• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Durasi Penggunaan Aerator dan PengaplikasianPGPR (Plant GrowthPromoting Rhizobacteria) Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada(

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pengaruh Durasi Penggunaan Aerator dan PengaplikasianPGPR (Plant GrowthPromoting Rhizobacteria) Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada("

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Durasi Penggunaan Aerator dan Pengaplikasian PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada

(Lactuca sativa L.) pada Hidroponik Sistem Rakit Apung

Effect of Aerators Duration and Application of PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) on Growth and Yield of Hydroponic Lettuce (Lactuca sativa L.)

Rinda Ika Wahyu Ningsih dan Nurul Aini*)

Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang 65145 Jawa Timur

Korespondensi :nra-fp@ub.ac.id

Diterima 09 Oktober 2020 / Disetujui 06 Agustus 2021

ABSTRAK

Selada (Lactuca sativa L.) merupakan jenis sayuran yang mengandung gizi yang cukup tinggi.

Seiring dengan kesadaran masyarakat terhadap nilai gizi dan manfaat kesehatan maka permintaan konsumen terhadap selada semakin meningkat. Tujuan penelitian yaitu mempelajari pengaruh durasi penggunaan aerator dan frekuensi aplikasi PGPR terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2020 di Greenhouse Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang. Alat yang digunakan yaitu rockwool, box styrofoam, net pot, aerator, stopkontak timer digital, pH dan EC meter. Bahan yang digunakan yaitu benih selada keriting (Grand Rapids), PGPR dan nutrisi AB mix. Penelitian ini disusun dengan Rancangan Petak Terbagi (RPT) yang diulang sebanyak 3 kali. Durasi penggunaan aerator (K) sebagai petak utama yang terdiri dari 3 taraf perlakuan, yaitu; K0: Pemberian aerator selama 24 jam/hari; K1: Pemberian aerator selama 16 jam/hari;

K2: Pemberian aerator selama 8 jam/hari sedangkan frekuensi aplikasi PGPR (P) sebagai anak petak yang terdiri dari 4 taraf perlakuan, yaitu; P0: Tanpa PGPR; P1: 1 kali aplikasi; P2: 2 kali aplikasi; P3: 3 kali aplikasi. Benih selada keriting var. Grand Rapids dipindah tanam pada saat berumur 14 HSS, aplikasi PGPR dilakukan pada saat persemaian, 14 HSS dan 21 HSS sedangkan panen dilaksanakan pada saat selada sudah berumur 35 HST. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengurangan durasi penggunaan aerator dapat menurunkan hasil dari semua parameter dan frekuensi aplikasi PGPR sebanyak 3 kali dapat meningkatkan hasil dari semua parameter. Perlakuan K0P3 mendapatkan pertumbuhan dan hasil tanaman selada yang tertinggi dan mampu meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar, luas daun, bobot segar akar, volume akar, bobot segar total, bobot segar konsumsi dan kadar klorofil.

Kata kunci: Kadar Oksigen,P. fluorescens, B. polymyxa ABSTRACT

Lettuce (Lactuca sativa L.) is a type of vegetable that contains high enough nutrients. Along with public awareness of the nutritional value and health benefits, consumer demand for lettuce is increasing.

The research objective was to study the effect of the duration of aerator use and the frequency of PGPR application on the growth and yield of lettuce. This research was conducted in January-March 2020 at the Greenhouse of the Faculty of Agriculture, Brawijaya University, Malang. The tools used are rockwool, styrofoam box, net pot, aerator, digital timer socket, pH and EC meter. The ingredients used were curly lettuce seeds (Grand Rapids), PGPR and AB mix nutrition. This research was prepared with a Split Plot Design which was repeated 3 times. The duration of using the aerator (K) as the main plot consisting of 3 treatment levels, namely; K0: Providing aerators for 24 hours/day; K1: Providing aerator for 16 hours/day;

(2)

K2: Providing aerators for 8 hours/day while the frequency of PGPR (P) applications as a sub-plot consisting of 4 treatment levels, namely; P0: Without PGPR; P1: 1 time application; P2: 2 times application; P3: 3 applications. Curly lettuce seeds Var. Grand Rapids were transplanted at the age of 14 DAS, PGPR application was carried out at nursery, 14 DAS and 21 DAS, while harvesting was carried out at 35 DAT of lettuce. The results showed that reducing the duration of aerator use could decrease the yield of all parameters and the frequency of PGPR application by 3 times increased the yield of all parameters. The K0P3 treatment obtained the highest growth and yield of lettuce and was able to increase plant height, leaf number, root length, leaf area, root fresh weight, root volume, total fresh weight, consumption fresh weight and chlorophyll content.

