• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENAMBAHAN BIJI PLASTIK PADA CAMPURAN ASPAL PENETRASI 60/70 TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL UNTUK PERKERASAN AC-WC (Studi Penelitian)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH PENAMBAHAN BIJI PLASTIK PADA CAMPURAN ASPAL PENETRASI 60/70 TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL UNTUK PERKERASAN AC-WC (Studi Penelitian)"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

Untuk meningkatkan kualitas aspal dapat dilakukan dengan menambahkan bahan tambahan seperti pelet plastik polietilen (LDPE) yang terbukti meningkatkan nilai ketahanan Marshall. Nilai Marshall yang dihasilkan dari penambahan pelet plastik pada lapisan Asphalt Coating Concrete (AC-WC), nilai durabilitasnya mengalami penurunan dengan nilai terbesar pada pelet plastik dengan kandungan 2% sebesar 860 kg, nilai leleh (Flow ) yang memenuhi spesifikasi yaitu pada ukuran 3,41 mm, 3,27 mm dan 2,96 mm dengan kandungan pelet plastik 2%, 3% dan 4%, nilai Void In Mineral Aggregate (VMA) meningkat karena jumlah aspal yang masuk ke dalam rongga cukup. dan memenuhi spesifikasi >15 dengan nilai tertinggi pada angka 4% sebesar 32,29%, nilai VIM tidak memenuhi spesifikasi 3-5 namun mengalami peningkatan dan nilai tertinggi pada angka 4% sebesar 2,47%, nilai VFA untuk campuran Pelet plastik memenuhi seluruh spesifikasi Bina Marga 2018 dengan syarat minimal 65. Salah satu berkah tersebut adalah keberhasilan penulis dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini yang berjudul “Pengaruh Penambahan Biji Plastik Pada Campuran Aspal Dengan Penetrasi 60/70 Pada Karakteristik Marshall Untuk Perkerasan AC-WC (Studi Penelitian)".

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Ruang Lingkup Penelitian

Pada penelitian ini akan digunakan pelet plastik jenis PP yang akan dicampurkan ke dalam campuran lapisan aspal panas AC-WC sebagai pengganti sebagian agregat (Tambunan & Putri, 2021). Tujuan yang ingin dicapai dalam evaluasi ini adalah untuk mengetahui nilai karakteristik Marshall yang terdiri dari stabilitas, adhesi (aliran), VMA, VIM, VFA dan campuran aspal modifikasi plastik LDPE sebagai penambah AC-WC (aspal beton). -Kursus Pemakaian) lapisan. Penelitian ini membahas tentang perbandingan nilai karakteristik Marshall tanpa campuran pelet plastik dengan nilai karakteristik Marshall dengan campuran pelet plastik.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Metode Penulisan

Membahas permasalahan teoritis terkait judul tugas akhir dan metode perhitungan yang digunakan. Bagian ini menjelaskan tempat dan waktu penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan metode analisis data. Dari pembahasan dan analisis data yang telah diperoleh, penulis dapat memberikan kesimpulan dan saran mengenai judul tugas akhir ini.

Perkerasaan Jalan

Aspal

  • Karakteristik Aspal

Keawetan aspal merupakan suatu sifat yang menunjukkan kemampuan aspal dalam mempertahankan sifat aslinya akibat pengaruh cuaca atau iklim selama masa jalan. Adhesi merupakan suatu sifat yang menunjukkan kemampuan aspal dalam mengikat agregat sehingga menghasilkan ikatan yang baik antara aspal dengan agregat. Kohesi merupakan suatu sifat yang menunjukkan kemampuan aspal dalam menahan agregat pada tempatnya setelah pengerasan.

Lapis Beton Aspal

  • Klasifikasi Campuran Aspal 1. Latasir (sand sheet) kelas A dan B

Laston ditujukan untuk jalan dengan rencana lalu lintas 1 - 10 juta, sedangkan Laston yang dimodifikasi (modifikasi AC) ditujukan untuk jalan dengan rencana lalu lintas lebih dari 10 juta. Lapisan AC-WC berfungsi menerima beban lalu lintas dan mendistribusikannya ke lapisan di bawahnya. Oleh karena itu material yang digunakan pada lapisan AC-WC harus berkualitas baik karena lapisan atas lebih berat dalam menopang beban (Akbar, 2019).

