PROPOSAL PENELITIAN
PENGARUH BOKASHI MIMOSA AIR DAN PUPUK MAJEMUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PARE PADA TANAH PODSOLIK
MERAH KUNING
Oleh : Damardi NIM C1011211192
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2024
PENGARUH BOKASHI MIMOSA AIR DAN PUPUK MAJEMUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
TANAMAN PARE PADA TANAH PODSOLIK MERAH
KUNING
I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Tanaman pare merupakan komoditas tanaman hortikultura yang dikelompokkan kedalam sayur-sayuran. Kedudukan pare sebagai salah satu jenis sayuran, memiliki nilai ekonomi dan sosial yang cukup tinggi, keadaan ini menyebabkan tanaman pare sangat potensial dikembangkan sebagai salah satu usaha tani yang menguntungkan.
Tanaman pare termasuk golongan Cucurbitaceae yang banyak dikonsumsi masyarakat karena rasanya yang pahit namun memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Selain dapat dikonsumsi sebagai aneka jenis sayuran, buah pare juga dapat digunakan sebagai bahan obat tradisional untuk menyembuhkan beberapa jenis penyakit yaitu ; kencing manis, wasir, kemandulan, menambah produksi ASI.
Tanaman pare banyak digemari masyarakat dan mempunyai nilai ekonomis yang masih rendah (Hendro. 2003)
Pare termasuk salah satu tanaman sayur yang berpotensi komersil bila dibudidayakan dalam skala agribisnis. Peluang pasar komoditas pare masih terbuka luas mulai dari pasar-pasar lokal maupun pasar swalayan dikota-kota besar (Rukmana 1997).
Kandungan gizi buah pare tiap 100 g bahan yaitu : Protein 0,90 g, Lemak 0,04 g, Karbohidrat 4,60 g, Kalsium 32,00 mg, Fosfor 32,00 mg, dan mengandung Vitamin A,B, dan C, dan bagian yang dapat dimakan 77%. Buah pare yang belum masak mengandung saponin, flavonoid, dan folipenol, serta glikosida cucurbitacin.
Sedangkan pada biji, ditemukan senyawa momorcharin (zat yang menyebabkan rasa pahit) yang aktif sebagai anti tumor (Rukmana, 2007).
Berdasarkan data dari di Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat tahun 2024 tentang tanaman sayuran di Kalimantan Barat pada lima tahun terakhir (2019–2023) ternyata belum ditemukan data luas panen dan produksi pare secara nasional. Tanaman pare di Kalimantan Barat belum diusahakan secara luas dan masih merupakan tanaman sampingan yang ditanam bersama sayuran lainnya.
Salah satu cara untuk meningkatkan produksi sayuran ialah dengan cara memperbaiki teknik budidaya yang salah satunya dengan menggunakan pemupukan baik itu organik maupun anorganik (Setiawan dkk., 2016). Pemupukan merupakan salah satu faktor penentu dalam upaya meningkatkan hasil tanaman (Koheri dkk., 2015). Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pemakaian pupuk anorganik dalam mengembalikan kondisi fisik, kimia dan biologi tanah adalah penggunaan pupuk organik. Pupuk organik dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, tetapi dalam penggunaannya diperlukan dalam jumlah yang besar dibandingkan dengan pupuk anorganik dalam luasan yang sama (Purnomo dkk., 2013) diantaranya penggunaan bokashi mimosa air.
Menurut Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat (2020), sebaran lahan PMK seluas 9,2 juta hektar atau 63,83% dari luas wilayah Kalimantan Barat atau setara dengan 14,7 juta hektar. Hal ini menunjukkan prospek yang baik untuk budidaya pare di lahan PMK. Untuk memanfaatkan tanah PMK sebagai tempat penanaman, sifat fisik dan kimia tanah harus diperbaiki.
Menurut Utomo et al. (2016), tanah podsolik merah dan kuning (PMK) tergolong marginal karena rendahnya potensi untuk kegiatan budidaya tanaman.
Hal ini karena pencucian intensif dan pelapukan lanjut mengurangi kandungan unsur hara dan sifat fisik tanah, sehingga mengakibatkan sifat kimia tanah menjadi buruk. Tanah PMK umumnya mempunyai ciri-ciri pH tanah yang tergolong asam sampai asam kuat, kadar C organik rendah sampai sedang, produktivitas rendah, dan kapasitas tukar kation (KTK) rendah. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah PMK dengan pemberian kombinasi bokashi mimosa air dan pupuk majemuk Grand K.
