• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh pajak terhadap keputusan transfer pricing

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "pengaruh pajak terhadap keputusan transfer pricing"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH PAJAK TERHADAP KEPUTUSAN TRANSFER PRICING PERUSAHAAN (STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TEDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2016 – 2018)

Luthfiyyah Jihan Humairo Ayu Fury Pustpita, SE., M.S.A., Ak.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 165, Malang 65145, Indonesia

Email: Luthfiyyah.jihan@yahoo.com

ABSTRAK

Transfer Pricing adalah suatu kebijakan harga dalam transaksi yang dilakukan oleh pihak- pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Namun, transfer pricing sering digunakan perusahaan multinasional untuk mengurangi total pajak dari grup perusahaan multinasional tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pajak terhadap keputusan transfer pricing perusahaan. Sampel penelitian ini terdiri dari 40 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016–2018. Metode penentuan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Data dianalisis menggunakan teknik analisis regresi linear sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pajak berpengaruh terhadap keputusan transfer pricing perusahaan. Implikasi hasil penelitian ini adalah perusahaan melakukan transfer pricing bertujuan untuk memperkecil jumlah pajak yang ditanggung. Perusahaan multinasional memanfaatkan perbedaan regulasi pajak antar negara dalam transaksi dengan pihak berelasi untuk mentransfer laba, kemudian melaporkan laba sebelum pajak yang lebih tinggi di negara bertarif pajak rendah atau tax haven countries dan negara dengan celah pajak atau loopholes perpajakan. Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan pemerintah dapat meningkatkan peraturan terkait penerapan kewajaran dan kelaziman usaha dalam transaksi pihak berelasi.

Kata Kunci: Pajak, Transfer Pricing

PENDAHULUAN

Penentuan harga transfer (Transfer Pricing) merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan semua aspek peng- aturan harga antar entitas bisnis terkait, yang biasanya berlaku untuk transfer harta berwujud dan harta tidak berwujud antar perusahaan (Ngundi, 2012). Pengertian transfer pricing tersebut merupakan peng- ertian yang netral, namun istilah transfer pricing sering kali dikonotasikan sebagai sesuatu yang tidak baik dan bermakna peyoratif, kegiatan transfer pricing yang tidak baik disebut abuse of transfer pricing atau manipulasi transfer pricing.

Mangoting (1999) menjelaskan tujuan dila-

kukannya transfer pricing oleh perusa- haan, yaitu untuk meningkatkan evaluasi kinerja perusahaan (performance evalu- ation), dan untuk penentuan pajak yang optimal (optimal determination of taxes).

Seiring perkembangan skema bisnis global dan pertumbuhan perusahaan multi- nasional, transfer pricing kerap dijadikan skema yang digunakan perusahaan multi- nasional untuk meminimalkan pajak yang ditanggung, sehingga isu mengenai mani- pulasi transfer pricing menjadi salah satu isu inti dalam perpajakan internasional.

Watt dan Zimmerman, 1990 (dalam Januarti, 2004) sebagai pelopor teori akun- tansi positif menyatakan terdapat tiga

(2)

2 hipotesis yang bertujuan menjelaskan dan memprediksi praktik akuntansi yang dila- kukan manajer untuk mencapai tujuan per- usahaan, maupun tujuan pribadinya. Hipo- tesa yang digunakan, antara lain: Hipotesis Rencana Bonus (The Bonus Plan Hypote- sis), Hipotesis Perjanjian Hutang (The Debt Convenat Hypotesis) dan Hipotesis Biaya Politik (The Political Cost Hypotesis).

Teori tersebut kemudian berkembang dan mencetuskan teori lanjutan, yaitu teori kea- genan. Teori keagenan menjelaskan meng- enai paradigma hubungan principal dan agent.

Dua teori tersebut menjelaskan kegiatan transfer pricing yang dilakukan perusahaan untuk memperkecil pajak sebagai biaya politik perusahaan kepada pemerintah yang berperan sebagai pri- ncipal. Perusahaan memanfaatkan perbe- daan regulasi pajak antar negara atau loopholes yang ada di negara lain. Grup perusahaan multinasional cenderung men- dirikan anak perusahaan di negara betarif pajak rendah atau tax haven countries untuk melaporkan laba sebelum pajak yang lebih tinggi. Sehingga menyebabkan semakin kecil jumlah pajak yang ditanggung dan memperbesar laba setelah pajak.

