• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN UREA BERBAGAI DOSIS UNTUK MENGETAHUI PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L. Saccharata)

N/A
N/A
Aisyah Divianti

Academic year: 2024

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN UREA BERBAGAI DOSIS UNTUK MENGETAHUI PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L. Saccharata)"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

Dasar Agronomi (AGT 200)

Oleh:

Nichola Ilham Saputera A.2211165

Perlakuan Petak N2 Bedeng VII

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS DJUANDA

BOGOR

2024

(2)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jagung manis merupakan komoditas penting di Indonesia setelah padi dengan konsumsi nitrogen tinggi sehingga tumpangsari legum dengan jagung manis dapat membantu memenuhi kebutuhan nitrogen bagi jagung manis sebagai tanaman utama sehingga produktivitas meningkat. Selain itu, jagung manis merupakan komoditas pertanian yang sangat digemari oleh masyarakat, karena rasanya yang enak dan manis serta mengandung karbohidrat, sedikit protein dan lemak. Hal tersebut yang menjadikan semakin tingginya permintaan jagung manis (Dewi dan Kusumiyati, 2016).

Berbagai jenis jagung yang dikenal di Indonesia, salah satu diantaranya adalah jagung manis (Zea mays saccharata), atau sering disebut sweet corn.

Jagung manis hampir sama dengan jagung biasa, perbedaannya yang mencolok adalah mengandung zat gula yang lebih tinggi (5 ± 6%) dibanding dengan jagung biasa sekitar (2 ± 3%) dan umur panennya ratarata 60 ± 70 hari setelah tanam.

Peningkatan produksi jagung manis ditempuh dengan cara pemupukan.

Pemberian pupuk anorganik, hayati maupun kombinasi keduanya pada pola tanam tumpangsari jagung mampu meningkatkan tinggi tanaman keduanya dan berkorelasi meningkatkan bobot berangkasan kering serta produksi (Aminah et al., 2014).

Tanaman jagung manis tidak akan memberikan hasil yang baik jika unsur hara yang diperlukan tidak cukup. Unsur hara merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Lingga dan Marsono, 2007). Pemupukan dimaksudkan untuk mengganti kehilangan unsur hara pada media atau tanah dan merupakan salah satu usaha yang penting untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman (Rosmarkam dan Yuwono 2012).

Menurut Nazirah (2014), salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi kurangnya unsur hara tersebut adalah pemberian pupuk anorganik seperti Urea, TSP/SP-36 dan KCl yang sangat berpengaruh nyata terhadap tanaman, terutama pupuk Urea sehingga petani lebih cenderung menggunakan pupuk Urea dibandingkan pupuk TSP dan KCl.

(3)

Pasar jagung manis masih terbuka luas seiring dengan permintaan yang terus meningkat (Surtinah, 2012). Peningkatan permintaan pasar akan jagung manis harus diiringi dengan produksi secara berkesinambungan, hemat biaya dan efisien, serta ramah lingkungan. Produktivitas jagung dengan kualitas unggul memerlukan teknik penanaman dan perawatan yang baik. Tujuan dari dilakukannya praktikum ini selain mengetahui dosis pupuk N (Urea) terhadap pertumbuhan masa vegetatif dan generatif serta kualitas jagung manis (Zea mays L. Saccharata), juga untuk mengetahui dan memahami teknik penanaman dan perawatan tanaman jagung manis.

B. Manfaat Praktikum

Manfaat dari pelaksanaan praktikum ini yaitu mendapat dan memberikan informasi dan teknik mengenai budidaya tanaman jagung manis (Zea mays saccharata).

(4)

II TELAAH PUSTAKA

IV

A. Sejarah Tanaman

V Jagung adalah tanaman serealia yang berasal dari benua Amerika, tepatnya dari negara Meksiko. Sekitar abad ke-16 orang Portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia. Orang Belanda menamakannya mais dan orang Inggris menamakannya corn (Warisno, 2007).Tanaman ini merupakan salah satu jenis tanaman rumputrumputan dengan tipe biji monokotil. Di Indonesia, jagung digunakan untuk pakan ternak, serta bahan dasar industri makanan dan minuman, tepung, minyak, dan lain-lain. Tanaman jagung mulai digencarkan untuk ditanam dalam rangka swasembada pangan di Indonesia (Wulandari dan Lalu. 2019)

VI C. Klasifikasi

VII Jagung (Gambar 1) merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang eksis di Tanah Air. Tanaman jagung ialah salah satu bahan pangan pokok potensial sekaligus menjadi satu dari sekian komoditas penting dalam agribisnis. Dalam hal ini, hasil panen tanaman jagung terbilang penting dalam upaya peningkatan ekonomi agrikultur hingga agribisnis dunia (Latuharhary dan Triono, 2017).

VIII

IX Gambar 1 Jagung Manis Zea mays Sumbeer: Wikipedia.com

X Berdasarkan bentuk, struktur biji, serta endospermanya, tanaman jagung dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Jagung mutiara (Z. mays indurate), jagung gigi kuda (Z. mays indentata), jagung manis (Z. mays

(5)

saccharata), jagung pod (Z. tunicate sturt), jagung berondong (Z. mays everta), jagung pulut (Z. ceritina Kulesh), jagung QPM (Quality Protein Maize), dan jagung minyak yang tinggi (High Oil) (Riwandi dkk., 2014).

