• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh pajak hotel, pajak restoran, retribusi tempat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "pengaruh pajak hotel, pajak restoran, retribusi tempat"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PAJAK HOTEL, PAJAK RESTORAN, RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI

DAERAH (PAD) KOTA PADANG

JURNAL

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi (S1)

Oleh:

SEFTI SETIAWAN 11090002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2015

(2)
(3)

PENGARUH PAJAK HOTEL, PAJAK RESTORAN, RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA

PADANG Oleh Sefti Setiawan

Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat Jl. Gunung Pangilun No.1, Padang Sumatera Barat

Email : [email protected]

Yolamalinda, SE, M.Si

Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP-PGRI Sumatera Barat Jl. Gunung Pangilun No. 1, Padang Sumatera Barat

Email : [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Seberapa besar pengaruh pajak hotel, pajak restoran, retribusi tempat rekreasi dan kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Padang, dan untuk mengetahui usaha atau kebijakan apa yang ditempuh oleh pemerintah Kota Padang untuk meningkatkan penerimaan pajak hotel, pajak restoran dan retribusi tempat rekreasi agar kontribusinya terhadap PAD bisa meningkat.

Hasil analisis dan pembahasan memperlihatkan bahwa: (1). Pajak hotel memiliki hubungan yang positif dan berpengaruh signifikan terhadap PAD Kota Padang. Ini bisa dilihat dari nilai koefesien regresi sebesar 10,472 dan signifikan karena nilai 2,325 1,943. Dalam sepuluh tahun terakhir, pajak hotel memiliki kontribusi positif terhadap PAD Kota Padang. Rata-rata pajak hotel berkontribusi sebesar 6,1% terhadap PAD Kota Padang pada setiap tahunnya. (2). Pajak restoran memiliki hubungan yang positif terhadap PAD Kota Padang tapi tidak berpengaruh signifikan. Ini bisa dilihat dari nilai koefesien regresi sebesar 3,490 dan tidak berpengaruh signifikan terhadap PAD karena

0,596 1,943. Dalam sepuluh tahun terakhir, rata-rata pajak restoran berkontribusi sebesar 6,19% pada setiap tahuunya. (3). Retribusi tempat rekreasi memiliki hubungan yang negatif terhadap PAD Kota Padang. Ini bisa dilihat dari nilai koefesien regresi sebesar -80,053 dan tidak berpengaruh signifikan karena -0,714 1,943. Dalam sepuluh tahun terakhir, rata-rata retribusi tempat rekreasi berkontribusi sebesar 0,19% terhadap PAD Kota Padang pada setiap tahunnya. (4). Pajak hotel, pajak restoran dan retribusi tempat rekreasi secara bersama-sama berpengaruh dan signifikan. Ini bisa dilihat dari nilai 64,074 4,76. Dari hasil penelitian ini dapat disarankan kepada Pemko Padang agar dinas terkait melakukan pendataan ulang yang lebih lengkap terhadap subjek dan objek pajak, baik pajak hotel maupun pajak restoran sehingga hasil yang diperoleh dapat meningkat secara signifikan

Kata kunci: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Retribusi Tempat Rekreasi, Pendapatan Asli Daerah.

Abstract

This research purpose to how: how much of effect of hotel’s tax, restaurant’s tax, retribution of place recreation and contributions of original regional income Padang City, and to know about apportuning allowed by the Padang’s government to increase the accepted of hotel tax, restaurant tax, and retribution of palce recreation, the aim is contribution of original regional income increase.

The result of analysis and discussions showed (1). Hotel;s tax has apositife effect and has significant effect about original regional income padang City. It is showed from coefition of regretion of 10,472 and significant because 2,325 1,943. In the last ten years, hotel’s tax has positife contribution to original regional income Padang City.

Hotel’s taxhas contribution about 6,1% to original regional income Padang City every year. (2). Restaurant’s tax has a positife effect to original regional income Padang City but has not significant effect. It is showed from coefition of regretion 3,490 and has not significant because 0,596 ˂ 1,943. In the last ten years, restaurant’s tax has positife contribution to original regional income Padang City. Restaurant’s tax has contribution about 6,19% to original regional income Padang City every year. (3(. The retribution of recreation place has a negatife effectto original regional income Padang City. It is showed from koefetion of regretion -80,053 and has not significant effect because -0,714

˂ 1,943. In the last ten years, retribution of recreation place has positife contribution to original regional income Padang City. Retribution of recreation place has contribution about 0,19% to original regional income Padang City every year. (4). The hotel’s tax, restaurant’s tax and retribution of recreation place in some time has a positife effect and significant. It is showed from value 64,074 4,76. From the result of research suggested to the government of Padang City that the government did ritake of data as a normal subject and tax of object, every hotel’s tax and restaurant’s tax, so that the value can be increase as significant.

Keywoards: hotel’s tax, restaurant’s tax, retribution of recreation place, original regional income.

(4)

PENDAHULUAN

Sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia terus meningkatkan pembangunan di segala bidang, baik yang bersifat fisik ataupun non fisik. Pembangunan fisik misalnya berupa pembangunan jalan, jembatan, dan gedung-gedung.Sedangkan pembangunan non fisik misalnya meningkatkan kualitas pendidikan dan meningkatkan nilai moral di masyarakat.

Hal itu bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan mencapai tujuan pembangunan nasional.

Pembangunan daerah perlu dijalankan atau dikembangkan sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan pembangunan nasional.

Agar daerah memiliki wewenang penuh dan luas dalam melaksanakan pembangunannya, maka diberlakukanlah Otonomi Daerah melalui UU No 33 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang hingga saat ini telah mengalami beberapa kali perubahan.

