• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Terapi Perilaku Kognitif terhadap Pembatasan Asupan Cairan Pasien Hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Terapi Perilaku Kognitif terhadap Pembatasan Asupan Cairan Pasien Hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Terapi Perilaku Kognitif terhadap Pembatasan Asupan

Cairan Pasien Hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan

SKRIPSI

Oleh

Sartika Sitanggang

(2)

Prakata

Segala Puji syukur,hormat,dan pujian penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menyertai penulis untuk menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Terapi Perilaku Kognitif terhadap pembatasan asupan cairan pasien hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan . Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Penyusunan skripsi ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Erniyati, S. Kp, MNS sebagai PUDEK I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Cholina Trisa Siregar M. Kep, Sp. KMB selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang penuh keikhlasan dan kesabaran telah memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Rosina Tarigan S. Kp., M. Kep., Sp. KMB selaku dosen penguji I dan Ibu Fatwa Imelda S. Kep, Ns selaku dosen penguji II yang dengan teliti memberikan masukan yang berharga dalam penyelesaian skripsi ini.

(3)

5. Seluruh Dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan dan staf nonakademik yang membantu memfasilitasi secara administratif.

6. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang telah memberikan izin penelitian.

7. Para responden yang telah bersedia berpartispasi selama proses penelitian berlangsung dan tiap anggota keluarga responden yang ikut mendukung penelitian ini.

8. Teristimewa keluargaku tercinta (Bapak O. Sitanggang, Ibu T. Silitonga, M. Sitanggang (kakak), P. Sitanggang (abang), Norce Sitanggang, Duma Sitanggang (kakak), Doli Sitanggang dan Sartana Sitanggang (adik)), dan kepada seluruh keluarga yang telah memberikan cinta, doa, dorongan serta membimbing, menghibur dan memotivasi penulis.

9. Rekan-rekan mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, khususnya stambuk 2005 yang telah memberikan semangat dan masukan dalam penyusunan skripsi ini dan menemani penulis saat pengambilan data (Evirina, Friska, Ida, Siska, Ica, Eca, Teresia, Eva, Oon, Yuliar, dll).

10. Semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak membantu peneliti baik dalam penyelesaian skripsi ini maupun dalam dalam menyelesaikan perkuliahan di PSIK FK USU

(4)

Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat nantinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Desember 2009

(5)

DAFTAR ISI

BAB 2 Tinjauan Pustaka 1. Hemodialisa 1.1 Defenisi ... 6

1.2 Prinsip yang Mendasari Hemodialisa ... 6

1.3 Penatalaksanaan Jangka Panjang Pasien yang Menjalani Hemodialisa... 7

1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Penderita Gagal Ginjal Kronik

2.2 Prinsip-Prinsip Terapi Perilaku Kognitif ... 16

2.3 Tujuan Pendekatan Terapi Perilaku Kognitif ... 18

2.4 Teknik Pemantauan dan Kontrol Diri ... 19

2.5 Teknik Penguatan Diri ... 20

2.6 Teknik Distraksi ... 21

BAB 3 Kerangka Penelitian 1. Kerangka Penelitian ... 24

2. Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 25

3. Hipotesis Penelitian ... 26

(6)

BAB 5 Analisa Data

1 Hasil Penelitian .. ... 33 Deskripsi Karakteristik Responden ... 33 Pembatasan Asupan Cairan Kelompok Kontrol

dan Kelompok Intervensi ... 34 Pengaruh Terapi Perilaku Kognitif

terhadap Pembatasan Asupan Cairan ... 35 2 Pembahasan

Karakteristik Responden ... 36 Pengaruh Terapi Perilaku Kognitif terhadap

Pembatasan Asupan Cairan Pasien Hemodialisa ... 39

BAB 6 Kesimpulan dan Rekomendasi

1 Kesimpulan... 41 2 Saran... 41

Daftar Pustaka Lampiran-lampiran

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Kuisioner Penelitian

3. Lembar Observasi Berat Badan Responden 4. Panduan Pelaksanaan Terapi Perilaku Kognitif

5. Lembar Observasi Pengukuran Kenaikan Berat Badan Pasien Hemodialisa 6. Tabel Chi Square

7. Tabel Frekuensi

8. Anggaran Biaya Penelitian 9. Jadwal Penelitian

(7)

DAFTAR SKEMA

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.2 Defenisi operasional variabel penelitian... 25 Tabel 5.1 Distribusi frekuensi kelompok intervensi dan kontrol berdasarkan data demografi di RSUP Haji Adam Malik Medan pada bulan

November-Desember 2009 (N=26)...34 Tabel 5.2 Statistik Pembatasan Asupan Cairan pada Kelompok Intervensi dan

Kontrol (N=26)...35 Tabel 5.3 Analisa Perbedaan Pembatasan Asupan Cairan pada Kelompok Kontrol

(9)

Judul : Pengaruh Terapi Perilaku Kognitif terhadap Pembatasan Asupan Cairan Pasien Hemodialisa di RSUP H. Adam Malik Medan

Peneliti : Sartika Sitanggang

NIM : 051101043

Fakultas : Keperawatan USU

Abstrak

Pasien penyakit ginjal tahap akhir baik sebelum dan sesudah dilakukan terapi hemodialisis cenderung mengalami fluktuasi volume cairan tubuh. Pada pasien hemodialisa rutin, fluktuasi atau kelebihan cairan tersebut disebabkan oleh penurunan fungsi ginjal dalam mengekresikan cairan dan kurangnya kepatuhan pasien dalam membatasi asupan cairan pasien. Salah satu cara untuk membantu pasien dalam membatasi asupan cairan adalah terapi perilaku kognitif. Terapi perilaku kognitif dengan cara menontrol diri, menguatkan diri dan mengalihkan rasa haus dengan melakukan kegiatan yang lebih menarik perhatian pasien. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh terapi perilaku kognitif terhadap pembatasan asupan cairan pasien hemodialisa di RSUP H. Adam Malik Medan dengan menggunakan desain quasi eksperimen. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling dengan jumlah sampel 26 orang, yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu 13 orang kelompok intervensi dan 13 orang kelompok kontrol. Pengukuran pembatasan asupan cairan dilakukan dengan cara mengukur rata-rata kenaikan berat badan semua responden antar dua sesi hemodialisa sesudah diberi terapi perilaku kognitif pada kelompok intervensi. Kemudian dibandingkan dengan berat badan kering masing-masing responden. Untuk menganalisa pengaruh terapi perilaku kognitif terhadap pembatasan asupan cairan pasien hemodialisa digunakan uji Fisher (alternatif uji chi-square) dengan tingkat kemaknaan α = 0.05 (p<0.05). Pengolahan data dilakukan dengan teknik komputerisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 13 orang kelompok intervensi sebanyak 9 orang dengan pembatasan asupan cairan yang buruk dan 4 orang dengan pembatasan asupan cairan yang baik. Sedangkan pada kelompok kontrol, semua responden (N=13) dengan pembatasan asupan cairan yang buruk. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai significancy adalah 0,96 untuk 2-sided (two tail) dan 0,48 untuk 1-sided (one tail). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh terapi perilaku kognitif terhadap pembatasan asupan cairan pasien hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan.

