• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI SISWA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Satriani Ashari, Dodi Priyatmo Silondae | 279

PENGARUH PEMBERIAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK

TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI SISWA

THE EFFECT OF GROUP COUNSELING SERVICES ON THE STUDENTS SELF CONFIDENCE

Oleh:

Satriani Ashari1), Dodi Priyatmo Silondae2)

1)MAN 2 Bombana 2)Universitas Halu Oleo Email: [email protected]

Kata Kunci:

Konseling Kelompok, Kepercayaan Diri

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh layanan konseling kelompok terhadap kepercayaan diri siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan one-group pre-test post-test design. Subjek penelitian sebanyak 8 siswa yang diambil dengan teknik purposive sampling.

Data dikumpulkan menggunakan angket kepercayaan diri. Berdasarkan hasil analisis deskriptif diketahui bahwa sebanyak 5 orang (62,5%) memiliki kecenderungan kepercayaan diri yang sangat tinggi. Rata-rata skor kepercayaan diri siswa pada saat pre-test sebesar 171,5. Setelah diberikan layanan konseling kelompok (post-test) terjadi peningkatan skor rata-rata kepercayaan diri siswa sebesar 219,3 atau sekitar 21,79%. Sedangkan pada hasil uji hipotesis menggunakan uji Wilcoxon signed rank test diperoleh nilai ρ value = 0,012 < α = 0,05) dengan demikian H0 ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa layanan konseling kelompok berpengaruh terhadap kepercayaan diri siswa di SMA Negeri 02 Bombana.

Keywords:

Group Counseling, Self-Confidence

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the effect of group counseling services on students' self-confidence. This type of research is an experimental study with a one-group pre test-post test design. The research subjects were 8 students who were taken by purposive sampling technique. Data were collected using a self-confidence questionnaire. Based on the results of the descriptive analysis, it is known that as many as 5 people (62.5%) have a very high tendency of self-confidence. The average score of students' self- confidence at the time of the pre test was 171.5. After being given group counseling services (post test) there was an increase in the average score of students' self-confidence by 219.3 or around 21.79%. While the results of hypothesis testing using the Wilcoxon signed rank test obtained the value of value = 0.012 < = 0.05) thus H0 is rejected. So it can be concluded that group counseling services have an effect on students' self-confidence in SMA Negeri 02 Bombana.

(2)

Satriani Ashari, Dodi Priyatmo Silondae | 280

Pendahuluan

Tolak ukur dari keberhasilan siswa di sekolah salah satunya dapat dilihat dari kepercayaan diri siswa.

Percaya diri adalah sikap yang mencerminkan seseorang untuk berbuat dengan penuh keyakinan.

Elfiky (2017) menyatakan bahwa rasa percaya diri adalah kekuatan yang mendorong seseorang untuk maju dan berkembang serta selalu memperbaiki diri. Kurangnya rasa percaya diri pada seseorang akan mengakibatkan minimnya pergaulan dan tidak berani menunjukkan kemampuan yang dimiliki.

Layanan bimbingan dan konseling (BK) merupakan salah-satu komponen penting dalam dunia pendidikan. Adanya layanan bimbingan konseling di sekolah bukan hanya karena adanya landasan hukum, namun yang lebih penting adalah adanya kesadaran atau komitmen untuk memfasilitasi siswa agar mampu mengembangkan potensi dirinya. Dalam masa tersebut, siswa membutuhkan banyak bimbingan untuk memperluas pengetahuan dan wawasan tentang dirinya dan lingkungannya.

Al Uqshari (Rudin, 2014) menjelaskan bahwa percaya diri adalah salah satu kunci kesuksesan hidup individu. Percaya diri adalah kondisi mental atau psikologi seseorang, di mana individu dapat mengevaluasi keseluruhan dari dirinya sehingga memberi keyakinan kuat kepada kemampuan dirinya untuk melakukan tindakan dalam mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya. Bahwa percaya diri adalah kesabaran individu akan kelebihan dan kelemahan yang dimilikinya dan kesadaran tersebut membuatnya merasa yakin pada kemampuan yang dimiliki, menerima diri, bersikap optimis, dan berpikir positif sehingga dapat bertindak sesuai dengan kapasitasnya serta mampu mengendalikannya.