Seperti yang tercantum dalam UU No 32 Tahun 2004, Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Kemandirian keuangan daerah merupakan salah satu tujuan dari otonomi daerah. Dengan adanya otonomi daerah diharapkan agar daerah otonom tidak hanya menerima bantuan subsidi dari pusat, tapi dituntut juga untuk menggali potensi dan sumber keuangan baru serta sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah yang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional,

Berdasarkan UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah yang sesuai dengan peraturan perundang- undangan. PAD bersumber dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, hasil pengelolaan kekeyaan daerah yang dipisahkan dan lain- lain PAD yang sah. Semakin besar peranan pendapatan asli daerah dalam pendapatan daerah merupakan cerminan keberhasilan usaha-usaha atau tingkat kemampuan daerah dalam pembiayaan penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan daerah tersebut.

Diantara sumber-sumber pendapatan asli daerah tersebut, hasil pajak daerah merupakan sumber pendapatan yang paling potensial dan memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Selain pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan juga memberikan kontribusi terhadap PAD, walaupun tidak sebesar kontribusi pajak daerah.

Pajak daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada pemerintah daerah (Tanjung, 2003:22).

Pajak daerah diatur dalam undang-undang dan hasilnya akan masuk ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang bersangkutan.

Sedangkan Retribusi Daerah adalah pungutan yang dikenakan sehubungan dengan suatu jasa atau fasilitas yang diberikan pemerintah secara langsung dan nyata kepada pembayar (Resmi, 2009:2).

Contoh: retribusi tempat rekreasi, parkir, pasar, jalan tol, perizinan usaha dan lain- lain. Objek dari retribusi adalah jasa umum, jasa usaha, dan perizinan tertentu..

Kota Padang sebagai salah satu kota besar di Indonesia dan sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Barat memiliki potensi wisata berupa pemandangan pantai yang sangat indah dan taman-taman yang sejuk yang cukup potensial jika dikelola dan dikembangkan dengan baik. Selain itu Kota Padang juga merupakan pusat pemerintahan, pembangunan dan pendidikan di Sumatera Barat, sehingga ini akan meningkatkan pertumbuhan dan pembangunan di beberapa sektor, misalnya sektor pariwisata, sektor perdagangan dan sektor penyediaan jasa, yang jika dikembangkan dengan baik akan menjadi salah satu sumber pendapatan asli daerah yang sangat potensial melalui penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah.

Meningkatnya pembangunan Kota Padang di segala bidang secara otomatis juga mendorong pemerintah Kota Padang untuk meningkatkan target penerimaan PAD dari tahun ke tahun. Namun target tersebut tampaknya kurang terealisasi dengan baik, sebagaimana yang terlihat pada tabel berikut ini:

(5)

Tabel 1. Target Dan Realisasi Penerimaan PAD Kota Padang Tahun 2005-2014.

No Tahun Target PAD (ribuan, rupiah)

Realisasi PAD (ribuan, rupiah)

%

1 2005 105.410.800,00 89.747.733,29 82,78

2 2006 102.478.800,00 98.546.198,28 96,16

3 2007 102.858.529,14 106.293.854,24 103,34

4 2008 126.469.134.95 117.866.279,17 91,75

5 2009 133.164.556,38 113.268.654,18 85,06

6 2010 120.926.262,74 116.435.656,59 96,29

7 2011 164.935.233,89 150.151.686,56 91,04

8 2012 187.627.806,66 189.450.840,07 100,97

9 2013 238.889.759,53 238.871.896,57 99,90

10 2014 307.350.120,98 316.079.336,43 102,84

Sumber: DPKA Kota Padang

Dari data di atas dapat kita lihat bahwa target penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota Padang dari tahun ke tahun selalu meningkat, tapi sayangnya hanya sebagian kecil dari target tersebut dapat terealisasi.

Dari data PAD sepuluh tahun terakhir, hanya tiga tahun yang melampaui target, yaitu pada tahun 2014, 2012 dan tahun 2007.

Secara geografis, Kota Padang terletak di pesisir pantai Sumatera dan memiliki pemandangan laut yang indah. Potensi inilah yang disadari betul oleh pemerintah Kota Padang sehingga pemerintah sangat serius untuk menggali potensi wisata pantainya. Ini terbukti dengan semakin diperindah dan ditata rapinya kawasan pantai tersebut.

Disana pemerintah kota juga mendirikan beberapa taman bermain dan kebun bunga yang sangat nyaman bagi pengunjungnya.

Selain objek wisata pantai, Kota Padang juga memiliki objek wisata budaya berupa museum dan bangunan-bangunan kuno yang sangat menarik jika dikunjungi, yang mana objek wisata ini pastinya akan meningkatkan PAD Kota Padang melalui penerimaan retribusi temapat rekreasinya. Tapi sayangnya upaya pemerintah kota tampaknya kurang maksimal karena masih banyak tempat rekreasi yang tidak terawatt dan tidak dikelola dengan baik, seperti di kawasan wisata budaya Kota Tua dan pesisir Pantai Padang.

Tingginya potensi wisata Kota Padang, apalagi jika dikembangkan secara maksimal, tentunya ini akan mampu menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Kota Padang, baik yang hanya sekedar berwisata ataupun bagi orang-orang yang mengadakan pertemuan dengan rekan bisnisnya.

Peningkatan kunjungan wisatawan yang

datang ke Kota Padang dapat menunjang pemasukan bagi hotel, penginapan, restoran dan rumah makan sehingga ini akan memberikan kontribusi positif terhadap pendapatan asli daerah melalui penerimaan pajak hotel dan pajak restoran. Selain itu pemerintah pastinya juga akan mendapatkan pemasukan melalui retribusi tempat rekreasi yang akan berkontribusi positif terhadap PAD Kota Padang. Tapi pemerintah kota mengalami kesulitan dalam melakukan pemungutan pajak karena rendahnya kesadaran dari Wajib Pajak dan tingginya persaingan pengusaha hotel dan restoran di Kota Padang.

Sasaran peningkatan sumber pendapatan asli daerah yang berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah memiliki dua arti strategis yaitu sebagai sumber pembiayaan pembangunan daerah dan sebagai salah satu komponen dalam melaksanakan otonomi daerah.