(10)

Judul : Pengaruh Terapi Perilaku Kognitif terhadap Pembatasan Asupan Cairan Pasien Hemodialisa di RSUP H. Adam Malik Medan

Peneliti : Sartika Sitanggang

NIM : 051101043

Fakultas : Keperawatan USU

Abstrak

Pasien penyakit ginjal tahap akhir baik sebelum dan sesudah dilakukan terapi hemodialisis cenderung mengalami fluktuasi volume cairan tubuh. Pada pasien hemodialisa rutin, fluktuasi atau kelebihan cairan tersebut disebabkan oleh penurunan fungsi ginjal dalam mengekresikan cairan dan kurangnya kepatuhan pasien dalam membatasi asupan cairan pasien. Salah satu cara untuk membantu pasien dalam membatasi asupan cairan adalah terapi perilaku kognitif. Terapi perilaku kognitif dengan cara menontrol diri, menguatkan diri dan mengalihkan rasa haus dengan melakukan kegiatan yang lebih menarik perhatian pasien. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh terapi perilaku kognitif terhadap pembatasan asupan cairan pasien hemodialisa di RSUP H. Adam Malik Medan dengan menggunakan desain quasi eksperimen. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling dengan jumlah sampel 26 orang, yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu 13 orang kelompok intervensi dan 13 orang kelompok kontrol. Pengukuran pembatasan asupan cairan dilakukan dengan cara mengukur rata-rata kenaikan berat badan semua responden antar dua sesi hemodialisa sesudah diberi terapi perilaku kognitif pada kelompok intervensi. Kemudian dibandingkan dengan berat badan kering masing-masing responden. Untuk menganalisa pengaruh terapi perilaku kognitif terhadap pembatasan asupan cairan pasien hemodialisa digunakan uji Fisher (alternatif uji chi-square) dengan tingkat kemaknaan α = 0.05 (p<0.05). Pengolahan data dilakukan dengan teknik komputerisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 13 orang kelompok intervensi sebanyak 9 orang dengan pembatasan asupan cairan yang buruk dan 4 orang dengan pembatasan asupan cairan yang baik. Sedangkan pada kelompok kontrol, semua responden (N=13) dengan pembatasan asupan cairan yang buruk. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai significancy adalah 0,96 untuk 2-sided (two tail) dan 0,48 untuk 1-sided (one tail). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh terapi perilaku kognitif terhadap pembatasan asupan cairan pasien hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan.

(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Penyakit ginjal kronik seperti Glomerulonephritis Chronic, Diabetic Nephropathy, Hypertensi, Polycystic Kidney, penyakit ginjal obstruktif dan infeksi

dapat mengakibatkan penurunan fungsi ginjal secara perlahan dan irreversible sampai akhirnya terjadi gagal ginjal. Bila pasien telah mengalami gagal ginjal, ini merupakan stadium terberat dari penyakit ginjal kronik dan untuk mempertahankan hidupnya diperlukan terapi sementara berupa cuci darah (hemodialisa) (Sinaga, 2007).

Menurut Yayasan Ginjal Diatrans Indonesia (YGDI) RSU AU Halim Jakarta, ada sekitar 100.000 orang lebih penderita gagal ginjal di Indonesia. Di RSUN Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, dijumpai sebanyak 120 orang pasien gagal ginjal yang menjalani pengobatan hemodialisa (Buletin Info ASKES, edisi tahun 2006). Di Medan saat ini di RSUP Haji Adam Malik dijumpai 87 orang kasus gagal ginjal, di RSUD Dr. Pirngadi dijumpai sebanyak 109 orang kasus gagal ginjal, di RS Swasta (RS Rasyida) sebanyak 78 orang kasus gagal ginjal yang secara rutin menjalani pengobatan hemodialisa (Sinaga, 2007).

(12)

kurangnya kepatuhan pasien dalam membatasi asupan cairan pasien. Meskipun pasien gagal ginjal kronis pada awal menjalani HD sudah diberikan penyuluhan kesehatan untuk mengurangi asupan cairan selama sehari, akan tetapi pada terapi HD berikutnya masih sering terjadi pasien datang dengan keluhan sesak napas akibat kelebihan volume cairan tubuh (Sapri, 2008).

Menurut Saran (2003) dalam Fisher (2006) mortalitas akan meningkat pada pasien hemodialisa apabila terjadi peningkatan cairan tubuh 5,7% dari berat badan kering klien selama sesi hemodialisa. Pasien harus dianjurkan untuk mempertahankan kenaikan berat badan kurang dari 3% dari berat badan kering pasien selama sesi antar hemodialisa (Sapri, 2008; Takeda, 2006). Menurut Almatsier (2005), batas asupan cairan yang bisa dikonsumsi pasien perhari adalah 500-750 ml + jumlah urine/24 jam sehingga kenaikan berat badan pasien tidak lebih dari 0,45 kg/hari.

Peningkatan berat badan akibat asupan cairan pasien yang tidak terkontrol tersebut yang menyebabkan terjadinya hipertensi dan edema paru. Pasien juga akan merasa tidak nyaman karena sesak nafas, lelah dan lemas (Fisher, 2004 dalam Fisher 2006). Kelebihan volume cairan tubuh yang menyebabkan hipertensi dan odema pulmonum, akan meningkatkan kemungkinan terjadinya kegawatdaruratan hemodialisis dan meningkatkan risiko dilatasi dan hipertropi jantung. Oleh karena itu mempertahankan sirkulasi volume darah yang efektif dan optimal sangat diperlukan untuk menghindari komplikasi sirkulasi (Lubis, 2008).

(13)
(14)

2. Tujuan Penelitian

2.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi perilaku kognitif terhadap pembatasan asupan cairan pasien hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan.

2.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui rata-rata berat badan kelompok kontrol dan kelompok intervensi sebelum diberikan terapi perilaku kognitif

b. Mengetahui rata-rata berat badan kelompok kontrol dan kelompok intervensi setelah diberikan terapi perilaku kognitif

c. Membandingkan rata-rata berat badan kelompok intervensi dengan rata-rata berat badan kelompok kontrol setelah diberikan terapi perilaku kognitif.

3. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

4.1 Praktek Keperawatan

(15)

4.2 Pasien

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu cara yang dapat dipelajari dan digunakan pasien hemodialisa untuk mengontrol asupan cairannya.

4.3 Penelitian Keperawatan

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Hemodialisa

Defenisi

Hemodialisa adalah prosedur pembersihan darah melalui suatu ginjal buatan dan dibantu pelaksanaannya oleh semacam mesin (Lumenta, 1992). Hemodialisa sebagai terapi yang dapat meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang usia. Hemodialisa merupakan metode pengobatan yang sudah dipakai secara luas dan rutin dalam program penanggulangan gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronik (Smeltzer, 2001). Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium terminal yang membutuhkan terapi jangka panjang atau terapi permanen. Sehelai membran sintetik yang semipermiable menggantikan glomerulus serta tubulus renal dan bekerja sebagai filter bagi ginjal yang terganggu fungsinya itu bagi penderita gagal ginjal kronis, hemodialisa akan mencegah kematian. Namun demikian, hemodialisa tidak menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal (Smeltzer, 2001).