Tabel 2.2 : Tebal Nominal Minimum Campuran Beraspal
Tabel 2.2 : Tebal Nominal Minimum Campuran Beraspal

Agregat

  • Agregat Kasar
  • Agregat Halus

Agregat kasar (ukuran kerikil): sebagian besar agregat berukuran lebih besar dari 4,75 mm (Uji Saringan No. 4). Pit Run: agregat dari lubang pasir atau kerikil (biji kerikil) yang terjadi tanpa diolah atau secara alami. Kerikil bergegas: kerikil berlubang (kerikil pasir atau batu bulat) yang diambil dari alat penghancur untuk menghancurkan banyak partikel batu bulat agar ukurannya lebih kecil atau untuk menghasilkan permukaan yang lebih halus dan kasar.

Fraksi agregat kasar untuk agregat ini adalah agregat yang tertahan pada saringan 4,75 mm (No. 4), menurut saringan ASTM. Agregat ini menjadikan pengerasan jalan lebih stabil dan memiliki ketahanan gesek (slip resistance) yang tinggi sehingga menjamin keselamatan berkendara. Agregat kasar ini harus tahan aus bila digunakan pada beton aspal, oleh karena itu nilai uji Abrasi Los Angeles harus dipenuhi.

Agregat kasar yang digunakan adalah batu karang hasil penggilingan batu di area semen, yang tertahan pada filter no. dan 8. Parameter agregat kasar campuran Lataston terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah yang bersih, kering, kuat, tahan lama dan bebas dari bahan pengganggu lainnya seperti lumpur, agregat kasar tersebut harus mempunyai sudut yang ditetapkan sebagai persentase berat agregat. yang lebih besar dari 4,75 mm dengan satu atau lebih permukaan pecah berdasarkan pengujian sesuai SNI dan harus memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan (Gunarto, 2019). ). 100/90 berarti 100% agregat kasar mempunyai satu atau lebih permukaan patahan, sedangkan 90% agregat kasar mempunyai dua atau lebih permukaan patahan.

95/90 menunjukkan bahwa 95% agregat kasar mempunyai satu atau lebih permukaan patahan dan 90% agregat kasar mempunyai dua atau lebih permukaan patahan.

Tabel 2.4 : Lanjutan
Tabel 2.4 : Lanjutan

Plastik

  • Plastik Low Density Polyethylene (LDPE)

Pemanfaatan plastik sebagai kemasan makanan terutama karena kelebihannya dari segi bentuknya yang fleksibel, sehingga mudah beradaptasi dengan bentuk makanan yang dikemas, ringan, tidak mudah pecah, transparan/transparan, mudah diberi label dan dibuat. dalam berbagai warna, dapat diproduksi secara massal, relatif murah dan terdapat berbagai jenis bahan dasar plastik yang dapat dipilih (Wantoro et al., 2013). Hal ini dikarenakan pada campuran basah plastik yang ditambahkan dapat tercampur sempurna dengan aspal (Fikri et al., 2019).

Tabel 2.6 : Lanjutan
Tabel 2.6 : Lanjutan

Karakteristik Campuran Aspal 1. Kerapatan (Density)

  • Stabilitas (stability)
  • Kelelehan (Flow)
  • Hasil Bagi Marshall Quotient (MQ)

Nilai kestabilan dipengaruhi oleh bentuk, mutu, tekstur permukaan dan gradasi agregat yaitu gesekan antar butiran agregat dan interlocking antar agregat, kuat rekat dan kadar aspal dalam campuran. dari campuran. Penambahan aspal diatas batas maksimal justru akan mengurangi kestabilan dari campuran itu sendiri, sehingga lapisan perkerasan menjadi kaku dan getas, nilai kestabilan tersebut mempengaruhi kelenturan lapisan perkerasan yang dihasilkan. Nilai VIM mempengaruhi keawetan lapisan perkerasan jalan, semakin tinggi nilai VIM menunjukkan semakin besar rongga yang ada pada campuran sehingga campuran tersebut bersifat porous.

