• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES HANGAT DENGAN KUNYIT TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI PADA PENDERITA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES HANGAT DENGAN KUNYIT TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI PADA PENDERITA "

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES HANGAT DENGAN KUNYIT TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI PADA PENDERITA

HIPERURISEMIA

Diah Ayu Eka Putri (1, Galih Setia Adi (2

(1 Mahasiswa Prodi Keperawatan Program Sarjana Universitas Kusuma Husada Surakarta

(2 Dosen Prodi Keperawatan Program Sarjana Universitas Kusuma Husada Surakarta [email protected]

ABSTRAK

Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadinya peningkatan kadar asam urat dalam darah. Mengkonsumsi makanan berprotein tinggi yang mengandung kadar purin tinggi menyebabkan kejadian hiperurisemia semakin meningkat. Diperlukan tindakan non farmakologi untuk mengurangi nyeri, salah satunya adalah terapi non farmakologi kompres hangat dengan kunyit. Kurkumin yang terkandung didalam kunyit memiliki efek antiinflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kompres hangat dengan kunyit terhadap penurunan skala nyeri pada penderita hiperurisemia.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain Quasi Experiment dengan rencangan Pretest Posttest Design With Control Group. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling dengan jumlah responden 32. Analisa data dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Paired T Test dan Independent T Test.

Hasil analisis statistik uji Paired T Test nilai P value 0,000 (<0,05) yang berarti bahwa kelompok perlakuan dan kelompok kontrol memiliki pengaruh yang bermakna terhadap penurunan skala nyeri. Hasil uji Independent T Test menunjukkan bahwa skala nyeri post perlakuan nilai p value 0,000 yang nilai α < 0,05 maka hal ini berarti terdapat perbedaan pengaruh antara kempok kontrol yang hanya diberikan obat dengan kelompok perlakuan yang diberikan obat dan kompres hangat dengan kunyit. Simpulan dari penelitian ini yaitu pemberian kompres hangat dengan kunyit dapat menurunkan skala nyeri pada penderita hiperurisemia.

Kata Kunci : Hiperurisemia, Kompres hangat, Kunyit, Nyeri Daftar Pustaka : 53 (2011 – 2021)

(2)

THE EFFECT OF GIVING WARM COMPRESSES WITH TURMERIC TO DECREASE PAIN SCALE IN HYPERURICEMIA PATIENT

Diah Ayu Eka Putri (1, Galih Setia Adi (2

1)Student of Nursing Study Program of Undergraduate Programs, University of Kusuma Husada surakarta

2)Lecturer of Nursing Study Program of Undergraduate Programs, University of Kusuma Husada surakarta

[email protected]

ABSTRACT

Hyperuricemia is an abnormally high level of uric acid in the blood. The consumption of high protein foods that contain high purine levels causes the incidence of hyperuricemia to increase. A non-pharmacological action is needed to reduce pain, one of which is non-pharmacological compressing warm compresses with turmeric solution.

Curcumin contained in turmeric has an anti-inflammatory effect. This study aims to determine the effect of giving a warm compresses with turmeric to decrease pain scale in hyperuricemia patient

This research uses quantitative method with Quasy Experiment approach with a Pre and Post-Test with a Control Group design. The technique used in this study is purposive sampling with 32 respondents. The data analysis in this study was carried out by using the Paired T Test and Independent T Test.

The results of the Paired T Test explained that the treatment group and the control group enclosed a significant effect on reducing pain scale with a p value of 0.000 (<0.05).

The results of the Independent T Test showed that the post-treatment level of pain scale was a p value of 0.000 (<0.05). It indicated a difference in effect between the control group who only received the drug and the treatment group who received the drug and warm compresses with turmeric. The conclusion of this study is a warm compresses with turmeric can reduce pain scale in hyperuricemia patients.