Bahaya siswa yang tidak percaya diri akan membuat siswa terlambat bertindak untuk meraih sesuatu, siswa selalu ketakutan akan kegagalan sehingga mengakibatkan siswa tidak mampu bersosialisasi dengan baik di lingkungan sekolahnya dan tidak mampu mengemukakan pendapatnya.

Selanjutnya Elfiky (2017), menjelaskan bahwa tanpa rasa percaya diri, seseorang akan hidup di bawah bayang-bayang orang lain. Mereka akan selalu takut akan kegagalan dan sesuatu yang tidak diketahui.

Oleh karena itu, mereka tidak berani melakukan perubahan sekecil apa pun untuk keluar dari kebiasaan. Siswa yang masalahnya seperti ini bisa jadi siswa tersebut cenderung menutup diri, mudah frustasi ketika menghadapi kesulitan, canggung dalam menghadapi orang, dan sulit menerima realitas dirinya. Di tempat kerja ataupun lingkungan di mana siswa itu berada sehingga mereka selalu mengeluhkan pimpinannya dan tidak melakukan kemajuan yang berarti. mereka tidak berani melakukan perubahan karena takut gagal. Sehingga mengakibatkan siswa yang tidak percaya diri akan membuat siswa terlambat untuk bertindak, dapat menimbulkan hasil yang tidak maksimal serta dapat membuat mereka penuh penyesalan.

Masalah percaya diri juga terdapat di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Bombana, berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK diketahui terdapat siswa X yang memiliki sikap kepercayaan diri yang rendah. Hal ini dapat dilihat gejala-gejala yang tampak seperti tidak berani mengungkapkan pendapat, tidak berani untuk bertanya di saat tidak memahami pelajaran, siswa ragu- ragu saat berbicara di depan kelas dan diam saat ditunjuk guru mata pelajaran untuk maju di depan kelas, cenderung diam dan tidak percaya diri tentang keputusannya, siswa cenderung menutup diri, siswa tidak percaya bahwa dirinya mampu dalam mengambil keputusan. Informasi dari guru BK tersebut juga sesuai dengan hasil analisis terhadap angket screening yang peneliti berikan dari 22 siswa, terdapat 17 siswa yang memiliki kepercayaan diri rendah.

Peran guru BK mencakup berbagai macam aspek di antaranya melalukan bimbingan terhadap masalah percaya diri siswa. Salah satu layanan bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan oleh guru BK yaitu menggunakan layanan konseling kelompok, yang diyakini dapat menyelesaikan permasalahan siswa. Permasalahan baik individu atau kelompok mendapatkan arahan dan pembimbingan dari guru BK melalui layanan konseling kelompok.

Pelaksanaan layanan yang bisa digunakan di dalam instansi sekolah untuk mengatasi rasa kurang percaya diri tersebut adalah konseling kelompok. Di antara kelebihan dari konseling kelompok adalah bersifat efisien dan secara tidak langsung siswa tersebut akan belajar bersosialisasi dalam lingkup yang lebih kecil. Konseling itu sendiri adalah proses pemberian bantuan kepada klien atau siswa dalam hal pemecahan masalah.

(3)

Satriani Ashari, Dodi Priyatmo Silondae | 281

Konseling kelompok dapat bermanfaat karena melalui interaksi dengan semua anggota kelompok mereka memenuhi beberapa kebutuhan psikologis, seperti kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan teman-teman sebaya yang diterima oleh mereka, kebutuhan untuk bertukar pikiran dan berbagi perasaan, kebutuhan menemukan nilai-nilai kehidupan dan kebutuhan untuk menjadi independen serta lebih mandiri. Dengan uraian tersebut peneliti termotivasi untuk membantu dalam hal meningkatkan kepercayaan diri dengan menggunakan layanan konseling kelompok maka peneliti mencoba untuk menyusun penelitian ini berujuan untuk mengetahui pengaruh layanan konseling kelompok terhadap kepercayaan diri siswa.