Prinsip yang Mendasari Hemodialisa

(17)

mendasari kerja hemodialisa yaitu difusi, osmosis dan ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah di dalam darah dikeluarkan melalui proses difusi dengan cara bergerak dari darah, yang memiliki konsentrasi lebih tinggi ke cairan dialisat yang konsentrasinya rendah.

Air yang berlebihan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses osmosis. Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan gradien tekanan: dengan kata lain, air bergerak dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat). Gradien ini dapar ditingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang dikenal dengan ultrafiltrasi pada mesin dialisis. Tekanan negatif diterapkan pada alat ini sebagai kekuatan pengisap pada membran dan memfasilitasi pengeluaran air. Karena pasien tidak dapat mengekskresikan air, kekuatan ini diperlukan untuk mengeluarkan cairan hingga tercapai isovolemia (keseimbangan cairan ) (Smeltzer, 2001).

Penatalaksanaan Jangka Panjang Pasien yang Menjalani Hemodialisa

Diet

(18)

Diet rendah protein akan mengurangi penumpukan limbah nitrogen dan dengan demikian meminimalkan gejala. Penumpukan cairan juga dapat terjadi dan dapat mengakibatkan gagal jantung kongestif serta edema paru. Dengan demikian pembatasan cairan juga merupakan bagian dari resep diet untuk pasien ini. Dengan penggunaan hemodialisa yang efektif, asupan makanan pasien dapat diperbaiki meskipun biasanya memerlukan beberapa penyesuaian atau pembatasan pada asupan protein, natrium, kalium dan cairan.

Masalah Cairan

Pembatasan asupan cairan sampai 1 liter perhari sangat penting karena meminimalkan resiko kelebihan cairan antar sesi hemodialisa. Jumlah cairan yang tidak seimbang dapat menyebabkan terjadinya edema paru ataupun hipertensi pada 2-3 orang pasien hemodialisa. Ketidakseimbangan cairan juga dapat menyebabkan terjadinya hipertropi pada ventrikel kiri. Beberapa laporan menyatakan bahwa pembatasan cairan pada pasien hemodialisa sangat dipengaruhi oleh perubahan musim dan masa-masa tertentu dalam hidupnya. Seperti penelitian Argiles (2004) menyatakan bahwa asupan cairan pasien akan sangat tidak terkontrol pada musim panas dan pada masa liburan Natal dan Tahun Baru karena pada musim panas merangsang rasa haus dan pada masa libuuran natal dan tahun baru banyak mengonsumsi makanan ringan yang kering dan mengandung garam sehingga memacu keinginan untuk minum (Welch, 2006).

(19)

kenaikan berat badan antar sesi hemodialisa (Interdialytic weight gain/IDWG) (Welch, 2006). IDWG adalah peningkatan berat badan antar hemodialisa yang paling utama dihasilkan oleh asupan garam dan cairan. Secara teori, konsekuensi dari asupan tersebut terdiri atas dua bagian yaitu on the one hand yang artinya asupan air dan salin dapat bekerja sama dengan kalori dan protein dalam makanan, yang akan disatukan untuk memperoleh status nutrisi yang lebih baik. Tetapi on the other hand, asupan air dan garam dapat menimbulkan peningkatan cairan tubuh. Yang menjadi kunci untuk kejadian hipertensi dan hipertropi ventrikel kiri (Villaverde, 2005). IDWG yang dapat ditoleransi oleh tubuh adalah tidak lebih dari 1,0-1,5 kg (Lewis et al., 1998) atau tidak lebih dari 3 % dari berat kering (Fisher, 2006).

(20)

urin/24jam ditambah 750 ml (Almatsier, 2004). Urin 24 jam ditambah 500-700 ml adalah jumlah cairan yang dapat dikonsumsi pasien dan masih dapat ditoleransi oleh ginjal pasien.

Pertimbangan medikasi

Banyak obat yang diekskresikan seluruhnya atau sebagian melalui ginjal. Apabila seseorang pasien menjalani dialisis, semua jenis obat dan dosisnya harus dievaluasi dengan cermat. Terapi antihipertensi yang sering merupakan bagian dari susunan terapi dialisis, merupakan salah satu contoh dimana komunikasi, pendidikan dan evaluasi dapat memberikan hasil yang berbeda.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Penderita Gagal Ginjal

Kronik yang Menjalani Hemodialisis dalam Mengurangi Asupan

Cairan

1.4.1 Faktor usia

(21)

1.4.2 Faktor lama menjalani HD

Semakin lama pasien menjalani HD adaptasi pasien semakin baik karena pasien telah mendapat pendidikan kesehatan atau informasi yang diperlukan semakin banyak dari petugas kesehatan. Hal ini didukung oleh pernyataan bahwa semakin lama pasien menjalani HD, semakin patuh dan pasien yang tidak patuh cenderung merupakan pasien yang belum lama menjalani HD, karena pasien sudah mencapai tahap accepted (menerima) dengan adanya pendidikan kesehatan dari petugas kesehatan.

1.4.3 Faktor Keterlibatan tenaga kesehatan.

Pada penderita yang patuh keterlibatan tenaga kesehatan dalam kategori baik 82,9 % sedangkan pada penderita yang tidak patuh dalam kategori sedang 58,2%. Didapat hasil uji analisis Mann Whitney U- test antara keterlibatan tenaga kesehatan pada penderita yang patuh dengan penderita yang tidak patuh berdasarkan kategori diatas dengan nilai ( sig) atau þ= 0,002 lebih kecil dari 0,05 yang berarti ada pengaruh antara keterlibatan tenaga kesehatan dengan kepatuhan pasien dalam mengurangi asupan cairan. Keterlibatan tenaga kesehatan sangat diperlukan oleh pasien dalam hal sebagai pemberi pelayanan kesehatan, penerimaan informasi bagi pasien dan keluarga, serta rencana pengobatan selanjutnya.

1.4.4 Faktor keterlibatan keluarga pasien

(22)

seperti tingkat pendidikan yang tinggi, pengalaman yang pernah dialami, dan konsep diri yang baik akan membuat individu lebih dapat mengambil keputusan yang tepat dalam mengambil mengambil tindakan, sementara keterlibatan keluarga dapat diartikan sebagai suatu bentuk hubungan sosial yang bersifat menolong dengan melibatkan aspek perhatian, bantuan dan penilaian dari keluarga. Schwarzt and Griffin (1995), mengatakan perilaku kepatuhan tergantung pada situasi klinis spesifik, sifat alam penyakit, dan program pengobatan. Berbeda dengan pernyataan Baekeland & Luddwall (1975) bahwa keluarga juga merupakan faktor yang berpengaruh dalam menentukan program pengobatan pada pasien, derajat dimana seseorang terisolasi dari pendampingan orang lain, isolasi sosial secara negatif berhubungan dengan kepatuhan.

Komplikasi

Komplikasi terapi dialisisi sendiri dapat mencakup hal-hal berikut; a. Hipotensi dapat terjadi selama terapi dialisis ketika cairan dikeluarkan b. Emboli udara merupakan komplikasi yang jarang tetapi dapat saja terjadi

jika udara memasuki sistem vaskuler pasien.

c. Nyeri dada dapat terjadi karena pCO2 menurun bersamaan dengan terjadinya sirkulasi darah diluar tubuh.