Upaya terbaik untuk meningkatkan kesuburan tanah adalah melalui penggunaan pupuk organik seperti bokashi mimosa air sebagai komponen media tanam. Kelebihan pupuk organik adalah dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Indranada, 1986). Pupuk organik dapat menggemburkan tanah dan memacu aktivitas mikroorganisme tanah, meskipun ketersediaan unsur hara essensisal (makro dan mikro) relatif lebih rendah daripada pupuk anorganik, (Suwahyono, 2011)
Grand K adalah pupuk anorganik majemuk yang mengandung Nitrat Nitrogen (NO) dan Kalium (K2O) yang dapat diserap tanaman dengan mudah dan cepat. Pupuk Grand K mengandung N 13 % dan K 46 % serta mengandung P2O5 03
% dan Ca 44 % (Herianto dkk, 2023). Peranan kalium pada tanaman yaitu meningkatkan proses fotosintesis, mempertahankan turgor, membentuk batang agar lebih kuat, serta sebagai activator enzim.
B. Rumusan Masalah
Pertumbuhan pada tanaman salah satunya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan pada media tanam, seperti sifat fisik tanah yang tidak mendukung.
Apabila kondisi tanah tidak dapat meyediakan lingkungan yang sesuai dengan struktur tanah yang baik, serta ketersediaan bahan organik yang tinggi, serta unsur hara makro maupun mikro, maka pertumbuhan tanaman akan terhambat.
Permasalahan yang dihadapi pada lahan PMK adalah pH termasuk masam, tingkat ketersediaan C-organik rendah sampai sedang, P sedang sampai tinggi, K, basa-basa, Ca, Mg, Na, kapasitas tukar kation (KTK) dan kejenuhan basa (KB) semuanya rendah (Santoso et al., 1993).
Upaya yang dapat dilakukan untuk megatasi permasalahan pada tanah PMK yaitu dengan memperbaiki sifat fisik dan kimia dengan pemberian bokashi mimosa air dan pupuk K. Pemberian bokashi mimosa air dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah serta menyediakan sebagian unsur hara agar seimbang bagi tanaman. Namun penggunaan bokashi mimosa air saja tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan unsur hara untuk tanaman, maka dari itu perlu ditambahkan pupuk K agar dapat menunjang kebutuhan unsur hara agar mendapatkan hasil produktivitas yang maksimal. Berdasarkan uraian diatas, maka masalah pada penelitian ini adalah :
Bagaimana interaksi antara bokashi mimosa air dan pupuk K terhadap tanaman pare?
C. Tujuan penelitian
Mengetahui interaksi antara bokashi mimosa air dan pupuk K terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pare pada tanah PMK.
II. Tinjauan Pustaka D. Landasan Teori
1. Klasifikasi dan Botani Pare
Menurut Prasetio (2013) pare (Momordica charantia L.) merupakan tanaman merambat yang berasal dari Asia yang dibudidayakan di perkebunan dengan buahnya yang dijadikan sebagai sayur.
Adapun klasifikasi dari tumbuhan pare (Momordica charantia L.) sebagai berikut, (Sutanto, 2010) :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta SuperDevisi : Spermatophyta Devisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Subkelas : Dilleniidae
Ordo : Violales
Famili : Cucurbitaceae
Genus : MomordicaS
Spesies : Momordica charantia L.
2. Morfologi Pare A. Akar
Akar pada tanaman pare memiliki akar tunggal dan akar berserabut yang sangat lembut. Sehingga tanaman pare ini lebih cocok untuk dibudidayakan pada kondisi lahan/ tanah yang berstruktur keras dan berpasir. Pada tanaman pare ini mempunyai akar yang berwarna putih.
B. Batang
Batangnya mempunyai 5 rusuk dan panjang 2-5 cm. Berdaun 1, batang, panjang 1,5-5,3 cm, bulat, panjang 10 cm, berwarna hijau tua. berbunga tunggal, berkayu dan berkelamin dua, bertangkai panjang, dan berwarna kuning.
Batang pare memiliki 5 tulang rusuk dan panjang 2 hingga 444,5 cm. Batang muda berbulu lebat.