Hal ini mengakibatkan kepadatan campuran menjadi berkurang sehingga air dan udara mudah masuk ke dalam rongga-rongga dalam campuran sehingga menyebabkan aspal mudah teroksidasi sehingga mengurangi ikatan antar butiran agregat sehingga mengakibatkan butiran menjadi lepas dan mengelupas permukaannya. dari lapisan paving. Jika lapisan perkerasan menerima beban lalu lintas pada saat itu, maka aspal akan terdorong keluar dari permukaan karena tidak tersedianya rongga yang cukup bagi aspal untuk menembus ke dalam lapisan perkerasan. VIM = Rongga udara dalam campuran padat, persentase volume total Gmm = Berat jenis maksimum campuran.

Dengan kata lain VFA menentukan kestabilan, kelenturan dan daya tahan.Semakin tinggi nilai VFA berarti semakin banyak pula rongga-rongga pada campuran yang terisi aspal sehingga impermeabilitas campuran terhadap air dan udara juga semakin tinggi, namun nilai VFA yang terlalu tinggi akan menyebabkan pendarahan. Nilai VFA yang terlalu kecil akan menyebabkan campuran menjadi kurang kedap terhadap air dan udara karena lapisan aspal film akan menjadi tipis dan mudah retak jika menerima beban tambahan sehingga campuran aspal mudah teroksidasi yang pada akhirnya menyebabkan lapisan perkerasan menjadi rapuh. tidak bertahan lama untuk disimpan Aliran merupakan besarnya deformasi vertikal benda uji yang terjadi pada awal pembebanan sehingga daya tahannya menurun, yang menunjukkan besarnya deformasi yang terjadi pada lapisan perkerasan akibat menahan beban yang diterimanya.

Nilai luluh yang rendah akan mengakibatkan campuran menjadi kaku sehingga menyebabkan lapisan perkerasan mudah retak, sedangkan campuran dengan nilai luluh yang tinggi akan menghasilkan lapisan perkerasan plastis sehingga perkerasan mudah mengalami perubahan bentuk seperti gelombang dan alur.

Bagan Alir Penelitian

Tempat Penelitian

Metode Penelitian

  • Data Primer
  • Data Sekunder

Persiapan Bahan dan Peralatan 1. Bahan

  • Peralatan

Dalam pengujian ini alat yang digunakan adalah alat uji berat jenis, seperangkat alat uji penetrasi dan titik lembek. Untuk membuat suatu benda uji diperlukan beberapa peralatan yang meliputi cetakan, alu dan alas benda uji, dongkrak (untuk mengeluarkan benda uji), kompor listrik, termometer, wadah pencampur, piring, termasuk saringan. kertas, spatula dan sarung tangan.

Tahap Pembuatan Benda Uji

Pembuatan benda uji aspal pengganti pelet plastik LDPE dilakukan dengan cara memukulkan pelet plastik/memecah pelet plastik dengan penambahan pelet plastik LDPE 2%, 3% dan 4% pada aspal, masing-masing penambahan LDPE sebanyak 3 butir uji. biji plastik.

Tahap Pengujian Benda Uji

Hasil Penelitian

  • Pemeriksaan Gradasi Agregat
  • Hasil Pemeriksaan Berat Jenis Agregat
  • Hasil Pemeriksaan Aspal
  • Pemeriksaan Terhadap Parameter Benda Uji

Berikut perhitungan berat agregat yang dibutuhkan untuk benda uji normal dengan kadar aspal 5,5%, dan hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 4.5. Berikut perhitungan berat agregat yang dibutuhkan benda uji campuran butiran plastik 2%, 3% dan 4% dengan kadar aspal optimum (OAC) 6,2. Berat jenis suatu agregat yang digunakan dalam suatu desain campuran aspal sangat mempengaruhi jumlah rongga udara.

Lihat Lampiran untuk hasil pengujian lebih lengkap, dan ringkasan data hasil pengujian agregat MA ½ inci disajikan pada Tabel 4.9. Lihat lampiran untuk hasil pengujian lebih lengkap, dan ringkasan data hasil pengujian agregat pasir halus tersedia pada Tabel 4.10. Lihat Lampiran untuk hasil pengujian lebih lengkap, dan ringkasan hasil pengujian agregat fly ash disajikan pada Tabel 4.11.

