• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN AROMATHERAPY JASMINE TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN AROMATHERAPY JASMINE TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI "

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2022

PENGARUH PEMBERIAN AROMATHERAPY JASMINE TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI

DI RUMAH SAKIT UNS

Alfina Liya Yahya 1) Saelan 2)

1) Mahasiswa Prodi Keperawatan Program Sarjana Universitas Kusuma Husada Surakarta

2) Dosen Prodi Keperawatan Program Sarjana Universitas Kusuma Husada Surakarta [email protected]

ABSTRAK

Operasi merupakan suatu prosedur tindakan medis dengan cara pembedahan pada tubuh guna memperbaiki fungsi kesehatan seseorang. Kecemasan pre operasi menjadi respons antisipatif terhadap pengalaman yang dilihat oleh pasien sebagai ancaman terhadap peran normalnya dalam kehidupan, ketidakmampuan permanen, integritas tubuh, tanggung jawab atau beban yang meningkat pada anggota keluarga, atau kehidupan itu sendiri.

aromaterapi merupakan salah satu perawatan tubuh atau penyembuhan penyakit dengan menggunakan minyak esensial. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Aromatherapy Jasmine Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi di Rumah Sakit UNS.

Metode penelitiannya adalah Quasi Exsperimental dengan Pre and Post Test Without Control. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Purposive Sampling. Sampel dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus ISAAC dengan hasil 24 responden. Cara pengukuran kecemasannya yaitu dengan memberikan kuesioner kecemasan APAIS sebelum dan sesudah diberikan intervensi Aromathrapy Jasmine. Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji Wilcoxon.

Hasil penelitian menggunakan uji Wilcoxon menunjukan nilai p value 0,000, maka p value 0,05 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara sebelum dan setelah diberikan intervensi aromatherapy jasmine terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi.

Diharapkan pasien pre operasi dapat mengurangi dan mengontrol kecemasannya hingga waktu operasi tiba.

Kata Kunci : Pre Operasi, Kecemasan, Aromatherapy Jasmine Daftar Pustaka : 38 (2008-2022)

(2)

2 UNDERGRADUATE DEGREE INI NURSING STUDY PROGRAM FACULTY OF HEALTH SCIENCES KUSUMA HUSADA UNIVERSITY OF SURAKARTA 2022

THE EFFECT OF JASMINE AROMATHERAPY ADMINISTRATION ON THE ANXIETY LEVEL IN PREOPERATIVE PATIENTS

IN UNS HOSPITAL

Alfina Liya Yahya 1) Saelan 2)

1) Student of Undergraduate Degree of Nursing Study Program of Kusuma Husada University of Surakarta

2) Lecturer of Undergraduate Degree of Nursing Study Program of Kusuma Husada University of Surakarta

[email protected]

ABSTRACT

Operation is a medical procedure by surgery on the body to improve one’s health functions. Pre-operative anxiety is an anticipatory response to the experience viewed by a patient as a threat to their normal role in life, permanent disability, body integrity, increased responsibility or burden of family member, or life itself. Aromatherapy is a method for treating or curing illness using essential oil. The purpose of the present study was determining the Effect of Jasmine Aromatherapy Administration on the Anxiety Level of Pre-operative Patients in UNS Hospital.

The research method was Quasi Experimental with Pre and Post Test without Control. The sampling technique in the present study was Purposive Sampling. The sample in the present study was calculated using ISAAC formula, which resulted in 24 respondents. The anxiety was measured using APAIS anxiety questionnaire before and after administering Jasmine Aromatherapy Intervention. Data analysis was performed using Wilcoxon test.

The research result using Wilcoxon test shows p value 0.000, so p value 0.05 showed that there was an effect between before and after the administration of jasmine aromatherapy intervention on the anxiety level of pre-operative patients. Pre-operative patients should reduce and control their anxiety until their operations.

