitabilitas perusahaan (Sawir, 2005:133).

Jumlah modal kerja pada perusahaan dapat menurun maupun meningkat. Modal kerja dalam suatu perusahaan dapat bersumber dari hasil operasi perusahaan, keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek), penjualan aktiva tidak lancar, serta penjualan saham dan obligasi.

Sedangkan penggunaan aktiva lancar yang

dapat menyebabkan turunnya modal kerja antara lain pembiayaan biaya atau ongkos- ongkos perusahaan, kerugian yang diderita perusahaan, pembelian aktiva tetap dan pembayaran hutang jangka panjang (Munawir, 2007: 120-128).

Pengelolaan modal kerja yang dimiliki perusahaan secara efektif dan efisien sangat penting dilakukan untuk memiliki profitabilitas yang baik. Siklus konversi kas (Cash Conversion Cycle atau CCC) merupakan alat ukur yang paling sering digunakan dalam mengukur manajemen modal kerja. Menurut Brigham dan Houston (2011: 259) siklus konversi kas merupakan berapa lama waktu dana terikat dalam modal kerja atau berapa lama waktu antara pembayaran untuk modal kerja dan penagihan kas dari penjualan modal kerja tersebut. Brigham dan Houston (2011: 263) mencatat bahwa dua orang professor, Hyun-Han Shin dan Luc Soenen mempelajari lebih dari 2.900 perusahaan selama jangka waktu 20 tahun dan mereka menemukan bahwa mempersingkat Cash Conversion Cycle (CCC) akan memberikan laba yang lebih tinggi dan kinerja saham yang lebih baik.

Keown, et al., (2010: 244-246) mengemukakan bahwa Cash Conversion Cycle (CCC) memiliki tiga komponen, yaitu days of sales in inventory (DSI), days of sales outstanding (DSO) dan days of payables outstanding (DPO). Days of sales in inventory (DSI) merupakan jumlah hari yang dibutuhkan perusahaan untuk menjual persediaannya. Days of sales outstanding (DSO) merupakan jumlah hari penjualan yang belum diselesaikan atau jumlah hari yang dibutuhkan perusahaan untuk menagih piutangnya. Days of payables outstanding (DPO) merupakan jumlah hari rata-rata yang diperlukan perusahaan untuk membayar hutangnya.

(4)

Profitabilitas merupakan tingkat laba yang diperoleh perusahaan atas kegiatan operasional yang dijalankannya.

Sedangkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dapat dilihat dari rasio profitabilitasnya (Hanafi dan Halim, 2014:74). Terdapat beberapa rasio profitabilitas yang sering digunakan dalam mengukur pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas, satu diantaranya adalah Return on Asset (ROA). Menurut Sudana (2011: 22-23), bahwa ROA menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimilikinya, baik aktiva lancar maupun aktiva tetap.

Semakin tinggi rasio ROA, berarti semakin efisien penggunaan aktiva perusahaan. Penggunaan ROA sebagai alat ukur profitabilitas karena rasio ini sangat mudah dihitung dan mudah dipahami, serta dapat diterapkan pada tiap unit usaha yang berorientai laba.

Return on Assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas.

Dalam analisis laporan keuangan, rasio ini sering menjadi perhatian. ROA mampu menunjukkan keberhasilan perusahaan menghasilkan keuntungan. ROA mampu mengukur kemampuan perusahaan manghasilkan keuntungan pada masa lampau untuk kemudian diproyeksikan di masa yang akan datang. Assets atau aktiva yang dimaksud adalah keseluruhan harta perusahaan, yang diperoleh dari modal sendiri maupun dari modal asing yang telah diubah perusahaan menjadi aktiva- aktiva perusahaan yang digunakan untuk kelangsungan hidup perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2001:90), “Rasio laba bersih terhadap total aktiva mengukur pengembalian atas total aktiva (ROA) setelah bunga dan pajak”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, disajikan beberapa identifikasi masalah :

1. Apakah manajemen modal kerja yang diukur dengan days of sales in inventory (DSI) berpengaruh terhadap profitabilitas yang diukur dengan Return On Assets (ROA) perusahaan kosmetik dan keperluan rumah tangga di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016?