Berdasarkan data dan penjelasan di atas maka penulis tertarik meneliti seberapa besar pengaruh pajak hotel, pajak restoran, retribusi tempat rekreasi dan kontribusinya terhadap PAD Kota Padang.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan asosiatif.

Menurut Arikunto (2006:105), penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan suatu hal seperti apa adanya. Sedangkan menurut Sugiyono (2013:10), penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk menemukan ada atau tidaknya

(6)

hubungan atau pengaruh antara variabel yang satu dengan yang lainnya.

Dalam pengumpulan data penulis akan melakukan penelitian pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPKA) Kota Padang, yang beralamat di jalan Muhammad Yamin No 70 Padang, Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Padang yang beramat di Jl Samudera No 1 Padang, dan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, merupakan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan beberapa narasumber, yaitu Al Fachrur Rozi Syahrul, SS, MM (Kasubag Keuangan Dsibudpar Kota Padang), Ade Yonanda Irza, SE, M.Sc, (Kasi Pelaporan Disbudpar Kota Padang) dan Saraman S.Kom (Kasi Penetapan Bidang Pendapatan DPKA Kota Padang), dan data Sekunder, yaitu data yang diambil dari Dinas Pengelolaan Keuangan

dan Aset (DPKA) Kota Padang, Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Padang, dan data yang diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Padang. Data bersifat time series dengan periode 2005 – 2014.

Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan analisis deskriptif, uji kelayakan model dengan menggunakan uji Likelihood Ratio , uji penyimpangan asumsi klasik, uji regresi berganda, uji hipotesis.

Dan alat analisis kontribusi.

HASIL PENELITIAN

A. Realisasi PAD Kota Padang

Untuk mengetahui sejauh mana pemerintah Kota Padang dalam mengelola dan menggali sumber- sumber PAD, dan perkembangan dalam menunjang pelaksanaan pembangunan jalannya roda pemerintahan Kota Padang, berikut ini disajikan data tentang perkembangan realisasi PAD Kota Padang Tahun 2005 sampai 2014:

Tabel 2. Realisasi Penerimaan PAD Kota Padang Tahun Realisasi PAD

(ribu rupiah)

Persentasi Pertumbuhan

2005 89.747.733,29 -

2006 98.546.198,28 9,80%

2007 106.293.854,24 7,86%

2008 117.866.279,17 10.89%

2009 113.268.654,18 -3,90%

2010 116.435.656,59 2.80%

2011 150.151.686,56 28,96%

2012 189.450.840,07 26,17%

2013 238.872.896,57 26,08%

2014 316.079.336,43 32,32%

Sumber:DPKA Kota Padangt, dalam Data Sekunder 2015 Pada tabel di atas dapat kita lihat

bahwa PAD Kota Padamg selalu mengalami peningkatan kecuali pada tahun 2009 karena memang pada tahun tersebut Kota Padang diguncang gempa dahsyat. Pada tahun 2009 PAD Kota Padang turun sebesar -3,90% atau Rp 117.866.279.170,00 pada tahun 2008 menjadi Rp 113.268.654.180,00 pada tahun 2009. Peningkatan PAD Kota Padang selalu dalam persentase yang berflkuktuasi. Persentase peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 32,32% atau dari Rp 238.872.896.570,00 pada tahun 2013

menjadi Rp 316.079.336.430,00 pada tahun 2014. Peningkata PAD ini terjadi karena semakin majunya perekonomian Kota Padang dan adanya peningkatan penerimaan hanpir diseluruh komponen pajak daerah baik pajak hotel maupun pajak restoran. Jika dirata-ratakan, dalam sepuluh tahun terakhir PAD Kota Padang mengalami peningkatan sebesar 15,67% pada setiap tahunnya.

B. Realisasi Pajak Hotel Kota Padang Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pemerintah Kota Padang

(7)

dalam mengembangkan potensi pajak hotel, maka pada tabel berikut akan

disajikan pertumbuhan realisasi penerimaan pajak hotel Kota Padang:

Tabel 3. Realisasi Penerimaan Pajak Hotel Kota Padang Tahun Realisasi Pajak Hotel

(ribu rupiah)

Persentasi Pertumbuhan

2005 4.012.451,00 -

2006 4.908.573,00 22,3%

2007 5.290.680,10 7,8%

2008 7.652.483,95 43,3%

2009 6.948.371,26 -8,4%

2010 6.106.355,22 -12,1%

2011 7.910.983,10 29,5%

2012 14.462.638,26 82,8%

2013 17.667.533,67 22,1%

2014 21.353.910,03 20,3%

Sumber: DPKA Kota Padang, dalam data sekunder 2015 Dari data diatas dapat kita lihat

bahwa pada tahun 2009 dan 2010 realisasi penerimaan pajak hotel mengalami penurunan yaitu -8,4% pada tahun 2009 dan -12,1% pada tahun 2010. Ini disebabkan karena pada tahun 2009 terjadi gempa yang menyebabkan banyak hotel atau penginapan yang rusak berat di Kota Padang, dan pada tahun 2010 masih banyak hotel yang belum dibangun kembal. Sedangkan pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 82,8% atau Rp 7.910.983.100,00 pada tahun 2011 naik menjadi Rp 14.462.638.260,00 pada tahun 2012. Peningkatan ini terjadi

karena tingginya tingkat hunian hotel di Kota Padang selama tahun 2012. Jika dirata-ratakan, dalam sepuluh terakhir pajak hotel Kota Padang mengalami peningkatan sebesar 23,07% pada setiap tahunnya.