Keywords : Pre-operative, Anxiety, Jasmine Aromatherapy Bibliography : 38 (2008-2022)

(3)

3

PENDAHULUAN

Kata pre operasi adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan antara lain pre operasi, intra operasi, pasca operasi (Padillah, 2019).

Diperkirakan, beban penyakit di dunia mengalami peningkatan sekitar 11% setiap tahunnya. Pada tahun 2015, 11% dari beban penyakit tersebut dapat di tanggulangi dengan tindakan operasi (Kemenkes, 2015). Pada tahun 2011 sebanyak 140 juta pasien operasi. Hasil dari Kementerian Kesehatan Indonesia (2015) terkait tindakan bedah, diperkirakan lebih dari 100 juta pasien di dunia menerima pelayanan bedah dimana setengahnya dapat mengalami kematian atau kecacatan akibat kejadian yang tidak diinginkan yang bisa dicegah negara berkembang tingkat kematian dikarenakan operasi besar adalah rentang 5-10 %, dan tingkat kematian yang tinggi disebabkan oleh obat bius. Komplikasi dan infeksi pada pasien pasca operasi lainnya juga menjadi perhatian diseluruh dunia. Banyak sekali penyakit yang memerlukan prosedur bedah atau operasi, misalnya penyakit apendisitis, tumor, hernia, fraktur serta nefrolitiasis (Riyadi et al., 2021).

Berdasarkan data yang diperoleh dari World Health Organization (WHO) pasien dengan tindakan operasi mencapai angka peningkatan yang sangat signifikan dari tahun ke tahun. Tercatat di tahun 2017 terdapat 140 juta pasien di seluruh Rumah Sakit di dunia, sedangkan pada tahun 2018 data mengalami peningkatan sebesar 148 juta jiwa, untuk di Indonesia pada tahun 2017 mencapai 1,2 juta jiwa (Sartika, 2018).

Dari data dari badan kesehatan dunia WHO (2016), ada sekitar 3,6 % dari seluruh manusia di dunia mengalami gangguan mental kecemasan. Menurut Riskesdas tahun 2018 prevalensi di Indonesia menunjukan angaka sebesar

9,8% yang terjadi gangguan kecemasan.

Gangguan kecemasan yang paling besar terjadi di Indonesia berada di provinsi Sulteng sekitar 19,8% dan prevalensi terendah berada di provinsi jambi 3,6%

(Setyawan, 2017).

Pengendalian kecemasan dapat dilakukan dengan terapi farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologi yaitu terapi yang menggunakan obat- obatan, yang dapat memberikan efek perubahan pada berbagai sistem organ.

Sedangkan terapi non farmakologi merupakan suatu terapi alternatif komplementer dan metode yang digunakan untuk memulihkan Kesehatan dengan cara memberikan kesenangan baik fisik maupun psikis guna mencapai kesembuhan (Fitriana, 2020).

Aromaterapi saat ini menjadi salah satu terapi komplomenter yang tersedia dan banyak digunakan dalam praktik klinis. Terapi ini didefinisikan sebagai penggunaan minyak esensial murni dari tanaman-tanaman aromatik untuk meringankan masalah kesehatan dan meningkatkan mutu kehidupan (Faridah, 2019).

Aromaterapi merupakan penggunaan zat pengharum atau minyak esensial (volatil) yang diekstraksi daritumbuhan. Digunakan untuk memperbaiki mood dan Kesehatan secara keseluruhan. Penggunaannya dengan dihirup dan dipakai pada pijatan.

Beberapa zat popular adalah chamomile, eukaliptus, melati (jasmine), lavender, pappermint, dan mawar (Asman & Dewi, 2021).