XI Praktikum ini menggunakan jenis jagung manis dengan klasifikasi sebagai berikut:

XIIRegnum : Plantae

XIII Divisio : Spermatophyta XIV Class : Monocotyledoneae

XVOrdo : Poales

XVI Familia : Poaceae (Graminae)

XVII Genus : Zea

XVIII Species : Zea mays saccharata XIX

D. Morfologi

XX Jagung manis ini mempunyai ciri-ciri, biji yang masih muda bercahaya dan berwarna jernih seperti kaca sedangkan biji yang telah masak dan kering akan menjadi keriput/berkerut. Kandungan protein dan lemak di dalam biji lebih tinggi dari jagung biasa sehingga banyak diusahakan (AAK, 1993).

XXI Secara fisik maupun morfologi, jagung manis sulit dibedakan dengan jagung biasa. Perbedaan antara kedua jagung tersebut umumnya pada warna bunga jantan. Bunga jantan jagung manis berwarna putih, sedangkan pada jagung biasa kuning kecoklatan. Rambut pada jagung manis berwarna putih, sedangkan pada jagung biasa berwarna merah.

Jagung manis mengandung banyak gula dalam endospermnya daripada jagung biasa. Pada proses pematangan, kadar gula yang tinggi menyebabkan biji jagung manis menjadi keriput. Keadaan keriput inilah yang membedakan dengan biji jagung biasa. Perbedaan lainnya adalah jagung manis berumur lebih genjah dan memiliki tongkol yang lebih kecil dibandingkan jagung biasa.

(6)

XXII Tanaman jagung manis termasuk monoceous yaitu bunga jantan dan bunga betina terletak terpisah tetapi masih terdapat dalam satu pohon. Bunga jantan dalam bentuk malai dan terletak di pucuk tanaman, sedangkan bunga betina sebagai tongkol yang terletak pada pertengahan tinggi batang (Sembiring, 2009).

XXIII Morfologi bunga jantan pada tanaman jagung manis berwarna putih. Tepung sari dihasilkan oleh malai dalam rentang waktu 1 – 3 hari sebelum rambut tongkol keluar. Rambut tongkol berfungsi sebagai kepala putik dan tangkai putik. Satu malai dalam tanaman jagung manis dapat menghasilkan 25 juta tepung sari (Dahlan dan Slamet, 1992).

XXIV Sistem perakaran yang ada pada jagung berfungsi sebagai alat untuk mengisap air serta garam-garam mineral yang terdapat dalam tanah, mengeluarkan zat organik serta senyawa yang tidak diperlukan dan alat pernapasan. Akar jagung termasuk dalam akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m.

Pada tanaman yang cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman (Suprapto, 1999).

E. Syarat Tumbuh

XXV Tanaman jagung memiliki beberapa syarat tumbuh yang akan menunjang produktivitas dan hasil panen diantaranya adalah tanah yang gembur dan kaya akan humus menjadikan tanaman jagung tumbuh dengan optimal, dan dengan derajat keasamaan (pH) tanah antara 5,5 – 7,5, dengan kedalaman air tanah 50 – 200 cm dari permukaan tanah dan kedalaman efektif tanah mencapai 20 - 60 cm dari permukaan tanah.

Tanaman jagung dapat tumbuh diberbagai jenis tanah mulai dari lempung berdebu sampai dengan liat, namun jagung lebih menghendaki jenis tanah lempung berdebu. Fase pertumbuhan tanaman jagung secara umum sama, yang membedakanhanya interval waktu disetiap tahap pertumbuhan dan jumlah daun disetiap tanaman bisa berbeda. Pertumbuhan jagung dibedakan menjadi beberapa tahap yaitu tahap perkecambahan dan stadia pertumbuhan (Dongoran., 2009)

(7)

F. Kandungan Gizi

XXVI Jagung manis sangat potensial sebagai bahan pangan karena kandungan nutrisi yang dimilikinya. Kadar gula pada biji jagung manis bervariasi antara 4-12 persen dan kandungan airnya mencapai 74-76 persen. Tiap 100 gram jagung manis yang bisa dimakan mengandung protein (2.1-4.5%), pati (3-20%), lemak (1.1-2.7%), serat (0.9-1.9%), vitamin C 9–12 mg, dan unsur-unsur lain seperti vitamin A, B1, B2, serta mineral seperti sodium, kalsium dan magnesium (Szymanek et al. 2006).

Banyak kultivar jagung manis yang memiliki kandungan provitamin A tinggi (Rubatzky dan Yamaguchi 1998).

A. Manfaat

XXVII

Jagung manis merupakan tanaman serba guna karena biji jagung manis yang masih muda dapat dimanfaatkan sebagai sayuran dan berbagai macam olahan makanan, sedangkan tongkol yang masih muda (babycorn) dapat dimanfaatkan sebagai sayuran. Beberapa bagian tanaman juga dapat dimanfaatkan di antaranya batang dan daun segar (setelah panen) untuk pakan ternak dan pupuk hijau/kompos, sedangkan batang dan daun kering digunakan sebagai bahan bakar pengganti kayu bakar (Purwono &

Hartono, 2007).

G. Teknik Budidaya

XXVIII Kegiatan budidaya jagung manis harus dilakukan secara tepat untuk menghasilkan produksi yang optimal. Kegiatan budidaya usahatani jagung manis terdiri dari kegiatan pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, perawatan tanaman dan pemanenan.

XXIX Menurut Kusmayadi (2011) ,pengolahan lahan pertama dimulai 15 hari sebelum tanam, yaitu membalikkan atau membajak tanah.