Oleh karena itu, Kementerian Keuangan Republik Indonesia meng- eluarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor PMK-213/

PMK.03/2016 tentang Jenis Dokumen dan/atau Informasi Tambahan yang Wajib Disimpan oleh Wajib Pajak yang Mela- kukan Transaksi dengan Para Pihak yang Memiliki Hubungan Istimewa dan Tata Cara Pengelolaannya. Setelah peraturan disahkan maka dokumen penentuan harga transfer wajib diselenggarakan oleh wajib pajak. Aturan PMK 213 ini merupakan

pelaksanaan dari Base Erosion and Profit Shifting (BEPS) Action ke-13 yang diterbitkan guna meningkatkan trans- paransi perpajakan di Indonesia. Dokumen penentu harga transfer terdiri atas tiga dokumen, antara lain: Dokumen Induk (Master File), Dokumen Lokal (Local File), dan laporan per negara (Country by Country Report).

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Tiwa, Saerang dan Tirayoh (2017) menunjukan bahwa pajak berpengaruh signifikan terhadap penerapan transfer pricing. Peneltian tersebut sejalan dengan penelitian Yuniasih, Rasmini dan Wirakusuma (2012) yang menemukan bahwa perusahaan multinasional mem- peroleh keuntungan karena pergeseran pendapatan dari negara-negara dengan pajak tinggi ke negara dengan pajak rendah. Kusumasari, Fadilah dan Sukarmanto (2018) juga meneliti pengaruh pajak terhadap transfer pricing perusahaan dan menemukan bahwa pajak berpengaruh signifikan terhadap tra-nsfer pricing, hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi nilai Cash ETR, maka semakin tinggi perusahaan melakukan transfer pricing.

Hasil yang berbeda dapat dilihat dalam penelitian Marisa (2017) yang menyatakan untuk meminimalisir pajak yang ditanggung perusahaan, perusahaan tidak harus melakukan transfer pricing. Begitu pula penelitian Marfuah (2014) yang menyatakan bahwa pajak tidak berpe- ngaruh signifikan terhadap keputusan transfer pricing.

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah apakah pajak berpengaruh terhadap keputusan transfer pricing perusahaan. Penelitian ini bertu- juan untuk menguji pengaruh pajak

(3)

3 terhadap keputusan transfer pricing perusahaan setelah penerapan PMK 213 yang memperkecil celah pajak atau loopholes yang dapat dimanfaatkan peru- sahaan untuk melakukan skema transfer pricing, dan meningkatkan transparansi terkait transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa.

TINJAUAN PUSTAKA Pajak

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tid- ak mendapatkan imb alan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Suandy (2014:12) menjelaskan terdapat dua fungsi utama pajak, yaitu fungsi finansial (budgeter) dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran neg- ara, dan fungsi mengatur (regularend) dengan tujuan untuk mengatur masyarakat baik di bidang ekonomi, sosial, maupun politik dengan tujuan tertentu.

Penentuan Harga Transfer (Transfer Pricing)

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 213/PMK.03/2016 me- ndefinisikan penentuan harga transfer (transfer pricing) sebagai penentuan harga dalam transaksi afiliasi. Sedangkan, trans- aksi afiliasi merupakan transaksi yang dilakukan wajib pajak dengan pihak afili- asi. Kebijakan transfer pricing tidak melanggar hukum selama masih dalam koridor hukum yang ada, yaitu kewajaran

transaksi afiliasi masih dalam batas prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (Arm’s length principle) yang berlaku.

Arm’s length principle atau arm’s length standard adalah upaya melihat transaksi perusahaan multinasional dalam perspektif entitas yang terpisah untuk kemudian diperbandingkan dengan kondisi yang menyertai transaksi di pasar terbuka (independen) (Darussalam, Septriadi, dan Kristiaji, 2013:20). Oleh karena itu, dibutuhkan suatu alat untuk dapat meng- ukur (menilai) kewajaran transaksi afiliasi tersebut.