Key words: Oxygen levels, P. fluorescens, B. polymyxa PENDAHULUAN

Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang mengandung gizi yang cukup tinggi. Menurut Romalasari dan Sobari, 2019 Selada memiliki berbagai kandungan gizi, seperti serat, vitamin A, dan mineral. Kandungan gizi pada sayuran terutama vitamin dan mineral tidak dapat disubstitusi oleh makanan pokok. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk serta kesadaran masyarakat terhadap nilai gizi dan manfaat kesehatan maka permintaan konsumen terhadap selada semakin meningkat. Selain tuntutan akan sayuran yang berkualitas, salah satu alternatif budidaya yang dapat diterapkan selain menggunakan teknik konvensional yaitu dengan menggunakan teknik budidaya secara hidroponik. Hidroponik adalah sistem pertanaman tanpa tanah (soilless culture) yaitu sistem budidaya tanaman yang menggunakan media selain tanah, dapat berupa batu-bata, arang sekam, pasir, atau media buatan seperti rockwool atau perlite (Romalasari dan Sobari, 2019). Teknik yang dapat digunakan dalam hidroponik salah satunya adalah dengan menggunakan teknik hidroponik rakit apung atau lebih dikenal Floating Hydroponic System (FHS).

Hidroponik rakit apung menggunakan media tumbuh berupa air dengan ketebalan yang cukup tinggi dan air tidak mengalir (Samarakoon et al., 2006). Karakter media yang demikian membawa konsekuensi pada terbatasnya ketersediaan oksigen di daerah perakaran karena sirkulasi yang kurang baik.

Jika oksigen tidak tersedia dalam media perakaran, tanaman berpotensi mengalami kelayuan dalam jangka panjang berpotensi menyebabkan kematian.

Pengkayaan oksigen dengan aerator berpeluang untuk mengatasi hal tersebut karena dapat meningkatkan konsentrasi oksigen dalam media hara, sehingga merangsang respirasi akar. Penggunaan aerator pada hidroponik rakit apung umumnya secara terus menerus selama 24 jam. Pemberian aerasi secara terus menerus memerlukan energi listrik dan biaya yang tidak sedikit. Salah satu upaya untuk menekan biaya energi listrik adalah dengan cara mengurangi waktu penggunaan aerator.

Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) merupakan sekelompok bakteri di daerah perakaran tanaman yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil panen. Menurut Tabriji et al., 2016 PGPR berfungsi dalam mempercepat penyerapan unsur hara melalui akar tanaman, sehingga dengan pemberian PGPR yang tepat dapat memenuhi kebutuhan unsur hara makro dan mikro dan memacu pertumbuhan vegetatif. PGPR mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman secara langsung melalui hormon- hormon pertumbuhan yang dihasilkan seperti Giberelin (Gac) dan Indole 3-Acetic Acid (IAA). Pemanfaatan PGPR dapat menjadi salah satu teknik untuk meningkatkan produktivitas selada.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui durasi penggunaan aerator dan frekuensi aplikasi PGPR yang tepat, mempelajari

(3)

pengaruh durasi penggunaan aerator dan frekuensi pengaplikasian PGPR terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada serta pengaruh PGPR disistem hidroponik rakit apung.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2020 di Greenhouse Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang.

Alat yang digunakan yaitu rockwool, box styrofoam, net pot, aerator, stopkontak timer digital, selang udara, keran aerator, gergaji besi, pengaduk nutrisi, pH meter, EC meter, gelas ukur, cutter, gunting, penggaris, timbangan, alat tulis dan alat dokumentasi.

Bahan yang digunakan yaitu benih selada keriting (Grand Rapids), air, PGPR, nutrisi ABmix dan kertas HVS.