2. Apakah manajemen modal kerja yang diukur dengan days of sales outstanding (DSO) berpengaruh terhadap profitabilitas yang diukur dengan Return On Assets (ROA) perusahaan kosmetik dan keperluan rumah tangga di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016?

3. Apakah manajemen modal kerja yang diukur dengan days of payables outstanding (DPO) berpengaruh terhadap profitabilitas yang diukur dengan Return On Assets (ROA) perusahaan kosmetik dan keperluan rumah tangga di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016?

Tujuan Penelitian

Hasil dari penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan beberapa hal : 1. Menguji dan menganalisis

pengaruh manajemen modal kerja yang diukur dengan days of sales in inventory (DSI) terhadap profitabilitas yang diukur dengan Return On Assets (ROA) perusahaan kosmetik dan keperluan rumah tangga di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016.

(5)

2. Menguji dan menganalisis pengaruh manajemen modal kerja yang diukur dengan days of sales outstanding (DSO) terhadap profitabilitas yang diukur dengan Return On Assets (ROA) perusahaan kosmetik dan keperluan rumah tangga di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016.

3. Menguji dan menganalisis pengaruh manajemen modal kerja yang diukur dengan days of payables outstanding (DPO) terhadap profitabilitas yang diukur dengan Return On Assets (ROA) perusahaan kosmetik dan keperluan rumah tangga di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016.

LANDASAN TEORI Modal Kerja

Menurut Brigham dan Houston (2011:258), modal kerja ada dua, yaitu gross working capital adalah keseluruan aktiva lancar, sedangkan net working capital adalah selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar.

Weston dan Copeland (1990:327) berpendapat bahwa modal kerja didefinisikan sebagai aktiva lancer dikurangi dengan kewajiban lancar. Jadi modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk uang tunai, surat berharga, piutang dan persediaan dikurangi dengan kewajiban lancar yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar. Sebagian besar perencanaan keuangan jangka pendek memfokuskan diri pada variasi dalam modal kerja.

Komponen modal kerja menurut Wild (2005:189), menyebutkan pengertian dari aktiva lancar dan kewajiban lancar sebagai berikut:

a. Aktiva lancar (current asset) adalah kas dan aktiva lain yang secara wajar dapat direalisasi sebagai kas atau dijual atau digunakan selama satu tahun (atau dalam siklus operasi normal perusahaan jika lebih dari satu tahun). Komponennya adalah kas, efek-efek (surat berharga atau sekuritas) yang jatuh tempo dalam satu tahun fiskal ke depan, piutang, persediaan, dan beban dibayar dimuka.

b. Kewajiban lancar (current liabilities) merupakan kewajiban yang diharapkan akan dilunasi dalam periode waktu yang relatif pendek, biasanya satu tahun.

Komponen di dalamnya antara lain utang usaha, wesel bayar, pinjaman bank jangka pendek, utang pajak, beban terutang, dan bagian lancar utang jangka panjang (bagian jatuh tempo dalam waktu satu tahun).

Manajemen Modal Kerja

Manajemen modal kerja berarti merupakan proses mengelola tiap komponen yang terdapat dalam modal kerja guna memberikan dampak positif terhadap perusahaan. Weston dan Copeland (1997:327) menyatakan bahwa manajemen modal kerja mengacu pada semua aspek pengelolaan aktiva lancar dan kewajiban lancar.

Profitabilitas

Profitabilitas sering dikaitkan dengan tingkat kesehatan dan kinerja keuangan perusahaan. Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal. Hanafi dan Halim (2014:81) menyatakan bahwa

(6)

profitabilitas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset dan modal saham tertentu.

Return On Assets (ROA)

Return on Assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas.

Dalam analisis laporan keuangan, rasio ini paling sering digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa lalu. Analisis ini kemudian bisa diproyeksikan ke masa depan untuk melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa-masa mendatang (Hanafi dan Halim, 2014:157).

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian penjelasan (explanatory research).

Populasi Dan Sampel

Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan kosmetik dan keperluan rumah tangga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2016, dimana perusahaan-perusahaan tersebut sudah mempublikasikan laporan keuangan setiap tahun, secara beruntum selama periode waktu pengamatan. Jumlah populasi sebanyak 6 perusahaan. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah metode judgment sampling, yaitu pemilihan sampel yang dipilih dengan menggunakan pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan penelitian atau masalah penelitian yang dikembangkan (Augusty, 2014; 179). Kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan kosmetik dan keperluan

rumah tangga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menerbitkan laporan keuangan secara lengkap mulai tahun 2012-2016 dengan mengabaikan kondisi perusahaan tersebut. Dari kriteria tersebut, ditemukan empat perusahaan sebagai sampel dari enam populasi yang ada.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif.

Sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah data sekunder, data yang diambil dari laporan keuangan perusahaan periode 2012-2016. Data-data yang diperoleh dari dokumentasi yang ada pada Pojok BEI Universitas Brawijaya Malang dan melalui situs internet dengan alamathttp://www.idx.co.id.

Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel

Variabel Dependen (Y)

Peneliti membatasi rasio profitabilitas dengan analisis Return On Asset (ROA) sebagai pengukur kinerja perusahaan untuk menganalisis tingkat profitabilitas perusahaan kosmetik dan peralatan rumah tangga, penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut:

ROA = x 100%

(Fauzan dan Laksito, 2015) Variabel Independen (X)

a. Days of sales in inventory atau DSI (X1)

Periode konversi persediaan (Days of Sales in Inventory atau DSI) yaitu jumlah hari yang dibutuhkan perusahaan untuk menjual persediaannya (Keown, 2010:245).

Pada penelitian ini, Days of Sales in Inventory (DSI) dinotasikan dengan X1. Periode konversi

(7)

persediaan ini dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

Persediaan Harga Pokok Penjualan (Fauzan dan Laksito, 2015)

b. Days of Sales Outstanding atau DSO (X2)

Periode perputaran piutang (Days of Sales Outstanding atau DSO) yaitu jumlah hari penjualan yang belum diselesaikan atau jumlah hari yang dibutuhkan perusahaan untuk menagih piutangnya (Keown, et al., 2010:245). Pada penelitian ini, Days of Sales Outstanding atau DSO dinotasikan dengan X2. Periode perputaran piutang ini dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

DSO Piutang dagang Penjualan (Fauzan dan Laksito, 2015)

c. Days of Payables Outstanding atau DPO (X3)

Periode penangguhan hutang (Days of Payables Outstanding atau DPO) adalah jumlah hari rata-rata yang diperlukan perusahaan untuk membayar hutangnya (Keown, et al., 2010:246). Pada penelitian ini, Days of Payables Outstanding atau DPO dinotasikan dengan X3. Periode ini dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

DPO Hutang Dagang Harga Pokok Penjualan (Fauzan dan Laksito, 2015)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Alat Analisis

Dalam penelitian ini metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Analisis linier berganda adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen (Y) dengan satu atau lebih variabel independen (X1, X2,dan X3), dengan tujuan memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui.

Hasil Analisis Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas mempunyai distribusi data normal atau tidak.

Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal (Ghozali, 2011). Alat uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistic menggunakan Kolmogorov-Smirnov.

DSI DSO DPO ROA

N 20 20 20 20

Normal Parametersa,b

Mean 85.85 79.15 58.40 16.3480

Std.

Deviation

30.250 53.436 29.414 15.17399

Most Extreme Differences

Absolute .135 .333 .117 .247

Positive .135 .333 .107 .247 Negative -.087 -.184 -.117 -.165

Test Statistic .135 .333 .117 .247

Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d .200c .200c,d .200c

(8)

2. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas (Ghozali, 2006).

Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dengan melihat nilai tolerance dan VIF. Semakin kecil nilai tolerance dan semakin besar VIF maka semakin mendekati nilai terjadinya masalah multikolinearitas. Sebagian besar penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa jika nilai tolerance lebih dari 0,1 dan VIF kurang dari 10 maka tidak terjadi multikolinearitas.

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant)

DSI .890 1.123

DSO .955 1.048

DPO .852 1.173

3. Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.

Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena “gangguan” pada seseorang

individu / kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada seseorang individu / kelompok yang sama pada periode berikutnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2006).

Model Summaryb

Model Durbin-Watson

1 2.521a

4. Uji Heteroskedastisitas

Deteksi adanya heteroskedastisitas adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik hasil analisis. Untuk mendeteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan cara melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan nilai residualnya SDRESID. Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut (Singgih, 2001:210).