Konseling kelompok

Konseling kelompok merupakan salah satu jenis layanan dalam bimbingan dan konseling yang diselenggarakan dalam suasana kelompok. Tohirin (2007: 179) konseling kelompok dimaknai sebagai suatu bentuk upaya pemberian bantuan kepada individu (siswa) yang mengalami masalah-masalah pribadi melalui kegiatan kelompok agar tercapai perkembangan yang optimal. Prayitno (2004: 89), mengemukakan bahwa pengertian layanan konseling kelompok adalah layanan bimbingan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok

Tujuan konseling kelompok

Menurut Sukardi (2002: 49) konseling kelompok memiliki 4 tujuan:

1. Melatih anggota kelompok agar berani berbicara dengan orang banyak.

2. Melatih anggota kelompok dapat bertenggang rasa terhadap teman sebayanya.

3. Dapat mengembangkan bakat dan minat masing-masing anggota kelompok.

4. Mengentaskan permasalahan-permasalahan kelompok.

Tahapan konseling kelompok

Folastri dan Rangka (2006:126-147) mengemukakan tahapan-tahapan dari konseling kelompok sebagai berikut:

1. Tahap pembentukan, yaitu dimulainya pengumpulan para (calon) konseli/anggota kelompok dalam rangka kegiatan bimbingan dan konseling kelompok yang direncanakan. Pada tahap ini, pada umumnya para anggota konseling saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin dicapai oleh masing-masing sebagian, maupun seluruh anggota kelompok.

2. Tahapan peralihan, di mana setelah suasana kelompok terbentuk dan dinamika kelompok sudah mulai tumbuh, kegiatan kelompok hendaknya dibawa lebih jauh oleh konselor/pemimpin kelompok menuju kegiatan kelompok yang sebenarnya.

3. Tahapan kegiatan merupakan inti kegiatan kelompok, maka aspek-aspek yang menjadi isi dan pengiringnya cukup banyak, dan masing-masing aspek tersebut perlu mendapat perhatian yang seksama dari konselor/pemimpin kelompok. Dalam tahap ketiga ini saling hubungan antar anggota kelompok diupayakan tumbuh dengan baik. Saling tukar pengalaman dalam bidang suasana perasaan yang terjadi, pengaturan, penyajian, dan pembukaan diri berlangsung dengan bebas.

4. Tahap penyimpulan, yaitu tahapan kegiatan untuk melihat kembali apa yang sudah dilakukan dan dicapai oleh kelompok.

5. Tahap pengakhiran, setelah aktivitas kelompok memuncak pada tahap keempat, kegiatan kelompok ini kemudian menurun, dan mengakhiri kegiatannya pada saat yang dianggap tepat.

Kegiatan kelompok hendaknya dipusatkan pada pembahasan dan penjelajahan tentang apakah para anggota kelompok akan mampu menerapkan hal-hal yang telah mereka pelajari (suasana kelompok), pada kehidupan nyata mereka sehari-hari.

(4)

Satriani Ashari, Dodi Priyatmo Silondae | 282

Kepercayaan diri

Lauster (Rosydah, 2013) mengemukakan bahwa kepercayaan diri berhubungan dengan kemampuan melakukan sesuatu yang baik. Selanjutnya Widjaja (2016:51) menyatakan bahwa kepercayaan diri dapat diartikan suatu keyakinan seseorang untuk mampu berperilaku sesuai dengan harapan atau keinginan. Apabila seseorang tidak memiliki rasa percaya diri, maka banyak masalah akan timbul, karena kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian dari seorang yang berfungsi untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya.

Ghufron dan Risnawati (2012: 35) mengemukakan kepercayaan diri adalah keyakinan untuk melakukan sesuatu pada diri subjek sebagai karakteristik pribadi yang di dalamnya terdapat keyakinan akan kemampuan diri, optimis, objektif, bertanggung jawab, rasional, dan realistis. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepercayaan diri adalah keyakinan atas kemampuan diri untuk melakukan sesuatu atau mampu untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya. Kepercayaan diri ini juga termasuk kemampuan diri dalam menerima dirinya, bersikap optimis, dan berpikir positif sehingga dapat bertindak sesuai dengan kapasitasnya serta mampu mengendalikannya.