Penelitian ini disusun dengan Rancangan Petak Terbagi (RPT) yang diulang sebanyak 3 kali. Durasi pemberian aerator (K) sebagai petak utama yang terdiri dari 3 taraf perlakuan, yaitu; K0: Pemberian aerator selama 24 jam/hari; K1: Pemberian aerator selama 16 jam/hari; K2: Pemberian aerator selama 8 jam/hari dan frekuensi aplikasi PGPR (P) sebagai anak petak yang terdiri dari 4 taraf perlakuan, yaitu; P0: Tanpa PGPR; P1: 1 kali aplikasi; P2: 2 kali aplikasi;

P3: 3 kali aplikasi. Setiap petak percobaan terdiri dari 12 lubang tanam sehingga total seluruh tanaman 432 tanaman.

Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) atau uji F. Apabila terdapat pengaruh di antara perlakuan maka dilakukan uji lanjutan untuk mengetahui pengaruh masing-masing perlakuan dengan menggunakan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pada taraf 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara umum pengurangan durasi penggunaan aerator dapat menurunkan semua parameter (tinggi tanaman, jumlah

daun, panjang akar, luas daun, bobot segar akar, volume akar, bobot segar total, bobot segar konsumsi dan kadar klorofil).

Penurunan ini terutama pada penggunaan aerator 8 jam/hari dengan tanpa PGPR.

Frekuensi aplikasi PGPR dapat meningkatkan semua parameter, semakin banyak frekuensi pemberian (sampai 3 kali) tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar, luas daun, bobot segar akar, volume akar, bobot segar total, bobot segar konsumsi dan kadar klorofil tanaman selada semakin bertambah.

Berdasarkan hasil rata-rata dari semua parameter tinggi tanaman (Tabel 1), jumlah daun (Tabel 2), panjang akar (Tabel 3), luas daun (Tabel 4), bobot segar akar (Tabel 5), volume akar (Tabel 6), berat segar total (Tabel 7), berat segar konsumsi (Tabel 8) dan kadar klorofil (Tabel 9) dapat diketahui bahwa rerata dari semua parameter dari umur 7 HST hingga 35 HST menunjukkan bahwa perlakuan penggunaan aerator selama 24 jam/hari dengan frekuensi aplikasi PGPR sebanyak 3 kali mendapatkan hasil yang tertinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Hal tersebut dikarenakan fungsi aerator dalam budidaya secara hidroponik yaitu untuk melarutkan sebanyak-banyaknya udara dalam hal ini yaitu oksigen ke dalam air sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman, dikarenakan dalam air kelarutan oksigen rendah sehingga dengan penggunaan aerator secara terus menerus selama 24 jam/hari dapat memenuhi kebutuhan oksigen di media perakaran, berdasarkan hasil uji laboratorium dapat diketahui bahwa kandungan kadar oksigen pada penggunaan aerator selama 24 jam/hari yaitu sebesar 12,12 mg/l. Sehingga dengan adanya ketersediaan oksigen yang optimal di media perkaran menyebabkan akar tidak mengalami pembusukan sehingga penyerapan nutrisi oleh tanaman dapat

(4)

terjadi secara optimal karena akar mudah berespirasi. Penggunaan aerator selama 24 jam berfungsi untuk pertukaran gas di daerah perakaran tanaman sehingga oksigen yang dibutuhkan tanaman tercukupi.

Hal tersebut di dukung oleh pernyataan Purbajanti et al., 2017 kekurangan oksigen di media perakaran dapat diatasi dengan penggunaan aerator secara terus menerus selama 24 jam yang berfungsi untuk pertukaran gas di daerah perakaran tanaman sehingga oksigen yang dibutuhkan tanaman tercukupi dan akar tidak mengalami pembusukan. Menurut Fauzi et al., 2013, melaporkan bahwa tanaman selada yang media tanamnya cukup oksigen pertumbuhannya akan lebih baik bila dibandingkan dengan pertumbuhan tanaman yang media tanamnya kekurangan oksigen.