Hasil Analisis Regresi Berganda

Dengan analisis regresi berganda maka dapat diketahui seberapa besar modal kerja (DSI, DSO, dan DPO) yang merupakan variabel independen berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA) sebagai variabel dependen.

(9)

Persamaan regresi yang didapatkan berdasarkan tabel diatas adalah sebagai berikut :

Y = 41,471–0,218 X1–0,180 X2+ 0,134X3

Hasil Uji t

Uji t berfungsi untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen (Sugiyono, 2014:184). Hubungan tersebutdapat dilihat dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel. Hipotesis yang diajukan dalam pengujian secara parsial adalah sebagai berikut:

H0 : Periode persediaan (DSI), periode piutang (DSO) dan periode utang (DPO) tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap profitabilitas (ROA).

H2 : Periode persediaan (DSI), periode piutang (DSO) dan periode utang (DPO) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap profitabilitas (ROA).

Parameter signifikansi yang digunakan adalah sebesar α = 5% pada nilai ttabel, maka kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

a. thitung > ttabel = H0 ditolak dan H2

diterima.

Artinya, variabel bebas yang diuji berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

b. thitung< ttabel = H0 diterima dan H2

ditolak.

Artinya, variabel bebas yang diuji berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel terikat.

Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Koefisien determinasi merupakan suatu nilai yang dapat menggambarkan sejauh mana variabel bebas (independent variable) dalam penelitian dapat mempengaruhi variabel terikat (dependent variable) dari pada pengaruh variabel- variabel lain di luar model regresi dalam penelitian. Perhitungan uji koefisien determinasi dapat menggunakan aplikai SPSS. Dari hasil perhitungan SPSS akan diperoleh adjusted R Squere (R2).

Adujusted R Squere (R2) digunakan untuk melihat besarnya pengaruh nilai dalam manajemen modal kerja, yaitu DSI, DSO, DPO terhadap ROA. Semakin tinggi nilai dari koefisien determinasi berarti menunjukkan semakin baik kemampuan variabel independen dalam menjelaskan perilaku variabel dependen (Santoso dan Ashari, 2005:144).

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .900a .810 .774 7.20671

Pembahasan

Pengaruh Days of Sales in Inventory (DSI) terhadap Return On Assets (ROA)

(10)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel periode persediaan secara signifikan berpengaruh negatif terhadap return on asset (ROA), sehingga kebijakan perusahaan di dalam menentukan teknis produksi dan jangka waktu penjualan persediaan mempengaruhi tingkat profitabilitas (ROA) perusahaan. Pengaruh negatif ini menunjukkan bahwa semakin cepat periode konversi persediaan akan meningkatkan profitabilitas (ROA) perusahaan, begitu juga sebaliknya, semakin lama periode penagihan piutang akan menurunkan profitabilitas (ROA) perusahaan. Selain itu, pengaruh yang signifikan tersebut menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan kosmetik dan peralatan rumah tangga di Indonesia memperhatikan pengelolaan persediaan di dalam meningkatkan penjualan.

Pengaruh Days of Sales Outstanding (DSO) terhadap Return On Assets (ROA)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel periode piutang secara signifikan berpengaruh negatif terhadap return on asset (ROA). Pengaruh negatif ini menunjukkan bahwa semakin cepat periode penagihan piutang akan meningkatkan profitabilitas (ROA) perusahaan, begitu juga sebaliknya, semakin lama periode penagihan piutang akan menurunkan profitabilitas (ROA) perusahaan.

Pengaruh Days of Payables Outstanding (DPO) terhadap Return On Assets (ROA)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel periode pelunasan hutang secara signifikan berpengaruh positif terhadap return on asset (ROA). Pengaruh

positif ini menunjukkan bahwa semakin cepat periode pelunasan hutang akan menurunkan profitabilitas (ROA) perusahaan, begitu juga sebaliknya, semakin lama periode pelunasan hutang akan meningkatkan profitabilitas (ROA) perusahaan. Selain itu, pengaruh yang signifikan tersebut menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan kosmetik dan peralatan rumah tangga di Indonesia dengan tingkat profitabilitas yang tinggi tidak membutuhkan waktu yang lebih lama untuk melunasi hutang lancarnya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Raheman dan Nasr (2007) serta Mamoun (2011).