Keywords : Hyperuricemia, Warm Compress, Turmeric, Pain Bibliography : 53 (2011 – 2021)

(3)

PENDAHULUAN

Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan seseorang dibandingkan dengan penyakit yang lain (Saifullah, 2015). Hiperurisemia atau lebih dikenal dengan penyakit asam urat adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh undersekresi kristal monosodium urat didalam darah, akibatnya terjadi penimbunan atau deposit kristal MSU pada jaringan yang akan menyebabkan hiperurisemia (Lingga, 2014). Seseorang bisa dikatakan mengalami hiperurisemia apabila kadarnya didalam tubuh di atas 7 mg% pada laki-laki dan 6 mg% pada perempuan (Wiraputra, et al. 2017) .

Berdasarkan data World Health Organization (WHO, 2017) di dunia Prevalensi penyakit hiperurisemia terjadi sebanyak 34,2%. Prevalensi gout artritis di Negara Amerika sebesar 26,3% dari total penduduk. Indonesia menempati peringkat pertama di Asia Tenggara dengan angka prevalensi 655.745 orang (0,27%) dari 238.452.952 orang (Kundre

& Onibala 2016). Pada tahun 2013 kejadian hiperurisemia sebesar 11,9%. Di Jawa Tengah penyakit hiperurisemia belum diketahui secara pasti.

Peningkatan angka kejadian hiperurisemia sendiri disebabkan oleh berbagai macam faktor resiko antara lain seperti faktor asupan purin, obesitas, dan penyakit penyerta diantaranya hipertensi dan diabetes melitus. Salah satu tanda dan gejala pasien hiperurisemia paling khas adalah terjadinya radang nyeri pada bagian kaki. Pada pasien tanpa gejala, biasanya saat bangun tidur akan mengalami sakit yang hebat dan sulit untuk berjalan. Untuk mengurangi kadar asam urat berlebih perlu dilakukannya terapi pengobatan baik dengan terapi medis maupun non medis (Novianti, 2015).

Penatalaksaan farmakologi dengan obat, seperti : Nonsteroidal anti- inflamatory drugs (NSAIDS), pemberian obat analgesik non-opinoid, contohnya : salisilat (Asirin dan asam salifat),

Asetaminophen (Tylenol), ibuprofen, naproksen, piroxicam, ketorolac, tolmitel, naproksen (Helmi, 2012).

Tindakan non farmakologis yang bisa dilakukan untuk penderita hiperurisemia diantaranya adalah kompres, baik itu kompres hangat dan kompres dingin. Banyak referensi yang mengatakan bahwa kompres hangat dapat menurunkan nyeri hiperurisemia, seperti pada penelitian kompres hangat untuk gout artitis (Wurangian, 2014) Pengobatan lain yang dapat digunakan untuk mengatasi peningkatan kadar asam urat yaitu dengan pengobatan herbal (Zainaro, 2021).

Sudah banyak penetian yang mengatakan bahwa kurkumin didalam kunyit berkhasiat sebagai agen antiinflamasi. Kurkumin dapat menghambat aktivitas protein Cyclooxygenase-2 (COX-2). COX2 berperan sebagai enzim yang memediasi produksi prostaglandin. Secara tidak langsung, penghambatan COX-2 oleh kurkumin dapat menghambat produksi dari prostaglandin (Fahryl & Carolia, 2019). Selain itu juga, minyak atsiri pada kunyit dapat menurunkan konsentrasi TNF-α yang merupakan salah satu prostaglandin.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Karanganyar tanggal 28 Januari 2022 angka kejadian asam urat satu tahun terakhir di Desa Bolong adalah 103 orang. Pada penderita asam urat biasanya hanya diberi minyak gosok atau balsam untuk mengurangi nyeri, namun pada penderita asam urat yang sudah terlanjur mengalami pembengkakan mereka baru di periksakan ke puskesmas untuk kemudian diberikan obat analgesic. Berdasarkan latar belakang ini peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh pemberian kompres hangat dengan kunyit terhadap penurunan skala nyeri pada penderita hiperurisemia.

(4)

METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bolong Karanganyar pada bulan Maret- April 2022. Populasi penelitian ini adalah seluruh penderita hiperurisemia di Desa Bolong Karanganyar yang berjumlah 103 orang. Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu 32 responden dengan metode purposive sampling.

Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan metode pendekatan quasy experiment dengan rancangan pre and post test with control group.