(23)

e. Gangguan keseimbangan dialisis terjadi karena perpindahan cairan serebral dan muncul sebagai serangan kejang. Komplikasi ini kemungkinan terjadi lebih besar jika terdapat gejala uremia yang berat. f. Kram otot yang nyeri terjadi ketika cairan dan elektrolit dengan cepat

meninggalkan ruang ekstrasel.

g. Mual dan muntah merupakan peristiwa yang sering terjadi.

Pendidikan Pasien

(24)

untuk menangani dan mengurangi kecemasan serta ketergantungan pasien sendiri dan anggota keluarga mereka, pilihan lain yang tersedia buat pasien, pengaturan finansial untuk dialisis, strategi untuk mempertahankan kemandirian dan mengatasi kecemasan anggota keluarga.

2. Terapi Perilaku Kognitif

Defenisi

Terapi perilaku kognitif adalah terapi yang menganggap kesulitan-kesulitan emosional berasal dari pikiran dan keyakinan yang salah yang menyebabkan perilaku yang tidak produktif. Terapi ini berusaha untuk mengintegrasikan teknik-teknik terapeutik yang berfokus untuk membantu individu melakukan perubahan-perubahan, tidak hanya pada perilaku nyata tetapi juga dalam pemikiran, keyakinan dan sikap yang mendasarinya. Terapi ini memiliki asumsi bahwa pola berpikir dan keyakinan mempengaruhi perilaku, dan perubahan pada kognitif ini dapat menghasilkan perubahan perilaku yang diharapkan (Nevid, 2003).

(25)

maka tidak hanya sekedar mengubah perilakunya saja, namun juga menyangkut aspek kognitifnya.

Terapi perilaku-kognitif merupakan gabungan terapi perilaku dan terapi kognitif. Dalam pelaksanaannya, modifikasi perilaku-kognitif menekankan pada pemahaman terhadap aspek pengalaman kognisi yang berbeda-beda misalnya kepercayaan, harapan, imaji, pemecahan masalah, disamping mempelajari ketrampilan teknik perilaku (Kanfer dan Goldstein, 1986).

Ellis menggunakan terapi perilaku kognitif mengubah gagasan klien agar

emosi klien terobati atau tidak sekedar perubahan perilaku mereka saja (Corey, 1990). Menurut Beck (1976 dalam Corey, 1990) rute yang langsung ke berubahnya emosi dan perilaku yang tidak berfungsi adalah dengan memodifikasi jalan pikiran yang tidak tepat dan tidak berfungsi. Menurut Marshall & Turnbull (1996 dalam Sagawa, 2001) Terapi perilaku kognitif adalah sebuah pendekatan untuk membantu menanggulangi masalah dengan lebih efektif dengan menyediakan suatu kerangka berpikir dan berperilaku, yang memungkinkan mereka untuk memimpin diri sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

(26)

hasil yang signifikan dalam menghilangkan penggunaan alkohol secara total setelah 3 tahun intervensi (NIDA, 2008) .

Prinsip - prinsip Terapi Perilaku- Kognitif

Prinsip dasar dari terapi perilaku kognitif adalah mengajarkan kepada pasien bahwa kepercayaan dan pemikiran tidak rasional adalah penyebab dari gangguan emosional dan tingkah laku (Hoffman, 1984). Sebelum proses terapi dimulai, terapis perlu terlebih dahulu menjelaskan susunan terapi kepada subjek, yang meliputi penjelasan tentang sudut pandang teori modifikasi perilaku dan teori terapi kognitif terhadap perilaku yang tidak adaptif, prinsip yang melandasi prosedur modifikasi perilaku kognitif, dan tentang langkah-langkah di dalam terapi. Penjelasan ini penting perannya untuk meningkatkan motivasi individu dan menjalin kerjasama yang baik. Perlu pula dijelaskan bahwa fungsi terapis hanyalah sebagai fasilitator timbulnya perilaku yang dikehendaki, dan individu yang berperan aktif dalam proses terapi (Ivey, 1993). Oleh karena itu individu harus benar-benar terampil menggunakan prinsip-prinsip terapi kognitif dan modifikasi perilaku dengan masalah yang dialaminya, dan peran terapis penting dalam mengajak individu memahami perasaannya dan teknik terapi yang efektif untuk terjadinya perubahan perilaku yang dikehendaki.

(27)

1. Terapis perlu memahami bahwa perilaku klien ditentukan oleh pikiran, perasaan, proses fisiologis, dan akibat yang dialaminya. Terapis dapat memasuki sistem interaksi dengan memfokuskan pada pikiran, perasaan, proses fisiologis, dan perilaku yang dihasilkan klien.

2. Proses kognitif sebenarnya tidak menyebabkan kesulitan emosional, namun yang menyebabkan kesulitan emosional adalah karena proses kognitif itu sendiri merupakan proses interaksi yang kompleks. Bagian penting dari proses kognisi adalah meta-kognisi yaitu klien berusaha untuk memberi komentar secara internal pada pola pemikiran dan perilakunya saat itu. Struktur kognisi yang dibuat individu untuk mengorganisasi pengalaman adalah personal schema. Terapis perlu memahami personal schema yang digunakan oleh klien untuk lebih mamahami masalah yang dialami klien. Perubahan personal skema yang tidak efektif adalah bagian yang penting dari terapi

3. Tugas penting dari seorang terapis adalah menolong klien untuk memahami cara klien membentuk dan menafsirkan realitas.

4. Modifikasi perilaku-kognitif memahami persoalan dengan pendekatan psikoterapi yang diambil dari sisi rasional atau objektif.

5. Modifikasi perilaku-kognitif ditekankan pada penjabaran serta penemuan proses pemahaman pengalaman klien.

6. Dimensi yang cukup penting adalah untuk mencegah kekambuhan kembali. 7. Modifikasi perilaku-kognitif melihat bahwa hubungan baik yang dibangun

(28)

8. Emosi memainkan peran yang penting dalam terapi, untuk itu klien perlu dibawa ke dalam suasana terapi yang mengungkap pengalaman emosi.

9. Terapis perlu menjalin kerjasama dengan pihak keluarga ataupun pasangan klien.

10. Modifikasi perilaku-kognitif dapat diperluas sebagai proses pencegahan timbulnya perilaku maladaptif.

Tujuan Pendekatan Terapi Perilaku Kognitif

Pendekatan terapi perilaku kognitif adalah pendekatan pemberian bantuan yang bertujuan mengubah suasana hati dan perilaku individu dengan mempengaruhi pola berfikirnya (Beck, 1985; Burns, 1986). Pada dasarnya pendekatan terapi perilaku kognitif bertujuan untuk mengenali kejadian yang memberi tekanan, mengenali dan memantau gangguan-gangguan kognitif yang muncul dalam menanggapi kejadian atau peristiwa, dan mengubah cara berfikir dalam menginterpretasikan dan menilai kejadian dengan cara-cara yang lebih sehat.

(29)

Teknik pemantauan dan kontrol diri

Pemantauan dan kontrol diri merupakan langkah awal untuk merubah perilaku target. Seseorang itu harus mengetahui terlebih dahulu perilaku yang mana yang menjadi target terapi perilaku kognitif. Kedua teknik tersebut mengkaji seberapa sering perilaku target itu timbul dan resiko yang apa yang muncul kalau tidak segera ditangani. Pada tehnik ini, klien sangat berperan penting (Taylor, 1983).