Teori Akuntansi Positif (Positive Accounting Theory)

Perkembangan teori akuntansi positif (positive accounting theory) disebabkan oleh ketidakpuasan terhadap teori normatif yang dianggap terlalu sederhana dan tidak memberikan dasar teoris yang kuat. Teori akuntansi positif pada prinsipnya ber- anggapan bahwa tujuan dari teori akuntansi adalah untuk menjelaskan dan mem- prediksi praktik-praktik akuntansi, yang artinya memberikan alasan-alasan terhadap praktik yang diamati (Setijaningsih, 2012).

Watt & Zimmerman (dalam Januarti, 2004) menjelaskan tujuan teori akuntansi adalah untuk menjelaskan (explanation) dan memprediksi (prediction) prakterk akuntansi. Efficient Market Hypohesis (EMH) dan Capital Asset Pricing Model (CAPM) berperan penting dalam peng- embangan teori akuntansi positif. EMH menghasilkan literatur empiris yang meny- atakan tentang hubungan antara laba akun- tansi dan harga saham, hubungan antara perubahan dalam prosedur akuntansi dan harga saham, EMH juga menyebabkan perubahan yang rasional bagi pengaturan pengungkapan (disclosure) perusahaan.

(4)

4 Sedangkan, CAPM mengidentifikasi fak- tor-faktor yang mempengaruhi nilai pasar dari sekuritas, khususnya expected cash flow dan resiko perusahaan.

Peranan EMH dan CAPM meng- hasilkan beberapa hipotesis utama dalam teori akuntansi positif. Adapun tiga hipotesis tersebut, yaitu:

1. Hipotesis rencana bonus (The Plan Bonus Hypothesis), memindahkan laba ke periode yang kurang mengun- tungkan guna meningkatkan nilai atau dikenal dengan income smoothing.

2. Hipotesis perjanjian hutang (The Debt Convenat Hypotesis), memindahkan laba ke periode dengan leverage ratio tinggi dan laba kecil dengan tujuan memperkecil laverage ratio.

3. Hipotesis biaya politik (The Political Cost Hypotesis), memindahkan laba ke periode mendatang guna memperkecil biaya politik.

Chariri dan Ghozali (dalam januarti, 2004) menunjukan bahwa teori akuntansi positif mengakui adanya tiga hubungan keagenan, yaitu: antara manajemen dengan pemilik, antara manajemen dengan kreditur, dan antara manajemen dengan pemerintah.

Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan (agency theory) merupakan salah satu bentuk peng- embangan teori akuntansi positif. Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hub- ungan keagenan sebagai sebuah kontrak antara satu atau lebih principal dengan agent yang melibatkan pendelegasian pekerjaan dan wewenang kepada agent, agar agent bersedia melakukan pekerjaan untuk kepentingan pemilik. Dalam pen- elitian ini hubungan keagenan principal dengan agent berupa hubungan keagenan antara manajemen dan pemerintah. Bagai-

manapun, manajemen memiliki lebih banyak informasi terkait perusahaan dari- pada pemerintah, sehingga dengan informasi asimetri yang dimilikinya, manajemen dapat lebih mudah untuk mempengaruhi pelaporan keuangan untuk memaksimalkan kepentingan perusahaan ataupun kepentingan pribadi.

Kerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan teori yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, berikut merupakan kerangka pemikiran dari penelitian ini:

Gambar 1 Kerangka Teoritis

Pengaruh Pajak terhadap Keputusan Transfer Pricing Perusahaan

Motivasi pajak menjadi salah satu yang mendasari keputusan perusahaan dalam melakukan skema transfer pricing.

Perusahaan besar terutama perusahaan multinasional cenderung memiliki jumlah pajak yang besar pula, terutama perusahaan yang berada di negara dengan tarif pajak tinggi. Perusahaan tersebut mencoba mencari cara untuk mengalihkan labanya, alih-alih tidak membayarkan pajaknya perusahaan mencoba memperkecil labanya agar pajaknya juga menjadi lebih kecil.

Mangoting (1999) menyatakan bahwa dalam lingkup perusahaan multinasional transfer pricing digunakan untuk memi- nimalkan pajak dan bea yang mereka keluarkan di seluruh dunia.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yuniasih, Rasmini, dan Wirakusuma

Pajak (X)

Keputusan Transfer Pricing

(Y)

(5)

5 (2012) menunjukkan bahwa pajak berpengaruh terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing. Namun penelitian lain yang dilakukan Marisa (2017) menunjukkan bahwa pajak tidak berpengaruh terhadap transfer pricing perusahaan, menurutnya untuk meminimalisir pajak yang ditang- gung perusahaan, perusahaan tidak harus melakukan transfer pricing. Semakin besar jumlah pajak, maka pajak tidak akan mempengaruhi perusahaan untuk mela- kukan transfer pricing. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang dapat dirumuskan pada penelitian ini adalah:

H1: Pajak berpengaruh terhadap keputusan transfer pricing oleh perusahaan.

METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manu-faktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2018.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini ialah teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan dan tujuan tertentu (Sugiyono, 2013:219).

Adapun kriteria untuk memilih sampel tersebut adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur yang listing dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2016- 2018.

2. Perusahaan manufaktur yang secara konsisten menerbitkan laporan keu- angan (annual report) di BEI selama periode 2016-2018.

3. Perusahaan manufaktur yang mene- rbitkan laporan keuangan (annual

report) dengan satuan Rupiah (IDR) selama periode 2016-2018.

4. Perusahaan manufaktur yang tidak mengalami kerugian selama periode 2016-2018.

5. Perusahaan dengan laporan keuangan yang memuat semua informasi yang dibutuhkan dalam proses penelitian.

Berdasarkan kriteria pemilihan sampel di atas, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian, yaitu:

Tabel 1

Hasil Seleksi Sampel

Perusahaan manufaktur yang listing dan terdaftar di BEI 2016-2018 179 Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan secara konsisten (61) Perusahaan yang menerbitkan laporan

keuangan selain rupiah (26)

Perusahaan yang mengalami kerugian

selama periode 2016-2018 (33)

Perusahaan yang tidak memuat data terkait informasi yang dibutuhkan (8)

Total Sampel 40

Jenis dan Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder ialah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang dibutuhkan (Bungin, 2005:132).

Data sekunder dalam penelitian ini berupa laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2016-2018.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi. Data diperoleh dengan mengumpulkan dan mengkaji data-data sekunder berupa laporan keuangan per- usahaan manufaktur yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia atau akses internet melalui www.idx.co.id.

(6)

6 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu pajak (X) sebagai variabel independen dan transfer pricing (Y) sebagai variabel dependen.

Variabel Independen

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pajak. Variabel pajak dalam penelitian ini diproksikan dengan tarif pajak efektif (Effective Tax Rate/ETR). ETR perusahaan sering digunakan sebagai salah satu acuan oleh para pembuat keputusan dan pihak-pihak yang berkepentingan untuk membuat kebijakan dalam perusahaan dan membuat kesimpulan sistem perpajakan pada perusahaan (Ardiansyah, 2014). ETR diukur sebagai berikut:

𝐸𝑇𝑅 = 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑦𝑎𝑟 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑘𝑖𝑛𝑖 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑘𝑒𝑛𝑎 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘

Variabel Dependen

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah transfer pricing. Salah satu cara untuk menganalisis apakah terdapat suatu indikasi praktik transfer pricing pada suatu entitas perusahaan dapat dilihat pada catatan laporan keuangan mengenai pengungkapan tentang transaksi hubungan istimewa (Tampubolon dan Al Farizi, 2018:1). Oleh sebab itu, transfer pricing dalam penelitian ini diukur menggunakan proksi rasio nilai transaksi pihak berelasi (Related Party Transaction). RPT diukur sebagai berikut:

𝑅𝑃𝑇 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑖ℎ𝑎𝑘 𝑖𝑠𝑡𝑖𝑚𝑒𝑤𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔

Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi sederhana.

Sugiyono (2013:270) menjelaskan regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Analisis regresi sederhana dipilih karena hanya terdapat satu X dan satu Y. Persamaan regresi yang digunakan sebagai berikut:

Y = α + βX + e Keterangan:

α : Koefisien regresi konstanta β : Koefisien regresi proksi

Y : Related Party Transaction (RPT) X : Effective Tax Rate (ETR)

e : error

Sebelum melakukan pengujian hipote- sis, terdapat beberapa teknik analisis yang perlu dilakukan untuk menguji kelayakan data yang akan digunakan, yaitu analisis statistik deskriptif dan analisis asumsi klasik. Dalam melakukan pengujian hipotesis dengan analisis regresi sederhana perlu dilakukan analisis untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Analisis yang dila- kukan, anatara lain:

1. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) bertujuan mengukur seberapa jauh kemampuan variabel independen dalam mempe- ngaruhi variabel dependen. Semakin besar nilai R2 maka artinya semakin besar pula pengaruh variabel indepe- nden terhadap variabel dependen.