Instrument penelitian ini adalah kuesioner Numeric Rating Scale (NRS) dan SOP Kompres Hangat dengan Kunyit. Responden akan di cek kadar asam urat dengan menggunakan alat cek GCU. Teknik analisa data yang digunakan peneliti yaitu uji normalitas Shapiro wilk untuk mengetahui distribusi data dalam variabel. Peneliti menggunakan uji Paired T Test untuk mengetahui pengaruh terapi pada masing-masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan. Kemudian peneliti menggunakan uji Independent T Test untuk mengetahui perbedaan efekifitas antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

HASIL DAN PEMBAHASAN a. Analisa Univariat

Tabel 1

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

(n=32)

Tabel 1 hasil menunjukkan karakteristik responden berdasarkan usia dari responden pada kelompok perlakuan menunjukkan rata-rata 52 dan pada kelompok kontrolhasil mean 44.Hal ini sejalan dengan penelitian Kundre &

Onibala (2016) yang diperoleh hasil paling banyak pasien asam urat dengan

usia diatas 46 tahun. Ode (2012) berpendapat bahwa faktor resiko yang menyebabkan tingginya kadar asam urat salah satunya adalah usia, karena semakin bertambahnya usia maka perubahan banyak terjadi yang berupa penurunan metabolisme tubuh.

Tabel 2

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

(n=32)

JK Perlakuan Kontrol

Laki-laki 7 9

Perempuan 16 0

Jumlah 18 18

Tabel 2 menunjukkan bahwa jenis kelamin pada kelompok perlakuan lebih banyak perempuan dengan 9 responden (56,3 %) dan pada kelompok kontrol seluruhnya perempuan 16 responden (100%). Hal ini juga sejalan dengan penelitian (Kurniajati & Prana (2015).

Pada umumnya peningkatan asam urat lebih banyak ditemukan responden perempuan, memasuki usia lansia awal tubuh akan mengalami tahap menopause maka yang akan terjadi selanjutnya adalah penurunan produksi esterogen yang akan memicu timbulnya berbagai masalah kesehatan seperti hiperurisemia.

Tabel 3

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

(n=32)

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa responden yang

berdasarkan

pekerjaan adalah Tani 7 responden (43,8

%) pada kelompok perlakuan. Pada kelompok kontrol didapatkan hasil paling banyak buruh dengan 5 responden (31,3%). Sejalan dengan penelitian Lu Ket Kel Mean Min Max

Usia Perlakuan 51,81 36 64 Kontrol 44,43 35 64

Pekerjaan Perlakuan Kontrol

Tani 7 4

Swasta 3 2

Buruh 2 5

Pedagang 1 2

IRT 3 3

Jumlah 16 16

(5)

(2015), dan didukung dengan penelitian Ilyas (2014) yang menyebutkan bahwa aktifitas fisik dapat menjadi penyebab utama meningkatnya kadar asam urat dalam darah karena adanya produksi asam laktat yang berlebih selama beraktifitas fisik terlebih seperti aktifitas berat

.

Tabel 4

Skala Nyeri Sebelum Intervensi Pada Kelompok Perlakuan dan Pada

Kelompok Kontrol Kelompok Min Max Mean

Perlakuan 3 7 4,44

Kontrol 3 7 4,88

Tabel 4 menunjukan bahwa skala nyeri sebelum intervensi pada kelompok perlakuan didapatkan hasil rata-rata pada skala 4. Sedangkan pada kelompok kontrol sebelum intervensi didapatkan hasil rata-rata skala nyeri 5.

Hasil ini sejalan dengan penelitian Setiawan (2019) yang mengatakan bahwa sebagian besar responden yang mengalami nyeri pada kategori ringan- berat dengan 30 responden, yang mengalami nyeri ringan ada 19 responden (63,3 %), nyeri sedang 8 responden (10 %) dan nyeri berat 8 responden (26,7 %).

Tabel 5

Skala Nyeri Sesudah Intervensi Pada Kelompok Perlakuan dan Pada

Kelompok Kontrol Kelompok Min Max Mean Perlakuan 0 4 1,88

Kontrol 0 4 2,00 Tabel 5 menunjukkan hasil penelitian skala nyeri setelah intervensi pada kelompok perlakuan didapatkan hasil rata-rata pada skala 2. Sedangkan pada kelompok kontrol setelah intervensi didapatkan hasil rata-rata skala nyeri 2.