Kecemasan berat atau panik terjadi saat kecemasan direspon secara berlebihan oleh tubuh. Kecemasan yang berlebihan dapat menimbulkan pemikiran yang tidak rasional dan meningkatkan aktivitas motorik bahkan kehilangan kendali. Kecemasan juga dapat menimbulkan kebingungan, berkurangnya konsentrasi, dan

(4)

4 menurunkan daya ingat (Arini et al.,

2017). Tingkat kecemasan kuesioner APAIS terdapat beberapa kategori yaitu skor 6 : Tidak Cemas, 17-12 : Kecemasan Ringan, 13-18 : Kecemasan Sedang, 19- 24 : Kecemasan Berat, 25-30 : Panik.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada bulan Januari 2022 yang dilakukan oleh peneliti selama kurang lebih 2 minggu di Rumah Sakit UNS Jl. A Yani No.200, Makam Haji, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah.

Didapatkan hasil pada 1 tahun terakhir yaitu pada tahun 2021 pasien Pre Operasi sebanyak 1.688 pasien dan 3 bulan terakhir sebanyak 608 pasien, terdapat 2 rawat inap pasien pre operasi, yaitu Kultura (Lantai.6) dan Kreativa (Lantai.4). Peneliti melakukan wawancara kepada 6 perawat dan 4 pasien Pre Operasi. Dari wawancara tersebut peneliti menyimpulkan bahwa pasien cemas pada saat diberitahu akan dijadwalkan operasi dan apabila pasien mengalami kecemasan perawat hanya memberikan edukasi, belum ada tindak lanjut untuk menangani kecemasan pasien pre operasi tersebut secara non farmakologi, peneliti juga menyimpulkan dari hasil wawancara kepada pasien pre operasi bahwa sebagian besar pasien mengalami kecemasan dikarenakan takut akan pembiusan dan juga takut apabila tindakan operasi gagal.

Tujuan penelitian ini yaitu untuk Untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Aromatherapy Jasmine Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi di Rumah Sakit UNS.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit UNS pada bulan Juli 2022.

Jenis penelitian ini adalah Kuantitatif, menggunakan design penelitian Quasi Exsperimen dengan PrePost Test Without Control. Teknik pengambilan

sampel yaitu NonProbability Sampling jenis Purposive Sampling. Populasi pada penelitian ini adalah Pasien Pre Operasi di Rumah Sakit UNS pada bulan Juli 2022 berjumlah 24 Responden. Alat penelitian ini adalah Humidifier, Essential Aromatherapy Jasmine, Kuesioner APAIS dan SOP. Kuesioner diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Ayuning Mutthia Amila pada tahun 2018. Kuesioner APAIS sudah dimodifikasi dan diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia oleh Perdana, dkk (2015) dengan hasil uji validitas dalam rentang r = 0,481-0,712 dan nilai Corconbach Alpha Sebesar 0,825.

Penelitian ini telah dinyatakan layak etik

dengan nomor etik

No.732/UKH.I..02/EC/VI/2022.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Klasifikasi Frekuensi Presentase

% Remaja Akhir

(17-25 Tahun) 2 8,3

Dewasa Akhir

(36-45 Tahun) 5 20,8

Lansia Awal

(46-55 Tahun) 1 4,2

Lansia Akhir (56-65 Tahun)

11 45,8

Manula (65

Tahun Keatas) 5 20,8

Total 24 100 %

Sumber : Data Primer (2022) Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dalam karakteristik responden berdasarkan usia didapatkan 17-25 tahun (Remaja Akhir) yaitu berjumlah 2 orang (8,3 %), responden dengan usia 36-45 tahun (Dewasa Akhir) yaitu berjumlah 5 orang (20,8 %), responden dengan usia 45-55 tahun (Lansia Awal) berjumlah 1 orang (4,2

%), responden dengan usia 56-65 tahun (Lansia Akhir) berjumlah 11 orang (45,8

%) dan responden dengan usia 65 tahun

(5)

keatas (Manula) berjumlah 5 orang (20,8

%). Hal ini sejalan dengan penelitian Lestari (2015) umur yang lebih muda lebih mudah menderita stres dari pada yang berumur tua.

Berdasarkan pendapat Hawari, (2013) usia dewasa akan lebih mudah memahami lingkungan disekitarnya termasuk perawatan dan resiko dampak penyakit yang dialami pasien akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya.