Satu minggu kemudian dilakukan pengolahan tanah kedua dengan meratakan tanah dan membentuk bedengan penanaman. Setelah tanah diolah dan dibuat bedengan, langkah selanjutnya adalah pemberian pupuk dasar. Pemberian pupuk dasar dilakukan satu minggu sebelum tanam atau bersamaan dengan pengolahan tanah.

(8)

XXX Tahap selanjutnya adalah kegiatan penanaman. arak tanam yang rapat dianjurkan untuk menggunakan satu biji per lubang sedangkan jarak tanam lebar menggunakan dua biji per lubang (Zubachtirodin et al.

2008; Aqil et al. 2008). Apabila tanah yang akan ditanami tidak menjamin ketersediaan hara yang cukup maka harus dilakukan pemupukan. Dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman sangat bergantung pada kesuburan tanah dan diberikan secara bertahap. Kemudian dilakukan perawatan pada tanaman jagung dengan penyiraman yang teratur dan pengendalian hama dan penyakit.

H. Hama Penyakit

XXXI Salah satu kegiatan perawatan pada tanaman jagung manis yaitu kegiatan pengendalian hama dan penyakit. Menurut Wakman (2008) dan Sarono et al. (2001), hama utama tanaman jagung adalah penggerek batang, penggerek tongkol, belalang dan tikus. Pengendaliannya bisa menggunakan pestisida hayati, predator alami, pemasangan perangkap atau secara mekanis. Penyakit utama tanaman jagung adalah bulai (Peronosclerospora sp), hawar upih (Rhizoctonia sp), hawar daun (Exerohilum turcicum), bercak daun (Bipolaris maydis), busuk batang (Fusarium sp), karat daun (Puccinia sp), dan bercak daun kelabu (Cescospora sp).

XXXII Cara pengendaliannya pun dapat menggunakan pestisida alami, predator alami, pengendalian secara kultur teknis dan pengendalian secara mekanis. Perawatan tanaman yang lainnya terdiri dari kegiatan penyiangan, pembumbunan dan penyiraman. Penyiangan bertujuan untuk membersihkan lahan dari tanaman pengganggu (gulma). Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali setelah tanaman berumur 15 hari (Zuraida 2010). Dalam upaya memperkuat perakaran tanaman jagung diperlukan pembumbunan tanaman yang dilakukan ketika tanaman berusia 4 minggu. Tanaman jagung merupakan tanaman yang tergolong tidak tahan kelebihan air dan atau kekurangan air, relatif sedikit membutuhkan air dibandingkan dengan padi (Zubachtirodin et al. 2008). Penyiraman dilakukan pada stadium pertumbuhan awal, saat berbunga, dan saat pengisian biji.

Kekurangan air pada stadium pertumbuhan awal, saat berbunga, dan saat

(9)

pengisian biji akan menyebabkan hasil yang menurun (Purwono dan Hartono 2008)

I. Panen dan Pascapanen XXXIII

XXXIV Tanaman jagung manis dapat dipanen pada umur 60-70 hari setelah tanam, tetapi di daerah dataran tinggi umur panen dapat mencapai 80 hari (Anonim 18 1992). Jagung manis yang siap dipanen biasanya ditandai dengan penampakan luar rambut yang mengering, keketatan kelobot, dan kekerasan tongkol ketika digenggam. Panen dilakukan ketika biji masih belum matang, pada fase susu dan sebelum fase kental awal (Rubatzky dan Yamaguchi 1998).

XXXV Penanganan pasca panen jagung manis merupakan rangkaian kegiatan yang dimulai sejak panen diikuti pengeringan, pengupasan, perontokan, pembersihan dan penyimpanan. Cara

penanganan pasca panen menentukan derajat pencapaian peningkatan mutu, menekan tingkat kehilangan kuantitatif dan kualitatif.

(10)

III METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat

XXXVI Praktikum Dasar Agronomi dilaksanakan pada tanggal 25 September 2023 – 16 Januari 2024 bertempat di lahan praktikum milik Universitas Djuanda Bogor yang berlokasi di Citeko kecamatan Cisarua, Bogor, Jawa Barat.

J. Alat dan Bahan

XXXVII Alat yang digunakan dalam melaksanakan praktikum adalah cangkul, garu, tali rafia, label, trash bag, cat pilox, penggaris, papan nama, timbangan analog, timbangan digital, meteran, plastik, gunting, stik eskrim, papan jalan, dan alat tulis.

XXXVIII Sedangkan untuk bahan yang digunakan dalam pelaksanaan praktikum adalah benih jagung manis talenta, air, pupuk kandang, pupuk Urea, SP- 36, KCl, SP-36, furandan, koran, perekat (Ronstick), matador dan insektisida.

K. Pelaksanaan Praktikum

XXXIX Praktikum diawali dengan pengolahan lahan. Sebelumnya lahan telah dibersihkan dar rumput rumput liar. Kemudian dilakukan pembuatan bedengan dengan cangkul. Ukuran bedengan yang digunakan adalah panjang 13,60 m denga lebar 90 cm. Pembuatan bedengan dilakukan pada minggu pertama praktikum.

XL Setelah dilakukan pengolahan lahan, penanaman mulai dilakukan dengan denah bedengan sebagai berikut.

XLI

XLII Setiap bedengan diberi 2 baris garis lurus lalu diberi 25 lubang tanam dengan kedalaman 3-5 cm dan jarak tanam adalah 70 cm x 30

(11)

cm. setiap lubang tanam diisi 2 benih biji jagung manis. Benih yang sudah masuk lalu diberi sedikit furadan, kemudian lubang tanam ditutup. Setelah penanaman dilakukan pemupukan, pupuk kandang diberikan saat pembuatan bedengan, kemudian diberikan pupuk Urea, SP-36 dan KCl dibarengi dengan penanaman benih jagung manis pada saat berumur 0 mst.