C. Daun
Daun pare berbentuk lonjong, berbulu, dan melengkung. Susunan tulang daun yang berjumlah itu berbentuk jari. Tangkai daun tumbuh dari ketiak daun. Panjang tangkai daun mencapai 7-12 cm. Sisi atas daun berwarna hijau tua dan sisi bawah berwarna hijau pucat atau kekuningan. Daun pare 5 berseling dan panjang batang 1,5 sampai 5,3 cm. Daun tunggal, bulat , pangkal berbentuk hati, diameter 4-7 cm.
D. Bunga
Bunga pare mekar dari ketiak daun dan berwarna kuning cerah.
Bunga pare terdiri dari bunga jantan dan bunga betina yang berduri, licin, dan berbulu. Kelopaknya berbentuk lonceng dan memiliki banyak tulang rusuk.
Panjang kuntum jantan 2–5,5 cm, dan panjang kuntum betina 1–10 cm. Bunga pare terbagi menjadi bunga jantan dan betina, dan bunga jantan memiliki tiga benang sari dan kepala sari berwarna jingga, yang semuanya menyatu lalu terpisah. Kamar Sari bentuknya seperti huruf S. Bunga betina bersisik, ovarium memiliki paruh panjang, duri tipis, dan rambut panjang. Ada tiga perangko dengan alur, dua di dalam dan satu utuh.
E. Buah
Buah pare lahir dari bunga pare betina yang telah melalui proses penyerbukan. Buah ini mempunyai bentuk bulan memanjang, permukaan bergelombang dan rasa pahit. Bagian buah yang matang berwarna oranye. Buah memiliki daging buah yang tebal dan biji yang banyak di dalamnya. Buahnya bulat memanjang, bercak tidak beraturan, panjang 8-30 cm, pahit, warnanya hijau, bila masak menjadi jingga.
3. Syarat Tumbuh
Pare sangat baik ditanam di daerah dataran rendah, seperti tegalan maupun pekarangan. Pare yang ditanam di daerah dataran tinggi biasanya buahnya akan kecil-kecil dan pertumbuhan buahnya kurang normal. Syarat penting untuk tumbuhnya tanaman pare yang baik adalah tanah yang gembur,
banyak mengandung humus, dan pH tanah antara 5-6. Tanaman pare tidak memerlukan banyak sinar matahari, sehingga dapat tumbuh baik ditempat yang ternaungi dan dianjurkan untuk ditanam di pekarangan rumah. Adapun waktu tanam yang baik ialah pada awal musim hujan atau awal musim kemarau (Sunarjono,2010).
Daya adaptasi tanaman pare cukup tinggi dan bisa menyesuaikan diri terhadap kondisi iklim yang berlainan sekali (suhu dan curah hujan yang tinggi).
Oleh karena itu pare dapat ditanam di daerah dataran tinggi, disamping tanaman ini juga dapat tumbuh sepanjang tahun dimusim hujan maupun kemarau. Pare akan memberikan hasil yang tinggi jika ditanam di tempat yang terbuka dan kering, drainase dan aerasinya baik dengan ketinggian tempat1- 1.500 mdpl 6 dengan kisaran pH 5-6. Hasil akan lebih baik pada tanah yang gembur dan memiliki humus atau bahan organik yang tinggi (Sunarjono, 2010).
4. Bokashi Mimosa air
Bokashi merupakan hasil fermentasi bahan organik dari limbah pertanian (pupuk kandang, jerami, sampah, sekam serbuk gergaji) dengan menggunakan EM-4 (Gao et al, 2012 dalam Atikah, 2013). EM-4 (Efective Microorganisme) merupakan bakteri pengurai dari bahan organik yang digunakan untuk proses pembuatan bokashi, yang dapat menjaga kesuburan tanah sehingga berpeluang untuk meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi. (Tola et al, 2007 dalam M.Tufaila dkk 2014).
5. Pupuk K
Kalium adalah suatu satu unsur hara esensial yang di butuhkan oleh tanaman dalam jumlah besar.Kalium di serap tanaman dalam bentuk ion K+di dalam tanah. Ion ini bersifat dinamis, sehingga mudah tercuci tanah berpasir dan tanah dengan pH rendah (Novizan, 2002).
KCl adalah pupuk buatan yang me-ngandungKalium (52%K20) di mana untuk memenuhi kebutuhan unsur hara dan perbaikan tanah pupuk KCl dapat dikombinasikan dengan pemberian pupuk bokashi.
E. Kerangka Konsep
Pare memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena memiliki peran penting untuk pangan sehingga memiliki prospek yang baik untuk dibudidayakan secara luas. Adapun faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam budidaya pare adalah media tanam karena menjadi tempat bertumpunya akar dan penyerapan unsur hara dan air. Produksi pare di Kalimantan Barat masih tergolong rendah karena tidak dibudidayakan secara luas hanya sebagai tanaman sampingan dipekarangan rumah oleh masyarakat, oleh karena itu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi yaitu melalui ekstensifikasi dan intesifikasi.
Tanah PMK memiliki sebaran yang luas di Indonesia termasuk di Kalimantan Barat sebaran lahan PMK seluas 9,2 juta hektar atau 63,83% dari luas wilayah Kalimantan Barat atau setara dengan 14,7 juta hektar. Hal ini menunjukkan prospek yang baik untuk budidaya pare di lahan PMK. Adapun permasalahan pada tanah podsolik yaitu memiliki kemasaman tanah yang tergolong masam dengan pH berkisar antara 3,10-5, kandungan hara makro esensial yang rendah, kandungan organik yang rendah . Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan diatas adalah dengan pemberian bokashi mimosa air dan pupuk K.
Pupuk K diperlukan tanaman untuk mendorong laju asimilat serta meningkatkan ketahanan tanaman. Tanaman dapat dikatakan baik adalah tanaman yang memiliki batang yang kuat dan kokoh. Kandungan pada pupuk KCl dapat memberikan solusi untuk memperkuat tanaman untuk tumbuh hingga menghasilkan.
Hasil penelitian Bahtiar dkk, 2021, menunjukkan bahwa pemberian kompos putri malu berpengaruh nyata terhadap berat kering kacang hijau, jumlah polong, berat biji per tanaman, dan berat 100 biji kering. Tetapi kompos putri malu berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, berat kering akar, dan jumlah cabang. Pertumbuhan terbaik dicapai pada dosis 15%. Hasil
penelitian R. Barua dkk, 2011, menunjukkan bahwa Kompos Mimosa invisa memberikan pengaruh nyata terhadap karakter tanaman kacang lentil kecuali jumlah cabang tanaman Dengan dosis 5 ton/ha. Hasil penelitian S. Barman dkk, 2009, menunjukkan bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kacang lentil(cm), jumlah cabang per tanaman, anakan efektif per tanaman, anakan tidak efektif per tanaman, jumlah polong per tanaman, jumlah biji per tanaman, berat 1000 biji (g), hasil biji (kg ha-1), hasil jerami (kg ha-1), dan hasil hayati (kg ha-1), kecuali indeks panen (%).
Hipotesis
Diduga pemberian bokashi mimosa air dengan dosis 5 ton/ha dan pupuk KCl dengan dosis 150 kg/ha dapat memberikan hasil terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman pare.
III. Metode Penelitian F. Tempat dan Waktu penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Jl. Parit Haji Muksin II, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat selama kurang lebih 2 Bulan.
G. Bahan dan Alat Penelitian
1. Bahan yang akan digunakan antara lain: Benih pare varietas Azzora 38, tanah PMK, polybag, bokashi mimosa air, pupuk KCl, dedak, dekomposer EM4, gula merah dan pupuk kandang sapi.
2. Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang, sekop, ayakan tanah, gelas ukur, ember, timbangan analitik, timbangan duduk, terpal, pH meter, alat dokumentasi, alat tulis.
H. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial, terdapat 2 faktor perlakuan yaitu : faktor pertama dengan pemberian bokashi mimosa air diberi kode (P) sebanyak 3 taraf perlakuan, faktor kedua dengan pemberian pupuk K dengan kode (K) sebanyak 3 taraf perlakuan sebanyak 3 kali setiap perlakuan terdapat 4 sampel tanaman, maka akan diperoleh 108 tanaman, Adapun taraf perlakuan dalam penelitian ini yaitu:
1. Faktor pertama adalah Bokashi Mimosa Air dengan kode (P) terdiri atas 3 taraf perlakuan yaitu :
P1: Bokashi Mimosa Air 5 ton/ha (1 kg/m2) P2: Bokashi Mimosa Air 20 ton/ha (2 kg/m2) P3: Bokashi Mimosa Air 30 ton/ha (3 kg/m2)