Perlakuan frekuensi aplikasi PGPR sebanyak 3 kali dapat membantu meningkatkan pertumbuhan tanaman karena dapat diketahui bahwa Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) adalah bakteri yang mengkoloni perakaran tanaman dan bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman serta PGPR berfungsi dalam mempercepat penyerapan unsur hara melalui akar tanaman. Menurut Aini et al., 2019 Pemberian PGPR pada budidaya secara hidroponik juga memberikan manfaat bagi perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Efek positif dari inokulasi PGPR termasuk kemampuannya untuk menyediakan dan memobilisasi atau memfasilitasi penyerapan berbagai unsur hara makro maupun mikro, untuk mensintesis dan mengubah konsentrasi berbagai fitohormon pertumbuhan dan untuk menekan aktivitas patogen dengan menghasilkan berbagai senyawa atau metabolit seperti antibiotik, sehingga dengan aplikasi PGPR sebanyak 3 kali dapat membantu memenuhi kebutuhan unsur hara makro dan mikro, sehingga dapat memacu

proses pertumbuhan vegetatif. Hal ini juga disebabkan PGPR yang digunakan mengandung jenis bakteri Pseudomonas fluorescens dan Bacillus polymyxa yang berfungsi memberikan efek yang lebih baik dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman dikarenakan bakteri P. fluorescens mempunyai kemampuan selain sebagai bakteri antagonis penginduksi ketahanan tanaman juga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Menurut Nasrun dan Nurmansyah, 2016 P. fluorescens sebagai PGPR dapat menghasilkan hormon pertumbuhan tanaman, diantaranya Indole Acetic Acid (IAA) hormon IAA adalah auksin endogen yang berperan dalam pembesaran sel, pembentukkan jaringan xilem dan floem, dan juga berpengaruh terhadap perkembangan dan pemanjangan akar serta mengikat nitrogen, pengikatan nitrogen adalah proses di mana nitrogen (N2) di atmosfer diubah menjadi amonia (NH3) melalui proses alami maupun sintetik.

Bakteri B. polymyxa juga mampu menghasilkan auksin yang dapat mempengaruhi pertambahan panjang batang, pertumbuhan, dan percabangan akar serta sitokinin yang dapat mempengaruhi pertumbuhan secara umum, diferensiasi akar, mendorong pembelahan sel serta mendorong perkecambahan. Oleh karena itu, aplikasi B. polymyxa dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman.

Hasil rerata dari semua parameter dari umur 7 HST hingga 35 HST yang terendah yaitu pada perlakuan penggunaan aerator selama 8 jam/hari dengan tanpa PGPR dikarenakan kurangnya kadar oksigen di media perakaran sehingga tanaman dalam penyerapan mineral hara terganggu sehingga pertumbuhan tanaman tidak dapat tumbuh secara optimal, hal tersebut dapat diketahui berdasarkan uji laboratorium bahwa kandungan kadar oksigen pada penggunaan aerator selama 8 jam/hari yaitu

(5)

sebesar 6,65 mg/l. Hidroponik rakit apung juga menggunakan media tumbuh berupa air dengan ketebalan rata-rata 12 hingga 14 cm dalam keadaan nutrisi yang tidak mengalir, sehingga budidaya dengan menggunakan hidroponik rakit apung ketersediaan oksigen di daerah perakarannya terbatas dikarenakan sirkulasi oksigen yang kurang baik dapat menghambat penyerapan unsur hara oleh tanaman selada yang dibudidayakan yang menyebabkan hasil pertumbuhan dan panen rendah. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Samarakoon et al., 2006 bahwa hidroponik rakit apung media tumbuh yang digunakan berupa air dengan ketebalan yang cukup tinggi dan air tidak mengalir (stagnant).

Karakter media yang demikian membuat sirkulasi oksigen yang kurang baik yang membuat terbatasnya ketersediaan oksigen di daerah perakaran. Hal tersebut didukung oleh pendapat Akasiska et al., 2014, melaporkan bahwa akar yang terendam dalam larutan nutrisi yang tidak bergerak menyebabkan tanaman terhambat pertumbuhannya, hal ini disebabkan karena terjadi kekurangan oksigen yang menyebabkan aktivitas perakaran dalam proses penyerapan air dan hara mineral terganggu. Sehingga pada perlakuan penggunaan aerator selama 8 jam/hari hasil pertumbuhan tanaman dan panen kurang optimal.

Perlakuan penggunaan aerator selama 8 jam/hari dengan tanpa PGPR kurang optimal, dikarenakan tidak adanya faktor pemicu lain seperti dengan adanya aplikasi PGPR dapat diketahui bahwa dengan aplikasi PGPR dapat membantu penyerapan nutrisi yang tersedia secara optimal sehingga tanaman mampu memenuhi kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan.