Hal ini sejalan dengan penelitian Rahmah et al (2016) yang mengatakan bahwa anti inflamasi OAINS merupakan lini terapi utama yang digunakan untuk pasien yang mengalami serangangan gout akut.

OAINS mempunyai mekanisme kerja dengan menghambat sintesis

prostaglandin yang merupakan mediator yang berperan dalam inflamasi, nyeri, demam dan sebagai penghilang rasa nyeri perifer. Allopurinol menurunkan produksi asam urat dengan menghambat enzim xentine oksidase (Rahmah, 2016).

Tabel 6

Analisis Perbedaan Skala Nyeri Pre Test dan Post Test Pada Kelompok Perlakuan Skala Nyeri Mean Sig (2-

tailed) Pre Test &

Post Test 2,563 0,000 Tabel 6 menunjukkan hasil uji Paired T Test skala nyeri pada penderita hiperurisemia sebelum dan sesudah pemberian obat dan kompres hangat dengan kunyit didapatkan hasil nilai Sig (2-tailed) 0,000 yang berarti < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima yang diartikan ada pengaruh konsumsi obat dan kompres hangat dengan kunyit terhadap penurunan skala nyeri pada penderita hiperurisemia.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Muniroh et al (2011) yang mengatakan bahwa kunyit mengandung kurkumin dan minyak atsiri yang berkhasiat menurunkan rasa nyeri akibat adanya peningkatan kadar asam urat.

Kompres hangat dengan kunyit efektif untuk menangani nyeri akibat hiperurisemia.

Tabel 7

Analisis Perbedaan Skala Nyeri Pre Test dan Post Test Pada Kelompok Kontrol

Skala Nyeri Mean Sig (2- tailed) Pre Test &

Post Test 2,875 0,000 Tabel 7 menunjukkan hasil analisa uji Paired T Test skala nyeri pada penderita hiperurisemia sebelum dan sesudah pemberian obat didapatkan hasil nilai Sig (2-tailed) 0,000 yang berarti <

0,05 maka H0 ditolak yang diartikan ada pengaruh konsumsi obat terhadap

(6)

penurunan skala nyeri pada pada penderita hiperurisemia.

OAINS mempunyai mekanisme kerja dengan menghambat sintesis prostaglandin yang merupakan mediator yang berperan dalam inflamasi, nyeri, demam dan sebagai penghilang rasa nyeri perifer.

Tabel 8

Analisis Perbedaan Skala Nyeri Sendi Pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol

Setelah Diberikan Perlakuan Variabel Kelompok P Value Post Test Perlakuan

0,000 Kontrol

Tabel 8 menunjukkan hasil uji uji Independent T Test menunjukkan hasil nilai p value 0,000 < 0,05. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak yang diasumsikan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan yang diberikan obat dan kompres hangat dengan kunyit dengan kelompok kontrol yang hanya diberikan obat saja terhadap penurunan skala nyeri pada penderita hiperurisemia.

Kompres hangat dengan kunyit merupakan suatu terapi non farmakologi yang dapat mencegah adanya peradangan meluas dan mengurangi rasa nyeri karena terdapatnya kandungan kurkumin pada kunyit yang bersifat analgetik serta hangat (Nasser, 2020).

kunyit mengandung kurkumin yang bersifat analgetik serta bersifat hangat sehingga dapat menstimulasi kulit yang kemudian melancarkan peredaran darah dan menurunkan adanya keteganggan otot sehingga mampu menyingkarkan hasil inflamasi yang berupa rasa nyeri dan menghambat produksi prostaglandin yang menyebabkan nyeri local (Fahryl &

Carolia 2019).

SIMPULAN

1. Responden yang mengalami nyeri hiperurisemia pada kelompok perlakuan rata rata

berusia 52 dengan jenis kelamin paling banyak perempuan sebanyak 9 responden (56,3 %) dan pekerjaan paling banyak petani 7 responden (43,8 %) sedangkan kelompok kontrol rata – rata berusia 44 dengan jenis kelamin perempuan 16 responden (100 %) dan pekerjaan buruh 5 responden (31,3 %).