C. Realisasi Pajak Restoran Kota Padang

Untuk melihat perkembangan realisasi penerimaan pajak restoran Kota Padang, maka pada tabel berikut akan disajikan pertumbuhan realisasi penerimaan pajak restoran Kota Padang tahun 2005 sampai 2014

Tabel 4. Realisasi Penerimaan Pajak Restoran Kota Padang Tahun Realisasi Pajak Restoran

(ribu rupiah)

Persentasi Pertumbuhan

2005 4.655.344,00 -

2006 5.011.294,00 7,6%

2007 5.941.469,84 18,5

2008 8.247.380,75 38,8%

2009 7.596.772,29 -7,9%

2010 6.922.766,14 -8,9%

2011 10.574.382,36 52,7%

2012 13.167.100,65 24,6%

2013 15.444.114,98 17,3%

2014 17.807.676,90 15,3%

Sumber: DPKA Kota Padang, dalam Data Sekunder, 2015 Dari data di atas dapat kita lihat bahwa

pada tahun 2009 dan 2010 realisasi penerimaan pajak restoran Kota Padang mengalami penurunan yaitu sebesar -7,9%

pada tahun 2009 dan -8,9% pada tahun 2010. Ini disebabkan karena adanya gempa pada tahun 2009 yang mengakibatkan banyaknya restoran atau rumah makan yang

(8)

rusak berat, dan masih banyaknya restoran atau rumah makan yang belum dibangun kembali pada tahun 2010. Jika dirata- ratakan, dalam sepuluh tahun terakhir pajak restoran Kota Padang mengalami pening- katan sebesar 17,56% pada setiap tahunnya.

D. Realisasi Retribusi Tempat Rekreasi Kota Padang

Untuk melihat pertumbuhan realisasi penerimaan retribusi tempat rekreasi Kota Padang maka berikut ini akan disajikan data realisasi penerimaan retribusi objek rekreasi dan persentase peningkatannya tahun 2005 sampai 2014:

Tabel 5. Realisasi Penerimaan Retribusi Rekreasi Kota Padang Tahun Realisasi Retribusi

Tempat Rekreasi (ribu rupiah)

Persentasi Peningkatan

2005 239.250,00 -

2006 158.840,00 -33,8%

2007 225.540,00 42,4%

2008 201.390,00 -10,7%

2009 220,460,00 9,5%

2010 266.220,00 20,9%

2011 258.470,00 -3,0%

2012 437.980,00 69,4%

2013 355.490,00 -18,8%

2014 401.230,00 12,9%

Sumber: Padang dalam angka, dalam Data Sekunder, 2015 Dari data diatas dapat kita lihat

bahwa pada tahun 2006, 2008, 2011 dan 2013, realisasi penerimaan retribusi objek rekreasi Kota Padang mengalami penurunan. Ini disebabkan karena adanya isu-isu tsunami yang menyebabkan banyaknya masyarakat yang takut untuk berwisata ke pantai.

Jika dirata-ratakan, dalam sepuluh tahun terakhir retribusi tempat rekreasi mengalami peningkatan hanya sebesar 5,22% pada setiap tahunnya.

PEMBAHASAN

A. Pengaruh Pajak Hotel Terhadap PAD Kota Padang

Dari hasil uji di atas diketahui bahwa pajak hotel memiliki hubungan positif dan berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Padang. Ini bisa kita lihat dari nilai koefesien regresi sebesar 10,472 dan berpengaruh signifikan karena nilai

2,325 1,943. Artinya setiap ada peningkatan pajak hotel sebesar 1 miliar akan meningkatkan PAD Kota Padang sebesar 10,472 miliar rupiah.

Hasil ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Vidya Paramita yang berjudul “Pengaruh Hasil Pemungutan Pajak Hotel dan Pajak Restoran Terhadap PAD Kota Bandung” yang mana hasilnya adalah pajak hotel memiliki hubungan yang positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap PAD Kota Bandung.

Pajak hotel memiliki hubungan yang positif dan berpengaruh signifikan terhadap PAD Kota Padang. Hal ini disebabkan karena semakin majunya industri pariwisata dan bisnis perhotelan di Kota Padang, dan semakin gencarnya pemerintah Kota Padang dalam mempromosikan wisatanya, misalnya dengan mengadakan event dan mengikuti pameran ke luar daerah, sehingga ini akan menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Kota Padang dan menginap di hotel yang tentu saja ini akan meningkatkan penerimaan daerah melalui kontribusi pajak hotelnya. Selain itu semakin lama seseorang berada di suatu kota, maka semakin banyak pula uang yang dia keluarkan di daerah tersebut.

(9)

Kota Padang merupakan ibu kota Provinsi sumatera Barat dan selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan setiap tahunnya, baik yang berkunjung dalam urusan pemerintahan, bisnis, atau yang hanya sekedar berwisata. Tingginya angka kunjungan wisatawan ke kota Padang inilah yang nampaknya disadari betul oleh pengusaha hotel, sehingga bisnis perhotelan cukup berkembang di Kota Padang. Para pengusaha hotel memberikan berbagai macam bentuk promosi demi menarik minat wisatawan untuk menginap di hotelnya, misalnya dengan memberikan diskon dalam event tertentu.

B. Pengaruh Pajak Restoran Terhadap PAD Kota Padang

Pajak restoran juga memiliki hubungan positif terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Padang. Ini bisa kita lihat dari hasil koefesien regresi pajak restoran terhadap PAD sebesar 3,490, tapi pajak restoran tidak berpengaruh signifikan terhadap PAD Kota Padang.

Ini bisa kita lihat dari nilai 0,596 1,943 yang menandakan bahwa pajak restoran tidak berpengaruh signifikan terhadap PAD Kota Padang.

Hasil ini juga diperkuat oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mawar Dwi Putranty (2008) dengan judul Pengaruh Penerimaan Pajak Reklame dan Pajak Restoran Terhadap PAD Kodya Jakarta Barat II, dengan hasil yang menyatakan bahwa pajak restoran tidak berpengaruh terhadap PAD Kodya Jakarta Barat.

Alasan mengapa pajak restoran tidak berpengaruh signifikan terhadap PAD adalah karena banyaknya pengunjung restoran yang setelah selesai makan, mereka tidak meminta bukti bill pembayaran, sedangkan bill tersebut sudah diberi kode seri oleh dinas terkait. Oleh restoran-restoran nakal, bill ini tidak dilaporkan dan tidak dikenai pajaknya sehingga mengurangi penerimaan pajak restoran bagi pemerintah kota.