Faktor yang memengaruhi kepercayaan diri

Ghufron dan Risnawati (2012: 37-38) menjelaskan bahwa kepercayaan diri individu sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Konsep diri

Antony (Ghufron dan Risnawati, 2012) menjelaskan terbentuknya kepercayaan diri pada seseorang diawali dengan perkembangan konsep diri yang diperolehnya melalui pergaulan dalam suatu kelompok. Hasil interaksi yang terjadi akan menghasilkan konsep diri. Pembentukan konsep diri akan sangat memengaruhi pola hidup, pola pikir, emosi dan perilaku seseorang. Pembentukan konsep diri yang negatif cenderung membuat seseorang hanya memusatkan pikiran pada hal-hal yang negatif dalam dirinya. Akibatnya ia menjadi pesimis dengan kemampuan yang dimiliki, bahkan cenderung menyalahkan diri sebagai orang yang tidak bisa berbuat apa-apa. Hal sebaliknya bila konsep dirinya positif.

2. Harga diri

Konsep diri yang positif akan membentuk harga diri yang positif. Harga diri adalah penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri. Tingkat harga diri seseorang akan memengaruhi tingkat kepercayaan seseorang. Ketika konsep dirinya negatif tentu akan membentuk harga diri yang negatif pula. Ketika seseorang merasa dirinya tidak berharga, otomatis akan terjadi krisis kepercayaan diri. Hal sebaliknya bila harga dirinya positif maka akan terbentuk kepercayaan diri yang positif.

3. Pengalaman

Pengalaman masa lalu dapat menjadi faktor yang memengaruhi kepercayaan diri. Ketika seseorang sering mengalami kegagalan, sering kalah dalam persaingan, seseorang akan mudah gugup, cemas, takut malu, minder, dan sebagainya. Mereka sering tidak berani dalam menghadapi masalah, merasa tidak mampu, oleh karena itu lebih suka menutup diri, tidak berani bersikap dan bertindak.

Hal ini berbeda dengan pengalamannya berkaitan dengan keberhasilan.

4. Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan diri seseorang.

Tingkat pendidikan yang rendah akan menjadikan seseorang tersebut, tergantung dan berada di bawah kekuasaan orang lain yang lebih pandai dari dirinya. Sebaliknya orang yang memunyai pendidikan tinggi, akan memiliki tingkat kepercayaan diri yang lebih dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 02 Bombana. Perlakuan (treatment) dalam penelitian ini dilaksanakan selama 6 kali pertemuan untuk membahas setiap topik masalah yang dihadapi oleh

(5)

Satriani Ashari, Dodi Priyatmo Silondae | 283

siswa. Frekuensi pertemuan dalam penelitian ini dilakukan sekali seminggu sesuai dengan durasi setiap pertemuan selama 2 x 45 menit.

Jenis penelitian ini yaitu penelitian pra eksperimen. Desain penelitian ini yaitu one-group pre- test – post-test design. Pelaksanaan eksperimen dengan desain ini dilakukan dengan memberikan perlakuan kelompok, yaitu kelompok eksperimen. Sebelum diberi perlakuan, kelompok tersebut diberi pre-test itu dibandingkan, untuk menguji apakah perlakuan memberi pengaruh kepada kelompok tersebut. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 8 orang siswa yang diambil dengan teknik purposive sampling dengan dasar pertimbangan sebagai berikut:

1. 3 orang siswa yang memiliki kepercayaan diri tinggi 2. 5 orang siswa yang memiliki kepercayaan diri rendah 3. Bersedia menjadi responden dalam penelitian ini 4. Tercatat aktif sebagai siswa SMA Negeri 02 Bombana.