2. Hasil penelitian didapatkan bahwa pada kelompok perlakuan sebelum perlakuan skala nyeri rata – ratanya adalah 4 sedangkan kelompok kontrol skala nyeri rata – ratanya adalah 5. Dan setelah intervensi didapatkan hasil pada kelompok perlakuan mean 2 sedangkan pada kelompok kontrol mean 2.

3. Hasil penelitian menunjukkan nilai P Value 0,000 (Sig. (2- Tailed)) 0,000 yang nilai α <

0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada pengaruh pemberian kompres hangat dengan kunyit terhadap penurunan skala nyeri pada penderita hiperurisemia.

SARAN

1. Bagi Responden

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan dan pengetahuan dan dijadikan bahan pertimbangan untuk memilih pengobatan penanganan nyeri hiperurisemia secara non farmakologi yang dapat dilakukan.

2. Bagi Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam bidang keperawatan, khususnya keperawatan komunitas untuk melakukan praktik mandiri dalam memberikan tindakan

(7)

mandiri pada pasien nyeri hiperurisemia.

3. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat digunakana sebagai bahan informasi dan bacaan serta masukan pembelajaran dalam pendidikan khususnya di bidang keperawatan komunitas dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan nyeri hiperurisemia.

4. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti dalam melakukan riset pemberian kompres hangat dengan kunyit sehingga peneliti mampu untuk menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh dibangku kuliah pada masyarakat.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk peneliti selanjutnya untuk dapat mengembangkan serta melanjutkan penelitian ini pada penelitian yang lebih baik dengan menggunakan metode non farmakologi lainnya yang dapat menurunkan intensitas nyeri pada penderita hiperurisemia.

REFERENSI

Fahryl, Norman, and Novita Carolia.

2019. “Kunyit ( Curcuma Domestica Val ) Sebagai Terapi Artritis Gout Turmeric ( Curcuma Domestica Val . ) as Therapy of Gout Arthritis.” Majority 8, no. 1:

251–55.

Helmi, Z.N. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskoloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.

Ilyas, Olifa Nelly. 2014. “BEBERAPA

FAKTOR YANG

BERHUBUNGAN DENGAN

KEJADIAN HIPERURISEMIA PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RS DUSTIRA CIMAHI.”

https://doi.org/10.36457/gizindo.v3 7i2.154.

Kundre, Anna R. R. Samsudin Rina, and Franly Onibala. 2016. “Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Memakai Parutan Jahe Merah.”

EJournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 1, Mei 2016 4, no.

1: 3–5.

Kurniajati, Sandy, and Septyan Adyatma Prana. 2015. “Kompres Hangat Efektif Menurunkan Nyeri Sendi Pada Penderita Asam Urat.” Jurnal STIKES 8, no. 2: 166–75.

Lingga, L. 2014. Bebas Penyakit Asam Urat Tanpa Obat. Jakarta: Agro Media Pustaka.

Lu, Markus. 2015. “Hubungan Pola Konsumsi Makanan Dengan Kejadian Asam Urat Pada Lansia Di Kelurahan Noborejo, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga.”

https://repository.uksw.edu/handle/

123456789/14208.

Muniroh, Lailatul, Santi Martini, Triska Susila Nindya, and Rondius Solfaine. 2011. “Minyak Atsiri Kunyit Sebagai Anti Radang Pada Penderit Gout Artritis Dengan Diet Tinggi Purin.” Makara Seri Kesehatan 14, no. 2: 57–64.

Nasser, Ghalib Abdul. 2020. “Kunyit Sebagai Agen Anti Inflamasi.”

Wellness And Healthy Magazine 2,

no. 1: 147–58.

https://doi.org/10.30604/well.7921 2020.

Ode, La Sarif. 2012. Asuhan Keperawatan Gerontik.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Saifullah, A. 2015. “Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Dengan Tindakan Perawat Dalam Manajemen Nyeri.” Academia, no.

2011.

(8)

Setiawan, Megi. 2019. “Gambaran Tingkat Nyeri Pada Penderita Gout Di Desa Ngledok Jatikuwung Karanganyar.”