Hasil penelitian yang didapatkan oleh Supriati (2017) menunjukkan bahwa rata-rata usia pasien adalah 37,89 tahun termasuk kategori dalam usia dewasa awal (Mayor, 2018).

Hal ini peneliti berpendapat bahwa usia mempengaruhi kecemasan seseorang semakin matang usia seseorang maka daya tangkap dan pola pikir juga semakin berkembang.

Sehingga semakin bertambahnya usia maka batas ambang kecemasan semakin kecil. Tetapi pengalaman operasi juga dapat mempengaruhi tingkat kecemasan seseorang.

Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Klasifikasi Frekuensi Presentase

%

Laki-laki 12 50,0

Perempuan 12 50,0

Total 24 100 % Sumber : Data Primer (2022)

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti didapatkan hasil responden dengan jenis kelamin laki-laki yaitu berjumlah 12 orang (50,0 %) dan responden dengan jenis kelamin perempuan berjumlah sama yaitu 12 orang (50,0 %). Hal ini sejalan dengan penelitian Penelitian ini sejalan dengan penelitian Saputri (2013), dengan hasil 50 % responden laki – laki dan 50 % dan responden perempuan. Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan Paputangan (2019) dengan jumlah responden 32 orang terdiri dari 16 orang

laki-laki dan 16 orang perempuan (masing-masing 50 %). Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa jenis kelamin berpengaruh untuk menilai tingkat kecemasan seseorang dimana antara laki-laki dan perempuan memiliki cara berbeda untuk mengatasi kecemasan

(Paputungan et al.

2019);(Prasetyaningsih, 2021).

Peneliti berpendapat bahwa jenis kelamin berpengaruh terhadap tingkat kecemasan seseorang. Laki-laki dan perempuan memiliki cara yang berbeda untuk mengontrol kecemasannya.

Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Klasifikasi Frekuensi Presentase

% Tidak

Sekolah 4 16,7

SD 6 25,0

SMP 6 25,0

SMA 7 29,2

S1 1 4,2

Total 24 100 %

Sumber : Data Primer (2022) Berdasarkan hasil penelitian ini tidak bersekolah yaitu berjumlah 4 orang (16,7 %), responden yang memiliki pendidikan SD yaitu berjumlah 6 orang (25,0 %), responden yang memiliki pendidikam SMP yaitu berjumlah 6 orang (25,0 %) dan responden yang memiliki pendidikan S1 yaitu berjumlah 1 orang (4,2 %). Hal ini sesuai pendapat dari Notoatmodjo (2012) dan (Mayor, 2018) bahwa Pendidikan merupakan jenjang yang didapat seseorang didalam suatu lembaga pendidikan, pendidikan seseorang yang rendah akan menyebabkan individu tersebut lebih mudah mengalami ansietas dibanding dengan individu yang berpendidikan lebih tinggi, akan lebih rasional dalam menghadapi masalah dalam kehidupannya.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi

(6)

6 pendidikan maka kemampuan untuk

mengontrol kecemasan juga semakin baik. Dibuktikan dengan hasil posttest yang masuk dalam kategori ringan didominasi oleh responden dengan pendidikan yang lebih tinggi.

Peneliti berpendapat bahwa pendidikan tidak berpengaruh terhadap kecemasan seseorang dibuktikan dengan adanya responden yang berpendidikan S1 mengalami kecemasan dalam kategori berat sedangkan yang berpendidikan SD atau Tidak Bersekolah masuk dalam kategori Sedang Dan Ringan.

Pengalaman juga sangat berpengaruh dalam mengontrol tingkat kecemasan seseorang

Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Klasifikasi Frekuensi Presentase

%

Bekerja 16 66,7

Tidak

Bekerja 8 33,3

Total 24 100 %

Sumber : Data Primer (2022) Berdasarkan Hasil Penelitian sebagian besar responden tidak bekerja yaitu berjumlah 23 orang (62,2 %) dan responden yang memiliki pekerjaan berjumlah 14 orang (37,8 %). Kecemasan pada orang yang tidak bekerja dan bekerja tentu mengalami perbedaan.