Penambahan PGPR juga dapat memberikan keuntungan bagi pertumbuhan tanaman

dengan kemampuannya dalam

memproduksi hormon pertumbuhan dapat meningkatkan penyerapan nutrisi yang dihasilkan serta meningkatkan perkembangan sel dan meningkatkan aktivitas enzim pada tanaman. Menurut Rohmawati et al., 2017 mekanisme secara langsung yang dilakukan PGPR yaitu dengan cara mensintesis metabolit misalnya senyawa yang merangsang pembentukan fotohormon seperti Indole Acetic Acid (IAA) atau dengan meningkatkan pengambilan nutrisi tanaman, zat pengatur tumbuh auksin mempunyai kemampuan dalam mendukung terjadinya perpanjangan sel dan sitokinin mempunyai peranan dalam proses pembelahan sel. Hal tersebut juga didukung oleh pendapat Aini et al., 2019 Mekanisme bakteri penghasil hormon IAA dimulai dari eksudat akar, sehingga bakteri ataupun mikroorganisme yang terdapat di sekitar perakaran memanfaatkan eksudat akar sebagai sumber energi bagi bakteri.

Berdasarkan hasil analisis ragam dapat diketahui bahwa pemberian aerator selama 16 jam/hari dengan frekuensi aplikasi PGPR sebanyak 3 kali dapat dijadikan sebagai alternatif dalam mengurangi penggunaan aerator dan listrik di hidroponik rakit apung, sehingga dapat menurunkan biaya penggunaan listrik untuk keperluan aerasi dikarenakan dalam sistem hidroponik rakit apung penggunaan listrik untuk keperluan aerasi harus menyala selama 24 jam. Hal tersebut dapat diketahui menurut Purbajanti et al., 2017 bahwa sistem hidroponik kultur air merupakan barisan tanaman yang mengapung dalam bak larutan hara hidroponik. Oksigen disediakan oleh alat pemberi udara akuarium secara terus

menerus selama 24 jam.

(6)

Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman Selada Akibat Interaksi antara Durasi Penggunaan Aerator dan Frekuensi Aplikasi PGPR pada Umur 7 – 35 HST.

Waktu Pengamatan

Durasi Penggunaan Aerator (jam/hari)

Tinggi Tanaman (cm) Frekuensi Aplikasi PGPR

Kontrol 1 Kali 2 Kali 3 Kali

7 HST

24 jam/hari 35,23 g 32,70 e 34,40 fg 38,13 h

16 jam/hari 28,20 b 29,77 c 31,53 d 34,00 f

8 jam/hari 25,30 a 27,30 b 28,23 b 30,17 c

BNT 0,97

14 HST

24 jam/hari 58,3 de 54,27 cd 55,30 cd 67,17 f

16 jam/hari 48,70 ab 51,33 bc 54,30 cd 62,03 e

8 jam/hari 46,73 a 48,97 ab 49,20 ab 52,70 bc

BNT 4,35

21 HST

24 jam/hari 85,47 h 84,60 h 87,00 i 89,33 j

16 jam/hari 77,33 d 79,17 e 81,37 f 83,43 g

8 jam/hari 71,80 a 73,37 b 75,27 c 77,63 d

BNT 1,03

28 HST

24 jam/hari 145,67de 140,33 c 146,33 e 153,00 f

16 jam/hari 130,00 a 135,00 b 141,33 c 148,00 e

8 jam/hari 127,67 a 128,67 a 135,33 b 142,00cd

BNT 3,89

24 jam/hari 177,97 e 176,27 e 180,30 f 183,90 g

35 HST 16 jam/hari 168,93 c 173,10 d 178,50 ef 180,60 f

8 jam/hari 163,07 a 166,27 b 169,60 c 173,57 d

BNT 2,29

Keterangan : Bilangan yang diikuti huruf yang sama pada umur yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5%.

Tabel 2. Rerata Jumlah Daun Selada Akibat Interaksi antara Durasi Penggunaan Aerator dan Frekuensi Aplikasi PGPR pada Umur 7 – 35 HST.