WHO. 2017. “Global Status Report On Noncommunicable Diseases 2017 (No. WHO/NVI/15.1).” World Helath Organization. 2017.

Wiraputra, Andy, Bagus Wiguna, Ida Mahendra, and Andri Hidayat.

2017. “Gouth Arthritis.” Jurnal E- Biomedik 1, no. 1: 1–42.

Wurangian, Mellynda. 2014. “Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Penderita Gout Arthritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu Manado.” Universitas Sam

Ratulangi Manado.

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.p hp/jkp/article/view/5264.

Zainaro, Arifki M. 2021. “Penggunaan Daun Salam Terhadap Klien Asam Urat Untuk Menurunkan Kadar Asam Urat Di Kelurahan Gunung Agung.” Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 4, no. 1: 1–2.

Fahryl, Norman, and Novita Carolia.

2019. “Kunyit ( Curcuma Domestica Val ) Sebagai Terapi Artritis Gout Turmeric ( Curcuma Domestica Val . ) as Therapy of Gout Arthritis.” Majority 8, no. 1:

251–55.

Helmi, Z.N. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskoloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.

Ilyas, Olifa Nelly. 2014. “BEBERAPA

FAKTOR YANG

BERHUBUNGAN DENGAN

KEJADIAN HIPERURISEMIA PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RS DUSTIRA CIMAHI.”

https://doi.org/10.36457/gizindo.v3 7i2.154.

Kundre, Anna R. R. Samsudin Rina, and Franly Onibala. 2016. “Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Memakai Parutan Jahe Merah.”

EJournal Keperawatan (e-Kp)

Volume 4 Nomor 1, Mei 2016 4, no.

1: 3–5.

Kurniajati, Sandy, and Septyan Adyatma Prana. 2015. “Kompres Hangat Efektif Menurunkan Nyeri Sendi Pada Penderita Asam Urat.” Jurnal STIKES 8, no. 2: 166–75.

Lingga, L. 2014. Bebas Penyakit Asam Urat Tanpa Obat. Jakarta: Agro Media Pustaka.

Lu, Markus. 2015. “Hubungan Pola Konsumsi Makanan Dengan Kejadian Asam Urat Pada Lansia Di Kelurahan Noborejo, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga.”

https://repository.uksw.edu/handle/

123456789/14208.

Muniroh, Lailatul, Santi Martini, Triska Susila Nindya, and Rondius Solfaine. 2011. “Minyak Atsiri Kunyit Sebagai Anti Radang Pada Penderit Gout Artritis Dengan Diet Tinggi Purin.” Makara Seri Kesehatan 14, no. 2: 57–64.

Nasser, Ghalib Abdul. 2020. “Kunyit Sebagai Agen Anti Inflamasi.”

Wellness And Healthy Magazine 2,

no. 1: 147–58.

https://doi.org/10.30604/well.7921 2020.

Ode, La Sarif. 2012. Asuhan Keperawatan Gerontik.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Saifullah, A. 2015. “Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Dengan Tindakan Perawat Dalam Manajemen Nyeri.” Academia, no.

2011.

Setiawan, Megi. 2019. “Gambaran Tingkat Nyeri Pada Penderita Gout Di Desa Ngledok Jatikuwung Karanganyar.”

WHO. 2017. “Global Status Report On Noncommunicable Diseases 2017 (No. WHO/NVI/15.1).” World Helath Organization. 2017.

Wiraputra, Andy, Bagus Wiguna, Ida Mahendra, and Andri Hidayat.

2017. “Gouth Arthritis.” Jurnal E-

(9)

Biomedik 1, no. 1: 1–42.

Wurangian, Mellynda. 2014. “Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Penderita Gout Arthritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu Manado.” Universitas Sam

Ratulangi Manado.

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.p hp/jkp/article/view/5264.

Zainaro, Arifki M. 2021. “Penggunaan Daun Salam Terhadap Klien Asam Urat Untuk Menurunkan Kadar Asam Urat Di Kelurahan Gunung Agung.” Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 4, no. 1: 1–2.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan Oleh Warni Murti menunjukan bahwa prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan dengan baik, hal itu dibuktikan dengan Hasil penelitian menunjukkan terdapat