2. Uji Signifikansi T

Uji T bertujuan untuk menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam mempengaruhi variabel dependen.

Dalam uji t terdapat tingkat signifikansi sebesar 0,05 (α = 5%), jika nilai

(7)

7 probabilitas (Sig.) lebih kecil dari tingkat signifikansi (α) maka variabel independen berpengaruh secara parsial terhadap variabel depeden.

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Statistik Deskriptif

Tabel 2

Analisis Statistik Deskriptif

Variabel Min Max Mean Std.

Deviation

ETR 0.87 62.79 26.02 10.29

RPT 0.04 99.87 25.97 31.67

Sumber: Data Sekunder yang diolah, 2020.

Hasil uji statistik deskriptif menu- njukan variabel pajak (ETR) memiliki nilai rata-rata (mean) 26,02 yang berarti kemampuan perusahaan dalam mem- bayarkan pajaknya yang harus dibayarn.

variabel transfer pricing (RPT) memiliki nilai rata-rata sebesar 25,97 yang mengindikasikan transfer pricing peru- sahaan dilakukan dengan cara mem- anfaatkan piutang pihak istimewa.

Uji Normalitas

Uji ini dilakukan dengan uji non- parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) untuk mengetahui nilai residual berdistribusi normal. Apabila nilai Sig. (p- value) > 0,05 (α = 5%), maka H0 diterima Artinya normalitas terpenuhi.

Tabel 3

Hasil Uji Normalitas

Unstandardized residual

N 120

Sig. ,095

Sumber: Data Sekunder yang diolah, 2020.

Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa nilai Sig. Sebesar 0,095 atau lebih besar daro 0,05, maka artinya nilai residual data berdistribusi secara normal.

Uji Heteroskedastisitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan nilai ragam atau varians dengan

semakin meningkatnya nilai variabel bebas. Uji ini dilakukan dengan uji scatter- plot.

Gambar 2

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Berdasarkan grafik scatter-plot diketa- hui bahwa bahwa titik-titik menyebar dan tidak membentuk pola tertentu, maka dapat disimpulkan homogen (konstan) atau dengan tidak terdapat gejala heteroske- dastisitas.

Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara residual satu observasi dengan residual lain yang diurutkan meneurut waktu atau ruang. Metode pengujian autokorelasi yang digunakan adalah metode Durbin-Watson (DW test).

Tabel 4

Hasil Uji Autokorelasi

Durbin-Watson 1,836 Sumber: Data Sekunder yang diolah, 2020.

Berdasarkan hasil uji Durbin-Watson pada tabel 3 diketahui nilai DW sebesar 1,836. Nilai DW tersebut lebih besar dari batas atas (du) sebesar 1.719 dan kurang dari 4 – (du) sebesar 2.281, maka dapat disimpulkan bahwa tidak tedapat autokorelasi dalam model regresi yang digunakan.

Analisis Regresi Linear Sederhana Analisis regresi ini digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh antara variabel bebas, yaitu pajak (X) terhadap

(8)

8 variabel terikat yaitu transfer pricing (Y).

Hasil yang diperoleh pada analisis regresi linear Sederhana sebagai berikut:

Tabel 5

Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana

Model

Unstandardized Coefficients

Std.

Coef.

t Sig.

B Std.

Error Beta

Cons -27.586 5.894 -4.681 0.000

X 2.058 0.211 0.669 9.766 0.000 Sumber: Data Sekunder yang diolah, 2020.

Berdasarkan hasil analisis regresi linear sederhana di atas, diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

Y = -27,586 + 2,058ETR Uji Koefisien Determinasi (R2)

Nilai koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh variabel independen sevara individual dalam menerangkan variabel dependen.

Hasil uji koefisien determinasi (R2) sebagai berikut:

Tabel 6

Hasil Koefisien Determinasi (R2)

R R Square Adjusted R Square

0.669 0.447 0.442

Sumber: Data Sekunder yang diolah, 2020.