Seseorang yang tidak bekerja cenderung mempunyai beban pikiran lebih ringan dibandingkan yang bekerja sehingga beban kerja merupakan salah satu faktor kecemasan pada seseorang tersebut tidak di rasakan, melainkan kecemasan yang dirasakan cenderung dikarenakan faktor lain (Suparyadi & Sumarni 2021).

Berdasarkan pendapat peneliti, bahwa pekerjaan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kecemasan dan cara mengontrol kecemasan. Sesorang yang tidak berkerja cenderung mempunyai beban pikiran lebih ringan dibandingkan yang tidak berkerja sehingga beban kerja termasuk

salah satu yang mempengaruhi kecemasan

Tabel 5. Pengaruh Pemberian Aromatherapy Jasmine Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Sebelum diberikan Intervensi

Klasifikasi Frekuensi Presentase

% Ringan (7-

12) 5 20,8 %

Sedang (13-

18) 12 50,0 %

Berat (19-

24) 6 25,0 %

Panik (25-

30) 1 4,2 %

Total 24 100 %

Sumber : Data Primer (2022) Hasil analisis dalam penelitian ini menyatakan bahwa sebelum dilakukan intervensi didapatkan hasil sebagian responden dalam penelitian ini yaitu sebanyak 5 responden (20,8 %) masuk dalam kategori Ringan, 12 responden (50,0 %) masuk dalam kategori Sedang, 6 responden (25,0 %) masuk dalam kategori Berat dan 1 responden (4,2 %) masuk dalam kategori Panik. Hal ini dikarenakan belum pernah ada pemberian aromatherapy jasmine terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di rumah sakit uns, selain itu responden juga belum pernah mendapat perlakuan penurunan kecemasan menggunakan humidifier dengan aromatherapy jasmine.

Kecemasan merupakan satu kondisi dimana seseorang mengkhawatirkan sesuatu yang berlum terjadi dan belum tentu akan terjadi.

Kecemasan juga disebut sebagai kekhawatiran yang tidak jelas dan berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti serta tidak berdaya (Silalahi &

Wulandari, 2021)

Tabel 6. Pengaruh Pemberian Aromatherapy Jasmine Terhadap

(7)

Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Setelah diberikan Intervensi

Klasifikasi Frekuensi Presentase

%

Ringan 17 70,8 %

Sedang 5 20,8 %

Berat 2 8,3 %

Total 24 100 %

Sumber : Data Primer (2022) Hasil analisis dalam penelitian ini, menyatakan bahwa setelah dilakukan intervensi didapatkan hasil bahwa sebanyak 17 orang (70,8 %) masuk dalam kategori Ringan, 5 orang (20,8 %) masuk dalam kategori Sedang dan 2 orang (8,3

%) masuk dalam kategori Berat terhadap pemberian aromatherapy jasmine terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi.

Aromatherapy merupakan penggunaan zat pengharum atau minyak esensial (volatil) yang diekstraksi dari tumbuhan. Digunakan untuk memperbaiki mood dan Kesehatan secara keseluruhan. Penggunaannya dengan dihirup dan dipakai pada pijatan.

Beberapa zat popular adalah chamomile, eukaliptus, melati (jasmine), lavender, pappermint, dan mawar (Black dan Hawks, 2014 dalam (Asman & Dewi, 2021).

Kandungan senyawa pada aroma melati (jasmine) dapat meningkatkan aktivitas saraf parasimpatis dan menurunkan heart rate seseorang, dan adanya kandungan sedatif (linalool) dapat meningkatkan relaksasi seseorang.