Waktu Pengamatan

Durasi Penggunaan Aerator (jam/hari)

Jumlah Daun (helai) Frekuensi Aplikasi PGPR

Kontrol 1 Kali 2 Kali 3 Kali

7 HST

24 jam/hari 16 de 13 bc 14 cd 18 e

16 jam/hari 11 ab 11 ab 14 cd 16 de

8 jam/hari 10 a 11 ab 11 ab 14 cd

BNT 2,10

14 HST

24 jam/hari 24 de 22 bc 25 e 27 f

16 jam/hari 23 cd 21 ab 23 cd 25 e

8 jam/hari 20 a 20 a 22 bc 24 de

BNT 1,13

21 HST

24 jam/hari 31 e 29 cd 31 e 34 f

16 jam/hari 28 bc 27 ab 30 de 33 f

8 jam/hari 26 a 28 bc 29 cd 31 e

BNT 1,13

28 HST

24 jam/hari 39 e 37 cd 39 e 42 f

16 jam/hari 36 bc 35 ab 38 de 41 f

8 jam/hari 34 a 36 bc 37 cd 39 e

BNT 1,13

24 jam/hari 46 de 45 cd 47 e 51 g

35 HST 16 jam/hari 43 ab 43 ab 46 de 49 f

8 jam/hari 42 ab 44 bc 45 cd 47 e

BNT 0,88

Keterangan : Bilangan yang diikuti huruf yang sama pada umur yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5%.

(7)

Tabel 3. Rerata Panjang Akar Tanaman Selada Akibat Interaksi antara Durasi Penggunaan Aerator dan Frekuensi Aplikasi PGPR pada Umur 7 – 35 HST.

Waktu Pengamatan

Durasi Penggunaan Aerator (jam/hari)

Panjang Akar (cm) Frekuensi Aplikasi PGPR

Kontrol 1 Kali 2 Kali 3 Kali

7 HST

24 jam/hari 17,27 f 15,33 de 16,70 f 19,13 g

16 jam/hari 13,63 c 14,53 cd 16,23 ef 17,10 f

8 jam/hari 10,80 a 11,93 ab 12,47 b 14,53 cd

BNT 1,15

14 HST

24 jam/hari 30,13 f 29,23 de 31,47 g 33,90 h

16 jam/hari 26,57 c 28,47 d 29,57 ef 31,40 g

8 jam/hari 23,63 a 24,73 b 26,17 c 28,47 d

BNT 0,86

21 HST

24 jam/hari 33,50 de 33,70 ef 35,90 gh 38,57 i

16 jam/hari 30,20 b 32,47 cd 34,37 ef 36,27 h

8 jam/hari 27,00 a 29,63 b 32,00 c 34,73 fg

BNT 1,20

28 HST

24 jam/hari 42,60 fg 41,87 ef 44,40 h 46,33 i

16 jam/hari 39,00 c 39,77 cd 41,67 e 44,00 h

8 jam/hari 35,87 a 37,70 b 39,97 d 43,13 g

BNT 0,84

24 jam/hari 49,93 fg 49,03 ef 50,83 g 53,10 h

35 HST 16 jam/hari 46,20 bc 47,23 cd 48,83 ef 50,73 g

8 jam/hari 43,50 a 45,60 b 47,93 de 49,83 fg

BNT 1,13

Keterangan : Bilangan yang diikuti huruf yang sama pada umur yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5%.

Tabel 4. Rerata Luas Daun Total Per Daun Selada Akibat Interaksi antara Durasi Penggunaan Aerator dan Frekuensi Aplikasi PGPR pada Umur 35 HST.

Durasi Penggunaan Aerator (jam/hari)

Luas Daun (cm2) Frekuensi Aplikasi PGPR

Kontrol 1 Kali 2 Kali 3 Kali

24 jam/hari 139,69 f 130,36 bc 138,55 ef 141,71 f

16 jam/hari 127,58 abc 126,96 ab 131,26 cd 135,22 de

8 jam/hari 123,62 a 124,92 a 125,72 a 131,46 cd

BNT 4,18

Keterangan : Bilangan yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5%.

Tabel 5. Rerata Bobot Segar Akar Per Tanaman Selada Akibat Interaksi antara Durasi Penggunaan Aerator dan Frekuensi Aplikasi PGPR pada Umur 35 HST.

Durasi Penggunaan Aerator (jam/hari)

Bobot Segar Akar (g) Frekuensi Aplikasi PGPR

Kontrol 1 Kali 2 Kali 3 Kali

24 jam/hari 83,33 efg 81,67 ef 90,00 h 103,33 i

16 jam/hari 80,00 de 75,00 c 86,67 gh 96,67 i

8 jam/hari 63,33 a 68,33 b 76,67 cd 85,00 fg

BNT 4,20

Keterangan : Bilangan yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5%.