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh layanan konseling kelompok dalam penelitian adalah dengan menggunakan angket kepercayaan diri yang dirumuskan berdasarkan teori tentang kepercayaan diri, kemudian menentukan definisi operasional variabel. Berdasarkan teori dan definisi operasional variabel itu pula peneliti membuat kisi-kisi instrumen penelitian. Selanjutnya kisi-kisi tersebut dibuat dalam bentuk pernyataan. Setelah pernyataan tersusun, kemudian dilakukan uji coba untuk memenuhi kriteria atau standar validitas dan reliabilitas dalam penelitian ilmiah.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis statistik inferensial yakni menggunakan uji wilcoxon signed rank. Analisis deskriptif dimaksudkan untuk mendeskripsikan gambaran kepercayaan diri siswa sebelum dan sesudah diberikan treatment berupa konseling kelompok. Sedangkan uji wilcoxon signed rank dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian yakni dengan melihat ada tidaknya perbedaan gain score antara pre-test dan post-test pada kelompok eksperimen.

Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian

Gambaran kepercayaan diri siswa sebelum diberi perlakuan (pre-test)

Gambaran kepercayaan diri siswa kelas X di SMA Negeri 02 Bombana dapat diketahui berdasarkan hasil pengisian angket screening. Dari hasil data tersebut diambil 5 orang siswa yang memiliki skor kepercayaan diri yang rendah dan 3 orang siswa yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi.

Kemudian 8 orang siswa tersebut dijadikan subjek penelitian untuk diberikan perlakuan berupa layanan konseling kelompok. Sebelum diberikan perlakuan maka siswa diberikan angket pre-test untuk mengetahui gambaran kepercayaan diri siswa. Berdasarkan perhitungan skor pre-test kepercayaan diri siswa, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 1

Data Hasil Angket Pre-test Kepercayaan Diri Subjek Skor Kategori

ASA 167 Sedang

IU 134 Rendah

UH 173 Sedang

RR 197 Tinggi

MAR 166 Sedang

ER 154 Sedang

ES 211 Tinggi

FR 170 Sedang

Rata-rata 171,5 Sedang

(6)

Satriani Ashari, Dodi Priyatmo Silondae | 284

Tabel di atas menunjukkan bahwa kepercayaan diri siswa kelas X SMA 02 Bombana sebelum diberikan perlakuan layanan konseling kelompok termasuk dalam kategori sedang, hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata perlakuan siswa sebesar 171,5.

Selanjutnya, skor pre-test yang diperoleh dari subjek penelitian dikonversikan dalam kategori penilaian dengan menggunakan analisis deskriptif persentase. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui angket, skor pre-test kepercayaan diri siswa berkisar antara 134 – 211 dalam skala interval, di mana skor maksimal sebesar 248 dan minimal 62, nilai rata-rata sebesar 171,6. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2

Kategori Hasil Penilaian Instrumen Kepercayaan Diri (Pre-test) Interval Frekuensi Persentase Kategori

62-99 0 0 % Sangat Rendah

100-137 1 12,5 % Rendah

138-175 5 62,5 % Sedang

176-213 2 25,0 % Tinggi

≥ 214 0 0 % Sangat Tinggi

Jumlah 8 100 %

Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa (62,5%) memiliki kecenderungan kepercayaan diri yang sedang, siswa yang memiliki kecenderungan kepercayaan diri yang tinggi sebanyak 2 orang (25,0%), dan siswa yang memiliki kecenderungan kepercayaan diri yang rendah sebanyak 1 orang (12,5%).