Selain alasan di atas, alasan lain yang menyebabkan pajak restoran tidak berpengaruh signifikan terhadap PAD Kota Padang adalah masih banyaknya

restoran atau rumah makan di Kota Padang yang belum terdaftar sebagai wajib pajak restoran Kota Padang.

misalnya rumah makan yang berada di tengah perkampungan.

C. Pengaruh Retribusi Tempat Rekreasi Terhadap PAD Kota Padang

Sedangkan retribusi tempat rekreasi memiliki hubungan yang negatif terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Padang. Ini bisa kita lihat dari nilai koefesien regresi sebesar -80,053, yang berarti jika terjadi peningkatan retribusi tempat rekreasi sebesar seratus juta rupiah akan menurunkan PAD Kota Padang sebesar 80,053 juta rupiah.

Berdasarkan hasil uji hipotesis t, retribusi tempat rekreasi juga tidak berpengaruh signifikan terhadap PAD Kota Padang. Ini bisa dilihat dari nilai

-0,714 1,943 yang berarti bahwa retribusi tempat rekreasi tidak berpengaruh signifikan terhadap PAD Kota Padang.

Alasan utama mengapa retribusi tempat rekreasi tidak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan PAD Kota Padang sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Al Fachrur Rozi Syahrul, SS, MM adalah karena banyaknya tempat rekreasi yang dikuasai oleh masyarakat sekitar. Beliau mencontohkan misalnya di Pantai Air Manis. Disana ada tiga buah pintu masuk, dan yang dikelola oleh pemerintah daerah hanya satu pintu.

Sedangkan dua pintu lainnya dikuasai oleh masyarakat sekitar, termasuk pintu masuk yang paling dekat dengan batu malinkundang.

Alasan lain mengapa retribusi tempat rekreasi tidak berpengaruh terhadap PAD Kota Padang adalah kurangnya sarana atau wahana bermain yang tersedia di lokasi wisata sehingga menyebabkan pengunjung merasa bosan dan masih banyak mayarakat yang takut akan isu gempa.

D. Pengaruh Pajak Hotel, Pajak Restoran, Retribusi Tempat Rekreasi Secara Bersama-Sama Terhadap PAD Kota Padang

(10)

Pajak hotel, pajak restoran dan retribusi tempat rekreasi secara bersama-sama memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap PAD Kota Padang. Ini bisa kita lihat dari hasil uji hipotesis simultan yang mana menunjukkan nilai sebesar 64,074%. Ini berarti ada hubungan yang positif antara pajak hotel, pajak restoran, retribusi tempat rekreasi secara bersama-sama terhadap peningkatan pendapatan asli daerah Kota Padang.

Kota Padang merupakan kota yang memiliki potensi pariwisata yang cukup menjanjikan, seperti wisata alam, pemandangan laut, pulau, wisata budaya dan wisata kuliner. Potensi inilah yang disadari betul oleh pemerintah kota sehingga mereka terus berbenah dan melakakan upaya-upaya nyata demi memperkenalkan potensi wisata ini kepada masyarakat luar Kota Padang, misalnya dengan mengadakan event, promosi dan pameran.

Contoh event tahunana yang diselenggarakan Kota Padang adalah Tour de Singkarak (TdS).TdS merupakan sebuah event balap sepeda yang berlevel internasional yang diikuti oleh beberapa negara dari seluruh dunia.

Misalnya saja pada tahun ini event TdS diikuti oleh 36 negara dari seluruh dunia.

Dari penyelenggaraan event ini pemerintah Kota Padang berharap bisa

memperkenalkan dan mempromosikan potensi wisata yang dimiliki Kota Padang. Selain itu dengan adanya event ini juga akan meningkatkan penerimaan Kota Padang melalui penerimaan pajak hotel dan pajak restoran karena para rombongan peserta event ini menginap di hotel dan makan di restoran yang ada di Kota Padang sehingga ini akan menambah pemasukan bagi pemerintah Kota Padang.

KONTRIBUSI PAJAK HOTEL, PAJAK RESTORAN DAN RETRIBUSI TEMPAT REKREASI TERHADAP PAD KOTA PADANG

A. Kontribusi Pajak Hotel Terhadap PAD Kota Padang

Pajak hotel merupakan bagian dari pajak daerah, yang mana pajak daerah adalah salah satu dari komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dengan semakin berkembangnya sektor pariwisata di Kota Padang, maka diharapkan hotel sebagai bagian dari sektor pariwisata memberikan kontribusi yang bagus terhadap PAD melalui penerimaan pajak hotelnya.

Berikut ini adalah tabel kontribusi pajak terhadap PAD Kota Padang tahun 2005 sampai tahun 2014:

Tabel 6. Kontribuasi Pajak Hotel Terhadap PAD Kota Padang

Sumber: DPKA Kota Padang, dalam Data Sekunder, 2015 Dari data di atas dapat diketahui

bahwa pajak hotel selalu berkontribusi terhadap PAD Kota Padang pada setiap

tahunnya, namun kontribusinya selau dalam persentase yang berfluktuasi, artinya kadang mengalami menurunan Tahun Pajak Hotel

(ribu rupiah)

PAD (ribu rupiah)

Kontribusi (%)

2005 4.012.451,00 89.747.733,29 4.47

2006 4.908.573,00 98.546.198,28 4.98

2007 5.290.680,10 106.293.854,24 4.98

2008 7.652.483,95 117.866.279,17 6.49

2009 6.948.371,26 113.268.654,18 6.13

2010 6.106.355,22 116.435.656,59 5.24

2011 7.910.983,10 150.151.686,56 5.27

2012 14.462.638,26 189.450.840,07 7.63

2013 17.667.533,67 238.872.896,57 7.40

2014 21.353.910,03 316.079.336,43 6.76

(11)

dan setelah itu mengalami peningkatan.

Kontribusi terendah terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar 4,47%. Ini dikarenakan pada tahun tersebut industri pariwisata Kota Padang masih belum berkembang. Sedangkan kontribusi tertinggi terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 7,63%. Jika di rata-ratakan maka pajak hotel berkontribusi terhadap PAD Kota Padang sebesar 6,1% setiap tahunnya.

Salah satu penyebab rendahnya kontribusi pajak hotel ini adalah karena rendahnya kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak sehingga menyulitkan pemerintah dalam mengkalkulasi- kannya, sebagaimana yang dikatakan oleh Bapak Saraman, S.Kom (Kasi Penetapan Bidang Pendapatan DPKA Kota Padang. Menurut beliau, pemerintah sudah berusaha melakukan

sosialisasi kepada wajib pajak dan hasilnyapun lumayan ada peningkatan dalam tiga tahun terakhir. Alasan lain adalah tingginya tingkat persaingan antar sesama pengusaha perhotelan di Kota Padang, sehingga banyak hotel yang menurunkan tariff sewanya demi menarik minat pengunjungnya.

B. Kontribusi Pajak Restoran Terhadap PAD Kota Padang

Pajak restoran merupakan bagian dari pajak daerah. Kota Padang yang terkenal memiliki masakan yang lezat, diharapkan mampu meningkatkan PAD melalui penerimaan pajak restorannya.

Berikut ini adalah data kontribusi pajak restoran terhadap PAD Kota Padang tahun 2005-2014:

Tabel 7. Kontribusi Pajak Restoran Terhadap PAD Kota Padang Tahun Pajak Restoran

(ribu rupiah)

PAD (ribu rupiah)

Kontribusi (%)

2005 4.655.344,00 89.747.733,29 5,19

2006 5.011.294,00 98.546.198,28 5,09

2007 5.941.469,84 106.293.854,24 5,59

2008 8.247.380,75 117.866.279,17 7,00

2009 7.596.772,29 113.268.654,18 6,71

2010 6.922.766,14 116.435.656,59 5,95

2011 10.574.382,36 150.151.686,56 7,04

2012 13.167.100,65 189.450.840,07 6,95

2013 15.444.114,98 238.872.896,57 6,47

2014 17.807.676,90 316.079.336,43 5,63

Sumber: DPKA Kota Padang, dalam Data Sekunder, 2015 Dari data di atas dapat kita lihat

bahwa kontribusi pajak restoran terhadap PAD Kota Padang selalu berubah-ubah atau berfkluktuasi.

Kontribusi terendah terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 5,09%. Sedangkan kontribusi tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 7,04%. Jika dirata- ratakan, pajak restoran berkontribusi terhadap PAD Kota Padang sebesar 6,16% pada setiap tahunnya.

Tentunya kontribusi ini cukup rendah mengingat bahwa masakan Padang sangat terkenal di negeri ini.

Menurut Bapak Al Fachrur Rozi Syahrul, SS, MM (Kasubag Keuangan Disbudpar Kota Padang), salah satu penyebab rendahnya kontribusi pajak

restoran terhadap PAD kota Padang adalah rendahnya kesadaran masyarakat dalam meminta bill pembayaran setelah makan di restoran, padahal bill pembayaran tersebut adalah hak konsumen restoran dan sudah diberi nomor seri oleh dinas terkait, sehingga berapapun jumlah tamu yang makan di sebuah restoran dan jumlah yang dia bayar bisa di kontrol oleh DPKA Kota Padang.

Rendahnya kesadaran masyarakat inilah yang mendorong pengusaha restoran nakal untuk berbuat curang, dengan cara menyimpan bill yang tidak diminta oleh pengunung dan tidak melaporkannya sebagai paak terutang.

Untuk mengantisipasi kelengahan

(12)

masyarakat ini, sekarang sudah tulisan di kaca-kaca restoran yang menyuruh pengunjung meminta bill pembayarannya setelah makan di restoran.

C. Kontribusi Retribusi Tempat Rekreasi Terhadap PAD Kota Padang

Industri pariwisata memberikan banyak dampak positif terhadap perekonomian suatu bangsa. Banyak negara di dunia yang berlomba-lomba

mempromosikan wisatanya demi menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke negaranya.

Begitu juga dengan Kota Padang, pemerintahnya terus berusaha meningkatkan pendapatannya melalui sektor pariwisata dengan cara memanfaatkan tempat rekreasi yang ada di Kota Padang. Berikut ini adalah tabel kontribusi retribusi tempat rekreasi terhadap PAD Kota Padang tahun 2005 sampai tahun 2014:

Tabel 8. Kontribusi Retribusi Tempat Rekreasi terhadap PAD Tahun Retribusi Rekreasi

(ribu rupiah)

PAD (ribu rupiah)

Kontribusi (%)

2005 239.250,00 89.747.733,29 0,27

2006 158.840,00 98.546.198,28 0,16

2007 225.540,00 106.293.854,24 0,21

2008 201.390,00 117.866.279,17 0,17

2009 220,460,00 113.268.654,18 0,19

2010 266.220,00 116.435.656,59 0,23

2011 258.470,00 150.151.686,56 0,17

2012 437.980,00 189.450.840,07 0,23

2013 355.490,00 238.872.896,57 0,15

2014 401.230,00 316.079.336,43 0,13

Sumber: Padang Dalam Angka, dalam Data Sekunder, 2015 Dari data di atas dapat kita lihat

bahwa kontribusi retribusi objek rekreasi terhadap PAD Kota Padang sangat rendah yaitu berkisar antara 0,13% sampai 0,27% per tahun dan jika dirata-ratakan hanya sebesar 0,19% per tahun. Bahkan parahnya sejak 3 tahun terakhir, kontribusi objek rekreasi terhadap PAD Kota Padang selalu mengalami penurunan.