Dari pemeriksaan karakteristik aspal keras yang dilakukan perusahaan dan diuji di pusat pengujian material, diperoleh hasil seperti pada tabel 4.12. Dari hasil pemeriksaan laboratorium diketahui aspal keras Pertamina Pen 60/70 memenuhi standar pengujian spesifikasi umum Bina Marga 2018 sebagai bahan pengikat campuran aspal beton. Dari hasil pemeriksaan uji Marshall yang dilakukan di Laboratorium Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara diperoleh nilai Bulk Density, Stability, Persentase Rongga Dalam Campuran (Air Void), Persentase Rongga Terisi Aspal. Kekosongan Terisi), Persentase Kekosongan dalam Agregasi (VMA), Meltdown (Aliran).

Berikut analisa perhitungan campuran aspal normal pada kadar aspal 5,5% serta rangkuman hasil pengujian Marshall untuk campuran aspal normal dan campuran butiran plastik 2%, 3% dan 4%. yang dapat dilihat pada Tabel 4.13 dan 4.14.

Tabel 4.2 : Hasil Pemeriksaan Analisis Saringan Agregat Halus Pasir (Sand).
Tabel 4.2 : Hasil Pemeriksaan Analisis Saringan Agregat Halus Pasir (Sand).

Hasil Pengujian Kadar Aspal Optimum

BULK DENSITY

Kadar Aspal

Rongga Udara Dalam Campuran (VIM)

STABILITAS

Rongga Antara Mineral Agregat (VMA)

Kadar Aspal Optimum (KAO)

FLOW

Hasil Pengujian Karakteristik Marshall Campuran Biji Plastik Pada Keadaan KAO

  • Rongga Udara Terhadap Campuran (VIM)

Nilai stabilitas pada butiran plastik 2% sebesar 884 kg, butiran plastik 3% sebesar 860 kg dan butiran plastik 4% sebesar 835 kg.

STABILITY

  • Rongga Antara Mineral Agregat (VMA)
  • Rongga Terisi Aspal (VFA)
  • Kesimpulan
  • Saran

Dari hasil pengujian yang dilakukan pada lintasan keausan aspal-beton (AC-WC) dengan menggunakan campuran pelet plastik diperoleh hasil yang baik. Campuran pelet plastik mempengaruhi karakteristik Marshall, karena nilai aliran yang lebih rendah menyebabkan aspal menjadi lebih keras, nilai VMA meningkat sehingga mengurangi stabilitas. Nilai aliran dengan campuran pelet plastik 2% adalah 3,41 mm, pelet plastik 3% adalah 3,27 mm dan 4% adalah 2,96 mm, memenuhi spesifikasi Bina Marga 2018 dengan spesifikasi minimal 2 mm dan maksimal 4 mm. .

Nilai stabilitas (Stabilitas) dengan campuran pelet plastik 2% adalah 884 kg, 3% adalah 860 kg dan 4% adalah 835 kg, memenuhi spesifikasi Bina Marga 2018 dengan syarat minimal 800 kg. Nilai alir campuran pelet plastik menurun yang menyebabkan sifat campuran aspal menjadi lebih kaku, sehingga campuran mudah retak bila terkena beban lalu lintas yang tinggi dan berat. Ketahanan Lapisan Aspal Beton (Ac-.Wc) Dengan Menggunakan Fly Ash Sebagai Bahan Pengisi Pada Lingkungan Air Gambut.

Pengaruh penambahan sampah plastik Kresek sebagai pengganti aspal Pen 60/70 terhadap sifat campuran Laston Ac – Bc. Karakteristik campuran aspal Ac-Wc menggunakan bahan pengisi Splend Bleaching Earth sebagai bahan pengisi pengganti abu batu.

Gambar 4.11 : Grafik Hubungan Antara Kadar Aspal Dengan VIM Pada Biji Plastik  2%, 3% Dan 4%
Gambar 4.11 : Grafik Hubungan Antara Kadar Aspal Dengan VIM Pada Biji Plastik 2%, 3% Dan 4%

Gambar

Tabel 2.1 : Persyaratan Aspal Modifikasi(Spesifikasi Umum Bina Marga, 2018)
Tabel 2.2 : Tebal Nominal Minimum Campuran Beraspal
Tabel 2.3 : Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Laston(Spesifikasi Umum Bina Marga,  2018)
Tabel 2.4 : Lanjutan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Leni Sriharyani, Analisis Karakteristik Campuran Aspal Beton AC-WC dengan cara uji Marshall Studi Kasus Proyek Peningkatan Jalan Soekarno-Hatta Kabupaten Lampung Timur, Metro,