(8)

Tabel 6. Rerata Volume Akar Per Tanaman Selada Akibat Interaksi antara Durasi Penggunaan Aerator dan Frekuensi Aplikasi PGPR pada Umur 35 HST.

Durasi Penggunaan Aerator (jam/hari)

Volume Akar (ml) Frekuensi Aplikasi PGPR

Kontrol 1 Kali 2 Kali 3 Kali

24 jam/hari 115,00 fg 110,00 ef 116,67 fg 126,67 h

16 jam/hari 90,00 ab 93,33 ab 105,00 de 118, 33 g

8 jam/hari 86,67 a 95,00 bc 101,67 cd 110,00 ef

BNT 6,85

Keterangan : Bilangan yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5%.

Tabel 7. Rerata Bobot Segar Total Per Tanaman Selada Akibat Interaksi antara Durasi Penggunaan Aerator dan Frekuensi Aplikasi PGPR pada Umur 35 HST.

Durasi Penggunaan Aerator (jam/hari)

Bobot Segar Total (g) Frekuensi Aplikasi PGPR

Kontrol 1 Kali 2 Kali 3 Kali

24 jam/hari 300,00 gh 290,00 cdef 298,33 fg 308,33 h

16 jam/hari 286,67 bcd 280,00 b 288,33 bcde 296,67 efg

8 jam/hari 263,33 a 268,33 a 281,67 bc 291,67 defg

BNT 8,74

Keterangan : Bilangan yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5%.

Tabel 8. Rerata Bobot Segar Konsumsi Per Tanaman Akibat Interaksi antara Durasi Penggunaan Aerator dan Frekuensi Aplikasi PGPR pada Umur 35 HST.

Durasi Penggunaan Aerator (jam/hari)

Bobot Segar Konsumsi (g) Frekuensi Aplikasi PGPR

Kontrol 1 Kali 2 Kali 3 Kali

24 jam/hari 235,00 f 210,00 d 225,00 e 238,33 f

16 jam/hari 213,33 d 200,00 bc 208,33 cd 223,33 e

8 jam/hari 180,00 a 186,67 a 196,67 b 210,00 d

BNT 9,31

Keterangan : Bilangan yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5%.

Tabel 9. Rerata Kadar Klorofil Tanaman Selada Akibat Interaksi antara Durasi Penggunaan Aerator dan Frekuensi Aplikasi PGPR pada Umur 35 HST.

Durasi Penggunaan Aerator (jam/hari)

Kadar Klorofil (µg/ml) Frekuensi Aplikasi PGPR

Kontrol 1 Kali 2 Kali 3 Kali

24 jam/hari 22,49 e 20,66 d 22,65 e 24,57 f

16 jam/hari 19,87 d 18,43 c 20,16 d 22,48 e

8 jam/hari 14,57 a 15,98 b 16,38 b 17,95 c

BNT 1,28

Keterangan : Bilangan yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5%.

SIMPULAN

1. Pengurangan durasi penggunaan aerator dapat menurunkan pertumbuhan dan hasil dari semua parameter serta frekuensi aplikasi PGPR sebanyak 3 kali

dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil dari semua parameter.

2. Kadar oksigen pada zona perakaran di hidroponik rakit apung sangat dibutuhkan karena membantu akar dalam berespirasi sehingga proses

(9)

penyerapan nutrisi oleh akar terjadi secara optimal sehingga dapat membantu meningkatkan proses pertumbuhan tanaman maupun hasil.

3. Perlakuan K0P3 (Penggunaan aerator selama 24 jam/hari dengan frekuensi aplikasi PGPR sebanyak 3 kali) merupakan durasi penggunaan aerator dan frekuensi aplikasi PGPR yang tepat, dikarenakan pada semua hasil parameter menunjukkan hasil yang tertinggi.

4. Penggunaan aerator selama 16 jam/hari dengan frekuensi aplikasi PGPR sebanyak 3 kali dapat dijadikan sebagai alternatif dalam mengurangi penggunaan aerator dan penggunaan listrik di hidroponik rakit apung karena dari beberapa hasil parameter menunjukkan hasil yang tidak berbeda dari perlakuan aerasi 24 jam/hari dengan 2 dan 3 kali aplikasi PGPR.