Menurut bapak Al Fachrur Rozy Syahrul, SS, MM (Kasubag Keuangan Disbudpar Kota Padang), ada tiga alasan utama yang menyebabkan rendahnya kontribusi retribusi tempat rekreasi terhadap PAD Kota Padang selain alasan-alasan teknis di lapangan, yaitu:

a. Banyaknya lokasi wisata yang berada di tanah milik masyarakat, sehingga objek wisata tersebut dikelola oleh masyarakat dan mereka tidak mau membagi hasilnya dengan pemerintah.

Misalnya objek wisata Pantai Air Manis. Disana terdapat tiga pintu

masuk menu lokasi wisata. Dua buah pintu masuk dikelola oleh masyarakat termasuk pintu masuk berada dekat Batu Malinkundang, sedangkan pemerintah hanya mengelola satu pintu yang menyebabkan kecilnya pemasukan bagi pemerintah dan masyarakat setempat tidak mau membagi hasilnya dengan pemerintah kota.

b. Keterbatasan sarana dan prasarana bermain atau kurangnya wahana bermain yang ada di lokasi wisata, karena kebanyakan objek wisata di Kota Padang hanya mengandalkan keindahan alam, dan hanya sedikit yang menyediakan wahana bermain seperti outboant.

c. Masih banyaknya masyarakat yang takut akan isu gempa dan tsunami yang akan melanda Kota Padang, mengingat Kota Padang sangat mengandalkan wisata pantainya.

Alasan lain yang sering ditemui di lapangan adalah rendahnya kesadaran masyarakat membayar retribusi rekreasi

(13)

kalau mau masuk lokasi wisata. Dan juga banyaknya pungutan liar di sekitar lokasi wisata, misalnya parkir illegal dan banyaknya pengamen liar di sekitar lokasi wisata sehingga mengganggu kenyamanan para pengunjung.

Kota Padang sangat kaya akan bangunan sejarah, seperti yang ada di Batang Arau dan Pondok. Namun bangunan bersejarah ini tidak terawatt sehingga terbengkalai begitu saja.

Seandainya bangunan ini dirawat dan dikelola dengan baik, tentunya ini akan mendatangkan pemasukan bagi pemerintah kota melalui retribusi objek rekreasi yang dibayarkan oleh pengunjung.

Pemerintah Kota Padang terus berusaha meningkatkan penerimaan pendapatannya melalui sektor pariwisata, karena memang sektor ini sangat potensial jika dikelola dan dikembangkan dengan baik. Berikut ini adalah beberapa program Kota Padang melalui Dinas kebudayaan dan Pariwisata Kota Padang, adalah sebagai berikut:

a. Mengadakan event internasional, miaslnya Tour De Singkarak. Event ini diharapkan akan mendatangkan banyak wisatawan ke Kota Padang, baik wisatawan domestic maupun mancanegara.

b. Pemerinth kota memberikan diskon, baik tiket pesawat dan biaya penginapan kepada tamu undangan jika mengadakan event.

Misalnya dalam rangka event Tour De Singkarak, maka tamu-tamu dari mancanegara akan mendapatkan diskon tiket pesawat, hotel dan makan.

c. Mengikuti pameran ke daerah- daerah dan sambil pelakukan promosi wisata ke luar daerah.

d. Menciptakan kawasan wisata yang baraqah dan bersih, dengan cara menyediakan tempat ibadah di lokasi wisata dan menyediakan tempat sempah. Menertibkan pedagang-pedagang liar yang ada di pinggiran pantai Padang juga merupakan salah satu langkah Pemko Padang dalam memberihkan lokasi wisata, baik bersih dari

sampah maupun bersih dari kegiatan maksiat.

e. Sosialisasi ke pedagang dan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) tentang bagaimana cara melayani tamu dengan baik.

Menurut data yang penulis dapatkan dari Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Padang, ada beberapa event yang dilakukan oleh pemerintah Kota Padang selama tahun 2014 demi mempromosikan wisata Kota Padang yaitu:

a. Menyambut tahun baru masehi yang diadakan di pantai padang dan di sekitar muaro. Kegiatan ini diisi dengan penampilan seni tradisional dan roadshow sepeda.

b. Perayaan tahun baru imlek.

Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Februari di kawasan klenteng muaro (HBT), dengan beberapa acara seperti pertunjukan seni tiong hoa dan pasar malam.

c. Pemilihan duta wisata uda dan uni Kota Padang, yang diadakan pada bulan Mei di Mercure Hotel.

d. Festival Siti Nurbaya, yang diadakan pada bulan Juli di Taman Budaya Padang. Kegiatan ini diisi dengan acara lomba kesenian tradisional, parade dan lomba kuliner, permainan anak nagari.

e. Tour De Singkarak, yang dipusatkan di Taman Budaya Padang pada bulan Juli.

f. Internasional Dragon Boat, yang diadakan di banjir kanal GOR Haji Agus Salim Padang. Kegiatan ini diisi dengan lomba balap perahu naga tingkat internasional, dan bazaar yang menjual souvenir.

g. Padang Fair, yang diadakan di GOR Haji Agus Salim Padang.

Kegiatan ini diisi dengan pameran potensi daerah, pertanian, perikanan, pariwisata dan produk.

h. Temu Sastrawan Melayu, yang diadakan pada bulan November di Taman Budaya Padang. Kegiatan ini diisi dengan acara seminar internasional, silaturrahmi sastrawan, lomba baca puisis, bazaar, dan peluncuran buku

(14)

i. Festival Merandang, yang diadakan di kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Padang. Kegiatan ini diisi dengan lomba membuat randang se kelurahan di Kota Padang.

j. Karnaval Sepasan, yang diadakan pada bulan Desember di Jalan Klenteng. Kegiatan ini diisi dengan parade kesenian tiong hoa.

Semua event yang diadakan oleh pemerintah kota diatas bertujuan untuk mengenalkan pariwisata Kota Padang dan menarik minat wisatawan agar berkunjung ke Kota Padang, baik yang bertujuan untuk berekreasi atau dalam rangka kegiatan bisnis. Dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kota Padang maka ini juga akan berdampak positif terhadap bisnis perhotelan dan restoran, sehingga ini akan meningkatkan penerimaan daerah melalui pajak daerahnya.