Pupuk kandang diberikan sebanyak 28 Kg, SP-36 dan KCl diberikan secukupnya. Sedangkan urea diberikan sesuai dengan dosis perlakuannya, yaitu dimulai dari N0 0 g/m2, N1 42 g/m2, N2 84 g/m2, N3 126 g/m2 dan N4 168 g/m2.

XLIII Pemeliharaan meliputi tindakan penyulaman, penjarangan, penyiangan, pemupukan lanjutan pada umur 3 MST, pembumbunan dan pemanenan. Penyulaman dilakukan sekitar seminggu setelah tanah atau pada saat tanaman berumur 1 MST. Penyulaman juga dilakukan pada benih yang tidak tumbuh atau rusak.

XLIV Pada umur tanaman mendekati panen dan tongkol sudah mulai membesar, dilakukannya pemumbunan dengan cara menaikkan atau menimbunkan tanah pada pokok tanaman agar tetap tegak dan kokoh.

Pemanenan dilakukan pada waktu umur 13 MST atau 91 HST.

XLV

(12)

IV HASIL DAN PEMBAHASAN XLVI

A. HASIL

XLVII Berikut merupakan hasil rata rata sample tanaman jagung dari 5 perlakuan berbeda (N0, N1, N2, N3, N4). Hasil yang didapat berupa data vegetatif dan generatif yang dituangkan dalam bentuk tabel yang dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

XLVIII

1. Tinggi Tanaman XLIX

LPengamatan pertumbuhan tinggi tanaman jagung dapat diamati setelah 2 MST. Adapun hasil pengamatan dengan dosis N2 pada bedeng VII adalah sebagai berikut :

LI Tabel 1. Tinggi Tanaman Jagung Manis Perlakuan N2 pada Bedeng VII LII

No

LIII Minggu

Setelah Tanam (MST)

LIV Tingg

i Tanaman LV (cm) LVI

1 LVII 2 LVIII 14,15

LIX

2 LX 3 LXI 19,95

LXII

3 LXIII 4 LXIV 28,2

LXV

4 LXVI 5 LXVII 35,4

LXVIII

5 LXIX 6 LXX 46,5

LXXI

6 LXXII 7 LXXIII 102,7

LXXIV

7 LXXV 8 LXXVI 114,2

LXXVII Keterangan : Data sudah diolah (rerata) tinggi tanaman jagung pada per perlakuan N2 pada bedeng VII di setiap MST-nya (2024)

2. Diameter Batang LXXVIII

LXXIX Hasil pengamatan pengukuran diameter batang N2 pada bedeng VII yang terdiri dari 10 sampel dan didapati hasil rerata sebesar 2,538 cm, yang dapat dilihat pad tabel dibawah ini:

(13)

LXXX

LXXXI Tabel 2 Diameter Batang Tanaman Jagung Manis Perlakuan N2 pada Bedeng VII

LXXXII

No. LXXXIII Tanam

an (sampel) LXXXIV Diam eter Batang (cm) LXXXV

1 LXXXVI 1 LXXXVII 1,88

LXXXVIII

2 LXXXIX 2 XC2,24

XCI

3 XCII 3 XCIII 2,73

XCIV

4 XCV 4 XCVI 2,67

XCVII

5 XCVIII 5 XCIX 2,19

C

6 CI 6 CII 2,24

CIII

7 CIV 7 CV 2,37

CVI

8 CVII 8 CVIII 2,46

CIX

9 CX 9 CXI 3,2

CXII

10 CXIII 10 CXIV 3,4

CXV Rata Rata CXVI 2,538

CXVII Keterangan : Data sudah diolah (rerata) diameter batang tanaman jagung manis dari 10 sampel perlakuan petak N2 pada bedeng VII

CXVIII

3. Jumlah Daun CXIX

CXX Pengamatan jumlah daun tanaman jagung dapat diamati setelah tanaman berumur 2 MST sampai 8 MST. Dengan hasil pengamatan sebagai

berikut :

CXXI Tabel 3 Jumlah Daun Tanaman Jagung Manis Perlakuan N2 pada Bedeng VII

CXXII CXXIII CXXIV CXXV CXXVI CXXVII IV

N

V Minggu Setelah Tanam VI (MST)

VIIJumlah Daun

VIII (cm

) IX

1

X 2 XI 3,9

XII 2

XIII 3 XIV 6,5

XV 3

XVI 4 XVII 7,5

XVIII 4

XIX 5 XX9,4

XXI 5

XXII 6 XXIII 11,

2 XXIV

6

XXV 7 XXVI 11,

7 XXVII

7

XXVIII 8 XXIX 12,

2

(14)

CXXVIII CXXIX CXXX CXXXI CXXXII CXXXIII CXXXIV CXXXV

CXXXVI Keterangan : Data sudah diolah (rerata) jumlah daun pada per perlakuan petak N2 di Bedeng VII

(15)

4. Luas Daun CXXXVII

CXXXVIII Pengamatan luas daun pada perlakuan N2 dengan menggunakan 5 sampel. Luas daun didapatkan dari data panjang daun dan juga lebar daun. Maka pertambahan Panjang daun berbanding lurus dengan pertambahan lebar daun yang dapat dilihat pada tavel berikut.

