PKN PADA SISWA KELAS V SDN 2 GENDARAN
Suparno SDN 2 Gendaran
Abstrak
Perjalanan yang berliku-liku dan penuh tantangan semenjak proses terbentuknya sampai pada keadaan sekarang yang menghantarkan PKn sebagai bahan kajian yang menarik. Apalagi akhir-akhir ini ada sekelompok orang yang meragukan eksistensi PKn. Karena banyaknya penyelewengan dan pengkhianatan Pancasila, sehingga pembangunan manusia seutuhnya menjadi terhambat. Dan ada pula yang mempertanyakan keberhasilan pengajaran PKn terhadap moral pelajar khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.
Penelitian ini berdasarkan permasalahan: (1) Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar PKn dengan diterapkannya pembelajaran kontekstual model pengajaran Learning Together? (2) Bagaimanakah pengaruh pembelajaran kontekstual model pengajaran Learning Together terhadap motivasi belajar PKn.
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengetahui peningkatan prestasi belajar PKn setelah diterapkannya pembelajaran kontekstual model pengajaran Learning Together. (2) Mengetahui pengaruh motivasi belajar PKn setelah diterapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah. (3) Menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran PKn.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari 4 tahap, yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi dan revisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas V semester I tahun pelajaran 2018/2019. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil analisis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (55.55%), siklus II (77.78%), siklus III (88.89%).
Kata Kunci: pembelajaran kontekstual, learning together, prestasi belajar, PKn.
PENDAHULUAN
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan dalam memahami dan menghayati nilai-nilai Pancasila. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan sarana dan prasarana penunjang, seperti kurikulum, guru pengajar maupun metode pengajaran,
Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik di kelas. Salah satu kegiatan yang harus guru lakukan adalah melakukan pemilihan dan menentukan metode yang tepat dimana pemilihan dan penentuan metode ini didasari adanya metode-metode tertentu yang tidak bisa dipakai untuk mencapai tujuan tertentu.
Perjalanan yang berliku-liku dan penuh tantangan semenjak proses terbentuknya sampai pada keadaan sekarang yang menghantarkan PKn sebagai bahan kajian yang sangat menarik. Apalagi akhir-akhir ini ada sekelompok orang yang meragukan eksistensi PKn karena banyaknya penyelewengan dan pengkhianatan Pancasila.
Dengan memperhatikan gejala-gejala tersebut di atas, maka timbul pernyataan dalam benak penulis, sejauhmanakah keberhasilan pengajaran PKn selama ini? Padahal sering digembar-gemborkan sebagai bangsa Indonesia kita harus atau wajib mengamalkan Pancasila sebagai pedoman hidup dalam berbangsa dan bernegara.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan
untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.
Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997: 8) mengelompokkan penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu, (a) guru sebagai peneliti; (b) penelitian tindakan kolaboratif;
(c) simultan terintegratif; (d) administrasi sosial eksperimental.
Subyek penelitian ini adalah siswa V semester I SDN 2 Gendaran tahun pelajaran 2018/2019 dengan jumlah siswa 9 anak. Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data.
Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif.
Penelitian dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dengan tujuan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Siklus I
Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pembelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan pembelajaran kontekstual model pengajaran Learning Together, dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.
Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 2018 di kelas V dengan jumlah siswa 9 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang bertindak sebagai pengamat adalah seorang guru PKn dan wali kelas V. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersama dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Nilai Tes Formatif Pada Siklus I
No Nama siswa Skor Keterangan
T TT 1 Adelia Septia Refrika P. 65 √
2 Aditya Pradana 75 √
3 Dimas Febriana S. 80 √
4 Jevi Wulandari 55 √
5 Rizki Ahmat Ubdaidillah 65 √
6 Rohmat 70 √
7 Rohmat Syaifudin 70 √
8 Syahrul Irawan 60 √
9 Viyan Nur Hamidah 75 √
Jumlah 615 5 4
Jumlah 615
Jumlah Skor Maksimal Ideal 765 Rata-Rata Skor Tercapai 68.33 Keterangan:
T: Tuntas
TT: Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas: 5 Jumlah siswa yang belum tuntas: 4 Klasikal: Belum tuntas
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus I
No Uraian Hasil
Siklus I 1
2 3
Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar
68.33 5 55.55%
Dari tabel di atas dapat dijelaskan, bahwa dengan menerapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran Learning Together diperoleh nilai rata-rata presentasi belajar siswa adalah 68.33 dan ketuntasan belajar mencapai 55.55% atau ada 5 siswa dari 9 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus I secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang belum memperoleh nilai ≥65 hanya sebesar 55.55% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%.
Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:
1. Guru kurang maksimal dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran 2. Guru kurang maksimal dalam pengolahan waktu
3. Siswa kurang aktif selama pembelajaran berlangsung
Revisi
Tabel 3. Nilai Tes Formatif Pada Siklus II Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada
siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.
1. Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.
2. Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan.
3. Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa, sehingga siswa bisa lebih antusias.
Siklus II
Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif 2 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu, juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan pembelajaran kontekstual model pengajaran Learning Together dan lembar observasi guru dan siswa.
Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 3 September 2018 di kelas V dengan jumlah siswa 9 siswa.
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang bertindak sebagai pengamat adalah seorang guru PKn dan wali kelas V adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar, siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan instrumen yang digunakan adalah tes formatif II.
Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut:
Keterangan:
T: Tuntas
TT: Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas: 7 Jumlah siswa yang belum tuntas: 2 Klasikal: Belum tuntas
Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II
No Uraian Hasil
Siklus 1
2 3
Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar
71.66 7 77.78 Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 71.66 dan ketuntasan belajar mencapai 77.78% atau ada 7 siswa dari 9 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I.
Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:
1. Memotivasi siswa
2. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan / menemukan konsep
3. Pengelolaan waktu Revisi Rancangan
Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat kekurangan-kekurangan, maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus II, antara lain:
No Nama siswa Skor Keterangan
T TT 1 Adelia Septia Refrika P. 70 √
2 Aditya Pradana 70 √
3 Dimas Febriana S. 85 √
4 Jevi Wulandari 60 √
5 Rizki Ahmat Ubdaidillah 70 √
6 Rohmat 75 √
7 Rohmat Syaifudin 70 √
8 Syahrul Irawan 65 √
9 Viyan Nur Hamidah 80 √
Jumlah 645 7 2
Jumlah 645
Jumlah Skor Maksimal Ideal 765 Rata-Rata Skor Tercapai 71.66
1. Guru dalam memotivasi siswa hendaknya bisa membuat siswa lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung
2. Guru harus lebih dekat dengan siswa, sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa bak untuk mengemukakan pendapat atau bertanya.
3. Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan/ menemukan konsep.
4. Guru harus mendistribusikan waktu secara baik, sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan yang diharapkan.
5. Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar.
Siklus III
Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan pembelajaran kontekstual model pengajaran Learning Together dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.
Tahap Kegiatan dan Pengamatan
No Nama siswa Skor Keterangan
T TT 5 Rizki Ahmat Ubdaidillah 80 √
6 Rohmat 80 √
7 Rohmat Syaifudin 75 √
8 Syahrul Irawan 70 √
9 Viyan Nur Hamidah 85 √
Jumlah 695 8 1
Jumlah 695
Jumlah Skor Maksimal Ideal 765 Rata-Rata Skor Tercapai 77.22 Keterangan:
T: Tuntas
TT: Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas: 8 Jumlah siswa yang belum tuntas: 1 Klasikal: Belum tuntas
Tabel 7. Hasil Tes Formatif Sisw pada Siklus III
No Uraian Hasil Siklus
1 2 3
Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar
Presentase ketuntasan belajar
77.22 8 88.89
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata- rata tes formatif sebesar 77.22 dari 9 siswa yang telah tuntas sebanyak 39 siswa dan 4 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal Pelaksanan kegiatan belajar mengajar untuk
siklus III dilaksanakan pada tanggal 17 September 2018 di kelas V Dengan jumlah siswa 9 siswa.
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang bertindak sebagai pengamat adalah seorang guru PKn dan wali kelas V adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pa siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observsi) dilaksanakan bersama dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
Instrumen yang dilakukan adalah tes formatif III.
Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai berikut:
Table 6. Nilai Tes Formatif Pada Siklus III
ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 88.89% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan hasil belajar pada siklus II.
Refleksi
Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan pembelajaran kontekstual model pengajaran Learning Together.
Dari data-data yang diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ad beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.
2. Berdasarkan data hasil pengamatan, diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung.
3. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan, sehingga menjadi lebih baik.
4. Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan.
No Nama siswa Skor Keterangan
T TT 1 Adelia Septia Refrika P. 75 √
2 Aditya Pradana 75 √
3 Dimas Febriana S. 90 √
4 Jevi Wulandari 65 √
Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru guru telah menerapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran Learning Together dengan baik, dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah belajar dengan baik.
Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak. Tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindak selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah da dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan pembelajaran kontekstual model pengajaran Learning Together dapat meningkatkan proses belajar mengajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Pembahasan
Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kontekstual model pengajaran Learning Together memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II, dan III) yaitu masing-masing 55.55%, 77.78%, dan 88.89%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal tercapai.
Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rerata siswa ditiap siklus terus mengalami peningkatan.
Aktivitas Guru dan Siswa dalam Pembelajaran
pengajaran kontekstual model pengajaran Learning Together dengan baik.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama tiga siklus, hasil seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pembelajaran kontekstual model pengajaran Learning Together dapat meningkatkan kualitas pembelajaran PKn.
2. Pembelajaran kontekstual model pengajaran Learning Together memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (55.55%), siklus II (77.78%), siklus III (88.89%).
3. Pembelajaran kontekstual model pengajaran Learning Together dapat menjadikan siswa merasa dirinya mendapat perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan pendapat, gagasan, ide dan pertanyaan.
4. Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok, serta mampu mempertanggung- jawabkan segala tugas individu maupun kelompok.
5. Penerapan pembelajaran kontekstual model pengajaran Learning Together mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta.
. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas . 2002. Prosedur Penelitian Suatu siswa dalam proses pembelajaran PKn pada pokok
bahasan penegakan HAM dan Implikasinya dengan pembelajaran kontekstual model pengajaran Model Jigsaw yang paling dominan adalah bekerja dengan
sesama anggota kelompok,
mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru.
Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan
Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.
Azhar, Lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar mengajar Pendidikan. Jakarta: Usaha Nasional.
Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang:
Aneka Ilmu.
Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendekia.
Surakhmad, Winarto. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars.