• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Pupuk Pupuk Kandang Kambing dan PLANT GROWTH PROMOTING RHIZOBACTERIA (PGPR) pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Pengaruh Pemberian Pupuk Pupuk Kandang Kambing dan PLANT GROWTH PROMOTING RHIZOBACTERIA (PGPR) pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman "

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.jpt.2022.006.2.10

Pengaruh Pemberian Pupuk Pupuk Kandang Kambing dan PLANT GROWTH PROMOTING RHIZOBACTERIA (PGPR) pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman

Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt.)

Effect of Goat Manure and on Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) Growth and Yield of Sweet Corn (Zea mays saccharata Sturt .)

Plants

Krisdayanti Siahaan*) dan Sudiarso

Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang 65145 Jawa Timur

*)Email : krisdayantisiahaan8@gmail.com

ABSTRAK

Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt ) merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak diminati masyarakat indonesia karena memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan dengan jagung biasa, umur panennya lebih singkat. Pada tahun 2012 produksi jagung manis 19.377.030 ton sedangkan pada tahun 2013 18.506.287 ton dan pada tahun 2014 mencapai 18.548.872,00 ton dengan luas panen 3.786.376,00 ha. Hal ini menandakan produksi jagung nasional masih belum mencukupi kebutuhan pasar. Teknik perbaikan budidaya jagung manis dapat dilakukan dengan pemberian PGPR dan pupuk kandang kambing. Peran PGPR pada pertumbuhan tanaman juga dibantu dengan adanya pupuk kandang kambing, Pupuk kandang kambing merupakan salah satu jenis pupuk kandang yang banyak mengandung senyawa organik. Ketersediannya yang melimpah dapat mengurangi biaya produksi dan meningkatkan hasil produksi melalui perbaikan struktur tanah. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 9 kombinasi perlakuan dengan 3 kali ulangan. Parameter pertumbuhan meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun dan berat kering tanaman. Parameter hasil meliputi bobot segar tongkol berkelobot, bobot segar tongkol tanpa kelobot, panjang tongkol, diameter tongkol, kadar gula dan hasil panen jagung perhektar. Kombinasi pupuk kandang kambing 10 ton ha-1 + PGPR 5 ml/L dapat meningkatkan 32,70% hasil panen perlakuan P1 (Pukan 10 ton ha-1), P2 (Pukan 10 ton ha-1 + PGPR 5 ml/L), P3 (Pukan 10 ton ha-1 + PGPR10 ml/L), P4 (Pukan 10 ton ha-1 + PGPR15 ml/L), P5 (Pukan 20 ton ha-1), P6 (Pukan 20 ton ha-1 + PGPR 5 ml/L), P7 (Pukan 20 ton ha-1 + PGPR10 ml/L) dan P8 (Pukan 20 ton ha-1 + PGPR 15 ml/L ) tidak berbeda nyata, namun berbeda nyata dengan P0 (Kontrol).

Kata Kunci : Hasil, Jagung Manis, Pukan, PGPR.

ABSTRACT

Sweet corn (Zea mays saccharata Sturt) is a food crop that is great demand by Indonesians because has sweeter taste than ordinary corn and has shorter harvest time. 2012, sweet corn production was 19,377,030 tons, while in 2013 was 18,506,287 tons and in 2014 reached 18,548,872.00 tons with harvest area 3,786,376.00 ha. This shows the national maize production still not sufficient for market needs. Techniques for improving sweet corn cultivation can be done providing PGPR and goat manure.

The role of PGPR in plant growth also assisted by the presenoe of goat manure, where goat manure is organic material that functions as a provider of nutrients and nutrients for PGPR so that the microorganisms in PGPR are able to survive in the environment. Goat manure is type of manure that contains lots of organic compounds. Soil organic matter can help improve soil physical, biological and chemical properties. Goat manure is friendly to the environment, abundant availability can reduce

(2)

production costs and increase production through improved soil structure. This study used a randomized block design (RBD) consisting of 9 treatment combinations with 3 replications. Growth parameters include plant height, number of leaves, leaf area and plant dry weight. Yield parameters include fresh weight of cob, fresh weight cob without husk, cob length, cob diameter, sugar content and corn yield per hectare.

The combination of goat manure 10 ton ha-1+PGPR 5 ml/L can increase 32.70% yield per hectare, namely 13.88 tonnes ha-1 compared to the control treatment which is 9.33 tonnes ha-1.

Keywords : Result, Sweet Corn, Manure, PGPR

PENDAHULUAN

Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt ) merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak diminati masyarakat indonesia karena memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan dengan jagung biasa, umur panennya lebih singkat dan juga mudah diolah sebagai bahan makanan. Produktivitas jagung manis di dalam negeri masih rendah dibandingkan negara produsen akibat sistem budidaya yang belum tepat (Palungkun dan Asiani, 2004). Pada tahun 2012 produksi jagung manis adalah 19.377.030 ton sedangkan pada tahun 2013 adalah 18.506.287 ton dan pada tahun 2014 mencapai 18.548.872,00 ton dengan luas panen 3.786.376,00 ha (Badan Pusat Statistik, 2014). Hal ini menandakan produksi jagung nasional masih belum mencukupi kebutuhan pasar.

Teknik perbaikan budidaya jagung manis dapat dilakukan dengan pemberian PGPR dan pupuk kandang kambing. PGPR ialah kelompok bakteri mengguntungkan yang aktif mengkoloni akar tanaman dengan tiga peran utama bagi tanaman ialah biofertilizer, biostimulan, dan bioproktektan. PGPR berperan penting dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman, hasil panen dan kesuburan lahan. Peran PGPR pada pertumbuhan tanaman juga dibantu dengan adanya pupuk kandang kambing, dimana pupuk kandang kambing merupakan bahan organik yang berfungsi sebagai penyedia unsur hara dan nutrisi bagi PGPR sehingga mikroorganisme dalam PGPR mampu bertahan pada lingkungan. Pupuk kandang kambing merupakan salah satu jenis pupuk

kandang yang banyak mengandung senyawa organik. Bahan organik tanah dapat membantu memperbaiki sifat fisik, biologi dan kimia tanah. Pupuk kandang kambing ramah terhadap lingkungan, Ketersediannya yang melimpah dapat mengurangi biaya produksi dan meningkatkan hasil produksi melalui perbaikan struktur tanah. Penggunaan pupuk kandang kambing secara berkelanjutan memberikan dampak positif terhadap kesuburan tanah. Selain menggunakan pupuk organik, PGPR juga diperlukan untuk meningkatkan produksi jagung manis. Pemberian PGPR dan pupuk kandang kambing akan memberikan pengaruh lebih baik bagi pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juni 2020 di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur. Lokasi penelitian berada pada ketinggian ±1500 mdpl dengan rata-rata suhu harian 20-28oC. Alat-alat yang digunakan pada penelitian ialah cangkul, ember, timbangan, oven, amplop coklat, meteran, penggaris, alat tulis, kamera, refractometer, LAM (Leaf Area Meter), dan mika label. Bahan yang digunakan ialah benih jagung manis varietas Talenta, pupuk kandang kambing, PGPR, pupuk anorganik NPK Mutiara, herbisida, insektisida dan air.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan yang diberikan yaitu kombinasi antara dosis pupuk

(3)

kandang kambing dan PGPR yang terdiri dari 9 kombinasi perlakuan dengan 3 kali pengulangan. P0 = Kontrol, P1 = Pukan 10 ton ha-1, P2 = Pukan 10 ton ha-1 + PGPR 5 ml/L, P3 = Pukan 10 ton ha-1 + PGPR 10ml/L, P4 = Pukan 10 ton ha-1 + PGPR 15 ml/L, P5 = Pukan 20 ton ha-1, P6 = Pukan 20 ton ha-1 + PGPR 5 ml/L, P7 = Pukan 20 ton ha-1 + PGPR 10 ml/L, P8 = Pukan 20 ton ha-1 + PGPR 15 ml/L. Pengamatan percobaan terdiri dari pengamatan pertumbuhan dan panen secara destruktif. Pengamatan dilakukan pada 14, 28, 42, dan 56 HST.

Parameter pertumbuhan meliputi seperti tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun dan berat kering total tanaman. Pengamatan hasil meliputi bobot segar tongkol berklobot, berat segar tongkol tanpa klobot, panjang tongkol, diameter tongkol, kadar gula dan hasil panen. Pelaksanaan penelitian meliputi analisis tanah, persiapan bibit, persiapan lahan, penanaman, pengaplikasian PGPR, pemupukan, pemeliharaan, penyulaman, penyiangan gulma, pengendalian hama penyakit dan panen jagung manis. Data hasil percobaan yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5.

HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman

Parameter tinggi tanaman umur 28 dan 42 hst menunjukan bahwa kombinasi perlakuan P7 (Pukan 20 ton ha-1 + PGPR 10

ml/L) menghasilkan nilai rata-rata tertinggi dari perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan pemberian pupuk kandang kambing dan PGPR diberikan dengan berbagai dosis dan konsentrasi yang berbeda, sehingga menunjukan rerata tinggi tanaman yang berbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutari (2010), menyatakan tinggi tanaman sangat dipengaruhi oleh jumlah hara yang diserap oleh tanaman, dalam batas-batas tertentu semakin banyak unsur hara (N, P, K) yang diberikan semakin baik karena unsur N sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan akar, batang dan daun.

Dengan pemberian PGPR dapat mempercepat proses dekomposisi bahan organik, sehingga menyebabkan tersedianya unsur hara yang terdapat pada pupuk organik (Husnihuda et al., 2017). Hal ini disebabkan pemberian pupuk kandang kambing dan PGPR diberikan dengan berbagai dosis dan konsentrasi yang berbeda, sehingga menunjukan rerata tinggi tanaman yang berbeda. Tersedianya bahan organik dapat PGPR menjalankan tugasnya sehingga dapat berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Saharan dan Nehra (2011) mengemukakan bahwa Pemberian PGPR pada tanaman mampu menggantikan pupuk kimia, pestisida dan hormon yang dapat digunakan dalam pertumbuhan tanaman sehingga dapat meningkatkan, tinggi tanaman, panjang akar dan berat kering tanaman.

(4)

Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman Jagung Manis.

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm2) pada Umur:

14 hst 28 hst 42 hst 56 hst

P0 : (Kontrol) 3,75 13,33 a 29,83 a 69,67

P1 : (Pukan 10 ton ha-1 ) 4,58 17,50 b 32,17 ab 73,87 P2 : (Pukan 10 ton ha-1 + PGPR 5 ml/L) 5,17 19,75 c 43,50 abc 91,00 P3 : (Pukan 10 ton ha-1 + PGPR10 ml/L) 5,83 20,83 d 46,00 bc 95,50 P4 : (Pukan 10 ton ha-1 + PGPR15 ml/L) 4,92 20,67 d 44,33 abc 86,17 P5 : (Pukan 20 ton ha-1 ) 5,75 20,00 c 43,30 abc 91,83 P6 : (Pukan 20 ton ha-1 + PGPR 5 ml/L) 4,83 19,67 c 50,00 c 94,83 P7 : (Pukan 20 ton ha-1 + PGPR10 ml/L) 5,25 22,17 d 58,80 c 97,83 P8 : (Pukan 20 ton ha-1 + PGPR15 ml/L) 6,50 19,33 bc 55,20 c 107,67

BNT 5% tn 2,07 15,50 tn

KK(%) 16,97 10,77 20,06 15,43

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada perlakuan dan umur yang sama menunjukan hasil tidak beda nyata pada uji BNT 5%; hst= hari setelah tanam; tn=tidak nyata

Tabel 2. Rerata Jumlah Daun Jagung Manis Akibat Perlakuan Pupuk Kandang Kambing dan PGPR pada Berbagai Umur Pengamatan.

Perlakuan Jumlah Daun (helai/tan) pada Umur : 14 hst 28 hst 42 hst 56 hst

P0 : (Kontrol) 3,75 5,33 a 8,00 a 8,50 a

P1 : (Pukan 10 ton ha-1 ) 4,00 6,83 b 10,00 b 9,66 b P2 : (Pukan 10 ton ha-1 + PGPR 5 ml/L) 4,33 6,83 b 10,17 b 11,33c P3 :(Pukan 10 ton ha-1 + PGPR10 ml/L) 4,00 7,33 b 10,00 b 9,50 ab P4 :(Pukan 10 ton ha-1 + PGPR15 ml/L) 4,33 7,33 b 10,50 b 9,83 b

P5 :(Pukan 20 ton ha-1 ) 4,33 6,50 b 9,67 b 9,83 b

P6 :(Pukan 20 ton ha-1 + PGPR 5 ml/L) 4,50 7,00 b 10,50 b 9,50 ab P7 :(Pukan 20 ton ha-1 + PGPR10 ml/L) 4,17 7,00 b 10,00 b 9,67 b P8 :(Pukan 20 ton ha-1 + PGPR15 ml/L) 4,17 6,83 b 10,00 b 8,83 ab

BNT 5% tn 1,10 1,40 1,07

KK(%) 9,64 9,48 8,33 6,46

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada perlakuan dan umur yang sama menunjukan hasil tidak beda nyata pada uji BNT 5%; hst= hari setelah tanam; tn=tidak nyata

Jumlah Daun

Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukan bahwa pengaruh pupuk kandang kambing dan PGPR dapat mempengaruhi jumlah daun pada umur 28, 42 dan 56 hst, sedangkan pada pengamatan 14 hst tidak terdapat beda nyata antar perlakuan. Berdasarkan hasil analisis ragam.

Berdasarkan Tabel 2 menunjukan bahwa pengaruh pupuk kandang kambing dan PGPR dapat mempengaruhi jumlah daun pada umur 28, 42 dan 56 hst. Pada pengamatan umur 28 hst perlakuan yang memberikan hasil yang lebih baik ialah P4

(Pukan 10 ton ha-1 + PGPR 15 ml/L).

Perlakuan ini memberikan hasil yang berbeda nyata dengan perlakuan kontrol namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Pada pengamatan umur 42 hst perlakuan yang memberikan hasil yang lebih baik ialah P6 (Pukan 20 ton ha-1 + PGPR 5 ml/L). Perlakuan ini memberikan hasil yang berbeda nyata dengan perlakuan kontrol namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Pada pengamatan umur 56 hst perlakuan yang memberikan hasil yang lebih baik ialah P2 (Pukan 10 ton ha-1 + PGPR 5 ml/L). Hal ini menunjukan bahwa dengan pemberian dosis pupuk kandang

(5)

kambing 10 ton ha-1 + PGPR 5 ml/L mampu memberikan hasil yang baik pada parameter jumlah daun. Peningkatan jumlah daun terjadi karena biostimulant PGPR dapat menghasilkan hormon IAA (Indole Asam Asetat) yang dapat meningkatkan pertumbuhan, merangsang dan memacu perkembangan sel tanaman (Rahni, 2012).Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Bara dan Chozin (2009) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk kandang memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang.

Luas Daun

Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukan bahwa pengaruh pupuk kandang kambing dan PGPR dapat mempengaruhi luas daun pada umur 42 hst, pada pengamatan 42 hst perlakuan tanpa pemberian pupuk kandang kambing dan PGPR P0 (Kontrol) memiliki nilai yang lebih rendah dibanding perlakuan lainnya, yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan P7 (Pukan 20 ton ha-1 + PGPR 10 ml/L) dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Tanaman yang memiliki nilai rerata jumlah daun yang paling tinggi ialah pada perlakuan P8 (Pukan 20 ton ha-1 + PGPR 15 ml/L) yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan P1(Pukan 10 ton ha-1), P2 (Pupuk Kandang Kambing 10 ton ha-1 + PGPR 5 ml/L), P4 (Pukan 10 ton ha-1 + PGPR 15 ml/L), P5 (Pukan 20 ton ha-1) namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Berdasarkan tabel 3 menunjukan pada parameter luas daun perlakuan pupuk kandang kambing dan PGPR memberikan pengaruh nyata terhadap umur pengamatan 42 hst. Hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan (curah hujan) yang sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Curah hujan yang tinggi mengakibatkan perlakuan yang diberikan mengalami pencucian.

Menurut Wirosoedarmo (2011) menyatakan bahwa efektivitas pemupukan berkurang diakibatkan air hujan melarutkan unsur hara dan bahan organik membawanya bersama aliran permukaan. Sehingga tanah menjadi mudah tergenang yang mengakibatkan pemupukan tidak diserap karena akar yang

kekurangan ruang untuk bergerak menyebabkan tanaman tidak tumbuh optimal. Supramudho (2008) menyatakan bahwa unsur N dalam tanah sangat mudah hilang atau tidak tersedia bagi tanaman akibat proses pencucian (leaching). Hal ini didukung oleh pendapat Patti et al., (2013) menyatakan bahwa terdapat tiga hal yang dapat menyebabkan hilangnya nitrogen dari tanah yaitu karena tercuci bersama air drainase, penguapan dan diserap oleh tanaman. Pemberian pupuk yang diaplikasikan pada tanaman mengalami penguapan dan pencucian akibat hujan, hal tersebut mengakibatkan pertumbuhan kurang optimal.

Bobot Kering Total Tanaman

Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukan bahwa pengaruh pupuk kandang bobot kering total tanaman pada umur 42 dan 56 hari setelah tanam, Sedangkan pada pengamatan 14 dan 28 hst tidak terdapat beda nyata antar perlakuan.

Berdasarkan Tabel 4 menunjukan bahwa pengaruh pupuk kandang kambing dan PGPR dapat mempengaruhi bobot kering total tanaman pada umur 42 dan 56 hst.

Rerata bobot kering jagung manis pada umur 14 hingga 56 hst mengalami peningkatan. Pada pengamatan umur 14 hst bobot kering total tanaman tidak berbeda nyata pada setiap perlakuan, nilai rerata tertinggi bobot kering total tanaman terdapat pada perlakuan P4 (Pukan 10 ton ha-1 + PGPR 15 ml/L ) dan terendah pada perlakuan P0 (Kontrol). Pada pengamatan 28 hst, bobot kering total tanaman tidak berbeda nyata pada setiap perlakuan, nilai rerata tertinggi bobot kering total tanaman terdapat pada perlakuan P3 (Pukan 10 ton ha-1 + PGPR 10 ml/L) dan terendah pada perlakuan P0 (Kontrol). Pada pengamatan 42 hst, perlakuan yang memberikan hasil yang lebih baik ialah P8 (Pukan 20 ton ha-1 + PGPR15 ml/L).

(6)

Tabel 3. Rerata Luas Daun Jagung Manis Akibat Perlakuan Pupuk Kandang Kambing dan PGPR pada Berbagai Umur Pengamatan.

Perlakuan Luas Daun (cm2) pada Umur :

14 hst 28 hst 42 hst 56 hst

P0 : (Kontrol) 40,09 146,32 193,01 a 257,33

P1 : (Pukan 10 ton ha-1 ) 31,20 177,18 308,03 bcd 244,96 P2 : (Pukan 10 ton ha-1 + PGPR 5 ml/L) 61,27 213,31 300,31 bcd 240,20 P3 :(Pukan 10 ton ha-1 + PGPR10 ml/L) 58,72 135,61 276,64 bc 288,41 P4 :(Pukan 10 ton ha-1 + PGPR15 ml/L) 27,87 121,57 305,88 bcd 290,79 P5 :(Pukan 20 ton ha-1 ) 85,33 145,15 313,95 cd 305,93 P6 :(Pukan 20 ton ha-1 + PGPR 5 ml/L) 50,20 135,55 285,97 bc 298,19 P7 :(Pukan 20 ton ha-1 + PGPR10 ml/L) 44,36 205,35 232,13 ab 309,64 P8 :(Pukan 20 ton ha-1 + PGPR15 ml/L) 63,74 222,69 363,72 d 357,93

BNT 5% tn tn 76,02 tn

KK(%) 65,92 27,36 15,32 18,40

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada perlakuan dan umur yang sama menunjukan hasil tidak beda nyata pada uji BNT 5%; hst= hari setelah tanam; tn=tidak nyata

Tabel 4. Rerata Bobot Kering Jagung Manis Akibat Perlakuan Pupuk Kandang Kambing dan PGPR pada Berbagai Umur Pengamatan.

Perlakuan

Bobot Kering Total Tanaman (g tan1 ) pada Umur :

14 hst 28 hst 42 hst 56 hst

P0 : (Kontrol) 0,31 13,08 18,67 a 43,50 a

P1 : (Pukan 10 ton ha-1 ) 0,91 40,50 29,66 ab 64,50 bc P2 : (Pukan 10 ton ha-1 + PGPR 5 ml/L) 0,62 42,17 77,00 cd 65,50 bc P3 :(Pukan 10 ton ha-1 + PGPR10 ml/L) 0,67 53,50 49,50 abc 77,50 de P4 :(Pukan 10 ton ha-1 + PGPR15 ml/L) 0,93 51,50 72,83 bcd 77,16 de

P5 :(Pukan 20 ton ha-1 ) 0,45 20,17 33,17 ab 83,16 e

P6 :(Pukan 20 ton ha-1 + PGPR 5 ml/L) 0,59 33,17 79,67 cd 71,66 cd P7 :(Pukan 20 ton ha-1 + PGPR10 ml/L) 0,61 27,83 53,83 abcd 72,33 cd P8 :(Pukan 20 ton ha-1 + PGPR15 ml/L) 0,64 222,69 95,17 d 61,00 b

BNT 5% tn tn 43,67 9,72

KK(%) 44,63 57,99 44,57 8,20

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada perlakuan dan umur yang sama menunjukan hasil tidak beda nyata pada uji BNT 5%; hst= hari setelah tanam; tn=tidak nyata

Pada pengamatan 56 hst, perlakuan yang memberikan hasil yang lebih baik ialah P5 (Pukan 20 ton ha-1 ). Hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan pada awal tanam hingga umur pengamatan 35 hst berada pada kondisi lingkungan dengan curah hujan yang tinggi, sehingga cahaya matahari yang diterima oleh tanaman tidak optimal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Jumin (2008) bahwa pengaruh unsur cahaya pada tanaman tertuju pada pertumbuhan vegetatif dan generatif.

Bobot Segar Tongkol Berkelobot

Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukan bahwa pengaruh pupuk kandang dan PGPR berpengaruh nyata terhadap bobot segar tongkol tanpa berkelobot. Berdasarkan tabel 6 pengamatan bobot segar tongkol berkelobot dan bobot segart tongkol tanpa kelobot perlakuan P8 (Pukan 20 ton ha-1 + PGPR15 ml/L) yang memberikan hasil yang lebih baik. Perlakuan ini secara nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan kontrol.

(7)

Tabel 5. Rerata Bobot Segar Tongkol Berkelobot Jagung Manis Akibat Perlakuan Pupuk Kandang Kambing dan PGPR pada Berbagai Umur Pengamatan.

Perlakuan Bobot Segar Tongkol Berkelobot (g)

P0 : (Kontrol) 261,44 a

P1 : (Pukan 10 ton ha-1 ) 352,44 bcd

P2 : (Pukan 10 ton ha-1 + PGPR 5 ml/L) 388,89 cd P3 : (Pukan 10 ton ha-1 + PGPR10 ml/L) 368,72 bcd P4 : (Pukan 10 ton ha-1 + PGPR15 ml/L) 372,17 bcd

P5 : (Pukan 20 ton ha-1 ) 325,16 b

P6 : (Pukan 20 ton ha-1 + PGPR 5 ml/L) 336,44 bc P7 : (Pukan 20 ton ha-1 + PGPR10 ml/L) 382,72 cd P8 : (Pukan 20 ton ha-1 + PGPR15 ml/L) 393,38 d

BNT 5% 54,91

KK(%) 8,97

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada perlakuan dan umur yang sama menunjukan hasil tidak beda nyata pada uji BNT 5%; hst= hari setelah tanam; tn=tidak nyata

Tabel 6. Rerata Bobot Segar Tongkol Tanpa Kelobot Jagung Manis Akibat Perlakuan Pupuk Kandang Kambing dan PGPR pada Berbagai Umur Pengamatan.

Perlakuan Bobot Segar Tongkol Tanpa Kelobot (g)

P0 : (Kontrol) 163,17a

P1 : (Pukan 10 ton ha-1 ) 232,72bc

P2 : (Pukan 10 ton ha-1 + PGPR 5 ml/L) 227,33bc P3 : (Pukan 10 ton ha-1 + PGPR10 ml/L) 250,00bc P4 : (Pukan 10 ton ha-1 + PGPR15 ml/L) 236,72bc

P5 : (Pukan 20 ton ha-1 ) 249,78bc

P6 : (Pukan 20 ton ha-1 + PGPR 5 ml/L) 205,78ab P7 : (Pukan 20 ton ha-1 + PGPR10 ml/L) 240,00bc P8 : (Pukan 20 ton ha-1 + PGPR15 ml/L) 268,83c

BNT 5% 54,91

KK(%) 8,97

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada perlakuan dan umur yang sama menunjukan hasil tidak beda nyata pada uji BNT 5%; hst= hari setelah tanam; tn=tidak nyata

Mayadewi (2007) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan berat segar tongkol berkelobot, tanpa kelobot dan layak jual.

Nilai rerata bobot segar tongkol berkelobot dan bobot segar tongkol tanpa kelobot menghasilkan nilai tertinggi seiring dengan peningkatan dosis pupuk kandang kambing pada perlakuan P8 (Pupuk Kandang Kambing 20 ton ha-1 + PGPR 15 ml/L). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Isrun

(2006) yang menunjukkan bahwa peningkatan bobot tongkol jagung manis yang lebih tinggi pada pupuk kandang dibanding kontrol (tanpa pupuk kandang) karena pengaruh langsung dan tidak langsung pupuk kandang yang diberikan.

Panjang Tongkol

Berdasarkan tabel 7 pengamatan panjang tongkol perlakuan P6 (Pukan 20 ton ha-1 + PGPR 5 ml/L) yang ) memiliki nilai rerata

(8)

tertinggi pada parameter panjang tongkol.

Panjang tongkol jagung manis lebih dipengaruhi oleh faktor genetik tanaman dan pada fase generatif dimana seluruh tanaman telah mengalami pemulihan dengan tingkat pemberian air yang sama. Hal ini didukung oleh pendapat Khurshid et al., (2006) yang menyatakan bahwa panjang tongkol dipengaruhi oleh faktor genetik. Hal ini sesuai dengan deskripsi varietas talenta.

Menurut Prasetyo (2013), bobot tongkol jagung manis lebih ditentukan oleh faktor genetik pada masing-masing varietas, lingkungan dan hasil asimilat dari daun yang diangkut ketongkol untuk meningkatkan perkembangan tongkol yang terbentuk.

Diameter Tongkol

Berdasarkan tabel 8 pada diameter tongkol menunjukan bahwa hasil rerata yang lebih tinggi dihasilkan oleh perlakuan Pukan (20 ton ha-1 + PGPR 15 ml/L). Pembentukan tongkol jagung dipengaruhi oleh unsur hara nitrogen (N), unsur hara N ialah komponen utama dalam proses sintesis protein, apabila proses sintesis protein berlangsung baik akan berkorelasi positif terhadap peningkatan diameter tongkol (Ayunda, 2014).

Tabel 7. Rerata Panjang Tongkol Jagung Manis Akibat Perlakuan Pupuk Kandang Kambing dan PGPR Pada berbagai Umur pengamatan.

Perlakuan Panjang Tongkol (cm)

P0 : (Kontrol) 28,11a

P1 : (Pukan 10 ton ha-1 ) 29,36ab

P2 : (Pukan 10 ton ha-1 + PGPR 5 ml/L) 29,22ab P3 : (Pukan 10 ton ha-1 + PGPR10 ml/L) 28,39a P4 : (Pukan 10 ton ha-1 + PGPR15 ml/L) 31,61cd

P5 : (Pukan 20 ton ha-1 ) 30,22bc

P6 : (Pukan 20 ton ha-1 + PGPR 5 ml/L) 32,06d P7 : (Pukan 20 ton ha-1 + PGPR10 ml/L) 32,00d P8 : (Pukan 20 ton ha-1 + PGPR15 ml/L) 29,52ab

BNT 5% 1,53

KK(%) 2,92

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada perlakuan dan umur yang sama menunjukan hasil tidak beda nyata pada uji BNT 5%; hst= hari setelah tanam; tn=tidak nyata

Tabel 8. Rerata Diameter Tongkol Jagung Manis Akibat Perlakuan Pupuk Kandang Kambing dan PGPR Pada berbagai Umur pengamatan.

Perlakuan Diameter Tongkol (cm)

P0 : (Kontrol) 42,40

P1 : (Pukan 10 ton ha-1 ) 44,87

P2 : (Pukan 10 ton ha-1 + PGPR 5 ml/L) 44,81

P3 : (Pukan 10 ton ha-1 + PGPR10 ml/L) 46,79

P4 : (Pukan 10 ton ha-1 + PGPR15 ml/L) 45,10

P5 : (Pukan 20 ton ha-1 ) 45,65

P6 : (Pukan 20 ton ha-1 + PGPR 5 ml/L) 44,95

P7 : (Pukan 20 ton ha-1 + PGPR10 ml/L) 43,27

P8 : (Pukan 20 ton ha-1 + PGPR15 ml/L) 49,00

BNT 5% tn

KK(%) 28,68

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada perlakuan dan umur yang sama menunjukan hasil tidak beda nyata pada uji BNT 5%; hst= hari setelah tanam; tn=tidak nyata

(9)

Kadar Gula

Berdasarkan tabel 9 pengamatan kadar gula perlakuan P4 (Pukan 10 ton ha-1 + PGPR15 ml/L) yang memiliki nilai rerata tertinggi pada parameter kadar gula jagung manis.

Tanaman jagung manis biasanya dikonsumsi waktu segar dan muda, karena tua mudanya jagung manis akan mempengaruhi kualitas dan kadar gula jagung manis sehingga mempengaruhi rasanya. Waktu pemanenan mempengaruhi kualitas jagung manis, jagung manis yang dipanen terlalu tua akan memiliki kandungan gula rendah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Surtinah (2008), umur panen yang tepat juga mempengaruhi tingkat kadar gula yang dihasilkan oleh jagung manis, jika jagung manis dipanen terlalu cepat maka tingkat kadar gulanya masih rendah.

Surtinah (2008) menunjukkan pada umur 60 hst kadar gula 8,94 obrix, umur 65 HST kadar gula 10,89 obrix dan pada umur penen 70 HST kadar gula 15,78 obrix. Hal ini sesuai dengan kadar gula yang dihasilkan pada saat panen yang didadapatkan nilai rerata tertinggi 14,33 obrix.

Hasil Panen

Berdasarkan tabel 10 pengamatan hasil panen perlakuan P8 (Pukan 20 ton ha-1 + PGPR15 ml/L) yang memiliki nilai rerata tertinggi pada parameter hasil panen. Hasil panen per hektar menunjukan hasil yang meningkat seiring peningkatan dosis pupuk kandang kambing, hal ini terjadi karena ketersediaan unsur hara pada tanah meningkat sejalan dengan peningkatan dosis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Viveros et al., (2010), dengan tersedianya unsur hara bagi tanaman maka pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan semakin meningkat sehingga dapat meningkatkan hasil panen. Hal ini sesuai dengan hasil panen yang dihasilkan pada saat panen di dapatkan nilai rerata tertinggi di perlakuan P8 (Pupuk Kandang Kambing 20 ton ha-1 + PGPR 15 ml/L) sebesar 14,04 ton/ha. Didukung oleh hasil penelitian Bara dan Chozin (2009) menunjukan bahwa rata- rata bobot tongkol per hektar pada berbagai perlakuan semakin meningkat dengan meningkatnya dosis pupuk kandang.

Tabel 9. Rerata Kadar Gula Jagung Manis Akibat Perlakuan Pupuk Kandang Kambing dan PGPR Pada berbagai Umur pengamatan.

Perlakuan Kandungan Gula (brix)

P0 : (Kontrol) 11,33a

P1 : (Pukan 10 ton ha-1 ) 13,66b

P2 : (Pukan 10 ton ha-1 + PGPR 5 ml/L) 13,00b

P3 : (Pukan 10 ton ha-1 + PGPR10 ml/L) 14,33b

P4 : (Pukan 10 ton ha-1 + PGPR15 ml/L) 14,33b

P5 : (Pukan 20 ton ha-1 ) 13,00b

P6 : (Pukan 20 ton ha-1 + PGPR 5 ml/L) 14,00b

P7 : (Pukan 20 ton ha-1 + PGPR10 ml/L) 14,00b

P8 : (Pukan 20 ton ha-1 + PGPR15 ml/L) 13,33b

BNT 5% 1,41

KK(%) 6,07

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada perlakuan dan umur yang sama menunjukan hasil tidak beda nyata pada uji BNT 5%; hst= hari setelah tanam; tn=tidak nyata

(10)

Tabel 10. Rerata Hasil Panen Jagung Manis Akibat Perlakuan Pupuk Kandang Kambing dan PGPR Pada berbagai Umur pengamatan.

Perlakuan Rata-rata hasil (ton ha-1)

P0 : (Kontrol) 9,33 a

P1 : (Pukan 10 ton ha-1 ) 12,58 bcd

P2 : (Pukan 10 ton ha-1 + PGPR 5 ml/L) 13,88 cd P3 :(Pukan 10 ton ha-1 + PGPR10 ml/L) 13,16 bcd P4 :(Pukan 10 ton ha-1 + PGPR15 ml/L) 13,29 bcd

P5 :(Pukan 20 ton ha-1 ) 11,61 b

P6 :(Pukan 20 ton ha-1 + PGPR 5 ml/L) 12,01 bc P7 :(Pukan 20 ton ha-1 + PGPR10 ml/L) 13,88 cd

P8 :(Pukan 20 ton ha-1 + PGPR15 ml/L) 14,04 d

BNT 5% 1,96

KK(%) 6,07

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada perlakuan dan umur yang sama menunjukan hasil tidak beda nyata pada uji BNT 5%; hst= hari setelah tanam; tn=tidak nyata

SIMPULAN

1. Pemberian PGPR dengan dosis 15 ml/L ditambah pupuk kandang kambing 10 ton ha-1 menghasilkan rerata hasil panen jagung manis 13,29 ton ha-1. Hal ini menunjukan penambahan PGPR yang tinggi dengan pengurangan dosis pupuk kandang kambing mampu meningkatkan hasil panen dan mengurangi biaya pemupukan terbukti dari hasil panen per hektar.

2.

Kombinasi pupuk kandang dan PGPR dapat memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah sehingga dapat meningkatkan hasil panen jagung manis.

Terbukti dari hasil panen jagung manis per hektar menunjukan kombinasi pupuk kandang kambing 10 ton ha

-1

+ PGPR 5 ml/L dapat meningkatkan 32,70% hasil panen per hektar yaitu 13,88 ton ha

-1

dibanding dengan perlakuan kontrol yaitu 9,33 ton ha

-1

DAFTAR PUSTAKA

Ayunda N. 2014. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung (Zea mays sacccharata Sturt) pada Beberapa Konsentrasi Sea Minerals, Fakultas

Pertanian Universitas Tamansiswa.

Padang. P.9

Badan Pusat Statistik. 2014. Data Badan Pusat Statistik Tentang jagung manis.

http: //www .bps. go.id/tnmn_pgn.php.

Bara, A. dan M. A. Chozin. 2009.Pengaruh Dosis Pupuk Kandang dan Frekuensi Pemberian Pupuk Urea terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea mays L.) di Lahan Kering. Dalam Kumpulan Makalah Seminar Hasil Peelitian Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Husnihuda, M. I., R. Sarwitri dan Y. E.

Susilowati. 2017. Respon pertumbuhan dan hasil kubis bunga (Brassica oleraceavar. Botrytis, L.) pada pemberian pgpr akar bambu dan komposisi media tanam.Jurnal lmu Pertanian Tropikadan Subtropika.

2(1):13-16.

Isrun. 2006. Pengaruh dosis pupuk p dan jenis pupuk kandang terhadap beberapa sifat kimia tanah, serapan p dan hasil jagung manis (Zea mays sacccharata Sturt) pada Inceptisol Jatinagor. J. Agrisains7(1):9-17.

Jumin, H.B. 2008. Dasar-Dasar Agronomi.

Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

(11)

Khursid, K., M. Igbal, M. S. Arif and A.Nawaz. 2006. Effect of tillage and mulch on soil physical properties nad growth of maize. Int. Journal Agricultural Biology. 8 (5):593-596 Mayadewi, N. N. A. 2007. Pengaruh jenis

pupuk kandang dan jarak tanam terhadap pertumbuhan gulma dan hasil jagung manis. fakultas pertanian udayana Denpasar Bali. Jurnal Agritop 26(4):153-159.

Palungkun, R. dan B. Asiani. 2004. Sweet corn –Baby corn : Peluang Bisnis, Pembudidayaan dan Penanganan Pasca Panen. Penebar Swadaya.

Jakarta. 80 Hal

Patti, P. S., E. Kaya dan C. Silahoy. 2013.

Analisis status nitrogen dalam tanah dalam kaitannya dengan serapan n oleh tanaman padi di desa waitamal kecamatan kairatu kabupaten Seram bagian barat. J. Agrologia 2(1): 51 – 58.

Prasetyo, W., M. Santoso dan T. Wardiyanti.

2013. Pengaruh beberapa macam kombinasi pupuk organik dan anorganik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt). Jurnal Produksi Tanaman. 1(3): 79-86.

Rahni, N.M .2012. Efek fitohormon PGPR terhadap pertumbuhan tanaman jagung (I). J Agribisnis dan Pengembangan Wilayah.3 (2):27-35.

Saharan, B.S. and V. Nehra. 2011. Plant growth promoting rhizobacteria:

acritical review. Life Sciences and Medicine Reseacrh 2(1):21–30.

Supramudho, N.G. 2008. Efisiensi Serapan N serta Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.) pada Berbagai Imbangan Pupuk Kandang Puyuh dan Pupuk Anorganik di Lahan Sawah Palur Sukoharjo. Surakarta.

Surtinah., 2008. Waktu panen yang tepat menentukan kandungan gula biji jagung manis (Zea mays saccharata ).

Jurnal Ilmiah Pertanian. 4 (2): 1-4.

Sutari, W. S. 2010. “Uji Kualitas Bio-urine Hasil Fermentasi dengan Mikroba yang Berasal dari Bahan Tanaman Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L.)” (tesis). Denpasar : Universitas Udayana.

Viveros O. M, Jorquera M.A., Crowley D.E., Gajard G. And Mora M.L. 2010.

Echanisms and practical considerations involved in plant growth promotion by hizobacteria. J of Soil Science Plant Nutrient 10 (3): 293–

319.

Wirosoedarmo, R. 2011. Evaluasi kesusuain lahan untuk tanaman jagung menggunakan metode spasial. Jurnal Agritech 31(1): 71-78

Referensi

Dokumen terkait

Rerata jumlah daun pada umur 40 HST menunjukkan jumlah daun tanaman bibit kakao yang terbanyak yaitu terdapat pada media tanam kotoran kambing (K4) jumlah daun sebanyak 7,10,

Hasil rerata dari semua parameter dari umur 7 HST hingga 35 HST yang terendah yaitu pada perlakuan penggunaan aerator selama 8 jam/hari dengan tanpa PGPR dikarenakan