Teknik ini berfungsi sebagai alat pengumpul data sekaligus berfungsi terapeutik. Dasar pemikiran teknik ini adalah pemantauan diri terkait dengan evaluasi diri dan pengukuhan diri (Kanfer, 1975). Subjek memantau dan mencatat perilakunya sendiri, sehingga lebih menyadari perilakunya setiap saat. Beberapa langkah dalam teknik pemantauan diri adalah sebagai berikut: mendiskusikan dengan subjek tentang pentingnya subjek memantau dan mencatat perilakunya secara teliti, subjek dan terapis secara bersama-sama menentukan jenis perilaku yang hendak dipantau, mendiskusikan saat-saat pemantauan dilaksanakan, terapis menunjukkan pada subjek cara mencatat data perilakunya.. Pemantauan diri hendaknya dilakukan untuk satu jenis perilaku dan relatif merupakan respon yang sederhana (Kanfer, 1975).

(30)

a) Hanya ada sedikit kontrol eksternal yang dapat menjelaskan perilaku (tidak ada pengawasan atau pemaksaan dari luar atau orang lain)

b) Kontrol adalah suatu hal yang cukup sulit sehingga orang yang bersangkutan harus berupaya cukup keras (melakukan suatu kegiatan yang sangat tidak diinginkan dan merasa gembira dan bebas setelah kegiatan itu selesai)

c) Perilaku dilakukan dengan pertimbangan dan pilihan secara sadar

Individu secara aktif memutuskan untuk melakukan kontrol diri baik dengan melakukan suatu tindakan atau dengan menahan dirinya untuk tidak melakukan sesuatu. Orang yang bersangkutan tidak melakukan ini secara otomatis dan tidak dipaksa oleh orang lain untuk melakukan suatu tindakan.

Reinforcement (Penguatan diri)

(31)

untuk mencapai berat badan yang idel untuk pasien, dan pada umumnya merupakan intervensi yang paling sering diberikan para medis ke pasiennya (Sagawa, 2001).

Distraksi (pengalihan perhatian)

Distraksi mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain yang lebih menyenangkan sehingga klien mampu mengabaikan pemikiran yang tidak menyenangkan yang sedang dialami. Distraksi bekerja memberi pengaruh paling baik untuk jangka waktu yang singkat. Perawat dapat mengkaji aktivitas-aktivitas yang dinikmati klien sehingga dapat dimanfaatkan sebagai distraksi. Aktivitas tersebut dapat meliputi kegiatan menyanyi, berdoa, mendengarkan musik, menonton TV, membaca, bercerita, dan lain-lain. Sebagian besar distraksi dapat digunakan di rumah sakit, di rumah , atau pada fasilitas perawatan jangka panjang (Potter, 2005).

Distraksi dapat berkisar dari hanya pencegahan monoton sampai menggunakan aktivitas fisik dan mental yang sangat kompleks. Ada orang tertentu yang akan mampu mengalihkan perhatiannya hanya dengan memainkan suatu permainan yang butuh konsentrasi penuh sperti main catur. Keefektifan distraksi tergantung pada kemampuan pasien untuk menerima dan membangkitkan input sensori selain sensori yang sedang dialami ( Smeltzer, 2001).

Distraksi visual Melihat pertandingan, menonton televisi, membaca

koran, melihat pemandangan dan gambar termasuk distraksi visual. Distraksi

(32)

serta gemercik air, individu dianjurkan untuk memilih musik yang disukai dan musik tenang seperti musik klasik, dan diminta untuk berkosentrasi pada lirik dan irama lagu. Klien juga diperbolehkan untuk menggerakkan tubuh mengikuti irama lagu seperti bergoyang, mengetukkan jari atau kaki (Tamsuri, 2007). Musik klasik salah satunya adalah musik Mozart. Dari sekian banyak karya musik klasik, sebetulnya ciptaan milik Wolfgang Amadeus Mozart (1756-1791) yang paling dianjurkan. Beberapa penelitian sudah membuktikan, Mengurangi tingkat ketegangan emosi atau nyeri fisik. Penelitian itu di antaranya dilakukan oleh Dr. Alfred Tomatis dan Don Campbell. Mereka mengistilahkan sebagai “Efek Mozart”. Dibanding musik klasik lainnya, melodi dan frekuensi yang tinggi pada karya-karya Mozart mampu merangsang dan memberdayakan daerah kreatif dan motivatif di otak. Yang tak kalah penting adalah kemurnian dan kesederhaan musik Mozart itu sendiri. Namun, tidak berarti karya komposer klasik lainnya tidak dapat digunakan (Andreana, 2006)

Distraksi pernafasan yaitu bernafas ritmik, anjurkan klien untuk

memandang fokus pada satu objek atau memejamkan mata dan melakukan inhalasi perlahan melalui hidung dengan hitungan satu sampai empat dan kemudian menghembuskan nafas melalui mulut secara perlahan dengan menghitung satu sampai empat (dalam hati). Anjurkan klien untuk berkosentrasi pada sensasi pernafasan dan terhadap gambar yang memberi ketenangan, lanjutkan tehnik ini hingga terbentuk pola pernafasan ritmik. Distraksi

intelektual, antara lain dengan mengisi teka-teki silang, bermain kartu,

(33)
(34)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Penelitian

Skema 3.1 Kerangka Penelitian pengaruh terapi perilaku kognitif terhadap

pembatasan asupan cairan pasien hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan.

(35)

2. Defenisi Operasional

Tabel 3.1. Defenisi operasional variabel penelitian

(36)

3. Hipotesa Penelitian

Ho : Tidak terdapat pengaruh terapi perilaku kognitif terhadap pembatasan asupan cairan pasien hemodialisa

Ha : Terdapat pengaruh terapi perilaku kognitif terhadap pembatasan asupan cairan pasien hemodialisa

(37)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain quasi eksperimental (nonequivalent control group) (Polit, 1999).

2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah pasien yang menjalani hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan. Dari data survei awal pada bulan Oktober, diperoleh jumlah pasien hemodialisa rutin dalam satu bulan adalah 130 orang. Menurut Arikunto (2006), jika jumlah populasi dalam penelitian lebih dari 100, maka 10% dari populasi sudah dapat mewakili populasi. Sehingga besar sampel pada kelompok intervensi 13 orang dan pada kelompok kontrol 13 orang.

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi yang sesuai dengan yang dikehendaki peneliti sehingga dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya. (Nursalam, 2003). Kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu:

a) Menjalani perawatan hemodialisa 2-3 kali dalam satu minggu b) Dapat berkomunikasi dengan baik

(38)

d) Bersedia menjadi responden

3. Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November hingga Desember 2009 di ruangan hemodialisa RSUP Haji Adam Malik Medan. Peneliti memilih RSUP Haji Adam Malik Medan sebagai tempat penelitian, karena Rumah Sakit tersebut merupakan Rumah Sakit pendidikan, lokasi Rumah Sakit mudah dijangkau dan memiliki unit hemodialisa sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Menurut Nursalam (2003), ada 5 pertimbangan etik yang harus diperhatikan pada penelitian ini, yaitu:

4.1 Self Determination

Responden diberi kebebasan untuk menentukan apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian secara suka rela.