CXXXIX Tabel 4 Luas Daun Tanaman Jagung Manis Perlakuan N2 pada Bedeng VII

CXL Ta

naman

CXLI P. Daun CXLII

(cm)

CXLIII L. Daun CXLIV

(cm)

CXLV 1 CXLVI

104,5

CXLVII 13

CXLVIII 2 CXLIX

74,5 CL 13

CLI 3 CLII

80

CLIII 12,8

CLIV 4 CLV

36,7

CLVI 13

CLVII 5 CLVIII

83

CLIX 13

CLX Ra

ta-rata CLXI

75,74 CLXII

12,96

CLXIII Keterangan : Data sudah diolah (rerata) pengukuran luas daun tanaman jagung manis dari 5 sampel perlakuan petak N2 pada bedeng VII

CLXIV

CLXV

5. Tongkol Berkelobot dan Tidak Berkelobot CLXVI

CLXVII Berikut merupakan data hasil pengamatan rata-rata generatif pada perlakuan N2 pada bedeng VII yang telah diolah dari 5 sampel dengan hasil pengamatan sebagai berikut :

CLXVIII Tabel 5 Data Tongkol Berkelobot dan Tidak Berkelobot Tanaman Jagung Manis Perlakuan N2 pada Bedeng VII

CLXIX No.

CLXX Kete

rangan

CLXXI B

erkelobot

CLXXII Tidak Berkelobot CLXXIII

1 CLXXIV Bobot

Jagung CLXXV 41

3,4 g CLXXVI 235 g

CLXXVII

2 CLXXVIIIPanjang

Jagung CLXXIX 34

,2 cm CLXXX 20,6 cm CLXXXI

3 CLXXXII Diameter

Jagung CLXXXIII63

,872 mm CLXXXIV 4

7,704 mm

(16)

CLXXXV 4

CLXXXVI Bob

ot Petak Efektif

CLXXXVII 5.909 g

CLXXXVIII CLXXXIX

5

CXC Bobot

Berangkasan

CXCI 76

8,4 g

CXCII

CXCIII Keterangan : Data sudah diolah (rerata) tanaman jagung manis perlakuan petak N2 pada bedeng VII

(17)

6. Jumlah Biji Jagung CXCIV

CXCV Berikut merupakan data hasil pengamatan jumlah baris, jumlah kolom yang kemudian akan didapatkan total jumlah biji jagung. Kemudian dilakukan pengamatan pada jumlah jagung yang ada pada petak dengan hasil pengamatan sebagai berikut:

CXCVI

CXCVII Tabel 6 Jumlah Jagung Efektif dan Jumlah Biji Tongkol Jagung Manis Perlakuan N2 pada Bedeng VII

CXCVIII N

o CXCIX Keterangan CC Jumlah

CCI 1 CCII Jumlah Baris CCIII 38

CCIV 2 CCV Jumlah Kolom CCVI 14

CCVII 3 CCVIII Total Jumlah Biji CCIX 544

CCX 4 CCXI Jumlah Jagung

PetakEfektif

CCXII 11

CCXIII Keterangan : Data sudah diolah (rerata) pengukuran jumlah baris dan biji/baris tanaman jagung manis dari 5 sampel perlakuan petak N2 pada bedeng VII (2024)

(18)

L. Pembahasan CCXIV

CCXV Dari hasil pengolahan data, didapatkan hasil berupa tinggi tanaman jagung, jumlah daun jagung, diameter batang jagung, bobot tongkol jagung, panjang tongkol jagung, keliling jagung dan jumlah biji jagung dari masing- masing tanaman.

CCXVI Pertumbuhan vegetatif pada tanaman jagung adalah pertumbuhan yang berhubungan dengan penambahan ukuran dan jumlah sel pada suatu tanaman. Pertumbuhan tanaman jagung meliputi fase perkecambahan yang dilanjutkan dengan fase vegetatif yang mencakup perbesaran batang, daun dan akar tanaman yang akhirnya melambat ketika dimulai fase generatif (Kanisius, 1993).

1. Tinggi Tanaman

CCXVII Tinggi tanaman jagung manis pada perlakuan N2 dengan dosis pupuk 84 g/m2 dilihat pada tabel selalu mengalami peningkatan pada setiap MST- nya. Pengukuran tinggi dilakukan pada setiap minggu dimulai dari MST 2 yang dapat dilihat sebagai berikut:

CCXVIII

MST 20 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7

20 40 60 80 100 120 140 160

19.25

64.9

90.4

114.2 123

147.9

Tinggi Tanaman Perlakuan N2

Minggu Setelah Tanam

Tinggi Tanaman (cm)

CCXIX Gambar 2 Grafik Tinggi Tanaman Jagung Manis

CCXX CCXXI

(19)

CCXXII Sebagai perbandingan dapat dilihat tinggi tanaman pada bedeng VII dengan setiap perlakuan:

CCXXIII

CCXXIV

CCXXV Gambar 3 Tabel Rata Rata Tinggi Tanaman Jagung Manis pada Bedeng VII

CCXXVI Pengamatan tinggi tanaman dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan tanaman pada fase vegetatif akibat perlakuan. Dapat dilihat pada perlakuan N2 memberikan hasil yang selalu mengalami peningkatan yang lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan N lainnya. Perlakuan pupuk urea mempengaruhi tinggi tanaman jagung manis. Hal ini diduga bahwa pemberian urea dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung manis, karena pupuk organik cair merupakan pupuk yang mudah diserap oleh tanaman.