Gambaran kepercayaan diri siswa setelah diberi perlakuan (post-test)

Berdasarkan perhitungan skor post-test kepercayaan diri siswa, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3

Data Hasil Angket Post-test Kepercayaan Diri Subjek Skor Kategori

ASA 211 Tinggi

IU 212 Tinggi

UH 221 Sangat Tinggi

RR 220 Sangat Tinggi

MAR 218 Sangat Tinggi

ER 223 Sangat Tinggi

ES 235 Sangat Tinggi

FR 213 Tinggi

Rata-rata 219,3 Tinggi

Tabel 3 menunjukkan bahwa kepercayaan diri siswa kelas X SMA 02 Bombana setelah diberikan perlakuan layanan konseling kelompok termasuk dalam kategori sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata perlakuan siswa sebesar 219,3. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui angket, skor post-test kepercayaan diri siswa berkisar antara 211 – 235 dalam skala interval, di mana skor maksimal sebesar 248 dan minimal 62, nilai rata-rata sebesar 219,3. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

(7)

Satriani Ashari, Dodi Priyatmo Silondae | 285

Tabel 4

Kategori Hasil Penilaian Instrumen Kepercayaan Diri (Post-test) Interval Frekuensi Persentase Kategori

62-99 0 0 % Sangat Rendah

100-137 0 0 % Rendah

138-175 0 0 % Sedang

176-213 3 37,5 % Tinggi

≥ 214 5 62,5 % Sangat Tinggi

Jumlah 8 100 %

Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa (62,5%) memiliki kecenderungan kepercayaan diri yang sangat tinggi, dan siswa yang memiliki kecenderungan kepercayaan diri yang tinggi sebanyak 3 orang (37,5%).

Gambaran peningkatan kepercayaan diri siswa sebelum dan setelah perlakuan (pre-test - post-test) Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui angket, terjadi peningkatan kepercayaan diri siswa, sebelum pemberian layanan konseling kelompok dan setelah pemberian layanan konseling kelompok melalui hasil pre-test dan post-test kepercayaan diri siswa. Deskripsi responden menurut rata-rata skor kepercayaan diri siswa Kelas X di SMA Negeri 02 Bombana lebih jelasnya disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 5

Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa Sebelum dan Sesudah Treatment Subjek Skor Kepercayaan Diri Siswa

Pre-test Post-test % Peningkatan

ASA 167 211 20,85

IU 134 212 36,79

UH 173 221 21,72

RR 197 220 10,45

MAR 166 218 23,85

ER 154 223 30,94

ES 211 235 10,21

FR 170 213 20,19

Rata-rata 171,5 219,3 21,79

Tabel 5 menunjukkan bahwa rata-rata skor diri siswa pada saat pre-test sebesar 171,5. Setelah diberikan layanan konseling kelompok (post-test) terjadi peningkatan skor rata-rata kepercayaan diri siswa sebesar 219,3 atau sekitar 21,79%.

Analisis statistik inferensial

Analisis data untuk mengetahui apakah layanan konseling kelompok berpengaruh terhadap kepercayaan diri siswa kelas X di SMA Negeri 02 Bombana dilakukan analisis statistik non parametrik dengan uji wilcoxon, yang disajikan pada tabel berikut:

(8)

Satriani Ashari, Dodi Priyatmo Silondae | 286

Tabel 6

Hasil Analisis Statistik Non Parametrik Dengan Uji Wilcoxon Test Statisticsb

Post_Test - Pre_Test

Z -2.521a

Asymp. Sig. (2-tailed) .012 a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Berdasarkan analisis statistik inferensial dengan menggunakan uji Wilcoxon pada taraf signifikansi α = 0,05 diperoleh ρvalue = 0,012. ρvalue < α (0,012 < 0,05) dengan demikian Ha diterima.

Hal ini berarti layanan konseling kelompok berpengaruh terhadap kepercayaan diri siswa.

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data dengan jumlah subjek penelitian sebanyak 8 siswa, dapat diketahui bahwa kecenderungan kepercayaan diri siswa sebelum diberikan layanan konseling kelompok (pre- test) termasuk dalam kategori sedang yaitu sebesar 62,5%, sehingga kepercayaan diri siswa perlu untuk ditingkatkan. Untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa, maka peneliti memberikan perlakuan layanan konseling kelompok.

Layanan konseling kelompok adalah suatu cara memberikan bantuan konseling kepada individu melalui kegiatan kelompok. Dalam layanan konseling kelompok, aktivitas dan dinamika kelompok harus diwujudkan untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan atau pemecahan masalah individu (siswa) yang menjadi peserta layanan (Tohirin, 2007: 170). Pelaksanaan layanan konseling kelompok untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa dilakukan sebanyak lima kali pertemuan dengan durasi selama 2 x 45 menit.