4.2 Ananomity

(39)

4.3 Informed Consent

Responden bersedia menandatangani lembar persetujuan setelah responden memahami tujuan, manfaat, prosedur penelitian dan harapan peneliti terhadap responden yang telah dijelaskan oleh peneliti. Responden yang tidak bersedia berhak untuk menolak.

4.4 Confidentiality

Peneliti menjamin kerahasiaan informasi responden dan data yang diperoleh dari responden hanya digunakan untuk kepentingan penelitian saja.

4.5 Protection from discomfort

Penelitian ini tidak memiliki resiko yang besar. Responden bebas dari rasa sakit baik secara fisik maupun tekanan psikologis.

5. Instrumen Penelitian

(40)

6. Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara:

a. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan USU).

b. Mengirimkan permohonan izin yang diperoleh ke tempat penelitian (RSUP Haji Adam Malik Medan).

c. Setelah mendapat izin dari RSUP Haji Adam Malik Medan, peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian.

d. Menjelaskan pada calon responden tentang tujuan, manfaat dan proses pelaksanaan penelitian.

e. Calon responden yang bersedia, diminta untuk menandatangani informed consent (surat persetujuan).

f. Responden diminta untuk mengisi kuisioner data demografi. Selama pengisian kuisioner, responden diberi kesempatan untuk bertanya pada peneliti bila ada pertanyaan yang tidak dimengerti.

g. Peneliti membagi responden menjadi dua kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

h. Sesaat setelah kelompok intervensi selesai menjalani hemodialisa, peneliti langsung berdiskusi bersama responden. Peneliti menjelaskan apa yang dimaksud peneliti sesuai dengan yang tertulis dalam format pelaksanaan terapi perilaku kognitif.

(41)

yang sudah dijelaskan peneliti dan tertulis dalam format pelaksanaan terapi perilaku kognitif.

j. Peneliti mengukur badan kelompok kontrol dan intervensi sebelum dan sesudah hemodialisa selama 6 sesi antar hemodialisa selama pemberian tindakan (terapi perilaku kognitif) pada kelompok intervensi dan mencatatnya pada lembar observasi berat badan pasien hemodialisa.

k. Selanjutnya data yang diperoleh dikumpulkan untuk dianalisa.

7. Analisa Data

Setelah data terkumpul, peneliti melakukan pengolahan data atau analisa data dengan mengecek terlebih dahulu kelengkapan data dan memastikan semua data telah diisi sesuai dengan petunjuk. Kemudian dilakukan coding yaitu mengubah data dalam bentuk huruf menjadi angka untuk mempermudah pada saat melakukan analisa data. Data yang diperoleh dari setiap responden berupa data demografi dan data hasil pengukuran berat badan kelompok intervensi dan kontrol sebelum dan sesudah hemodialisa selama 6 sesi antar hemodialisa. Selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan tehnik komputerisasi.

7.1 Statistik univariat

(42)

kelompok kontrol dan kelompok intervensi sebelum dan sesudah dilakukan terapi perilaku kognitif.

7.2 Statistik bivariat

Untuk melihat pengaruh dari variabel independen (terapi perilaku kognitif) yang berskala kategorik terhadap variabel dependen (pembatasan asupan cairan) yang juga berskala kategorik digunakan uji statistik Chi-square (X2). Uji statistik Chi-square (X2)Uji yang digunakan untuk membandingkan pembatasan asupan cairan kelompok kontrol dengan kelompok intervensi.

Menurut Dahlan (2008) dari uji tersebut akan diperoleh nilai p, yaitu nilai yang menyatakan besarnya peluang hasil penelitian. Kesimpulan hasilnya

diinterpretasikan dengan membandingakan nilai p dengan nilai alpha (α = 0,05).

Bila nilai p ≤ α, maka keputusannya adalah Ha gagal ditolak seda ngkan bila nilai

(43)

BAB 5

ANALISA DATA

1. Hasil Penelitian

Bab ini akan menguraikan hasil penelitian serta pembahasan mengenai pengaruh terapi perilaku kognitif terhadap pembatasan asupan cairan pasien hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan. Pengumpulan data dilakukan dari tanggal 18 November sampai dengan 18 Desember dengan jumlah responden 26 orang. Responden dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok intervensi yang diberi terapi perilaku kognitif dan kelompok kontrol yang tidak diberikan terapi perilaku kognitif.

Deskripsi Karakteristik Responden

Hasil data karakteristik responden pada tabel 5.1 menunjukkan dari 13 orang kelompok intervensi, sebanyak 9 orang (69,2%) berada pada umur 41-60 tahun. Responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 10 orang (76,9%) dan jenis kelamin laki-laki 3 orang (23,1%). Responden dengan pendidikan terakhir SMA sebanyak 8 orang (61,5%). Pada umumnya semua responden menjalani hemodialisa 2 kali seminggu (100%) dengan 9 orang (69,2%) dari responden menjalani hemodialisa kurang dari 1 tahun.

(44)

dengan pendidikan terakhir SMA sebanyak 8 orang (61,5%). Pada kelompok ini juga, semua responden menjalani hemodialisa 2 kali seminggu dan 7 orang (53,8%) dari responden telah menjalani hemodialisa lebih dari 1 tahun.

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi kelompok intervensi dan kontrol berdasarkan data demografi di RSUP Haji Adam Malik Medan pada bulan November-Desember 2009 (N=26)

Pembatasan Asupan Cairan Kelompok kontrol dan Kelompok Intervensi

(45)

Tabel 5.2 Statistik Pembatasan Asupan Cairan pada Kelompok Intervensi dan

Pengaruh Terapi Perilaku Kognitif terhadap pembatasan asupan cairan

Dari tabel 5.3 dapat kita analisa bahwa sebanyak 9 orang (69,2%) kelompok intervensi dengan pembatasan asupan cairan buruk, sedangkan kelompok kontrol, 13 orang (100%) dengan pembatasan asupan cairan buruk. Hasil uji statitik (uji Fisher) menunjukkan nilai significancy adalah 0,96 untuk 2-sided (two tail) dan 0,48 untuk 1-2-sided (one tail). karena nilai p hitung> 0,05

maka disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh terapi perilaku kognitif terhadap pembatasan asupan cairan pasien hemodialisa.

Tabel 5.3 Analisa perbedaan pembatasan asupan cairan pada kelompok kontrol dan intervensi setelah diberikan terapi perilaku kognitif di RSUP Haji Adam Malik Medan bulan November-Desember (N=26)

Kelompok Pembatasan Total P

(46)

2. Pembahasan

Karakteristik Responden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 13 orang kelompok intervensi, sebanyak 3 orang (23,1%) berada pada umur 18-40 tahun, 9 orang (69,2%) berada pada umur 41-60 tahun dan 1 orang (7,7%) berada pada umur 61-70 tahun. Sedangkan penelitian pada kelompok kontrol menunjukkan sebanyak 8 orang (61,5%) berada pada umur 18-40 tahun, 4 orang (30,8%) berada pada umur 41-60 tahun dan 1 orang (7,7%) berada pada umur 61-70 tahun. Bila dilihat dari penjabaran umur antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi tersebut diatas, maka dapat dinyatakan bahwa respondennya tidak homogen. Karena pada kelompok intervensi lebih banyak pada usia dewasa madya, sedangkan kelompok kontrol pada usia dewasa awal yaitu masa produktif. Hal ini akan sangat mempengaruhi hasil penelitian ini bila dikaji dari pendapat Notoadmojo (1997) yang menyatakan bahwa usia berpengaruh terhadap cara pandang seseorang dalam kehidupan, masa depan dan pengambilan keputusan. Penderita yang dalam usia produktif merasa terpacu untuk sembuh mengingat dia masih muda mempunyai harapan hidup yang tinggi sebagai tulang punggung keluarga. Sementara yang tua menyerahkan keputusan pada keluarga atau anak-anaknya. Tidak sedikit dari mereka merasa sudah tua dan hanya menunggu waktu. Akibatnya mereka kurang motivasi dalam menjalani terapi.