Adanya kandungan linalool pada aroma melati (jasmine) akan merangsang hipotalamus untuk menghasilkan zat-zat sedatif dalam tubuh seperti endorfin, enkefalin, serotonin sehingga dapat memunculkan rasa gembira, senang, dan rileks (Asman & Dewi, 2021). Hal ini sejalan dengan penelitian (Kholifah et al., 2019) terdapat pengaruh pemberian aromaterapi mawar terhadap penurunan kecemasan pada pasien pre operasi bedah mayor dikarenakan bau mawar yang enak

dan kandungan yang didalamnya membuat relaks pasien sebelum operasi.

Peneliti berpendapat bahwa responden cenderung tertarik dengan aromatherapy jasmine menggunakan humidifier yang diberikan oleh peneliti untuk menurunkan kecemasan sehingga responden sangat responsive pada saat pemberian intervensi berlangsung hingga intervensi selesai diberikan.

Tabel 7. Uji Wilcoxon Pengaruh Pemberian Aromatherapy Jasmine Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pada Pasien Pre Operasi Di Rumah Sakit UNS

Pre Test dan Post Test

Z -3.830b

Asymp. Sig. (2-

tailed) .000

Hasil analisis Uji Wilcoxon diperoleh p value 0,000, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima karena p value <0,05. Maka dapat dikatakan bahwa terdapat Pengaruh Pemberian Aromatherapy Jasmine Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Di Rumah Sakit UNS.

Menurut hasil penelitian ilmiah, bau berpengaruh secara langsung terhadap otak seperti obat. Misalnya, mencium lavender meningkatkan frekuensi gelombang alfa terhadap kepala bagian belakang dan keadaan ini dikaitkan dengan relaksasi (Khoiri, 2018).

Aromatherapy merupakan penggunaan zat pengharum atau minyak esensial (volatil) yang diekstraksi dari tumbuhan. Digunakan untuk memperbaiki mood dan Kesehatan secara keseluruhan. Penggunaannya dengan dihirup dan dipakai pada pijatan.

Beberapa zat populer adalah chamomile, eukaliptus, melati (jasmine), lavender, pappermint, dan mawar (Black dan Hawks, 2014 dalam (Asman & Dewi, 2021). Peneliti Hal ini sejalan dengan penelitian (Kholifah et al., 2019) terdapat

(8)

8 pengaruh pemberian aromaterapi mawar

terhadap penurunan kecemasan pada pasien pre operasi bedah mayor dikarenakan bau mawar yang enak dan kandungan yang didalamnya membuat relaks pasien sebelum operasi. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian (Handayani & Rahmayati, 2018).

Hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian aromatherapy jasmine terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di rumah sakit uns. Hal ini dibuktikan dengan melihat hasil pre dan posttest yang telah dilakukan. Sebelum diberikan aromatherapy jasmine didapatkan hasil sebagian responden dalam penelitian ini yaitu sebanyak 5 responden (20,8 %) masuk dalam kategori Ringan, 12 responden (50,0 %) masuk dalam kategori Sedang, 6 responden (25,0 %) masuk dalam kategori Berat dan 1 responden (4,2 %) masuk dalam kategori Panik.

Responden yang mengalami penurunan nilai dari pretest ke posttest berjumlah 14 orang yaitu, sebanyak 4 orang dari nilai Berat menjadi Ringan, 1 orang dari kategori Berat menjadi Sedang, 8 orang dari kategori Sedang menjadi Ringan dan 1 orang dari kategori Panik menjadi Berat.

Dari 24 responden dan 14 responden yang mengalami penurunan memiliki kategori karakteristik berbeda- beda responden yang sudah memiliki pengalaman operasi biasanya lebih mampu mengontrol kecemasannya dibandingkan dengan responden yang baru pertama kali akan menjalani operasi.