Berdasarkan Tabel 6 diperoleh hasil R2 sebesar 0,447, artinya bahwa 44.7%

variabel transfer pricing akan dipengaruhi oleh variabel bebasnya, yaitu pajak (X).

Sedangkan sisanya 55,3% variabel transfer pricing akan dipengaruhi oleh variabel- variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.

Uji Signifikansi t

Uji t bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh masing-masing variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen.

Tingkat signifikansi dalam penilitan ini adalah 0,05 (α = 5%). Jika nilai Sig. Lebih kecil dari probabilitas 0,05, maka hipotesis

diterima atau sebaliknya. Hasil uji t yang diperoleh sebagai berikut:

Tabel 7

Hasil Uji Signifikansi t

Variabel B t Sig. Ket

Cons. -27.586 -4.681 0.000

X 2.058 9.766 0.000 Diterima

Sumber: Data Sekunder yang diolah, 2020.

Berdasarkan hasil uji t di atas, diketahui bahwa nilai Sig. t sebesar 0,000

< α = 0,05, yang berarti pajak memiliki pengaruh terhadap transfer pricing peru- sahaan.

Pembahasan Hasil Penelitian

Pengaruh Pajak terhadap Transfer Pricing

Berdasarkan hasil uji t Pengujian yang dilakukan memperoleh nilai Sig. t sebesar 0,000 < α =0,05, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel pajak terhadap transfer pricing. Nilai R (koefisien korelasi) sebesar 0,669, nilai korelasi ini menunjukkan bahwa hubungan antara variabel pajak dengan transfer pricing termasuk dalam kategori kuat karena berada pada selang 0,6 – 0,8. Hasil ini sejalan dengan teori akuntansi positif dalam the political cost hypotesis menje- laskan semakin besar biaya politik (pajak) yang ditanggung perusahaan maka sema- kin besar kemungkinan peru-sahaan untuk melakukan prosedur akunta-nsi yang dapat menurunkan labanya dengan tujuan memi- nimalkan biaya politik yang ditanggung.

Begitu pula dalam teori keagenan yang menunjukkan bahwa perencanaan pajak melalui skema transfer pricing yang dilakukan oleh perusahaan bisa terjadi karena perbedaan tujuan antara principal dalam hal ini pemerintah dan agent yang merupakan perusahaan. Wajib pajak cenderung mengecilkan pembayaran pajak

(9)

9 karena bagi mereka pembayaran pajak akan mengurangi kemampuan ekonomis wajib pajak. Namun, pemerintah memerlu- kan dana yang bersumber dari penerimaan pajak untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah (Mangoting, Sukoharsono, dan Nurkholis, 2017). Bahkan setelah pene- tapan PMK 213 perusahaan besar terutama perusahaan multinasional masih dapat memanfaatkan celah pajak untuk melaku- kan transfer pricing agar pajaknya tidak terlalu besar.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Yuniasih, Rasmini, dan Wirakusuma (2012) yang menyatakan bahwa pajak berpengaruh terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan transfer pricing. Penelitian ini tidak mendukung penelitian sebelumnya oleh Marisa (2017) yang menyatakan bahwa pajak tidak berpengaruh terhadap transfer pricing perusahaan, menurutnya untuk meminimalisir pajak yang ditang- gung perusahaan, perusahaan tidak harus melakukan transfer pricing. Semakin besar pajak tidak mempengaruhi perusahaan untuk melakukan transfer pricing.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian kuantitatif deskriptif yang dilakukan pada 40 sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016 – 2018 dengan menggunakan alat analisis regresi linear sederhana melalui pengujian t-test, diketahui bahwa pajak memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan transfer pricing perusahaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa apabila pajak meni- ngkat maka akan diikuti dengan peningkatan transfer pricing oleh peru- sahaan. Artinya, Transfer pricing yang

dilakukan perusahaan bertujuan untuk me- mperkecil jumlah pajak yang ditang-gung dengan cara mentransfer laba kepada perusahaan afiliasi yang berada di negara yang berpajak rendah maupun perusahaan afiliasi yang mengalami kerugian atau melaporkan laba lebih kecil. Perusahaan dapat memanfaatkan celah pajak atau loopholes perpajakan bahkan setelah pe- netapan peraturan yang mengatur wajib pajak untuk menyelanggarakan dokumen penentuan harga transfer yang memuat informasi mengenai nilai kelaziman atau kewajaran transaksi yang dilakukan peru- sahaan dan informasi tersebut dapat digunakan petugas pajak untuk mencari kesalahan yang dilakukan wajib pajak selama menghitung, membayar, dan mela- porkan jumlah pajak.