7. Jumlah Daun

CCXXVII

CCXXVIII

CCXXIX Gambar 4 Rataan Jumlah Daun Perlakuan N2

(20)

CCXXXJumlah daun pada petak N2 mengalami peningkatan pada saat penanaman, dari MST 2-MST 8 . Peningkatan jumlah daun diakibatkan oleh urea yang mengandung 46% nitrogen mampu meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman seperti merangsang tumbuhnya daun muda, jika jumlah daun yang dihasilkan tanaman tinggi maka jumlah klorofil yang diserap oleh da Terdapat korelasi antar sifat pada tanaman. Jumlah daun tanaman jagung berhubungan erat dengan tinggi tanamannya (kolerasi sifat tanaman). Tanaman yang memiliki banyak daun pada umumnya akan semakin menguntungkan selama masa

pertumbuhan vegetatif berlangsung terutama untuk memperoleh cahaya matahari.

CCXXXI

Gambar 5 Rataan Jumlah Daun pada Bedeng VII

CCXXXII Diagram diatas menunjukan respons tanaman dengan perlakuan yang berbeda terhadap perkembangan pertumbuhannya. Pada N4 tidak bayak mengalami kenaikan jumlah daun, hal ini disebabkan oleh pemberian dosis urea yang terlalu banyak mengakibatkan tanaman rentan terkena hama.

CCXXXIII Pada fase pertumbuhan tanaman jagung yang diserang pada masa vegetatif hingga generatif terutama penyerangan hama yang mampu merusak dan melubangi daun jagung (Arifin, A dkk 2020).

(21)

8. Luas Daun

CCXXXIV

N0 N1 N2 N3 N4

0 10 20 30 40 50

60 53.02 52.76

46.98

55.1

43.02

Luas Daun

Perlakuan Bedeng VII

Luas Daun (cm2)

CCXXXV Gambar 6 Rataan Luas Daun pada Bedeng VII

CCXXXVI Pada bedeng VII didapatkan perlakuan tertinggi pada perlakuan N3 dengan dosis 126 g/m2 dengan luas perlakuan terendah pada N2.

Menurut Prayudyaningsih dan Tikupadang (2008), nitrogen yang terkandung di dalam pupuk urea sebagai penyusun protein berperan dalam memacu pembelahan jaringan meritem dan merangsang pertumbuhan dan perkembangan daun sehingga berperan dalam menambah lebar daun dan tinggi tanaman.

9. Diameter Batang

CCXXXVII Pertumbuhan batang tidak hanya memanjang tetapi juga terjadi pertumbuhan kesamping atau membesar, bahkan batang jagung dapat membesar dengan diameter 3 – 4 cm (AAK, 1993). Pengamatan terhadap diameter batang suatu tanaman dilakukan sebagai indikator pertumbuhan tanaman maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh perlakuan yang diterapkan. Data pengamatan diameter batang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

CCXXXVIII

(22)

CCXXXIX Gambar 5. Rataan Diameter Batang pada Bedeng VII

CCXL Pada bedeng VII didaptakan diameter tertinggi pada perlakuan dengan angka 2,73 dan diameter terendah pada perlakuan N0 atau tanpa perlakuan pupuk urea. Tanaman jagung yang tidak diberikan perlakuan akan kekurangan unsur hara. Jagung manis merupakan tanaman yang perlu unsur hara khususnya N dalam jumlah cukup selama pertumbuhannya, maka dari itu tanaman yang tidak diberi unsur hara akan mengganggu proses pertumbuhan tanaman jagung itu sendiri.

(23)

10. Bobot Tongkol Jagung Bedeng VII

CCXLI Pengamatan bobot tongkol dengan kelobot dan bobot tongkol tanpa kelobot dilakukan dengan menimbang tongkol dengan kelobot selanjutnya memisahkan antara kelobot dengan tongkol kemudian ditimbang. Menurut penelitian Ramanta (2008), pupuk meningkatkan bobot tongkol tanpa kelobot dengan perlakuan terbaik pada N4 dengan dosis 168 g/m2 yang dapat dilihat pada tabel berikut:

CCXLII

CCXLIII Gambar 7 Rataan Bobot Tongkol pada Bedeng VII

CCXLIV Menurut penelitian Syarifuddin (2012), kadar air dan dosis N mengakibatkan perbedaan nilai bobot tongkol dengan kelobot, bobot tongkol tanpa kelobot, serta panjang tongkol dan dapat juga dipengaruhi oleh faktor genetik. Subekti (2008) bahwa, pemberian dosis pupuk yang tepat perlu dilakukan untuk menyeimbangkan hara sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

(24)

CCXLV

11. Panjang Tongkol Jagung Bedeng VII

CCXLVI Karakter panjang tongkol menunjukkan kepadatan biji dan erat kaitannya dengan jumlah biji per tongkol. Tabel dibawah ini menunjukan bahwa dosis tertentu mempengaruhi panjang tongkol dapat dilihat perlakuan N4 mendapatkan hasil yang terbaik dengan dosis 168 g/m2. Sintia (2011), menyatakan bahwa pupuk urea merupakan kunci utama dalam usaha meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung. Pemberian pupuk urea dapat menambah ketersediaan unsur hara N yang dibutuhkan tanaman, sehingga membantu dalam proses fotosintesis yang berdampak pada pertumbuhan dan produksi jagung (Effendy et al, 2020).