KESIMPULAN

1. Berdasarkan hasil penelitian mengenai karakteristik responden berdasarkan usia yang paling sedikit yaitu pada responden dengan usia 45- 55 tahun (Lansia Awal) berjumlah 1 orang (4,2 %), dan yang paling banyak yaitu dengan usia responden

56-65 tahun (Lansia Akhir) berjumlah 11 orang (45,8 %). Berdasarkan jenis kelamin, responden dengan jenis kelamin laki-laki yaitu berjumlah 12 orang (50,0 %) dan responden dengan jenis kelamin perempuan berjumlah sama yaitu 12 orang (50,0 %).

Berdasarkan pendidikan terakhir, responden yang paling banyak yaitu memiliki pendidikan tarakhir SMA yaitu berjumlah 7 orang (29,2 %), dan responden dengan pendidikan terakhir yang paling sedikit yaitu dengan pendidikan terakhir S1 berjumlah 1 orang (4,2 %). Berdasarkan pekerjaan, Berdasarkan tabel 4.4 sebagian besar responden tidak bekerja yaitu berjumlah 23 orang (62,2 %) dan responden yang memiliki pekerjaan berjumlah 14 orang (37,8 %).

2. Berdasarkan pretest terhadap pemberian aromatherapy jasmine terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi sebelum dilakukan intervensi yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa sebanyak 5 responden (20,8 %) masuk dalam kategori Ringan, 12 responden (50,0

%) masuk dalam kategori Sedang, 6 responden (25,0 %) masuk dalam kategori Berat dan 1 responden (4,2

%) masuk dalam kategori Panik.

3. Berdasarkan posttest terhadap pemberian aromatherapy terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa sebanyak 17 orang (70,8 %) masuk dalam kategori Ringan, 5 orang (20,8 %) masuk dalam kategori Sedang dan 2 orang (8,3 %) masuk dalam kategori Berat.

4. Terdapat pengaruh pemberian aromatherapy jasmine terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di rumah sakit uns. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji wilcoxon yang menunjukkan p value 0,000 (<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.

(9)

SARAN

1. Bagi Responden

Bagi responden pasien pre operasi diharapkan dapat melakukan tehnik relaksasi nafas dalam menggunakan aromatherapy jasmine atau tanpa aromatherapy dan jika sudah melakukan tehnik relaksasi nafas dalam tetapi juga tidak dapat berkurang atau masih mengalami kecemasan sebaiknya segera memberitahu keluarga dan juga pihak rumah sakit agar segera mendapatkan solusi dan tidak menjadi berkepanjangan.

2. Bagi Keperawatan.

Penelitian ini dapat memberikan intervensi tambahan dalam penurunan tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani operasi atau pre operasi dan kesempatan bagi tenaga kesehatan khususnya perawat untuk menjalankan perannya.

3. Bagi Tempat Penelitian

Bagi tempat penelitian diharapkan dapat mengembangkan program baru pada pasien yang mengalami kecemasan di rumah sakit menggunakan alat humidifier dengan tehnik relaksasi nafas dalam dan mengajarkan kepada pasien agar mampu melakukan secara mandiri.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Bagi institusi pendidikan diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menambah referensi bacaan untuk institusi pendidikan terutama pada pengaruh pemberian aromatherapy jasmine terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di rumah sakit dan termasuk dalam keperawatan medical bedah.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pengembangan ilmu keperawatan serta menambah wawasan dan pengetahuan khususnya

dibidang keperawatan medical bedah.

Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini dengan variabel dan metode yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Arini, F. N., Adriatmoko, W., Novita, M., Mulut, B., Gigi, F. K., Jember, U., Forensik, O., Gigi, F. K., & Jember, U. (2017). Perubahan Tanda Vital sebagai Gejala Rasa Cemas sebelum Melakukan Tindakan Pencabutan Gigi pada Mahasiswa Profesi Klinik Bedah Mulut RSGM Universitas Jember ( The Alteration of Vital Sign as Students ’ Anxiety Symptoms before Performing Tooth Extraction in Oral Surgery Departement Dentistry University of Jember ). 5(2).

Asman, A., & Dewi, D. S. (2021).