(47)

kelamin perempuan sebanyak 9 orang (69,2%). Responden dalam penelitian ini, baik kelompok kontrol maupun kelompok intervensi, mayoritas perempuan. Salah satu kriteria sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang mengalami kenaikan berat badan antar hemodialisa lebih dari 3 persen dari berat badan kering pasien. Artinya pasien hemodialisa yang mengalami kenaikan berat badan antar hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik medan adalah perempuan. Hal ini didukung oleh Bots (2004) yang menyatakan bahwa air ludah laki-laki lebih banyak daripada air ludah wanita. Sehingga wanita lebih cenderung cepat haus dan mengalami mulut kering dibandingkan dengan laki-laki. Rasa haus dan mulut kering sangat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam membatasi asupan cairan pasien.

(48)

supaya tercipta keseimbangan. Pernyataan ini juga didukung oleh Notoatmodjo (2002) yang menyatakan bahwa pengetahuan dapat dipengaruhi pendidikan, pengalaman diri sendiri, pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan. Witherington (1952 dalam Sukmadinata, 2003) juga menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai respon yang baru yang berbentuk ketrampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan.

(49)

Pengaruh terapi perilaku kognitif terhadap pembatasan asupan cairan

Hasil penelitian menunjukkan dari 13 orang kelompok intervensi sebanyak 9 orang dengan pembatasan asupan cairan yang buruk dan 4 orang dengan pembatasan asupan cairan yang baik. Sedangkan pada kelompok kontrol, semua responden (N=13) dengan pembatasan asupan yang buruk. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai significancy adalah 0,96 untuk 2-sided (two tail) dan 0,48 untuk 1-sided (one tail). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh terapi perilaku kognitif terhadap pembatasan asupan cairan pasien hemodialisa di RSUP Haji Adam Malik Medan. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian dari Fisher (2006) dan Sagawa (2001) yang menunjukkan bahwa terapi perilaku kognitif dapat membantu pasien hemodialisa untuk membatasi asupan cairan. Kelemahan dari penelitian ini bila dibandingkan dengan penelitian Sagawa dan Fisher adalah jumlah sampel terlalu banyak, sehingga sangat tidak memungkinkan bagi peneliti untuk melakukan konseling tiap hari. Peneliti juga tidak bisa melakukan pengawasan terhadap responden. Kelemahan penelitian ini juga didukung keterbatasan waktu penelitian. Dimana penelitian ini hanya berlangsung tiga minggu saja, sedangkan penelitian Fisher dan Sagawa berlangsung bertahap. Tahap awal tiga bulan dan tahap akhir enam bulan. Efektivitas terapi perilaku kognitif bermanfaat secara akurat untuk membatasi asupan cairan pasien, setelah enam bulan perlakuan.

(50)
(51)

BAB 6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan dari 13 orang kelompok intervensi sebanyak 9 orang dengan pembatasan asupan cairan yang buruk dan 4 orang dengan pembatasan asupan cairan yang baik. Sedangkan pada kelompok kontrol, semua responden (N=13) dengan pembatasan asupan yang buruk. Penelitian ini menggunakan uji Fisher yang menggambarkan pembatasan yang buruk baik pada kelompok kontrol maupun kelompok intervensi dan diperoleh nilai significancy adalah 0,96 untuk 2-sided (two tail) dan 0,48 untuk 1-sided (one tail) . sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada pengaruh terapi perilaku kognitif terhadap pembatasan asupan cairan pasien hemodialisa.

2. Saran

(52)

sangat berpengaruh terhadap pengambilan sampel. Peneliti sangat terburu-buru sehingga kurang memperhatikan karakteristik umur responden seperti yang telah dideskripsikan di atas.

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2004). Penuntun Diet, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta

Brommage, D. (2007). Fluid Management in Patients on Hemodialysis. Diambil tanggal 17-06-2009 dari:

Burns, D. D. (1988). Terapi Kognitif: Pendekatan Baru bagi Penanganan Depresi. Jakarta: Erlangga

Corey, G. (1996). Teory and Practice on Counseling and Psikotherapy (5th ed), California: Brooks Publishing Company

Dahlan, M. S. (2008). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: deskriptif, Bivariat, dan Multivariat, Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS, Jakarta: Salemba Medika.

Efendy, (2008).

Diambil tanggal 17-06-2009 dari:

Fisher, L. (2006). Psychological Intervention in Fluid Management. Diambil tanggal 18-02-2009 dari

Gilliland, B. E. (1994). Theories and Strategies in Counseling and Psycotherapy, Boston: Allyn and Bacon

Ivey, A. E. (1993). Counseling and Psycotherapy: Multicultural Perspective, Boston: Ally and Bacon

(54)

Lewis, et al. (1998). Medical Surgical Nursing; Assessment and Management of Clinical Problem , 5th edition, Vol 2, America: Mosby

Lubis, A. J. (2006). Dukungan Sosial pada Pasien Gagal Ginjal Terminal yang Melakukan Terapi Hemodialisa. Diambil tanggal 27-04-2009 dari:

Sagawa, M. (2001). Cognitive Behavioral therapy for Fluid Control in Hemodialysis patients. Diambil tanggal 13-05-2009 dari:

Meichenbaum, D. (1977). Cognitive Behaviour Modification: An Integrative Approach, New York: Plennum Pers

Notoadmodjo, S. (2002). Metodologi penelitian kesehatan, Ed. Revisi, Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Edisi I, Jakarta: Salemba Medika.

Oermarjoedi, Kasandra. (2004). Pendekatan Kognitif Behaviour dalam psikotherapy, Jakarta: Creative Media

Patterson, C. H. (1986). Theories of Counseling and Psycotherapy, New York: Harper and Row Publisher

Polit, Danise. (1999). Nursing Research: Principles and Methods, 6th ed, p. cm. Philadelpia: Lippincott.

Potter, & Anne. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik, Edisi 4, Jakarta: EGC

Sapri, A. (2008). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan dalam Mengurangi Asupan Cairan pada Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Diunduh dari:

Sinaga, U. M. (2007). Peran dan Tanggung Jawab Masyarakat dalam Masalah Pengandaan Donor Organ Manusia. Diambil tanggal 18-02-2009 dari:

(55)

Tamsuri, (2007). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri, Jakarta: EGC

Villaverde, M., et al. (2005). Interdialytic weight gain as a marker of blood pressure, nutrition, and survival in hemodialysis patients. Diambil tanggal29-04-2009 dari:

(56)

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

Pengaruh terapi perilaku kognitif

terhadap pembatasan asupan cairan pasien hemodialisa di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan

Oleh

Sartika Sitanggang

Saya adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan yang sedang melakukan penelitian sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan USU. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh terapi perilaku kognitif terhadap pembatasan asupan cairan pasien hemodialisa di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan.