CCXLVII

CCXLVIII Gambar 8 Rataan Panjang Tongkol Jagung pada Bedeng VII

(25)

12. Diameter Tongkol Jagung Bedeng VII

CCXLIX Pengamatan diameter tongkol berkelobot dan tanpa kelobot ini bertujuan untuk gambaran hasil proses pengisian biji. Pada bedeng VII didapatkan nilai terbaik pada N4 yang dapat dilihat pada tabel berikut:

CCL

CCLI Gambar 9 Rataan Diameter Jagung pada Bedeng VII

CCLII Menurut hasil penelitian Polii & Tumbelaka, (2012) menunjukkan bahwa pemberian pupuk urea berpengaruh nyata terhadap diameter tongkol jagung. Diameter tongkol dapat mempengaruhi bobot tongkol. Semakin lebar diameter tongkol, maka biji yang terdapat pada tongkol tersebut semakin banyak sehingga bobot tongkol semakin besar (Hidayah et al, 2016).

13. Bobot Petak Efektif Bedeng VII

CCLIII Bobot petak efektif berkelobot pada perlakuan bedeng VII, tertinggi pada dosis N3 dengan 4,8 dengan dosis 126 g/m2 yang dapat dilihat pada tabel berikut:

(26)

CCLIV

CCLV Gambar 10 Rataan Bobot Petak Efektif Bedeng VII

(27)

14. Jumlah Jagung Petak Efektif Bedeng VII

CCLVI Bobot Jagung efektif pada perlakuan bedeng VII, rata rata 9 – 12 jagung per petak yang dapat dilihat pada tabel berikut:

CCLVII

CCLVIII

CCLIX Gambar 11 Rataan Jumlah Tanaman Jagung Petak Efektif Bedeng VII

15. Bobot Brangkasan Bedeng VII

CCLX Bobot brangkasan pada perlakuan bedeng VII, tertinggi pada dosis N2 dengan 873 dengan dosis 126 g/m2 yang dapat dilihat pada tabel berikut:

CCLXI

CCLXII

CCLXIII Gambar 12 Rataan Bobot Brangkasan pada Bedeng VII

(28)

16. Jumlah Biji Jagung Bedeng VII

CCLXIV Jumlah Biji Jagung efektif pada perlakuan bedeng VII, tertinggi pada dosis N4 dengan jumlah biji 602 dengan dosis 126 g/m2 yang dapat dilihat pada tabel berikut:

CCLXV

CCLXVI

CCLXVII Gambar 13 Rataan Jumlah Biji Tanaman Jagung Bedeng VII

CCLXVIII Produktivitas jagung dapat ditentukan dari menghitung jumlah baris pertongkol, panjang tongkol dan bobot biji. Karakter panjang tongkol menunjukkan kepadatan biji dan erat kaitannya dengan jumlah biji per tongkol. T

(29)

CCLXIX SIMPULAN DAN SARAN/IMPLIKASI

CCLXX

A. Simpulan CCLXXI

CCLXXII Dari hasil praktikum, dapat disimpulkan pengaruh pemberian pupuk urea berbagai dosis untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis (Zea mays saccharata) bahwa pemberian urea berpengaruh sangat cepat terhadap pertumbuhan tanaman jagung manis. Dengan perlakuan pada bedeng VII dinyatakan paling efektif dengan dosis pupuk 168 g/m2 yang ditandai dengan hasil terbaik pada setiap parameter dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

M. Saran/implikasi CCLXXIII

CCLXXIV Disarankan kepada praktikan bertanggung jawab terhadap alat-alat praktikum yang digunakan dan lebih bertanggung jawab terhadap jadwal praktikum. Selain itu, perlunya akses jalan ke tempat praktikum yang lebih memadai guna menjaga keselamatan praktikan.

(30)

DAFTAR PUSTAKA

CCLXXV AAK. 1993. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Kanisius.

Yogyakarta. Hlm 40-72 2006. Jagung. Kanisius. Yogyakarta. Hlm 11-18.

CCLXXVI Aminah, I.S., D. Budianta, Y. Perto, E. Sodikin. 2014.

Tumpangsari jagung (Zea mays L.) dan kedelai (Glycine max L. Merrill) untuk efisiensi penggunaan dan peningkatan produksi lahan pasang surut. J.

Tanah Iklim 38:119-128.

CCLXXVII Dahlan M. dan Slamet.1992. Pemuliaan tanaman jagung. Prosiding Simposium Pemuliaan Tanaman 1. Perhimpunan Pemuliaan Tanaman Indonesia. Jawa Timur.

CCLXXVIII Dewi, P dan Kusmiyati.2016.Fisiologi tanamanan budidaya.Universitas Indonesia,Jakarta.

CCLXXIX Effendy I, Paiman, Marlina N. 2020. Pengurangan penggunaan pupuk urea melalui pemanfaatan tanaman turi mini (Sesbania rostrata) pada budidaya jagung manis. Vegetalika. 9(2): 425-436

CCLXXX Kartika, Tita, Dewi. 2015. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Terhadap Mutu Benih Jagung Manis (Zea mays Saccharata Sturt) di PT.

Sang Hyang Seri (Persero) Sukamandi. Agrorektan. Vol. 2 (2) : 118 CCLXXXI Latuharhary, Rossy Angelina., Triono, Bagus Saputro. 2017.

Respon Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays) Varietas Bisma Dan Srikandi Kuning Pada Kondisi Cekaman Salinitas Tinggi. Jurnal Sains dan Seni ITS Vol. 6(2).

CCLXXXII Lingga dan Marsono.2007.Petunjuk Pengunaan Pupuk.Penebar Swadaya.Jakarta..