KESIMPULAN

1. Pajak hotel memiliki hubungan yang positif dan berpengaruh signifikan terhadap PAD Kota Padang. Ini bisa dilihat dari nilai koefesien regresi sebesar 10,472 dan signifikan karena nilai 2,325 1,943. Dari hasil perbandingan antara target dan realisasi pajak hotel dapat diketahui dalam sepuluh tahun terakhir, ada beberapa tahun anggaran yang mana targetnya tidak bisa tercapai yaitu pada tahun 2005, 2006, 2007 dan 2009.

Realisasi penerimaan pajak hotel Kota Padang tidak selalu mengalami peningkatan, misalnya terjadi penu- runan pada tahun 2009 dan 2010. Pajak hotel memiliki kontribusi yang positif terhadap PAD Kota Padang. Jika dirata- ratakan, dalam sepuluh tahun terakhir pajak hotel berkontribusi sebesar 6,1%

terhadap PAD Kota Padang.

2. Pajak restoran memiliki hubungan yang positif terhadap PAD Kota Padang tapi tidak berpengaruh signifikan. Ini bisa dilihat dari nilai koefesien regresi sebesar 3,490 dan tidak berpengaruh signifikan terhadap PAD karena 0,596 1,943. Dari hasil

perbandingan antara target dan realisasi pajak restoran, dapat diketahui dalam sepuluh tahun terakhir, hanya pada tahun 2009 penerimaan pajak restoran tidak mencapai target, dan juga pajak restoran terus mengalami pertumbuhan dalam sepuluh terakhir kecuali pada tahun 2009 dan 2010. Pajak restoran memiliki kontribusi positif terhadap PAD Kota Padang. Jika dirata-ratakan dalam sepuluh tahun terakhir pajak restoran berkontribusi sebesar 6,19 per tahunnya.

3. Retribusi tempat rekreasi memiliki hubungan yang negatif terhadap PAD Kota Padang. Ini bisa dilihat dari nilai koefesien regresi sebesar -80,053 dan tidak berpengaruh karena -0,714

1,943. Dari hasil perbandingan antara target dan realisasi retribusi tempat rekreasi Kota Padang, dapat diketahui bahwa dalam sepuluh tahun terakhir tidak satupun target tercapai.

Dalam sepuluh tahun terakhir, penerimaan retribusi tempat rekreasi tidak selalu mengalami peningkatan, misalnya terjadi penurunan pada tahun 2006, 2008, 2011 dan 2013. Retribusi tempat rekreasi juga turut berkontribusi terhadap PAD dalam sepuluh tahun terakhir yaitu dengan rata-rata sebesar 0,19% per tahun.

4. Pajak hotel, pajak restoran dan retribusi tempat rekreasi secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan. Ini bisa dilihat dari nilai 64,074

4,76.

SARAN

1. Kontribusi pajak hotel, pajak restoran dan retribusi objek rekreasi sudah cukup baik, sehingga harus dipertahankan dan kalau bisa lebih ditingkatkan lagi agar kontribusinya terhadap PAD semakin besar.

2. Sebaiknya dinas terkait melakukan pendataan ulang yang lebih lengkap terhadap subjek dan objek pajak, baik pajak hotel maupun pajak restoran, sehingga hasil yang diperoleh dapat meningkat secara signifikan dan mampu mendorong pendapatan daerah yang

(15)

lebih optimal dan sekaligus dapat membantu PAD dalam membiayai kegiatan operasional pemerintah.

3. Untuk mengoptimalkan hasil pene- rimaan pajak hotel dan pajak restoran, sebaiknya tadinya pemungutan pajak yang berdasarkan target sebaiknya dipungut berdasarkan potensi yyang sesungguhnya sehingga potensi yang belum tergali dapat dioptimalkan yang pada akhirnya dapat meningkatkan penerimaan pajak hotel, pajak restoran dan kontribusinya terhadap PAD sehingga ketergantungan terhadap pemerintah pusat dapat diminimalisir.

4. Diharapkan kepada pemerintah Kota Padang, khususnya kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Padang agar menyediakan fasilitas atau wahana bermain agar pengunjung tidak merasa bosan jika berkunjung ke tempat rekresi.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

BPS. 2014. Padang Dalam Angka 2014.

Padang: Badan Pusat Statistik.

---. 2013. Padang Dalam Angka 2013.

Padang: Badan Pusat Statistik.

---. 2012. Padang Dalam Angka 2012.

Padang: Badan Pusat Statistik.

---. 2011. Padang Dalam Angka 2011.

Padang: Badan Pusat Statistik.

---. 2010. Padang Dalam Angka 2010.

Padang: Badan Pusat Statistik.

---. 2009. Padang Dalam Angka 2009.

Padang: Badan Pusat Statistik.

---. 2008. Padang Dalam Angka 2008.

Padang: Badan Pusat Statistik.

---. 2007. Padang Dalam Angka 2007.

Padang: Badan Pusat Statistik.

---. 2006. Padang Dalam Angka 2006.

Padang: Badan Pusat Statistik.

---. 2005. Padang Dalam Angka 2005.

Padang: Badan Pusat Statistik.

Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Padang. 2014. Profil Pariwisata Kota Padang.

Putranty, Mawar Dwi. 2008. Pengaruh Penerimaan Pajak Reklame dan Pajak Restoran terhadap PAD Kodya Jakarta Barat II. Skripsi.

Jakarta. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Siahaan, P Maribot. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Edisi Revisi.

Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Tanjung, Mirna.2003. Bahan Ajar Perpajakan. Padang: FE UNP.

Undang-undang nomor 32 tahun 2004.

Tentang Pemerintahan Daerah

Undang-undang nomor 33 tahun 2004.

Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Undang-undang nomor 28 tahun 2009.

Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerimaan Pajak Restoran, Pajak Hotel, Pajak Hiburan Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan Dan Pajak