Keterbatasan dalam penelitian ini ialah pada variabel bebas atau independen yang digunakan untuk memprediksi keputusan transfer pricing perusahaan hanya berupa pajak. keterbatasan dan kekurangan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa saran mengingat variabel bebas dalam penelitian ini merupakan hal yang sangat penting dalam mempengaruhi transfer pricing diharapkan hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan peneli- tian ini dengan mempertimbangkan varia- bel-variabel lain yang merupakan variabel lain diluar variabel yang sudah masuk dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya (Edisi Kedua). Jakarta:Kencana.

(10)

10 Darussalam, Danny Septriadi, dan B.

Bawono Kristiaji. 2013. Transfer Pricing: Ide, Strategi, dan Panduan Praktis dalam Perspektif Pajak Internasional. Jakarta: Danny Darussalam Tax Center (PT Dimensi Internasional Tax).

Januarti, Indira. 2004. Pendekatan dan Kritik Teori Akuntansi Positif. Jurnal Akuntansi dan Auditing Vol. 1 No. 1.

Universitas Diponegoro.

Jensen Michael C., William H. Meckling.

1976. Theory of The Frim:

Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Econimics , 305-360.

Universitiy of Rochester.

Kusumasari, Ratna D., Sri Fadilah, dan Edi Sukarnanto. 2018. Pengaruh Pajak, Kepemilikan Asing dan Ukuran Perusahaan terhadap Transfer Pricing (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2016). Jurnal Akuntansi Vol.4 No.2. Universitas Islam Bandung.

Mangoting, Yenni. 1999. Tax Planning:

Sebuah Pengantar Sebagai Alternatif Meminimalkan Pajak. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 1 No.

1 hal: 43-53. Universitas Kristen Petra.

Mangoting, Yenni, Eko Ganis Sukoharsono, dan Nurkholis. 2017.

Menguak Dimensi Kecurangan Pajak. Jurnal Akuntansi Multiparadigma Vol.8 No.2 hal: 227- 429.

Marfuah, dan Andri Puren Noor A. 2014.

Pengaruh Pajak, Tunneling Incentive dan Exchange Rate pada Keputusan Transfer Pricing

Perusahaan. JAAI Vol. 18 No. 2.

Universitas Islam Indonesia.

Marisa, Ratna. 2017. Pengaruh Pajak, Bonus Plan, Tunneling Incentive, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Transfer Pricing. Jurnal Mahasiswa Unesa. Vol 5. No 2.

Ngundi, Mutua. 2012. Transfer Pricing Management Strategies by Multinational Enterprises within The Main Investment Segment of The Nairobi Securities Exchange. A Research Project of The Requirement of The Degree of Master of Business Administration.

University of Nairobi.

Setijaningsih, Herlin Tundjung. 2012.

Teori Akuntansi Positif dan Konsekuensi Ekonomi. Jurnal Akuntansi Vol. 16 No. 3. Universitas Tarumanegara.

Suandy, Erly. 2014. Hukum Pajak (Edisi Keenam). Jakarta: Salemba Empat.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Tampubolon, Karianto dan Zulham Al Farizi. 2018. Transfer Pricing dan

Cara Membuat TP

Doc.Yogyakarta:Deepublish.

Tiwa, Evan M., Davis P.E. Saerang, Victorina Z. Tirayoh. 2017.

Pengaruh Pajak dan Kepemilikan Asing terhadap Penerapan Transfer Pricing pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2013-2015. Jurnal EMBA Vol. 5 No. 2. Universitas Sam Ratulangi.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor

(11)

11 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Yuniasih, Ni Wayan, Ni Ketut Rasmini, dan Made Gede Wirakusuma. 2012.

Pengaruh Pajak dan Tunneling Incentive pada Keputusan Transfer Pricing Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia. Jurnal dan Prosiding SNA - Simposium Nasional Akuntansi vol. 15. Universitas Udayana.

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Profitabilitas , Growth Opportunity Dan Stuktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-