Efektifitas Aroma Terapi Jasmine Terhadap Intensitas Nyeri Post Laparatomi Di Rsud Padang Pariaman. Prosiding Penelitian Pendidikan Dan Pengabdian 2021,

1(1), 172–180.

http://prosiding.rcipublisher.org/in dex.php/prosiding/article/view/131 Fitriana, C. (2020). Manajemen Non

Farmakologis Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi : Literatur Review.

Handayani, R. S., & Rahmayati, E.

(2018). Pengaruh Aromaterapi Lavender , Relaksasi Otot Progresif dan Guided Imagery terhadap Kecemasan Pasien Pre Operatif. 9, 319–324.

Ida Faridah, Y. A. & M. A. (2019).

Pengaruh Aromaterapi Terhadap Kualitas Tidur, Kualitas Hidup, Kelelahan dan Kecemasan Pada Pasien Diabetes Melitus 1,3. 237–

259.

(10)

10 Khoiri Assyifaul. (2018). Analisis

Praktik Klinik Keperawatan Pada Pasien Pre Operatif Fraktur Dengan Intervensi Inovasi Pemberian Cytrus (Orange) Aromatherapy Terhadap Penurunan Kecemasan Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda 2018.

Kholifah, N., Marisa, D. E., Kesehatan, J., Vol, M., & Februari, 2019. (n.d.).

Pengaruh Pemberian Aromaterapi Mawar Terhadap Penurunan Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Bedah Mayor Di RSUD Waled Kabupaten Cirebon. 59, 19–

26.

Mayor, P. R. E. O. (2018). The Relationship Karakateristik And Family Support With Anxiety Levels Of Patients Pre Major Surgery.

2011, 116–120.

Muskhab Eko Riyadi, RR. Viantika Kusumasari, Fitri Dian Kurniati, Suib, Maghfirotul Hasanah, A. N.

H. (2021). Terapi Murotal AL- Quran Efektif Menurunkan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi.

Jurnal Keperawatan, 13(1), 213–

226.

http://journal.stikeskendal.ac.id/ind ex.php/Keperawatan%0ANURSES Nuri Nur Padillah. (2019). Pengaruh

Teknik Relaksasi Benson Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Kline Pre Operasi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Majalaya. 51.

Prasetyaningsih, J. P. I. K. Stik. Y. T.

(2021). Spirizomacare Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Mayor, Pasien Pre Operasi. Nursing Journal, No. 2., 7(2), 94–98.

Prastiwi, A., Hendarsih, S., & Prabowo, T. (2017). Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender terhadap Kecemasan pada Pasien Pre Operasi. Poltekkes Yogyakarta,

01(001), 23.

Silalahi, H., & Wulandari, I. S. M.

(2021). Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Kecemasan Pasien Pre Operasi Di Rumah Sakit Advent Medan. Nutrix

Journal, 5(1), 1.

https://doi.org/10.37771/nj.vol5.iss1.

523

(11)

Referensi

Dokumen terkait

persepsi pasien tentang perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan. pasien pre operasi fraktur di Rumah Sakit

Hasil penelitian didapatkan ada pengaruh latihan lima jari terhadap kecemasan pasien pre operasi laparatomi sebelum dan sesudah pada kelompok eksperimen dibandingkan

Judul : Pengaruh Terapi Murattal Al- Qur’an Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi di RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan. Menyatakan

Tujuan penelitian melihat hubungan spiritualitas dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina.. Padang.Jenis penelitian deskriptif

Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecemasan pasien pra operasi sebelum diberikan konseling adalah sebanyak 26 responden (74,2%) mengalami kecemasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi audio murottal Q.s Ar-Rahman terhadap tingkat kecemasan pasien pre-operasi katarak senilis di

Hal ini sejalan dengan penelitian Uskenat (2012) menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi dengan general anestesi sebelum dan

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fachrudin (2009), dengan hasil bahwa gambaran tingkat kecemasan pasien pre operasi laparatomi di RSUD Sunan