DAFTAR PUSTAKA

Akasiska, R., Samekto, R, dan Siswadi, 2014. Pengaruh konsentrasi nutrisi dan media tanam terhadap pertumbuhan dan hasil sawi pakcoy (Brassica Parachinensis) sistem hidroponik vertikultur. J. Inovasi Pertanian, 13 (2).

Fauzi, R., Putra, E. T. S., dan Ambarwati, E.

2013. Pengayaan oksigen di zona perakaran untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil selada (Lactuca sativa, L) secara hidroponik.

J. Vegetalika 2 (4): 63–74.

N. Aini., W. Sumiya, D. Y., L. Qurata, A., N.

Azizah, dan E. Sukmarani. 2019.

Pengaruh rhizobacteria pada pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.) pada kondisi salin. J. Hort. Indonesia 10 (3): 182-189.

N. Aini., W. Sumiya, D. Y, dan Wahidah, P.

2019. The effect of nutrient concentration and inoculation of PGPR and AMF on the yield and fruit quality of hydroponic cherry tomatoes (Lycopersicum esculentum Mill. var.

cerasiforme). J. of Applied Horticulture 21 (2): 116-122.

Nasrun dan Nurmansyah. 2016. Keefektifan formula Pseudomonas fluorescens untuk mengendalikan penyakit layu bakteri dan meningkatkan pertumbuhan tanaman nilam. J.

Fitopatologi Indonesia 12 (2): 46–52.

Prubajanti, Dwi., E, Slamet, Widyati., Kusmiyati. 2017. Hidroponik: bertanam tanpa tanah edisi pertama. EF Press Digimedia, Banyumanik, Semarang.

Rohmawati, A. F., Soelistyono, R., dan Koesriharti. 2017. Pengaruh pemberian PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) dan kompos kotoran kelinci terhadap hasil tanaman terung (Solanum melongena L.). J.

Produksi Tanaman 5 (8): 1294-1300.

Romalasari, Atika., Sobari Enceng. 2019.

Produksi selada (Lactuca sativa L.) menggunakan sistem hidroponik dengan perbedaan sumber nutrisi. J.

Applied Agricultural Sciences 1 (3): 36- 41.

Samarkoon, U. C., P. A. Weerasinghe, dan W. A. P. Weerakkbody. 2006. Effect of electrical conductivity (EC) of the nutrient solution on nutrient uptake, growth, and yield of leaf lettuce.

Tropical Agricultural Research 18: 13- 21.

Tabriji,. M. Siti., Sholihah., Meidiantie, Diah.

2016. Pengaruh konsentrasi PGPR (Plant Growth Promoting

Rhizobakterium) terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa L.). J. Ilmiah Respati Pertanian 1 (8).

Referensi

Dokumen terkait

MR : memiliki banyak Waaahhhhh, wonten niku, masalah dulu sebelum aku masuk tarekat, tapi gah saya ceritakan, setiap malamnya yo tahajud, W1.S4.B MR sebelum minta sang pencipta

Adapun tujuan dari pelaksanaan kegiatan Pengabdian ini adalah sebagai berikut : Melakukan skrining pengetahuan masyarakat tentang Basic Life Support (BLS) pada

Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada Agustus 2015 yang diakukan oleh BPS Provinsi Jawa Timur, jumlah Angkatan Kerja di Jawa Timur mencapai sebanyak

Selanjutnya akan diidentifikasi kata-kata pinjaman dari bahasa Indonesia yang digunakan pada ketiga teks lagu Ricky Risolles (Mijn Soto, Poco-poco Style dan Mijn Indisch

Dalam wawancara oleh Majalah Forum edisi 13, 14 Oktober 1993, mantan Pangdam Jaya sekaligus mantan Menteri Dalam Negeri Amirmachmud mengatakan bahwa naskah asli Supersemar

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kompetensi, independensi, dan profesionalisme yang merupakan sikap minimal yang harus dimiliki

Pembagian kuisioner dan wawancara terhadap pengelola yakni Kelompok Pemanfaaat dan Pemelihara (KPP). KPP adalah sekelompok orang yang bertanggung jawab terhadap