Setelah diberikan perlakuan (treatment) layanan konseling kelompok, siswa selanjutnya mengisi post-test yang diberikan oleh peneliti. Tujuan dari pemberian post-test adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan perlakuan dan peningkatan kepercayaan diri siswa.

Berdasarkan hasil rata-rata kepercayaan diri siswa setelah diberikan layanan konseling kelompok (post-test) termasuk dalam kategori sangat tinggi yaitu sebesar 62,5%. Hasil penelitian menunjukkan pula bahwa rata-rata skor kepercayaan diri siswa pada saat pre-test sebesar 171,5 dan setelah diberikan layanan konseling kelompok (post-test) terjadi peningkatan skor rata-rata kepercayaan diri siswa sebesar 219,3 atau sekitar 21,79%.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pembimbing maupun siswa kelas X di SMA Negeri 02 Bombana tersebut masih ada beberapa siswa kurang percaya diri. Gejalanya nampak pada siswa yang tidak berani berbicara atau berdiskusi di depan kelas dan tidak berani mengungkapkan pendapatnya. Selama ini di sekolah tersebut layanan konseling kelompok belum pernah dilakukan, para pembimbingnya hanya melaksanakan layanan konseling individual dan layanan informasi. Para pembimbing hanya akan memanggil siswa kalau siswa itu melanggar peraturan dan memanggil siswa yang bermasalah saja, dan hanya memberikan arahan saja terhadap yang tidak melanggar secara bersama-sama di jam BK, bimbingan yang diberikan kepada siswa hanya bersifat nasehat, padahal masalah yang terkait dengan kepercayaan diri selama ini masih belum teratasi dengan maksimal.

Berdasarkan hasil analisis data skor pre-test dan skor post-test tersebut maka dapat diketahui adanya peningkatan kepercayaan diri siswa. Hal ini menunjukkan bahwa layanan konseling kelompok berpengaruh terhadap kepercayaan diri siswa di SMA Negeri 02 Bombana. Hal ini diperkuat dengan hasil analisis data statistik bahwa berdasarkan hasil perhitungan wilcoxon signed rank test pada tabel test statistics diperoleh nilai Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,012 < 0.05, artinya Ha diterima. Dengan kata lain kepercayaan diri siswa dapat ditingkatkan melalui layanan konseling kelompok.

(9)

Satriani Ashari, Dodi Priyatmo Silondae | 287

Layanan bimbingan konseling memiliki beberapa jenis layanan di antaranya layanan konseling kelompok. Layanan konseling kelompok adalah layanan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok, masalah yang dibahas itu adalah masalah pribadi yang dialami masing- masing anggota kelompok (Hallen, 2005: 82). Layanan konseling kelompok berfungsi membantu siswa agar mengatasi masalah yang dialaminya. Maka diharapkan konseling kelompok dapat membantu siswa yang memunyai permasalahan terutama dalam meningkatkan kepercayaan diri.

Konseling kelompok memberikan kesempatan untuk menjadi instrumen bagi perkembangan pribadi orang lain, adanya kesempatan untuk berinteraksi, berkomunikasi, dan bersikap terbuka dan jujur yang akan menimbulkan.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa sebelum diberikan layanan konseling kelompok, siswa secara umum (62,5%) memiliki kecenderungan kepercayaan diri yang sedang, dan setelah diberikan layanan konseling kelompok, siswa secara umum (62,5%) memiliki kecenderungan kepercayaan diri yang sangat tinggi. Rata-rata skor kepercayaan diri siswa pada saat pre-test sebesar 171,5. Setelah diberikan layanan konseling kelompok (post-test) terjadi peningkatan skor rata-rata kepercayaan diri siswa sebesar 219,3 atau sekitar 21,79%. Berdasarkan hasil uji coba hipotesis dengan menggunakan wilcoxon signed rank test pada taraf signifikan α = 0,05 diperoleh ρ value = 0,012 ρ value < α (0,012 < 0,05) dengan demikian H0 ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa layanan konseling kelompok berpengaruh terhadap kepercayaan diri siswa di SMA Negeri 02 Bombana.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa saran yang dapat peneliti berikan antara lain:

1. Bagi sekolah

Bagi pihak sekolah diharapkan ikut serta dalam mengontrol perkembangan siswa secara umum, memberikan ide dan masukan kepada guru BK terkait layanan yang dapat diberikan agar kepercayaan diri siswa dapat berkembang dengan baik dan rutin melakukan kegiatan layanan konseling kelompok agar dapat mengembangkan kemampuan dan mengatasi masalah siswa.

2. Bagi guru BK

Hasil penelitian layanan konseling kelompok ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif layanan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa.

3. Bagi siswa

Mengaplikasikan apa yang telah diperoleh melalui konseling kelompok dan berusaha mengembangkan dan meningkatkan kepercayaan diri siswa.

4. Bagi penelitian selanjutnya

Dalam kelebihan dan kekurangan yang ada, maka mengharapkan peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan pelaksanaan konseling kelompok lebih memberikan kontribusi, sehingga guru BK memiliki banyak upaya yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa.

Daftar Pustaka

Elfiky, Ibrahim. (2017). Terapi Berpikir Positif. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.

Folastri, Sisca dan Itsar Bolo Rangka. (2016). Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok. Bandung: Mujahid Press.

Ghufron, Muhammad dan Risnawati, Rini. (2012). Teori-teori Psikologi. Jogjakarta: AR-Ruz Media.

Hallen. (2005). Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Quantum Teaching.

(10)

Satriani Ashari, Dodi Priyatmo Silondae | 288

Latipun. (2002). Psikologi Eksperimen. UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang:

Malang.

Prayitno dan Erman Amti. (2004). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Rosydah, I. (2013). Perbedaan tingkat kepercayaan diri (self confident) ditinjau dari posisi urutan kelahiran (birthorder) mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Maliki Malang. Tesis: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Rudin, Abas. (2014). Penerapan Konseling Berfokus Pada Solusi untuk Meningkatkan Kepercayaan Siswa di SMA Negeri 2 Kendari. Tesis. Universitas Negeri Makassar.

Sukardi, Dewa Ketut. (2002). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah.

Jakarta: Rineka Cipta.

Tohirin. (2007). Bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah (berbasis integrasi). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Widjaja, Hendra. (2016). Berani Tampil Beda dan Percaya Diri. Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hal diatas dapat disimpulkan bahwa pelatihan kepercayaan diri menggunakan metode hipnosis dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam menghadapi ujian semster... Kepercayaan

Sikap optimisme inilah yang menjadikan orang itu percaya terhadap dirinya (Surya, 2007: 56). Pentingnya memiliki Kepercayaan Diri adalah siswa dapat mengaktualisasikan

Gambaran kepercayaan diri siswa yang berekonomi rendah sebelum dan sesudah diberikan layanan bimbimngan kelompok : Dari 20 orang responden (siswa) kelas VII SMP

Sebelum diadakan eksperimen/ perlakuan berupa Teknik Konseling Restrukturisasi Kognitif pada siswa yang mengalami kepercayaan diri rendah, terlebih dahulu

Sikap optimisme inilah yang menjadikan orang itu percaya terhadap dirinya (Surya, 2007: 56). Pentingnya memiliki Kepercayaan Diri adalah siswa dapat mengaktualisasikan

Hipotesis penelitian ini adalah layanan konseling kelompok menggunakan teknik modeling simbolik dapat meningkatkan kepercayaan diri pada siswa kelas VII E MTs NU

Hasil analisis data yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan skor pre-test – post-test kepercayaan diri mahasiswa peserta pelatihan memberi bukti bahwa pelatihan

Skor Pree-Test dan Post-Test Kelompok Eksperimen per Indikator Self-Esteem No Indikator Pree-Test Kelompok Eksperimen Post-Test Kelompok Ekesperimen Skor Kategori Skor