Implikasi Hasil Penelitian

Berdasarkan hasi penelitian dan pembahasan pada sub bab sebelumnya, penelitian ini mempunyai implikasi sebagai berikut:

a. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Days of Sales in Inventory (DSI) berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan.

Perusahaan dapat meningkatkan labanya dengan mempercepat periode persediaan. Namun perlu diperhatikan juga terhadap karakteristik khusus dari persediaan terutama pada persediaan bahan baku kosmetik dan peralatan rumah tangga yang merupakan sumber daya alam bersifat tidak dapat diperbaharui sehingga diperlukan manajemen persediaan yang efektif dan efisien untuk menghindari kelangkaan bahan baku, produk yang rusak / cacat, dimana semua ini dapat menurunkan profitabilitas perusahaan.

(11)

b. Perusahaan dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan dengan mempercepat Days of Sales Outstanding (DSO). Namun perlu diperhatikan semakin lama periode piutang dapat meningkatkan resiko piutang tak tertagih, debitur yang mengalami kebangkrutan, debitur yang melarikan diri dari kewajiban, debitur yang meninggal, dan sebab lainnya. Hal ini dapat menyebabkan perusahaan mengalami kerugian, walaupun tanpa disangka-sangka piutang tak tertagih tersebut dapat dilunasi dikemudian hari. Oleh karena itu perusahaan dapat mempercepat periode piutang dengan menerapkan kebijakan-kebijakan kredit yang lebih longgar kepada agen penjualan dan distributor baru sehingga tidak mengganggu aktivitas operasi. Di saat yang bersamaan perusahaan juga dapat meningkatkan penjualannya dari agen penjualan dan distributor yang baru tersebut guna meningkatkan profitabilitas dan kapasitas usaha.

c. Berdasarkan hasil penelitian tampak bahwa Days of Payables Outstanding (DPO) berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan.

Perusahaan dapat meningkatkan labanya dengan memperlama periode hutangnya. Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi tidak membutuhkan waktu yang lama untuk melunasi hutang jangka pendeknya. Oleh karena itu perusahaan dapat memperlama periode hutangnya dengan meningkatkan hasil penjualan guna meningkatkan profitabilitas.

Berhubungan dengan penambahan agen penjualan dan distributor sehingga dengan bertambahnya agen penjualan dan distributor ini diharapkan tingkat penjualan perusahaan guna memperoleh profitabilitas akan meningkat pula.

Karena jika penggunaan hutang jangka pendek yang terlalu besar dapat membuat perusahaan terancam insolvent atau tidak mampu memenuhi kewajiban- kewajiban yang telah jatuh tempo.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Days of sales in inventory (DSI) berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA) perusahaan kosmetik dan peralatan rumah tangga di Indonesia.

2. Days of Sales Outstanding (DSO) berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA) perusahaan kosmetik dan peralatan rumah tangga di Indonesia.

3. Days of Payables Outstanding (DPO) berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA) perusahaan kosmetik dan peralatan rumah tangga di Indonesia.

Saran

Berdasarkan penelitian, hasil pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh mengenai masalah manajemen modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan kosmetik dan peralatan rumah tangga yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016, maka saran yang dikemukakan peneliti sebagai berikut:

(12)

1. Bagi Perusahaan

Untuk meningkatkan profit perusahaan yang salah satunya diukur melalui Return on Assets (ROA), maka ada baiknya untuk perusahaan mempercepat periode konversi persediaan dan periode penagihan piutangnya. Selain itu juga bisa dengan memperlama penangguhan hutangnya.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Penelitian ini hanya pada perusahaan kosmetik dan peralatan rumah tangga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI),

sehingga belum

mencerminkan kondisi industri secara keseluruhan yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya diharapkan pada sektor lain atau seluruh sektor industri yang terdaftar di BEI.

b. Untuk penelitian

selanjutnya yang akan mengangkat topik dan permasalahan yang sama, dimana ingin melihat pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan, perlu mempertimbangkan variabel-variabel lain pengukur modal kerja ataupun variabel-variabel lainnya yang dapat digunakan sebagai pengukur profitabilitas perusahaan.

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Biểu đồ thể hiện sự sinh trưởng của Spirulina trong môi trường bổ sung 25%, 50%, 75%, 100% khối lượng Nitơ từ muối natri nitrit A và natri nitrat B Hình 3 cho thấy khác với thí