Untuk keperluan tersebut, saya mohon kesediaan saudara/i untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Saya juga mengharapakan tanggapan dan jawaban yang diberikan sesuai dengan keluhan yang saudara/i rasakan tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya juga menjamin kerahasian jawaban dan identitas saudara/i atas informasi yang bapak dan ibu berikan. Partisipasi saudara/i dalam penelitian ini bersifat suka rela. Saudara/i bebas untuk ikut atau tidak ikut menjadi peserta dalam penelitian ini tanpa ada sanksi apapun.

Jika saudara/i bersedia, silahkan menandatangani formulir ini. Terima kasih atas partisipasi saaudara/i dalam penelitian ini.

(57)

Lampiran 2

Kode : Tanggal : Alamat :

Kuisioner Data Demografi (KDD)

Petunjuk Pengisian : Bapak/Ibu diharapkan :

1. Menjawab setiap pernyataan yang tersedia dengan tanda Checklist (√) pada tempat yang disediakan.

2. Semua pernyataan harus dijawab

3. Tiap satu pernyataan diisi dengan satu jawaban.

4. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti.

Usia Bapak/Ibu saat ini :…...tahun Jadwal hemodialisa :...x/minggu

Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan

Pendidikan terakhir : SD SMA

SMP Lain-lain, sebutkan...

Lama menjalani hemodialisa : ≤ 1 tahun

(58)

Lampiran 3

Lembar observasi peningkatan berat badan

No

sesi Berat badan pasien sebelum hemodialisa (kg)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

No

sesi Berat badan pasien sesaat setelah hemodialisa (kg)

(59)

Lampiran 4

FORMAT PELAKSANAAN TERAPI PERILAKU KOGNITIF PADA

PASIEN HEMODIALISA

Terapi perilaku kognitif adalah terapi yang mengajak klien untuk menentang pikiran yang salah, dengan menampilkan bukti-bukti yang bertentangan dengan keyakinan mereka tentang masalah yang dihadapi.

Protokol pelaksanaan oleh peneliti :

1. Memperkenalkan diri pada pasien dan keluarga

2. Menggali tentang kebiasaan konsumsi cairan pasien selama menjalani terapi hemodialisa

3. Menggali tentang solusi apa saja yang digunakan pasien dalam membatasi asupan cairannya selama menjalani terapi hemodialisa

4. Menggali tentang mengapa pasien memilih solusi tersebut dan seberapa efektif solusi yang selama ini pasien gunakan.

5. Berdiskusi pada pasien tentang ” kenapa mereka harus membatasi asupan cairan ”.

6. Berdiskusi tentang jumlah asupan cairan yang di anjurkan oleh dokter. 7. Berdiskusi bersama pasien tentang terapi perilaku kognitif.

8. sehubungan dengan distraksi, kita menanyakan tentang kegiatan apa saja yang disukai oleh pasien.

(60)

Pembatasan cairan dengan terapi perilaku kognitif (mengontrol diri, penguatan diri dan distraksi oleh pasien selama antar sesi hemodialisa):

1. Membagi-bagi asupan cairan yang dianjurkan dalam porsi kecil. 2. Tiap porsi air minum dijadwalkan untuk diminum pada jam-jam

tertentu.

3. Bila timbul rasa haus, perhatikan apakah itu pada jadwal yang sudah ditentukan sebelumnya atau tidak.

4. Apabila rasa haus itu timbul pada jam yang ditentukan, minum satu porsi. Kalau tidak puas, sadarkan diri kalau perilaku saya sudah tidak tepat. Segera yakinkan diri kalau anda sanggup menahan rasa haus. Sambil meyakinkan diri, usahakan mencari kesibukan atau kegiatan yang lebih menyenangkan bagi anda.

(61)

Lampiran 5

Lembar observasi hasil pengukuran kenaikan berat badan pasien hemodialisa

Sampel

penelitian Kontrol

Intervensi BB kering Rata-rata

(62)

Lampiran 6

Perlakuan * Pembatasan Crosstabulation

(63)

Lampiran 7

Tabel Frekuansi Kelompok Intervensi

umur

Valid 2 kali seminggu

(64)

Tabel Frekuansi Kelompok kontrol

Valid 2 kali seminggu

(65)

Lampiran 8

Anggaran Biaya Penelitian

No Keterangan Jumlah

1 Proposal

- Biaya print materi dan proposal untuk konsul

- Biaya internet

- Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka

- Perbanyakan proposal

Rp. 200.000

Rp. 50.000 Rp. 50.000

Rp. 80.000

2 Pengumpulan Data - Izin penelitian - Transportasi

- Foto copy kuesioner, lembar persetujuan menjadi responden dan lembar observasi berat badan responden.

Rp. 114.000 Rp. 200.000 Rp. 50.000

3 Analisa Data Dan Penyusunan Laporan - Biaya print

- Penjilidan

(66)

Lampiran 11

CURICULUM VITAE

Nama : Sartika Sitanggang

Tempat/Tanggal Lahir : Baringin, 28 Agustus 1986

Agama : Protestan

Alamat Rumah : Jl. Setia Budi No. 476 Tanjung Sari Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri Baringin (1993-1999)

Gambar

Tabel 3.1. Defenisi operasional variabel penelitian
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi kelompok intervensi dan kontrol berdasarkan data demografi di RSUP Haji Adam Malik Medan pada bulan November-Desember 2009 (N=26)
Tabel 5.2 Statistik Pembatasan Asupan Cairan pada Kelompok Intervensi dan Kontrol (N=26)
Tabel Chi Square
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini hanya meneliti empat faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa yaitu status nutrisi, kondisi komorbid,

Tingkat kepuasan pasien yang menjalani hemodialisa dalam pelayanan keperawatan di unit hemodialisa Rumah sakit Umum Pusat Haji Adam Malik adalah 56% puas.Aspek tertinggi dari

Hal ini mempunyai arti bahwa tindakan terapi perilaku token ekonomi yang dilakukan pada kelompok perlakuan dapat digunakan untuk meningkatkan kepatuhan pasien

Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi kognitif terhadap penurunan pikiran negatif pada pasien perilaku kekerasan di RSUD Banyumas Kab.. Metode :

Kepada Rumah Sakit disarankan meningkatkan metode promosi kesehatan yang dapat mengubah prilaku pasien untuk mematuhi terapi diet khusus tentang kepatuhan dalam menjalankan

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien GGK yang Menjalani Terapi Hemodialisa di RSUD Arifin

Dukungan keluarga terhadap pasien CKD yang menjalani hemodialisa di RSUD Tugurejo Semarang, dari 72 responden didapatkan responden 51 (70,8%) mayoritas memiliki

Tabel 5.9 Distribusi Responden berdasarkan Hubungan Dukungan Sosial dengan Kepatuhan Pembatasan Asupan Cairan Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di RSUD