CCLXXXIII Maryamah U. 2016. Evaluasi Penampilan Sifat Hortikultura Dan Potensi Hasil Pada Jagung Manis Dan Jagung Ketan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

CCLXXXIV Ramanta AE. 2008. Pengaruh efektivitas pupuk hayati petrobio pada pertumbuhan dan hasil tanaman jagung hibrida (Zea mays) BISI-16. Skripsi.

Universitas Brawijaya Malang.

(31)

CCLXXXV Riwandi., Merakati, Handajaningsih., Hasanudin. 2014. Teknik Budidaya Jagung dengan Sistem Organik di Lahan Marjinal. Bengkulu:

UNIB Press.

CCLXXXVI Rosmarkam dan Yuwono.2012.Ilmu kesuburan tanah.

Kanisius,Yogyakarta.

CCLXXXVII Rubatzky VE, Yamaguchi M. 1998. Sayuran Dunia 1. Bandung:

ITB. Purwono, Hartono R. 2008. Bertanam Jagung Unggul. Jakarta:

Penebar Swadaya.

CCLXXXVIII Sarono, a’ud , sai C. 2001. Corn production in Indonesia.

Di dalam Park KJ, editor. Corn Production in Asia. Taiwan: Food and Fertilizer Technology Center. Hlm 35-54.

CCLXXXIX Sembiring S. 2009. Studi karakteristik beberapa varietas jagung (Zea mays L.) hasil three way cross. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.

Medan.

CCXC Sintia, M. 2011. Pengaruh Beberapa Dosis Kompos Jerami Padi dan Pupuk Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis. Jurnal online. Diakses pada tanggal 12 oktober 2016. Hal 11

CCXCI Subekti NA, Syafiruddin, Efendi R, Sunarti S. 2007. Morfologi tanaman dan fase pertumbuhan jagung Sulawesi Selatan. Balai Penelitian Tanaman Serealia Sulawesi Selatan. URL: http://balitsereallitbang.deptan.co.id.

CCXCII Surtinah. 2012. Korelasi Antara Waktu Panen dan Kadar Gula Biji Jagung Manis (Zea mays Saccharata Sturt). Jurnal Ilmiah Pertanian, 9(1): 1- 6.

CCXCIII Wakman W. 2008. Pengendalian organisme pengganggu tanaman jagung ramah lingkungan. Di dalam Inovasi Teknologi Tanaman Pangan, Buku 3: Penelitian dan Pengembangan Palawija. Prosiding Simposium V Tanaman Pangan. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Hlm 837-842.

CCXCIV Wulandari, Baiq Arasya., Lalu Muhamad Jaelani. 2019.

Identifikasi Fase Pertumbuhan Tanaman Jagung Menggunakan Citra SAR Sentinel-1A (Studi Kasus: Kecamatan Gerung, Lombok Barat, NTB). Jurnal Penginderaan Jauh Indonesia Vol. 1 (2).

(32)

CCXCV Zubachtirodin, Margaretha SL, Pabbage MS. 2008. Pengelolaan tanaman jagung secara terpadu pada lahan sawah tadah hujan. Di dalam Inovasi Teknologi Tanaman Pangan, Buku 3: Penelitian dan Pengembangan Palawija. Prosiding Simposium V Tanaman Pangan. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Hlm 779-792.

CCXCVI Zuraida R. 2010. Usahatani padi dan jagung manis pada lahan tadah hujan untuk mendukung ketahanan pangan di Kalimantan Selatan (kasus di Kec. Landasan Ulin Kotamadya Banjar Baru). Prosiding Pekan Serealia Nasional.

http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/p77.pdf

(33)

CCXCVII LAMPIRAN CCXCVIII

CCXCIX Lampiran 1 Data Generatif Bedeng VII CCC

CCCI

CCCII Lampiran 2 Dokumentasi Kegiatan Praktikum Agronomi Dasar CCCIII

CCCIV

CCCV CCCVI

CCCVII CCCVIII

CCCX

Gambar

Gambar 5 Rataan Jumlah Daun pada Bedeng VII

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data pada Tabel 7 dosis pupuk kandang tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap peubah jumlah tanaman petak bersih, jumlah tongkol petak bersih, bobot

Hasil analisis ragam menunjukkan tidak terjadi interaksi antara dosis PGPR dan dosis kalium terhadap rata-rata jumlah daun tanaman jagung, dan secara mandiri juga tidak

Tabel 7 Rerata Bobot Segar Tongkol Tanpa Kelobot Tanaman Jagung Manis Akibat Perlakuan Biochar dan Olah Tanah pada Umur Rerata bobot segar tongkol tanpa kelobot g pada umur

Pertumbuhan organ vegetatif seperti tinggi tanaman, jumlah daun, dan panjang daun meunjukan hubungan yang erat dengan kadar gula biji jagung manis.. Lebar daun

Pertumbuhan tanaman jagung manis tanpa pemberian limbah serasah jagung akan tertekan dikarenakan tidak adanya penambahan bahan organik di dalam tanah sehingga

Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa pemberian bokashi daun gamal menghasilkan jagung manis yang lebih baik dan berbeda dengan perlakuan lainnya, sedangkan pada

Bobot segar tongkol dengan klobot yang dihasilkan tanaman jagung manis berbeda nyata pada perlakuan kerapatan tanaman dan dosis pupuk kandang kambing (Tabel

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS Zea mays saccharata Sturt TERHADAP DOSIS PUPUK HAYATI DAN PUPUK NPK MAJEMUK Oleh ANDI WIJAYA SKRIPSI Sebagai salah satu